Sindroma Nefrotik
Sindroma nefrotik adalah keadaan klinis dengan gejala proteinuria masif, hipoalbuminemia,
edema, dan hiperkolesterolemia. Pada kasus berat ditandai hipertensi,hematuria dan penurunan
fungsi ginjal. Pasien sindrom nefrotik biasanya datang dengan edema palpebra atau pretibia, pada
kondisi berat dapat disertai asites, efusi pleura, dan edema genetalia. Kadang dsertai oliguria dan
gejala infeksi, nafsu makan berkurang dan diare. di Indonesia sendiri dilaporkan 6 per 100.000 per
tahun pada anak berusia kurang dari 4 tahun per tahunnya. Perbandingan angka kejadian sindroma
nefrotik pada anak laki-laki dan perempuan adalah 2:1.
Etiologi
Patofisiologi
Gangguan filtrasi
glomerulus
Proteinuria masif
Underfill Overrfill
Edema
(anasarka)
Hiperkolesterolemia
Diagnosis Banding
Pemeriksaan penunjang
▰ Urinalisis. Pemeriksaan biakan urin hanya dilakukan jika ada gejala klinis yang mengarah ke
ISK.
▰ Protein urin kuantitatif, dapat menggunakan urin 24 jamatau rasio protein kreatinin pada uri
pertama pagi hari.
▰ DL lengkap
▰ Ureum, kreatinin, serta klirens kreatinin dengan cara klasik atau dengan rumus Schwartz
▰ Kadar komplemen C3, bila dicurigai penyebabnya adalah SLE ditambah dengan pemeriksaan
C4, ANA, dan anti ds-DNA
Penatalaksanaan
1. Diiteik
Pembatasan konsumsi protein sesuai RDA
Pembatasan konsumsi garam 1-2 gr/hari
2. Diuretik
mengurangi tingkat keparahan edema yang terjadi seperti edem paru, dan
peningkatan kerja jantung (cardiac overload).
4. Transfusi albumin
dapat diberikan infus albumin 20-25% dengan dosis 1 g/kgbb selama 2-4 jam untuk
menarik cairan dari jaringan interstisial
Gejala seperti tekanan darah tinggi, peningkatan ureum dan atau kreatinin, infeksi
berat,
Siklofosfamid dapat diberikan per oral dengan dosis 2-3 mg/kg bb/hari dosis tunggal,
maupun secara intravena (CPA puls) diberikan selama 8 minggu.
CPA puls diberikan dengan dosis 500 – 750 mg/m2 LPB, yang dilarutkan dalam 250
ml larutan NaCL 0,9%, diberikan selama 2 jam. CPA puls diberikan sebanyak 7 dosis,
dengan interval 1 bulan (total durasi pemberian CPA puls adalah 6 bulan)
Pada SN resisten steroid yang mengalami remisi dengan pemberian CPA, bila terjadi
relaps dapat dicoba pemberian prednison lagi karena SN yang resisten steroid dapat
menjadi sensitif kembali.
Namun bila pada pemberian steroid dosis penuh tidak terjadi remisi (terjadi resisten
steroid) atau menjadi dependen steroid kembali, dapat diberikan siklosporin
Komplikasi
rentan terhadap infeksi bakteri : pneumonia, sepsis, dan peritonitis sekunder akibat
Streptococcus pneumoniae, Escherichia coli, dan bakteri Hemophilus. yang dikarenakan
mengarah ke kadar serum imunoglobulin G yang rendah
Peningkatan hilangnya protein melalui urine dan molekul terikat protein. Hilangnya albumin
dan thyroid binding globulin dapat mengurangi kapasitas pengikatan untuk total
triiodothyronine dan tiroksin
transferrin dan erythropoietin (EPO) dapat hilang dalam urine pasien nefrotik. Karena
transferin mengangkut zat besi ke sel darah merah, tingkat transferin yang sangat menurun
dapat menghasilkan anemia mikrositik yang kurang responsif terhadap suplementasi zat besi
Dislipidemia
Pada SN dapat terjadi hipokalsemia karena penggunaan steroid jangka panjang yang
menimbulkan osteoporosis dan osteopenia serta kebocoran metabolit vitamin D.