Anda di halaman 1dari 20

Mencari

Sumber
Pembelajaran
Kemampuan pemanfaatan sumber belajar secara efektif dan efisien menjadi faktor penting
bagi keberhasilan pencapaian hasil belajar, baik di lingkungan pendidikan formal maupun
nonformal. Berbagai studi telah menunjukkan perlunya mengoptimalkan pemanfaatan sumber
belajar dalam upaya menjamin tercapainya tujuan pembelajaran. Sumber belajar merupakan
faktor penting bagi upaya mengkodisikan mahasiswa untuk dapat belajar secara sistematis dan
terprogram. Sumber belajar menjadi penunjang bagi kondusifnya lingkungan belajar yang sangat
diperlukan bagi mahasiswa, sehingga kondisi ini mampu meningkatkan prestasi belajar.

Muhtadi A. 2015. Mobilitas Mahasiswa Teknologi Pendidikan Mencari Sumber Belajar


Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran, 2015 Sep;30.

Mclsaac dan Gunawardena menjelaskan bahwa sumber belajar yang dapat dimanfaatkan
untuk kebutuhan pembelajaran sangat beraneka ragam jenis dan bentuknya. Sumber belajar
tersebut bukan hanya dalam bentuk bahan cetakan seperti buku teks akan tetapi pelajar dapat
memanfaatkan sumber belajar yang lain seperti radio pendidikan, televisi, komputer, e-mail,
video interaktif, komunikasi satelit, dan teknologi komputer multimedia dalam upaya
meningkatkan interaksi dan terjadinya umpan balik dengan peserta didik.5

Dalam proses pembelajaran, peserta didik tidak hanya berinteraksi dengan tenaga
pengajar sebagai salah satu sumber, tetapi mencakup interaksi dengan semua sumber belajar
yang memungkinkan dipergunakan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Sedangkan
pengetahuan dan keterampilan tentang strategi, menganalisis, memilih, dan memanfaatkan
sumber belajar oleh tenaga pengajar pada umumnya belum memadai. Maka dengan demikian
perlu dijelaskan tentang bagaimana cara tenaga pengajar dan peserta didik memanfaatkan
sumber belajar yang ada dalam upaya memperluas wawasan ilmu pengetahuan, sikap, dan
keterampilan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

Percival dan Ellington menjelaskan sumber belajar dari sisi pembuatann adalah
seperangkat bahan atau situasi belajar yang dengan sengaja atau tidak sengaja diciptakan agar
peserta didik secara individual dan atau secara bersamasama dapat belajar.9 Jadi pada dasarnya
sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh tenaga pengajar
dan peserta didik, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan untuk kepentingan
kegiatan pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, mudah dan
menyenangkan untuk kelangsungan pembelajaran.

Berkaitan dengan ruang lingkup sumber belajar, Miarso menetapkan seperti pesan, orang,
bahan, alat, teknik, dan latar. Kegiatan belajar dapat dilaksanakan di mana saja, di sekolah, di
rumah, di tempat kerja, di tempat ibadah, dan di masyarakat luas. Selain itu, belajar juga dapat
dilakukan dengan rangsangan dari dalam diri sendiri pembelajar (internal) dan dari apa dan siapa
saja di luar diri pembelajar (eksternal).10

Fungsi
Belajar berbasis sumber belajar dapat memberikan beberapa keuntungan kepada peserta
didik, seperti:
(1) Memungkinkan untuk menemukan bakat terpendam pada diri seseorang yang selama
ini tidak tampak,
(2) Memungkinkan pembelajaran berlangsung terus menerus dan belajar menjadi mudah
diserap dan lebih siap diterapkan, dan
(3) Seseorang dapat belajar sesuai dengan kecepatan dan dengan waktunya yang tersedia.

Abdullah R. 2012. Pembelajaran Berbasis Pemanfaatan Sumber Belajar. Jurnal Ilmiah


Didaktika, 2012 Feb 1;12(2).

Dalam strategi belajar aktif, dengan menggunakan model belajar melalui jurnal-jurnal,
maka mahasiswa terkondisikan untuk aktif mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang
relevan di jurnal, baik jurnal yang tercetak dalam bentuk majalah maupun lewat jaringan
internet. Model belajar ini terbukti cukup efektif untuk membuat pebelajar menjadi aktif dalam
mencari sumber-sumber belajar (Silberman, 1996: 129). Terkait dengan kasus Virda, ia bisa
menggunakan jurnal sebagai sumber pembelajarannya karena jurnal-jurnal mutakhir sebenarnya
bisa dengan gampang diakses melalui internet.

Muhtadi A. 2015. Mobilitas Mahasiswa Teknologi Pendidikan Mencari Sumber Belajar


Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran. Artikel diakses pada
tanggal 28 Agustus 2017. 2015 Sep;30.
Dalam pengambilan sumber pembelajaran, tak lepas dari kata “kutipan”. Secara
sederhana, kutipan adalah semua kalimat dan atau paragraf yang bukan berasal dari ide/tulisan
Anda. Biasanya seorang penulis atau pengarang mengambil tulisan orang lain untuk menjadi
bagian dalam tulisannya.

Berdasarkan cara mengutipnya, kutipan dibedakan menjadi 2 jenis (Universitas Kristen


Petra, 2008) yaitu:

1. Kutipan tidak langsung: yaitu penulis mengambil ide orang lain, kemudian
merangkainyacdengan kalimat sendiri. Hal ini berarti penulis tidak menulis sama persis
dengan kalimat asli yang dikutip. Penulis merangkai dan merangkum kalimat berdasarkan
artikel atau sumber lain.

2. Kutipan langsung: yaitu menulis ulang ide orang lain sesuai dengan aslinya. Hal ini
berarti penulis langsung menggunakan teknik copy lalu paste tanpa mengubah kalimat
aslinya.Ada dua jenis kutipan langsung, yaitu kutipan langsung panjang dan kutipan
langsung pendek. Kedua kutipan ini berbeda cara menuliskan dan syaratnya.

a. Kutipan langsung pendek


Syarat:
i. APA Style(American Psychological Association)
Jika panjang kalimat yang dikutip tidak lebih dari 40 kata.
ii. MLA Style (Modern Language Asociation)
Jika panjang kalimat yang dikutip tidak lebih dari 4 baris

Cara menuliskan:
Kutipan langsung pendek dituliskan menjadi satu dalam paragraf karya tulis Anda,
tambahkan tanda petik pada kutipan sehingga tanda petik ini menjadi pemisah antara
kalimat Anda dengan kalimat kutipan. Sumber kutipan ditulis sedekat mungkin dengan
kalimat kutipan.

b. Kutipan langsung panjang


Syarat:
i. APA Style(American Psychological Association)
Jika panjang kalimat yang dikutip lebih dari 40 kata.
ii. MLA Style (Modern Language Asociation)
Jika panjang kalimat yang dikutip lebih dari 4 baris 2

Cara menuliskan:
Sesuai dengan istilah yang mengikutinya, yaitu dengan cara membuat blok kalimat yang
dikutip tanpa tanda petik, ukuran font, dan spasi sesuai dengan karya tulis tetapi ditulis
menjorok/masuk 1 cm (5 spasi) dari batas margin kiri tulisan Anda. Oleh karena kalimat
yang dikutip ini tergolong banyak/panjang maka kalimat kutipan dipisahkan dari kalimat
Anda.

Sally A. 2012. Penulisan Sumber Kutipan dan Daftar Pustaka (http://library.petra.ac.id/files/


APA%20dan%20MLA%20edisi%20baru.pdf, diakses pada 28 Agustus 2017).
Etika
Berkomunikasi
di Media Sosial
(tak langsung)
Netiket
Terdapat beberapa definisi tentang netiquette, yaitu :
a. Etika dalam menggunakan Internet
b. Aturan-aturan/kebiasaan/etika/etiket umum yg berlaku di seluruh dunia, sehingga para pelaku
internet dapat dengan nyaman dalam berinteraksi di dunia maya ini

Aslinya dua kata yang dijadikan satu, yakni networks dan etiquette. Sebelum internet
lahir, kata netiquette tentu belum ada. Orang mengartikan sebagai berperilaku sesuai etiket saat
tersambung ke jaringan internet, entah itu saat berinteraksi di forum, mailing list, maupun blog.
Di dalam internet tidak ada aturan tertulis yang baku dan memiliki kekuatan legal yang dapat
dipakai sebagai acuan untuk memperlakukan dan mensikapi arus informasi dan data di
dalamnya.

Sebagai mahluk sosial pelaku internet memiliki kode etik universal sebagai acuan dalam
menjaga perilaku dan kehormatan dalam pergaulan komunitas dunia maya. Setiap lingkungan
punya nilai etika tersendiri dan tidak ada nilai baku yang berlaku, tiap orang dapat memiliki
interprestasi yang berbeda terhadap prinsip yang disepakati. Karena itu siapapun bebas untuk
mematuhi peraturan yang sesuai dengan dirinya dan yang tidak menyetujui bebas memilih untuk
tetap berada di sana sebagai minoritas atau keluar dari lingkungan tersebut.

Dalam kasus tertentu pelanggaran etika dapat diajukan ke pengadilan melalui mekanisme
hukum positif yang berlaku pada diri seseorang (warga negara) maupun lembaga/organisasi.
Yang paling sering terjadi tuntutan hukum adalah menyangkut soal pelanggaran Hak Cipta, Hak
Privacy dan serangan illegal (Spamming, Pirating, Cracking dan sejenisnya) terhadap suatu
produk, perseorangan maupun institusi yang dilindungi hukum positif secara internasional.

Level Komunikasi dalam Media Sosial

Level komunikasi terdiri dari komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal,


komunikasi kelompok, komunikasi publik, dan komunikasi massa. Tiap level komunikasi
memiliki ciri dan karakter tersendiri. Karakteristik media yang selama ini dikenal, melebur
dalam media baru. Ini karena terbentuknya mass-self comunication. Dalam media baru ada
kombinasi antara komunikasi interpersonal dengan komunikasi massa. Karena menjangkau
khalayak secara global maka bisa dikatakan komunikasi massa, dan pada saat yang sama karena
pesan yang ada dibuat, diarahkan, dan dikonsumsi secara personal, maka dikatakan komunikasi
interpersonal. (Utari, 2011:52-53).

Apa yang diungkapkan seseorang dalam media sosial, akan bisa dilihat khalayak banyak,
sehingga komunikasi massa terjadi. Dalam media sosial, komunikasi interpersonal dan
komunikasi massa melebur menjadi satu. Saat seseorang mengunggah sesuatu kemudian
ditanggapi pihak lain, lalu terjadi interaksi, maka komunikasi interpersonal terjadi. Disaat yang
sama, saat seseorang mengunggah sesuatu, apa yang diunggahnya bisa dilihat dan dinikmati
khalayak banyak, sehingga pada saat yang sama komunikasi massa juga terjadi, sebab
komunikasi massa tidak mensyaratkan adanya keterlibatan aktif semua pihak.

Komunikasi dalam media sosial tak terikat waktu, siang ataupun malam, pihak yang
terlibat didalamnya tetap bisa terlibat aktif. Juga tak terikat ruang, dengan siapapun di penjuru
dunia pihak yang terlibat di dalamnya bisa berkomunikasi. Hal ini tak mungkin dilakukan dalam
kontak tatap muka, termasuk juga jika menggunakan media komunikasi konvensional seperti
telepon, hal ini terkait dengan biaya dan perbedaan waktu. Komunikasi secara online dalam hal
ini dilihat lebih murah, cepat, dan mudah. (Adler & Rodman, 2006:189-190).

Watie ED. 2016. Komunikasi dan Media Sosial (Communications and Social Media).
Jurnal The Messenger. 2016 Mar 23;3(2):69-74.

Pentingnya Etika di Dunia Maya

Hadirnya internet dalam kehidupan manusia telah membentuk komunitas masyarakat


tersendiri. Suratmenyurat yang dahulu dilakukan secara tradisional (merpati pos atau kantor pos)
sekarang bisa dilakukan hanya dengan duduk dan mengetik surat tersebut di depan komputer.
Beberapa alasan mengenai pentingnya etika dalam dunia maya adalah sebagai berikut:

a. Bahwa pengguna internet berasal dari berbagai negara yang mungkin memiliki budaya,
bahasa dan adat istiadat yang berbeda- beda.
b. Pengguna internet merupakan orang–orang yang hidup dalam dunia anonymouse, yang
tidak mengharuskan pernyataan identitas asli dalam berinteraksi.
c. Pengguna internet merupakan orang–orang yang hidup dalam dunia anonymouse, yang
d. Tidak mengharuskan pernyataan identitas asli dalam berinteraksi.
e. Berbagai macam fasilitas yang diberikan dalam internet memungkinkan seseorang untuk
bertindak etis seperti misalnya ada juga penghuni yang suka iseng dengan melakukan hal
– hal yang tidak seharusnya dilakukan.
f. Harus diperhatikan bahwa pengguna internet akan selalu bertambah setiap saat dan
memungkinkan masuknya “penghuni” baru di dunia maya tersebut.

Sebuah millis atau forum menurut Suryaningsih (2006) juga mempunyai aturan-aturan,
diantaranya:

a. Jangan menggunakan huruf kapital penggunaan karakter huruf bisa dianalogikan dengan
suasana hati si penulis. Huruf kapital mencerminkan penulis yang sedang emosi, marah
atau berteriak.
b. Mengutip Seperlunya. Ketika peserta forum ingin memberi tanggapan terhadap postingan
seseorang dalam satu forum, maka sebaiknya bagian yang dikutip adalah bagian
terpentingnya saja yang merupakan inti dari hal yang ingin ditanggapi dan buang bagian
yang tidak perlu. Jangan sekali-kali mengutip seluruh isinya karena itu bisa membebani
bandwith server yang bersangkutan dan bisa berakibat kecepatan akses ke forum tersebut
menjadi terganggu.
c. Perlakuan Terhadap Pesan Pribadi Jika seseorang mengirim informasi atau gagasan
kepada anda secara pribadi (private message),anggota forum tidak sepatutnya
mengirim/menjawabnya kembali ke dalam forum umum, kelompok grup, atau milis.
d. Hati-hati Dalam Mem-forward Tidak semua berita yang beredar di internet itu benar
adanya. Sebelum memforward pastikanlah terlebih dahulu bahwa informasi yang ingin
anda kirim itu adalah benar adanya.
e. Menghindari Menggunakan Format HTML Jika anggota forum mengirim sebuah pesan
penting ke anggota yang lain, jangan gunakan format HTML tanpa yakin bahwa program
e-mail anggota forum tersebut bisa membaca kode HTML. Sebaliknya, format yang
digunakan adalah format plain text.
f. Menghindari Mengirim File (berukuran besar) Melalui Attachment Peraturan e-mail
secara internasional melarang transfer file melalui e-mail, apalagi di dalam milis. Pada
umumnya penyedia jasa internet (ISP) di Indonesia ‘hanya’ memberi quota space 2-5
MB. Pengiriman file yang besar, akan membuat proses downloading menjadi lamban,
g. Ketika ‘Harus’ Menyimpang Dari Topik Tiap milis/forum tentu memiliki peraturan
khusus mengenai obyek bahasan yang diperkenankan. Sehingga tatkala anggota forum
ingin menyampaikan/meminta sebuah informasi di luar topik yang telah ditentukan,
sepatutnya disertakan pula tanda khusus pada kolom subyek e-mail anggota milis yang
lain tidak terkecoh dengan isi e-mail tersebut.
h. Menghindari Personal Attack Ketika berada dalam situasi debat yang sengit, jangan
menjadikan kelemahan pribadi lawan sebagai senjata untuk melawan argumentasinya.
i. Kritik dan Saran yang Bersifat Pribadi Harus Lewat PM (Personal Message)
Bila kritik dan saran itu ditujukan untuk anggota forum secara umum atau pihak
moderator dalam rangka perbaikan sistem forum, anggoata forum boleh mempostingnya
di dalam forum selama tidak menunjuk orang per orang tertentu.
j. Jujur Dalam Mencantumkan Sumber dan/atau Penulis
k. Bijak Ketika Hendak Meng-copy Sebuah Situs

Etika Bertanya Dalam Sebuah Forum

Suryaningsih (2010) mengemukakan bahwa terdapat aturan-aturan yang perlu


diperhatikan bagi anggota sebuah forum atau millis, yaitu :

a. Menggunakan bahasa yang sopan.


b. Jangan mengasumsikan bahwa setiap anggota forum berhak mendapatkan
jawaban.
c. Memberi judul yang sesuai dan deskriptif.
d. Menjelaskan masalah secara detil berikut dengan data yang ada. INGAT bahwa
para pakar di forum tersebut tidak bisa mengakses komputer anda, jadi sumber
informasi mereka hanya dari tulisan anda saja. Maka buatlah tulisan tersebut
selengkap dan sedetail mungkin.
e. Membuat agar e-mail informatif dan tidak asal panjang lebar. melampirkan data-
data yang tidak relevan sehingga membuat e-mail menjadi sangat panjang justru
akan membuat para pakar merasa segan untuk menjawab email
f. Menulis pertanyaan dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penulisan
pertanyaan yang amburadul akan memberikan kesan bahwa seorang yang
ceroboh, dan para pakar yang sibuk akan merasa segan untuk meluangkan
waktunya untuk menanggapi email tersebut.
g. Jangan langsung mengklaim bahwa kesalahan ada pada pihak lain.
h. Menjelaskan dan memaparkan masalahnya
i. Membuat kesimpulan setelah permasalahan anda terjawab. Setelah pertanyaan
terjawab/masalah terselesaikan, perlu dikirim satu e-mail/tulisan lagi ke forum
yang menjelaskan langkah apa saja yang harus dilakukan untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Selain akan memberi manfaat serta kemudahan kepada orang
lain yang memiliki permasalahan serupa tanpa perlu mengajukan pertanyaan yang
sama.

Nur Hadi W. 2006. Etika Berkomunikasi di Dunia Maya dengan Netiquette. Trend Penelitian
dan Pembelajaran Matematika di Era ICT. 2006 Nov 24.
PARAFRASE
Parafrase:

a. menggunakan ide orang lain tetapi ditulis dengan menggunakan kata-kata anda sendiri.
b. HARUS menuliskan sumber referensi.
c. Parafrase adalah cara penulisan yang sering dipakai dan harus dikuasai dalam menulis
skripsi, paper, artikel ilmiah untuk jurnal, laporan penelitian, dll.

Parafrase berbeda dengan ringkasan (summary)

a. Ringkasan adalah versi singkat dari teks asli menggunakan kata-kata sendiri.
b. Parafrase bisa lebih pendek atau lebih panjang dari pada teks asli
c. Ringkasan menghilangkan rincian, contoh, dan poin pendukung dari teks asli
d. Parafrase menggambarkan teks asli dengan kata yang berbeda namun tidak
menghilangkan detail dari teks asli.
(http://quotations.about.com/cs/quotations101/a/aa042603.htm)

Artaria M. 2012. Hindari Plagiarism dalam Penulisan Artikel Jurnal Ilmiah (http://mita.blog.
unair.ac.id/files/2012/10/slides-plagiarism-utk-mahasiswa.pdf, diakses pada 28 Agustus
2017).

Ketentuan Parafrase
1. Perubahan struktur kalimat:
i. Pada dasarnya ketika melakukan parafrase seharusnya terjadi perubahan struktur
gramatikal yang sama sekali berbeda dengan ide dasarnya.
ii. Hal ini dapat dilakukan dengan menggabungkan kalimat atau memisahkan satu
kalimat yang panjang dengan lebih dari satu pokok pemikiran.
2. Penyerapan Makna:
i. Makna yang dihasilkan dari suatu parafrase tidak boleh berubah dari makna
aslinya.
ii. Hal ini juga berarti pada susunan argumen yang mnyertai ide tersebut.
3. Perubahan kata:
i. Gunakan kata yang sinonim, lebih baik bila kata-kata tersebut lebih mudah
dikenali dan bentuk frasenya lebih sederhana.
ii. Namun jangan lakukan perubahan kata bila maknanya berbeda atau kata tersebut
mengandung konsep-konsep tertentu yang bersifat orisinal.
4. Panjang-pendek parafrase sangat bergantung pada kreativitas dan kebutuhan penulis.
5. Sedapat mungkin parafrase harus menampilkan gaya penulis yang berkaitan dengan
keseluruhan maksud yang terkandung dalam penulisan terebut sehingga parafrase lebih
banyak menampilkan usaha penulis untuk memahami bacaan dan menempatkannya
dalam konteks penulisan

HI UMM. tt. Aturan Penulisan Ilmiah


(hi.umm.ac.id/files/ATURAN%20PENULISAN%20ILMIAH.pptx, diakses pada 28
Agustus 2017).

Teknik melakukan parafrase

1. Membaca berkali-kali tulisan yang ingin kita parafrasa-kan, sampai kita mendapatkan
maknanya,
2. Catat kata kunci dan ide pokok dari tulisan tersebut
3. Mulailah menuliskan makna dari tulisan dengan kata-kata dan gaya bahasa kita sendiri,
biasanya menggunakan bahasa yang efektif dan lebih sederhana
4. Setelah selesai, bandingkan tulisan kita dengan versi aslinya, untuk meyakinkan bahwa
maknanya tetap sama
5. Gunakan tools plagiarism checker untuk memastikan
6. Sitasikan sumber aslinya, dan cantumkan dalam daftar pustaka

Tips dan Trik Melakukan Parafrase

1. Menggunakan sinonim (kata-kata bermakna sama)  untuk parafrasa suku kata

2. Mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung

3. Mengubah kalimat aktif menjadi kalimat tidak aktif

4. Menggunakan ungkapan yang sepadan

5. Menggunakan kata ganti orang ketiga


Kunaefi A. tt. Teknik Sitasi Dalam Penulisan Karya Ilmiah
( http://www.uinsby.ac.id/lecturer/akunaefi/wp-content/uploads/2017/02/Teknik-
Sitasi-Dalam-Penulisan-Karya-Ilmiah.pptx, diakses pada 28 Agustus 2017).
Plagiarisme bukan bagian aku tapi

tambahan aja dikit hehe


Faktor-Faktor Penyebab Plagiarisme

Berikut merupakan alasan-alasan atau motivasi yang menjadi penyebab seseorang melakukan
tindakan plagiat (Hartosujono, 2004):

1. Individu merasa tertekan karena ingin mewujudkan suatu prestasi yang tinggi
2. Individu mengalami kecemasan yang tinggi terhadap situasi sekolah
3. Individu mengganggap bahwa prestasi yang tinggi merupakan tiket untuk meraih
penghargaan dalam kelas
4. Individu enggan dianggap sebagai siswa dengan peringkat terbawah, dan
5. Individu merasa takut gagal.

Studi empiris oleh Hulton & Donald P. French (2006), mengenai factor penyebab terjadinya
tindakan plagiat yaitu:

1. Adanya kemalasan pada diri sendiri

2. Karena merasa stres

3. Perilaku tersebut bukan merupakan hal yang salah dan merugikan

4. Memiliki keyakinan bahwa perilakunya tidak akan diketahui

Hasil penelitian lain yang mendukung adanya faktor-faktor penyebab adanya perilaku plagiat
dalam Dody Hartanto (2011), antara lain:

1. Adanya tekanan untuk mendapatkan nilai tinggi

2. Keinginan untuk menghindari kegagalan

3. Adanya persepsi bahwa sekolah melakukan hal yang tidak adil

4. Kurangnya waktu untuk menyelesaikan tugas sekolah

5. Tidak adanya sikap yang menentang perilaku plagiat di sekolah.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya


plagiarisme di sebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri sendiri:

a. Kecemasan
b. Tekanan/stress
c. Ketakutan akan kegagalan
d. Penghargaan diri yang rendah
e. Sikap pesimis terhadap kemampuan diri

2. Faktor Eksternal, yiutu faktor yang berasal dari luar:

a. Sikap permisif lingkungan terhadap perilaku plagiat


b. Kurang peka terhadap gejala-gejala yang menjadi penyebab timbulnya perilaku
plagiat
c. Sikap tidak tegas institusi terhadap sanksi-sanksi yang diberikan bagi pelaku plagiat
d. Kecenderungan menutupi kasus-kasus plagiat karena rasa takut akan pencitraan
negatif pada institusi
e. Pengaruh negatif dan tuntutan yang terlalu tinggi dari teman, sekolah, orang tua, dan
masyarakat.

Selain itu, ada beberapa alasan pemicu atau faktor penyebab terjadinya tindakan plagiat,
yaitu:

1. Terbatasnya waktu untuk menyelesaikan sebuah karya ilmiah yang menjadi beban
tanggungjawabnya. Sehingga terdorong untuk copy-past atas karya orang lain.

2. Rendahnya minat baca dan minat melakukan analisis terhadap sumber referensi yang
dimiliki.

3. Kurangnya pemahaman tentang kapan dan bagaimana harus melakukan kutipan.

4. Kurangnya perhatian dari guru ataupun dosen terhadap persoalan plagiarisme.

5. Penyalahgunaan teknologi di dalam era yang serba modern, banyak sekali kita
mendapatkan sebuah informasi. Baik melalui media cetak maupun media elektronik.
Akan tetapi banyak mahasiswa yang menggunakan teknologi sebagai bahan referensinya,
internet adalah salah satu contoh yang sering digunakan oleh mahasiswa untuk bahan
referensi. Akan tetapi mahasiswa sering tidak mencantumkan sumber yang mereka
peroleh ke dalam tugasnya.

6. Sanksi belum ditegakkan secara tegas. Di Indonesia sudah terdapat perlindungan terhadap
hasil karya seseorang. Akan tetapi hukum yang sudah ada belum secara maksimal di
tegakkan. Sehingga tindak plagiat masih terjadi di kalangan mahasiswa. Bahkan tidak
dapat di bedakan antara kaya yang asli dengan karya jiplakkan.

Beberapa alasan mengapa seorang mahasiswa melakukan plagiarism menurut Insley (2011),
adalah:

1. Tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan kutipan dan parafrase dan bagaimana
mengutip secara benar.
2. Menunda tugas hingga detik-detik terakhir,
3. Percaya bahwa melakukan plagiarisme merupakan cara tercepat untuk menyelesaikan
tugas-tugasnya
4. Merasa yakin bahwa dosen tak akan mendeteksi apa yang mereka lakukan.
5. Tidak punya cukup waktu untuk mengerjakan tugas karena lemahnya pengelolaan waktu,
suka menunda-nunda pekerjaan, ingin sempurna (perfectionist) dan karena kondisi di luar
kontrol.
6. Merasa tertekan untuk mendapatkan hasil yang baik dalam sebuah mata kuliah atau karir.
Tekanan itu dapat muncul karena begitu pentingnya tugas yang diberikan, tuntutan
keluarga, keinginan untuk memperoleh yang terbaik atau persaingan masuk universitas
atau untuk mendapatkan beasiswa.
7. Tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk mengerjakan tugas yang diberikan,
terutama dalam mencari artikel yang relevan, mengevaluasi sumber-sumber internet,
memahami istilah-istilah teknis, mengetahui dan menggunakan format dan model
pengutipan tertentu, melakukan pencatatan secara baik, atau tugas yang diberikan dosen
kurang jelas.
8. Tidak memahami perbedaan antara paraphrase dan plagiat, tidak menguasai teknik
pengutipan secara benar, tidak memahami perbedaan antara pengetahuan umum, ranah
publik dan hak akan kekayaan intelektual, atau tidak mengetahui bahwa sumber-sumber
yang dapat diakses secara online bukan merupakan ranah publik atau pengetahuan
umum.

USU Repository. Plagiarisme Kata (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/63073/4/


Chapter%20II.pdf., diakses pada 28 Agustus 2017)

Anda mungkin juga menyukai