Anda di halaman 1dari 8

PENILAIN KINERJA PENYULUHAN KESEHATAN NAPZA

PUSKESMAS TINOMBO TAHUN 2018

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA)


atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan Bahan/
Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya
penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner,
multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, konsekuen dan konsisten.

Meskipun dalam Kedokteran, sebagian besar golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya (NAPZA) masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan
atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila
disertai peredaran dijalur ilegal, akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun
masyarakat luas khususnya generasi muda.

Maraknya penyalahgunaan NAPZA tidak hanya dikota-kota besar saja, tapi sudah sampai ke
kota-kota kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia, mulai dari tingkat sosial ekonomi
menengah bawah sampai tingkat sosial ekonomi atas. Dari data yang ada, penyalahgunaan
NAPZA paling banyak berumur antara 15–24 tahun. Tampaknya generasi muda adalah
sasaran strategis perdagangan gelap NAPZA. Oleh karena itu kita semua perlu mewaspadai
bahaya dan pengaruhnya terhadap ancaman kelangsungan pembinaan generasi muda. Sektor
kesehatan memegang peranan penting dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan
NAPZA, melalui upaya Promotif, Preventif, Terapi dan Rehabilitasi.

Peran penting sektor kesehatan sering tidak disadari oleh petugas kesehatan itu sendiri,
bahkan para pengambil keputusan, kecuali mereka yang berminat dibidang kesehatan jiwa,
khususnya penyalahgunaan NAPZA. Bidang ini perlu dikembangkan secara lebih
profesional, sehingga menjadi salah satu pilar yang kokoh dari upaya penanggulangan
penyalahgunaan NAPZA.

Kondisi diatas mengharuskan pula Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan
dapat berperan lebih proaktif dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan NAPZA di
masyarakat.

Dari hasil identifikasi masalah NAPZA dilapangan melalui diskusi kelompok terarah yang
dilakukan Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat bekerja sama dengan Direktorat Promosi
Kesehatan – Ditjen Kesehatan Masyarakat Depkes-Kesos RI dengan petugas-petugas
puskesmas di beberapa propinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, Bali
ternyata pengetahuan petugas puskesmas mengenai masalah NAPZA sangat minim sekali
serta masih kurangnya buku yang dapat dijadikan pedoman.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat – Ditjen
Kesehatan Masyarakat Depkes – Kesos RI merasa perlu untuk menyusun suatu
pedoman praktis yang mudah dipelajari untuk menanggulangi penyalahgunaan Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.

Adanya Buku Pedoman Praktis mengenai Penyalahgunaan NAPZA bagi petugas Puskesmas,
diharapkan dapat menjadi penuntun bagi petugas Puskesmas dalam membantu
menanggulangi masalah NAPZA di masyarakat.
A. TUJUAN
1. Tujuan umum:
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif lainnya (NAPZA)
2. Tujuan khusus:
a. Masyarakat mengetahui pengertian NAPZA
b. Masyarakat mengetahui tentang jenis-jenis NAPZA
c. Masyarakat mengetahui tentang dampak penggunaan NAPZA
d. Masyarakat mengetahui pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya NAPZA

B. RUANG LINGKUP PENILAIAN

Ruang lingkup penilaian program Kesehatan Napza sebagai berikut :

a. Penyuluhan Kesehatan Napza Di Sekolah

b. Penyuluhan kesehatan Napza


Cakupan Hasil Penilaian Kinerja Kesehatan Napza meliputi:

CAKUPAN
UPAYA TARGET
KEGIAT SATUA PENCA SUB VARI
NO KESEHAT SASARA
AN N PAIAN VARIA ABE
AN N
BEL L
1 2 3 4 5 6 7
UKM PENGEMBANGAN
1 Kesehatan Penyuluhan
Napza Napza Orang 15 4 100%
Masyarakat
Penyuluhan
napza Orang 100% 56% 44%
Disekolah

II. HASIL PENILAIAN

A. PENYULUHAN NAPZA MASYARAKAT

Suatu upaya untuk menyebarkan informasi tentang NAPZA kepada kelompok masyarakat di wilayah
Puskesmas Sebagai acuan Petugas Dalam Melakukan penyuluhan Napza

Adapun hasil penilaian indikator sebagaimana terlihat pada gambar sebagai berikut :
DIAGRAM LABA2 INDIKATOR PENYULUHAN NAPZA
MASYARAKATsss
PUSKESMAS TINOMBO TAHUN 2018
TIBU
7 6
BAINA' A BARAT DUSUNAN
6
AMABASON MEKAR 5 DUSUNAN BARAT
4
3 2
BAINA'A 21 2 LOMBOK
3 1
1 2
00 1
DONGKAS SIAVU
2 0
2
SILABIA 2 3 TINOMBO
7

TAIPAOBAL LOMBOK BARAT


OGOALAS PATINGKE

Berdasarkan diagram diatas semua pasien jiwa di seluruh desa baik desa dataran
maupun darcil sudah mencapai target 100% di puskesmas tinombo tahun 2017

B. KUNJUNGAN RUMAH
Kunjungan rumah pasien jiwa adalah mengunjungi tempat tinggal pasien jiwadan
bertemu dengan keluarga untuk mendapatkan berbagai informasi penting
yangd i p e r l u k a n d a l a m r a n g k a m e m b a n t u p a s i e n d a l a m p r o s e s p e n ym
b u h a n . melakukan penyuluhan pemberian edukasi kesehatan fisik, mental, sosial
terkait dengan k e b u t u h a p a s i e n s e l a m a m e n j a l a n i p e r a w a t a n
kesehatan.
K u n j u n g a n r u m a h merupakan alternatif yang baik untuk dilakukan sebagai
salah satu upaya membantu proses perubahan respon maladaptif pasien menjadi respon
yang lebih adaptif. Hal inimenjadi alasan bahwa melalui kunjungan rumah akan
didapatkan informasi data fisik maupun non fisik pasien dan keluarga yang dibutuhkan
untuk proses penyembuhan difasilitas kesehatan se!ara lebih lengkap dan sesuai dengan
keadaan nyata pasien.

Adapun hasil penilaian indikator sebagaimana terlihat pada gambar sebagai berikut :
DIAGRAM LABA2 INDIKATOR PEMANTAUAN
KASUS JIWA
PUSKESMAS TINOMBO TAHUN 2017
TIBU
BAINA' A BARAT 5 DUSUNAN
AMABASON 4 3
DUSUNAN BARAT
MEKAR 3
2 1
BAINA'A LOMBOK
1 1
10
1 1
00 1
DONGKAS SIAVU
1 0
1 1
SILABIA TINOMBO
2 5

TAIPAOBAL LOMBOK BARAT


OGOALAS PATINGKE

Berdasarkan diagram diatas semua pasien jiwa dilakukan kunjungan rumah sudah
mencapai target 56% di puskesmas tinombo tahun 2017

C. PENYULUHAN KESEHATAN JIWA


Gangguan kesehatan jiwa menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi indifidu dan
keluarganya baik mental maupun materi,pengertian,pengetahuan dan stickman
masyarakat terhadap penderita jiwa di anggap hina dan memalukan.Pemahaman yang
masih kurang tentang kesehatan jiwa di berbagai kalangan,di dukang mayoritas oleh
factor kemiskinan keluarga.Dengan masalah tersebut di atas berketuk untuk
melaksanakan program kesehatan jiwa.

Adapun hasil penilaian indikator sebagaimana terlihat pada gambar sebagai berikut :
DIAGRAM LABA2 INDIKATOR
PENYULUHAN KASUS JIWA
PUSKESMAS TINOMBO TAHUN 2017

TIBU
BAINA' A BARAT 0.07 DUSUNAN
0.06
7%
AMABASON MEKAR 0.05 DUSUNAN BARAT
0.04
0.03
7%
BAINA'A LOMBOK
0.02
0.01
0%0%0%0%
0%
0%0 0%
DONGKAS 0% 0% SIAVU
0%0%0%0%

SILABIA TINOMBO

TAIPAOBAL LOMBOK BARAT


OGOALAS PATINGKE

Berdasarkan diagram diatas semua pasien jiwa dilakukan kunjungan rumah sudah
mencapai target 13% di puskesmas tinombo tahun 2017

III. PENUTUP
Demikian penilaian kinerja ini dibuat untuk dijadikan pedoman dalam menentukan
langkah-langkah suatu kegiatan dalam penyelenggaraan UKM Kesehatan Jiwa di Puskesmas
Tinombo, sehingga penyelenggaraan dapat berjalan baik tanpa menyimpang dari apa yang
seharusnya dan dapat mencapai target kinerja yang diharapkan dengan kesimpulan sebagai
berikut :
a. Pelacakan kasus Jiwa mencapai target 100%
b. Kunjungan rumah mencapai target 56%
c. Penyuluhan kesehatan Jiwa target 13

Anda mungkin juga menyukai