Anda di halaman 1dari 61

i

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA PERAWAT


PROFESIONAL DENGAN PERAWAT VOKASIONAL DI RUMAH
SAKIT UMUM KUMALA SIWI KUDUS

SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan Oleh :

RAHMA LIONITA LAMANDAWATI


J 500 110 120

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

i
ii

SKRIPSI
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA PERAWAT
PROFESIONAL DENGAN PERAWAT VOKASIONAL DI RUMAH
SAKIT UMUM KUMALA SIWI KUDUS
Yang diajukan Oleh :
Rahma Lionita Lamandawati
J500110120

Penguji
Nama : dr. Yusuf Alam Romadhon, M.Kes
NIP/NIK : 1003 (.....................)

Pembimbing Utama
Nama : dr. Rh. Budhi Muljanto, Sp.KJ
NIP/NIK : 200.1541 (.....................)

Pembimbing Pendamping
Nama : dr. Erna Herawati
NIP/NIK : 1046 (.....................)

Dekan

Prof. Dr. Bambang Soebagyo, dr. Sp. A (K)


NIK. 400.1243

ii
iii

MOTTO

“Allah akan mengangkat (derajat) orang - orang yang

beriman diantaramu dan orang – orang yang diberi ilmu

pengetahuan

-QS. Al-Mujadalah:11 –

“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka

Allah memudahkan baginya jalan menuju surga”

-HR Muslim-

“Orang yang tidak pernah membuat kesalahan adalah orang

yang tidak pernah mencoba hal baru”

-Albert Einstein-

“Apabila kamu tidak pernah merasa lelah, berarti kamu

sedang tidak memperjuangkan apapun dihidupmu”

-Soyidiyos-

iii
iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................... ii
PERNYATAAN ........................................................................................... iii
MOTTO ....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
ABSTRAK ................................................................................................... xi
ABSTRACT ................................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian .............................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Dasar Teori
1. Kecemasan ..................................................................... 5
a. Definisi ................................................................... 5
b. Epidemiologi .......................................................... 5
c. Etiologi ................................................................... 6
d. Faktor Risiko .......................................................... 6
e. Patofisiologi ............................................................ 7
f. Manifestasi Klinis ................................................... 8
g. Penatalaksanaan ...................................................... 8
h. Alat Ukur Kecemasan ............................................. 9
2. Perawat dan Keperawatan ............................................ 11
a. Definisi ................................................................... 11
b. Kategori Perawat .................................................... 12
1) Perawat Profesional .......................................... 12
2) Perawat Vokasional .......................................... 14
3. Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Perawat Profesional
dengan Perawat Vokasional ........................................ 15
B. Kerangka Konsep ............................................................... 17

iv
v

C. Hipotesis ............................................................................. 18

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian ..................................................................... 19
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 19
C. Populasi Penelitian ............................................................... 19
D. Sampel dan Teknik Sampling .............................................. 19
E. Estimasi Besar Sampel ......................................................... 20
F. Kriteria Restriksi .................................................................. 20
G. Variabel Penelitian ............................................................... 21
H. Definsi Operasional ............................................................. 21
I. Instrumen Penelitian ............................................................ 22
J. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 22
K. Analisis Data ........................................................................ 23
L. Skema Penelitian .................................................................. 23
M. Jadwal Pelaksanaan ............................................................. 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil ..................................................................................... 25
B. Pembahasan .......................................................................... 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .......................................................................... 31
B. Saran .................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 32


LAMPIRAN

v
vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan


Tabel 2. Distribusi Responden Penelitian
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Tabel 5. Uji Normalitas Data Perawat Profesional dan Vokasional
Tabel 6. Uji t-tidak Berpasangan Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara
Perawat Profesional Dengan Perawat Vokasional

vi
vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Konsep


Gambar 2. Skema Penelitian

vii
viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Permohonan


Lampiran 2. Lembar Persetujuan
Lampiran 3. Lembar Formulir Biodata
Lampiran 4. Kuesioner Penelitian L-MMPI
Lampiran 5. Kuesioner TMAS
Lampiran 6. Data Mentah Hasil Penelitian
Lampiran 7. Distribusi Data
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian

viii
ix

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini bukan merupakan karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya tidak mengandung karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 6 Februari 2015

Rahma Lionita Lamandawati

ix
x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabil ‘aalamin, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat


Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara
Perawat Profesional Dengan Perawat Vokasional Di Rumah Sakit Umum Kumala
Siwi Kudus”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Dalam skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan arahan dan bimbingan sehingga dapat membantu dalam
penyelesaian skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Bambang Soebagyo, dr., Sp.A. (K), selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. dr. M. Shoim Dasuki, M. Kes, selaku Kepala Biro Skripsi Fakultas
Kedokteran Muhammadiyah Surakarta.
3. dr. Rh Budhi Muljanto, Sp.KJ, selaku Pembimbing Utama yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan masukan, bimbingan dan saran
dalam penyusunan skripsi ini.
4. dr. Erna Herawati, selaku Pembimbing Pendamping yang telah banyak
membantu serta memberikan saran dan bimbingan selama penyusunan
skripsi.
5. dr. Yusuf Alam Romadhon, M. Kes, selaku penguji yang telah banyak
memberikan koreksi untuk perbaikan dan selesainya skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan ilmu kepada
seluruh mahasiswa terutama penulis.
7. Direktur Rumah Sakit Umum Kumala Siwi kudus yang telah member
ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. Seluruh staf Rumah
Sakit Umum Kumala Siwi Kudus yang telah bersedia memberikan
bantuannya dalam pelaksanaan penelitian ini.

x
xi

8. Kedua orang tua tercinta ibu Sulistyowati, dan bapak Anwar Riyanto
terima kasih atas kasih sayang, dukungan, serta tidak henti-hentinya
mendoakan penulis dalam kesuksesan penyelesaian skripsi ini.
9. Kakak dan adik-adikku tersayang, Rizka Amalia Sulistyorini, Achmad
Haidir Fajar Suprihanto, Adha Qudsiya Dewi Lutfiani, Hexana
Khairani Ayudya Putri. Terima kasih atas bantuan, dukungan, serta
doa yang diberikan untuk kelancaran penyusunan skripsi ini.
10. Teman-teman seperjuangan dalam pembuatan skripsi dibidang ilmu
kedokteran jiwa (Rima, Adel, Monik, Ryta, Ika, Oriza, Jum, Najib,
Agung dan Nawa) yang selalu memberi masukan dan saran satu sama
lain.
11. Sahabat-sahabatku di FK UMS Wiji, Misbah, Astri, Jayeng, Ryta,
Asella, Mbak Rahma, Diani Arum dan Rindra tak lupa juga grup
parang chantel 7A Iconk, Erwin, Najib, Jum, Arya, Dhika, Kakung,
Ikhwan, Adel, Fidel, Tyas dan Dea yang selalu menghibur, memberi
semangat dan dukungan.
12. Rekan-rekan satu alamameter yang banyak memberikan masukan dan
saran dalam penyusunan skripsi ini.
13. Pihak-pihak yang telah membantu namun tidak dapat disebutkan satu-
persatu.

Penulis menyadari kekurangan skripsi ini, penulis sangat mengharapkan


kritik dan saran untuk peningkatan skripsi ini. Semoga penelitian ini bermanfaat
bagi semua.

Surakarta, 6 Februari 2015

Rahma Lionita Lamandawati

xi
xii

ABSTRAK
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA PERAWAT
PROFESIONAL DENGAN PERAWAT VOKASIONAL
DI RUMAH SAKIT UMUM KUMALA SIWI KUDUS

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta


Rahma Lionita Lamandawati, Rh Budhi Muljanto, Erna Herawati

Latar Belakang: Perawat adalah komponen yang tak terpisahkan dari dunia
kesehatan. Namun, banyak dari mereka yang dikenal bekerja di lingkungan stres
yang dapat mempengaruhi kesejahteraan mereka. Hal ini dapat berdampak
kecemasan bagi penderita. Masalah ini dapat berdampak pada seseorang karena
akan mengalami penurunan produktivitas.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat


kecemasan antara perawat profesional dengan perawat vokasional di Rumah Sakit
Umum Kumala Siwi Kudus.

Metode Penelitian: Metode penelitian menggunakan desain observasional


analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel penelitian ini masing-
masing sebanyak 26 perawat profesional dan perawat vokasional yang sesuai
dengan kritaria restriksi, diambil menggunakan teknik purposive sampling.
Pengumpulan data responden dilakukan dengan cara mengisi biodata, kuesioner
L-MMPI dan kuesioner TMAS. Data Dianalisis menggunakan uji t tidak
berpasangan.

Hasil Penelitian: Didapatkan hasil p=0,001 (<0,05) yang artinya bermakna secara
statistik. Nilai mean pada perawat profesional sebesar 22,73 sedangkam perawat
vokasional sebesar 18,23 menunjukan tingkat kecemasan perawat profesional
lebih tinggi dibanding perawat vokasional.

Kesimpulan: Terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara perawat profesional


dengan perawat vokasional di Rumah Sakit Umum Kumala Siwi Kudus, di mana
tingkat kecemasan perawat profesional lebih tinggi dari pada perawat vokasional.

Kata Kunci: kecemasan, perawat profesional, perawat vokasional

xii
xiii

ABSTRACT

DIFFERENCE ON ANXIETY LEVEL BETWEEN


THE PROFESSIONAL NURSE WITH VOCATIONAL NURSE OF
GENERAL HOSPITAL KUMALA SIWI KUDUS

Faculty of Medicine Muhammadiyah University of Surakarta


Rahma Lionita Lamandawati, Rh Budhi Muljanto, Erna Herawati

Background: Nurse are unseparate component of world’s health. However, many


of them are known working at stress environment that can affect their welfare.
This case can make anxiety for them. This problem can affect people because it
will decrease productivity.

Objective: This study aimed to determine differences in the level of anxiety among
professional nurses with vocational nurse at the General Hospital Kumala Siwi
Kudus

Methods: The method uses observational analytic design with cross sectional
approach. Number of sample were 26 respondents from nurse professional and 26
from nurse vocational who met the restriction criteria, by using a purposive
sampling technique. Then respondents fill out the instrument to get data. Data
were analyzed by unpaired t test.

Results: Obtain result p = 0.001 (<0.05), which means statistically significant.


The mean value of professional nurse is 22,73 and 18,23 of vocational nurse were
professional nurse more have high anxiety level than vocational nurse.

Conclusions: There are differences in the level of anxiety among professional


nurses with vocational nurses in General Hospital Kumala Siwi Kudus, were
professional nurse have higher anxiety level than vocational nurse.

Keywords: anxiety, professional nurses, vocational nurses

xiii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perawat adalah seorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang
diperoleh melalui pendidikan kesehatan (UU kesehatan No.22 tahun 2014).
Perawat adalah komponen yang tak terpisahkan dari angkatan kerja dalam
sistem perawatan kesehatan, dan perawat lebih sering bersinggungan dengan
pasien oleh sebab itu kinerja mereka pasti sangat mempengaruhi kualitas
keseluruhan perawatan pasien di rumah sakit (Koesmono, 2007). Ada dua
kategori tenaga keperawatan menurut UU Praktik Keperawatan, yaitu perawat
vokasional dan perawat profesional. Perawat vokasional adalah seseorang
yang telah menyelesaikan pendidikan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dan
lulusan Program Diploma III Keperawatan. Perawat profesional adalah
seseorang yang lulus dari pendidikan tinggi keperawatan dan terakreditasi,
terdiri dari ners generalis, ners spesialis dan ners konsultan (Depkes, 2011).
Perawat sendiri harus mempunyai landasan keilmuan yang kuat dan
sikap profesionalisme dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
(Asmadi, 2008), sehingga perawat mempunyai tanggung jawab yang besar
dalam menjalankan profesinya. Berdasarkan tersebut perawat sangat mungkin
mengalami kecemasan. Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang
dialami oleh setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari
kehidupan sehari-hari. Biasanya ditandai dengan perasaan tegang yang
berlebihan atau tidak pada tempatnya yang ditandai oleh perasaan khawatir,
takut, atau tidak menentu (Maramis, 2010).
Setiap hari, dalam melaksanakan pengabdiannya seorang perawat tidak
hanya berinteraksi dengan pasiennya, tetapi juga dengan keluarga pasien,
teman pasien, rekan kerja sesama perawat, berhubungan dengan dokter,
peraturan yang ada ditempat bekerja, beban kerja yang kadangkala dinilai

1
2

tidak sesuai dengan kondisi fisik, psikis dan emosionalnya. Kondisi ini dapat
menimbulkan stres kerja yang menyebabkan penyimpangan pada fungsi
psikologis, fisik, dan tingkah laku individu yang menyebabkan terjadinya
penyimpangan dari fungsi normal. Sementara Beehr (1985) menyebutkan
bahwa gangguan psikologis yang paling sering terjadi sebagai akibat stres
kerja adalah kecemasan dan depresi (Almasitoh, 2011).
Di Amerika Serikat sendiri, gangguan kecemasan mempengaruhi
sekitar 40 juta orang dewasa berusia 18 tahun dan lebih tua (sekitar 18% dari
populasi itu) setiap tahun dan mempengaruhi sekitar 28,8% dari populasi
Amerika Serikat dalam waktu hidup mereka (Gao et al., 2012). Di Indonesia,
berasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2007, menunjukan
prevalensi gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan dan
depresi sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa. Berarti dengan jumlah
orang dewasa Indonesia lebih kurang 150.000.000 ada 1.740.000 orang saat
ini yang mengalami gangguan mental emosional (Supriyantoro, 2011).
Sedangkan dari penelitian yang dilakukan oleh Gao, menunjukan
bahwa, secara umum, prevalensi kecemasan pada perawat adalah lebih tinggi
dari seluruh penduduk. Di Singapura, 21% dari perawat di sebuah rumah sakit
umum ditemukan menderita gangguan kecemasan, tetapi, yang menarik,
hanya sebagian kecil yang benar-benar meminta bantuan untuk masalah
emosional mereka (<4%). Di Amerika Serikat, sekitar 20% dari ICU dan
perawatan umum perawat dari rumah sakit yang berbeda memiliki gejala yang
konsisten dengan kemungkinan kecemasan. Hasil dari studi menunjukan
bahwa perawat adalah profesi yang merupakan predisposisi pekerja untuk
gangguan mental seperti kecemasan (Gao, et al., 2012).
Perawat profesional lebih banyak mendapatkan teori dan berkewajiban
menyalurkan ketrampilannya kepada perawat vokasional dan pasien,
sedangkan pada perawat vokasional hanya melakukan tindakan medis
berdasarkan perintah perawat profesional. Oleh sebab itu perawat profesional
memiliki tanggung jawab yang kebih besar dibandingkan perawat vokasional
sehingga perawat profesional lebih besar kemungkinan mengalami
3

kecemasan. Maka dari itu disebutkan juga dalam penelitian sebelumnya


bahwa perawat dengan latar belakang pendidikan yang lebih tinggi ternyata
memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi daripada perawat dengan latar
belakang pendidikan yang lebih rendah (Gao et al., 2012).
Berdasarkan dari hasil survey yang peneliti lakukan di RSU Kumala
Siwi Kudus pada tanggal 11 Agustus 2014 terhadap 5 orang Perawat
Profesional dan 5 orang Perawat Vokasional mengatakan bahwa perawat
profesional mempunyai tanggung jawab yang lebih berat dibandingkan
perawat vokasional. Perawat Profesional sebagian besar dijadikan Kepala
Ruang dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukan oleh perawat
vokasional. Mereka mengalami kecemasan dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya. Beban tugas yang berat menuntut perawat profesional
untuk lebih bekerja secara maksimal.
Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang perbedaan tingkat kecemasan antara perawat profesional dengan
perawat vokasional di Rumah Sakit Umum Kumala Siwi Kudus.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah : Apakah terdapat perbedaan tingkat kecemasan
antara perawat profesional dengan perawat vokasional di RSU Kumala Siwi
Kudus?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat
kecemasan antara perawat profesional dengan perawat vokasional di RSU
Kumala Siwi Kudus.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
4

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang perbedaan


kecemasan antara perawat profesional dengan perawat vokasional di
rumah sakit.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam dunia
kedokteran untuk memberikan upaya pencegahan dan mengetahui gejala
awal munculnya kecemasan pada perawat dalam tugasnya, sehingga
produktifitas kerja perawat lebih baik dan pelayanan kesehatan pasien
lebih memuaskan.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori
1. Kecemasan
a. Definisi
Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan,
memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan
seseorang berfikiran mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman.
Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir setiap manusia.
Perasaan tersebut ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak
menyenangkan dan samar-samar. Kecemasan juga sering kali disertai
dengan gejala otonomik seperti nyeri kepala, berkeringat, kekakuan
pada dada, dan gangguan pada lambung ringan (Kaplan & Sadock,
2010).
Kecemasan adalah reaksi normal terhadap stres dan benar-benar
dapat bermanfaat dalam beberapa situasi. Namun apabila kecemasan
tersebut berlebihan, terkadang kita akan sulit untuk mengendalikannya
National Institute of Mental Health (NIH). Gejala yang dirasakan ada
yang psikologis dan fisiologis yang bergabung untuk menciptakan
perasaan yang tidak menyenangkan yang biasanya disertai dengan
perasaan takut dan khawatir (Gao et al., 2012).
Dalam Maramis (2009) menjelaskan juga bahwa kecemasan
mendatangkan perasaan tegang yang berlebihan atau tidak pada
tempatnya yang ditandai dengan perasaan khawatir, takut atau tidak
menentu.
b. Epidemiologi
Gangguan kecemasan merupakan gangguan psikiatri yang paling
sering ditemukan (Kaplan & Sadock, 2010). Gangguan kecemasan
lebih sering dialami oleh perempuan dibandingkan laki-laki yaitu

5
6

dengan prevalensi 17,9% dan 10,8% atau perbandingannya 3:2 (The


Mental Health of Australians 2, 2007).
Prevalensi seumur hidup dari DSM-IV / World Mental Health -
Composite International Diagnostic Interview (WMH - CIDI) disorder
di total National Comorbidity Study-Replication (NCS-R) s. Gangguan
kecemasan adalah kelas yang paling umum dari gangguan mental
(28,8%), diikuti oleh gangguan impuls – control (24,8%), gangguan
mood (20,8%) dan gangguan penggunaan zat (14,6%) (Kessler et al.,
2005).
c. Etiologi
Menurut Kaplan & Sadock (2010) penyebab kecemasan dapat
digolongkan berdasarkan teori-teori yang berperan dalam terapi
kecemasan seperti teori psikologis, teori biologis, dan pertimbangan
neuroanatomis.
1) Teori psikologis : teori psikoanalitik, teori perilaku, dan teori
eksistensial. Tiga bidang utama teori tersebut masing-masing teori
memiliki kegunaan praktis dan konseptualnya daalam terapi
kecemasan.
2) Teori biologis : sistem sarat otonom, neurotransmiter, norepinefrin,
serotonin, GABA, aplysia.
3) Pertimbangan neuroanatomis : sistem limbik dan korteks serebral.
d. Faktor Risiko
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecemasan yaitu:
1) Gender/Perbedaan Jenis Kelamin
Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, menurut
Kaplan dan Sadock (2010) mengatakan bahwa perempuan
lebih cemas dibanding dengan laki-laki. Perempuan memiliki
risiko dua kali lebih cemas dibandingkan dengan laki-laki
(University of Maryland Medical Center , 2013).
7

2) Pengalaman
Mengalami peristiwa kehidupan yang penuh stres, secara fisik
terbatas dalam kegiatan sehari-hari, dan telah memilki
pengalaman masa kecil yang sulit juga meningkatkan risiko
seseorang untuk mengembangkan gangguan kecemasan (NIH
Senior Health).
3) Respon Terhadap Stimulus
Menurut Trismiati (2006), kemampuan seseorang menelaah
rangsangan atau besarnya rangsangan yang diterima akan
mempengaruhi kecemasan yang timbul.
4) Faktor Genetik
Faktor genetik mungkin memiliki peranan dalam beberapa
kasus. Orang tua yang memiliki gangguan kecemasan akan
meningkatkan resiko terjadinya gangguan kecemasan pada
keturunannya (NIH).
5) Perpisahan dengan orangtua
Anak-anak atau seorang remaja yang terpisah dengan orang
tua maupun kerabat dekat yang dicintai dapat memicu
timbulnya kecemasan (Kaplan & Sadock, 2010).
e. Patofisiologi
Dalam sistem saraf pusat (SSP) mediator utama dari gejala
gangguan kecemasan tampaknya norepinefrin, serotonin, dopamine
dan gamma-aminobutyric acid (GABA). Neurotransmiter lain dan
peptide, seperti faktor corticotrophin-releasing, mungkin terlibat.
Peripheral, sistem saraf otonom, terutama sistem saraf simpatik,
memediasi banyak gejala (Yates, 2014). Menurut Mandal (2012)
penyebab gangguan kecemasan adalah ketidakseimbangan bahan
kimia tertentu yang ada di otak. Sebenarnya utusan kimia yang
membawa informasi dalam otak dan disebut neurotransmiter.
Neurotransmiter yang berhubungan dengan gangguan kecemasan ada
dua yaitu serotonin dan noradrenalin. Ketidakseimbangan
8

neurotransmiter ini menyebabkan perubahan fisik dan suasana hati


tertentu dan manifestasi. Masalah yang paling umum adalah serotonin
rendah dan noradrenalin tinggi. Ada lagi yaitu gangguan asam gamma-
aminobutyric (GABA) sistem di otak adalah penyebab lain dari
gangguan kecemasan.
f. Manifestasi klinis
Adapun manifestasi klinis yang sering dirasakan oleh
seseorang yang mengalami gangguan kecemasan, menurut Hawari
(2006).
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, dan
mudah tersinggung;
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah tersinggung;
3. Takut sendirian, takut dengan tempat keramaian dan banyak orang
disekelilingnya;
4. Pola tidur yang terganggu, mimpi-mimpi yang menegangkan
seperti mimpi buruk;
5. Hingga gangguan konsentrasi dan daya ingat juga ikut terganggu;
6. Adapun juga keluhan-keluhan somatik juga dirasakan pada
seseorang yang merasa cemas, misalnya rasa sakit otot dan tulang,
pendengaran berdenging, jantung berdebar-debar, nafas terasa
sesak dan gangguan percernaan dll.
g. Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2006) penatalaksanaan kecemasan
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik
(menyeluruh), yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik,
psikososial dan psikoreligius. Untuk terapi psikofarmaka merupakan
pengobatan untuk cemas dengan menggunakan obat-obatan. Terapi
psikofarmaka yang sering digunakan adalah obat anti cemas
(anxiolytic) seperti diazepam, lorazepam dan alprazolam. Obat anti
depresi juga berkhasiat sebagai obat anti stres contohnya SSRIs
9

(Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) fluoxetine, sertraline,


escitalopram, paroxetine dan citalopram.
Menurut National Institutes of Health (NIH) psikoterapi juga
dianjurkan dalam pengobatan yaitu dengan terapi kognitif-perilaku
atau Cognitive Behavioral Therapy (CBT) sangat berguna dalam
mengobat gangguan kecemasan. Bagian kognitif membantu orang
mengubah cara mereka bereaksi terhadap situasi kecemasan.
Dibenarkan juga pada penelitian yang dilakukan oleh (Wetherell dkk,
2013) menunjukan bahwa penambahan terapi CBT dapat menjadi
pilihan yang efektif untuk beberapa pasien setelah menggunakan obat
anti depresan SSRI sebagai standart pengobatan lini pertama untuk
gangguan kecemasan. Dari hasil yang didapat kombinasi antara SSRI
dengan CBT sangat efektif untuk pencegahan kekambuhan gangguan
kecemasan.
h. Alat ukur kecemasan
Terdapat beberapa alat ukur kecemasan yang dapat digunakan
untuk mengukur kecemasan, diantaranya adalah :
1) Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) pertama kali
digunakan pada tahun 1965, yang diperkenalkan oleh Max
Hamilton. Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat
kecemasan menurut alat ukur kecemasan. Skala ini terdiri dari 14
kelompok gejala yang nampak pada individu yang mengalami
kecemasan dengan gejala-gejala yang lebih spesifik, yakni :
perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan
kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatik, gejala sensorik,
gejala kardiovaskuler, gejala respiratori, gejala gastrointestinal,
gejala urogenital, gejala autonom, dan tingkah laku pada
wawancara. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian
angka (score) antara 0-4, yang artinya adalah nilai 0 “tidak ada
gejala”, 1 “gejala ringan”, 2 “gejala sedang”, 3 “gejala berat”, 4
10

“gejala sangat berat”. Dengan total nilai 0-56, dimana <14 tidak
ada kecemasan, 14-20 (kecemasan ringan), 21-27 (kecemasan
sedang), 28-41 (kecemasan berat), 42-56 (kecemasan berat sekali)
(Hawari, 2009).
Kelemahan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRSA)
adalah kemampuannya buruk untuk membedakan antara efek
anxiolitik dan antidepresan, serta kecemasan somatik dan sisi efek
somatik (Hamilton M., 1959).
2) Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)
Adalah skala yang digunakan untuk mengukur tingkat
kecemasan pada responden. Skala ini terdiri dari 50 item
pertanyaan yang diambil dari Minnesota Multiphasic Personality
Inventory (MMPI) dimana responden hanya menjawab “ya” atau
“tidak” sesuai dengan keadaan dirinya. TMAS telah divalidasi
penggunaanya di Indonesia dengan hasil baik. Sensitivitasnya
cukup tinggi. Skala ini terdiri dari 2 bagian :
a. Butir-butir pertanyaan yang sesuai dengan kecemasan yaitu ada
37 pertanyaan favourable yaitu nomor 2, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 13,
14, 16, 17, 19, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 30, 31, 33, 34, 35, 36,
37, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49. Setiap pertanyaan
favourable bernilai 1 untuk jawaban “ya” dan 0 untuk jawaban
“tidak”.
b. Butir-butir pertanyaan yang tidak sesuai untuk kecemasan yaitu
ada 13 pertanyaan unfavourable yaitu nomor 1, 3, 4, 9, 12, 15,
18, 29, 32, 38, 50. Pada pertanyaan unfavourable bernilai 1
untuk jawaban “tidak” dan 0 untuk jawaban “ya” (Sarason,
2010).
Kemudian seluruh skor dijumlahkan, jika skor lebih dari atau sama
dengan dua puluh dua (≥ 22) maka dinyatakan “cemas”. Jika skor
kurang dari dua puluh dua (< 22) maka dinyatakan “tidak cemas”
(Hawari, 2009).
11

Dari uji validitas dan reliabilitas TMAS dapat diketahui


nilai sensitivitas sebesar 50%, spesifitas 95%, nilai ramal positif
97,4%, nilai ramal negatif 90,4%, efektivitas 92,5%, youder indeks
0,85% dan r = 0,86 (Hawari, 2009).
2. Perawat dan Keperawatan
a. Definisi
Berdasarkan Permenkes No. HK.02.02/MENKES/148/2010
Tentang Izin dan Penyelengaraan Praktik Perawat, perawat adalah
seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam negeri
maupun di luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan
profesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-
psiko-sosial-spiritual yang meneluruh ditujukan kepada individu,
kelompok, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup
seluruh proses kehidupan (Lokakarya Nasional Keperawatan 1983
dalam Dermawan, 2013).
Praktik keperawatan berarti membantu individu atau kelompok
dalam mempertahankan atau meningkatkan kesehatan yang optimal
sepanjang proses kehidupan dengan mengkaji status, menentukan
diagnosa, merencanakan dan mengimplementasi strategi keperawatan
untuk mencapai tujuan, serta mengevaluasi respon terhadap perawatan
dan pengobatan (National Council of State Board of Nursing/NCSBN).
Definisi perawat menurut UU RI No. 23 tahun 2014 tentang
kesehatan, perawat adalah mereka yang mempunyai kemampuan dan
kewenangan dalam melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu
yang dimilki diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Menurut
International Council of Nursing (1965) perawat adalah seseorang
yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang memenuhi
syarat serta berwenang di negera yang bersangkutan untuk
memberikan pelayanan keperawatan yang bertanggung jawab untuk
12

meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan


terhadap pasien (Dwirestarina, 2012).
b. Kategori Perawat
Dalam penelitian ini, peneliti meneliti terhadap dua kelompok perawat:
1) Perawat Profesional
a) Definisi
Perawat profesional adalah tenaga keperawatan yang
berasal dari jenjang pendidikan tinggi keperawatan (Ahli Madya,
Ners, Ners Spesialis, Ners Konsultan). Perawat profesional adalah
seseorang yang memiliki kewenangan untuk melakukan praktik
keperawatan profesional secara mandiri (Depkes, 2011), bekerja
secara otonom dan berkolaborasi dengan yang lain dan telah
menyelesaikan progam pendidikan profesi keperawatan, telah lulus
uji kompetensi perawat profesional yang dilakukan oleh konsil
dengan sebutan Registered Nurse (RN) (Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI, 2005).
b) Peran
1) Pemberi Asuhan Keperawatan
Perawat membantu klien mendapatkan kembali
kesehatannya melalui proses penyembuhan. perawat
memberikan perawatan dengan memperhatikan keadaan
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan
tindakan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan dasar
manusia. Pemberian asuhan keperawatan dilakukan dari
yang sederhana sampai yang kompleks (Kustanto, 2003).
2) Pembuat keputusan klinis
Membuat keputusan klinis adalah inti pada praktik
keperawatan. Untuk memberikan perawatan yang efektif,
13

perawat menggunakan keahlian berfikir klinis melalui


proses keperawatan. Sebelum mengambil tindakan
keperawatan baik dalam pengkajian kondisi pasien,
pemberian perawatan dan mengevaluasi hasil perawat
menyusun rencana tindakan dengan menetapkan
pendekatan terbaik bagi pasien. Perawat membuat
keputusan sendiri atau berkolaborasi dengan pasien dan
keluarga. Dalam setiap situasi seperti ini, perawat bekerja
sama, dan berkonsultasi dengan pemberi perawatan
kesehatan profesional lainnya (Kustanto, 2003).
3) Sebagai advokat klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan
keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi
dari pemberi pelayanan khususnya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan (Kustanto, 2003).
4) Sebagai educator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala
penyakit bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi
perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan (Kustanto, 2003).
5) Sebagai konsultan
Perawat berperan sebagai konsultasi dengan mengadakan
perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan
terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan (Ali, 2002).
6) Sebagai kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dll.
Dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan
yang diperlukan (Ali, 2002).
14

c) Fungsi
1) Pelaksanaan asuhan keperawatan
2) Memberikan pendidikan kesehatan
3) Menjadi pelaksana dalam riset keperawatan (Kustanto,
2003).
2) Perawat Vokasional
a) Definisi
Perawat vokasional adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan Diploma III Keperawatan dan Sekolah Perawat
Kesehatan yang diakui pemerintah dan diberi tugas penuh oleh
pejabat yang berwenang. Perawat vokasional adalah perawat yang
memiliki kewenangan untuk melakukan praktik keperawatan
dengan batasan tertentu dengan pengawasan perawat profesional
dengan sebutan Lisenced Vocasional Nurse (LVN). Berbeda
dengan perawat profesional sering melakukan praktik langsung
pada pasien tetapi teori yang didapatkan sedikit dan tidak terlalu
menjiwai teorinya (Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI,
2005).
b) Peran
Peran perawat vokasional yaitu sebagai seorang anggota
tim kesehatan, dalam memberikan askep (asuhan keperawatan)
terhadap pasien haruslah dapat memberikan informasi tentang
pasien yang dirawatnya secara akurat dan komplit. Selain itu
perawat sebagai media komunikasi pasien, peran perawat sebagai
komunikator sangatlah penting. Pada perawat vokasional terdapat
peran sebagai pendidik dalam pemberian asuhan keperawatan,
namun masih berada dalam bimbingan perawat profesional.
Perawat vokasional juga berperan sebagai anggota riset
keperawatan. Tetapi hal tersebut tidak mungkin dilakukan oleh
perawat vokasional karena pengetahuan yang dimiliki keperawatan
vokasional lebih sedikit dan perannya dalam dunia kesehatan
15

hanya pada batasan tertentu saja tidak sampai memenuhi semua


peran yang harus dilakukan (PPNI, 2005).
Peran dan fungsi perawat vokasional. Peran perawat
vokasional adalah sebagai pendidik dalam pemberian asuhan
keperawatan, namun hal ini masih berada dalam bimbingan
perawat profesional. Dalam proses keperawatan pelaksanaan
asuhan keperawatan merupakan tugas semua perawat, baik itu
perawat profesional maupun perawat vokasional. Dan dalam
pemberian asuhan ini perlu adanya pendokumentasian.
Pendokumentasian ini sangat penting dalam perawatan kesehatan
saat ini (PPNI, 2005).
c) Fungsi
1) Pelaksanaan asuhan keperawatan
2) Memberikan pendidikan kesehatan (dibawah supervise
perawat profesional) dalam pemberian askep
3) Memberikan informasi tentang perkembangan kesehatan
pasien pada atasannya
4) Menjadi anggota pelaksana dalam riset keperawatan (PPNI,
2005).

3. Perbedaan Tingkat Kecemasan Perawat Profesional dan Perawat


Vokasional
Perawat profesional menurut Depkes RI (2011) adalah tenaga
keperawatan yang berasal dari jenjang pendidikan tinggi keperawatan
(Ahli Madya, Ners, Ners Spesialis, Ners Konsultan). Sedangkan perawat
vokasional adalah seseorang yang telah lulus pendidikan Diploma III
Keperawatan dan Sekolah Perawat Kesehatan yang diakui pemerintah dan
diberi tugas penuh oleh pejabat yang berwenang (PPNI, 2005).
Perawat profesional adalah seseorang yang memiliki kewenangan
untuk melakukan praktik keperawatan profesional secara mandiri (Depkes
RI, 2011), bekerja secara otonom dan berkolaborasi dengan yang lain dan
16

telah menyelesaikan progam pendidikan profesi keperawatan, telah lulus


uji kompetensi perawat profesional yang dilakukan oleh konsil dengan
sebutan Registered Nurse (RN). Perawat vokasional adalah perawat yang
memiliki kewenangan untuk melakukan praktik keperawatan dengan
batasan tertentu dengan pengawasan perawat profesional dengan sebutan
Lisenced Vocasional Nurse (LVN) (PPNI, 2005).
Pada perawat profesional sering melakukan praktik tindakan
keperawatan lanjut, sebagai pembimbing dan pendidik perawat vokasional
dan juga sebagai pelaksana riset keperawatan. Sedangkan perawat
vokasional pengetahuan yang didapat sedikit dan hanya menguasai
keperawatan dasar yang tugasnya hanya melakukan peran dan fungsi
keperawatan sesuai yang diperintah oleh atasan praktisi kesehatan, baik
perawat profesional atau dokter (PPNI, 2005).
Dari uraian diatas menunjukan bahwa perawat profesional lebih
mempunyai tanggung jawab yang besar sehingga akan menimbulkan
ketidaknyamanan dan rasa khawatir yang bisa mengakibatkan kecemasan.
Seperti pendapat Maramis (2009) tentang pengertian kecemasan yaitu
perasaan tegang yang berlebihan atau tidak pada tempatnya yang ditandai
dengan perasaan khawatir, takut atau tidak menentu.
17

B. Kerangka Konsep
Gambar 1. Kerangka Konsep

Perawat di RSU Kumalasiwi


Kudus

Perawat Profesional Perawat Vokasional

- Menyelesaikan pendidikan lebih - Menyelesaikan pendidikan lebih


lama (teori yang didapat banyak) singkat (teori yang didapat sedikit)
- Melakukan tindakan keperawatan - Melakukan tindakan keperawatan
lanjut dasar
- Memberikakan pendidikan kesehatan - Memberikan pendidikan kesehatan
pada pasien pada pasien
- Sebagai pembimbing dan pendidik - Dalam melakukan peran dan
perawat vokasional fungsinya sebagai perawat mendapat
- Menjadi pelaksana dalam riset pengawasan dari atasan
keperawatan - Menjadi anggota pelaksana riset
- Mempunyai tanggung jawab besar keperawatan
- Tanggung jawab tidak terlalu besar

- Usia
- Jenis Kelamin
- Faktor Genetik
- Faktor Lingkungan
- Faktor Hormonal

Tingkat kecemasan tinggi Tingkat kecemasan rendah

Bandingkan
18

Keterangan :
= variabel yang diteliti = hubungan yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti = hubungan tidak diteliti

C. Hipotesis
Terdapat perbedaan tingkat kecemasan pada perawat profesional dengan
perawat vokasional di Rumah Sakit Umum Kumala Siwi Kudus.
19

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian dimana variabel bebas dan
variabel terikat diobservasi hanya satu kali pada saat yang sama (Arief,
2008).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Kumala
Siwi Kudus. Waktu pelaksanaan pengambilan data pada bulan Desember
2014.

C. Populasi Penelitian
Dalam penelitian ini, populasi yang diteliti adalah perawat yang
bekerja di Rumah Sakit Umum Kumala Siwi Kudus.

D. Sampel dan Teknik Sampling


Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut yang dianggap mewakili dari keseluruhan populasi
(Notoatmodjo, 2010).
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara
purposive sampling. Purposive yaitu teknik pengambilan sampel dengan
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri-ciri
populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoadmodjo, 2010).

E. Estimasi besar sampel


Estimasi besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus ukuran
sampel penelitian cross sectional sebagai berikut (Arief, 2008) :

19
20

n = Zα2.p.q
d2

Keterangan :
Zα : nilai statistic Zα pada kurva normal standart, pada tingkat kemaknaan
yaitu 1,282
p : perkiraaan prevalensi suatu kasus tertentu terhadap populasi diketahui
nilainya sebesar 20%
q : 1-p
d : presisi absolute yang dikehendaki pada kedua proporsi populasi,
misalnya 10%
Perhitungan besar sampel berdasarkan rumus diatas, yaitu :
n = (1,282)2.(0,2).(0,8)
(0,1)2
n = 0,2624
0,01
n = 26,24
Jadi jumlah sampel yang digunakan sebanyak 52 orang, terdiri atas 26
orang perawat profesional dan 26 perawat vokasional.

F. Kriteria Restriksi
1. Kriteria Inklusi
a. Perawat profesional, vokasional di RSU Kumala Siwi Kudus
b. Usia 20-49 tahun.
c. Sudah bekerja minimal 3 bulan.
d. Bersedia menjadi responden dan kooperatif.
e. Tidak memiliki gangguan mental yang nyata.
2. Kriteria Ekslusi
a. Hasil skor L-MMPI > 10
b. Sedang menderita penyakit kronis
21

G. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas : perawat profesional dan perawat vokasional
2. Variabel Terikat : tingkat kecemasan
3. Variabel terkendali : usia, jenis kelamin
tak terkendali : faktor genetik, faktor hormonal, faktor
lingkungan, faktor keluarga

H. Definisi Operasional Variabel


1. Perawat Profesional dan Perawat Vokasional
a. Perawat profesional adalah tenaga keperawatan yang berasal dari
jenjang pendidikan tingkat keperawatan yang ditempuh pendidikan S1
dan ditambah profesi ners. Ners adalah sebuah profesi yang berarti
lebih dari sekedar pekerjaan
b. Perawat Vokasional adalah seseorang yang telah menyelesaikan
pendidikan Diploma III Keperawatan yang diakui pemerintah dan
diberi tugas penuh oleh pejabat berwenang
Data skala pengukuran berupa nominal.
2. Tingkat Kecemasan
Kecemasan adalah perasaan tegang yang berlebihan atau tidak pada
tempatnya yang ditandai dengan perasaan khawatir, takut atau tidak
menentu.
Pengukuran tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan
TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale). Data skala pengukuran berupa
interval.

I. Instrumen Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan instrument kuesioner yang
didalamnya terdapat pernyataan tertutup yang harus diisi oleh responden.
1. Lembar inform consent
2. Formulir biodata diri
3. Kuesioner L-MMPI (Lie Minnesota Multhiphasic Personality Inventory)
22

Kuesioner L-MMPI merupakan suatu kuesioner skala validitas untuk


mengetahui suatu ketidakjujuran responden sehingga memberikan hasil
yang invalid. Batas nilainya adalah 10. Responden dinyatakan invalid
apabila terdapat nilai > 10 dan akan dikeluarkan dari sampel penelitian.
Apabila responden dengan jawaban “tidak” yang <10 akan dinyatakan
valid (Graham, 1990; Butcher, 2005).
4. Kuesioner TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale).
Kuesioner TMAS merupakan kuesioner yang digunakan untuk
mengukur tingkat kecemasan pada seseorang. Dalam kuesioner ini
terdapat 50 butir pertanyaan, dimana responden akan menjawab sesuai
keadaan masing-masing responden dengan member tanda (X) pada kolom
ya atau tidak dan setiap jawaban ya akan diberikan nilai 1. Apabila nilai
yang diperoleh < 22 berarti tidak mengalami kecemasan dan apabila nilai
> 22 berarti mengalami kecemasan. Kejujuran dan ketelitian responden
dalam mengisi kuesioner TMAS sangat berpengaruh terhadap derajat
validitas (Hawari, 2009).

J. Teknik Pengumpulan Data


1. Responden mengisi data diri
2. Responden mengisi kuesioner L-MMPI untuk mengetahui angka kejujuran
sampel. Apabila terdapat hasil nilai jawaban “tidak” lebih dari atau sama
dengan 10 maka responden dinyatakan invalid dan dikeluarkan dari
sampel penelitian.
3. Responden mengisi kuesioner TMAS untuk mengetahui tingkat
kecemasan.

K. Analisis Data
Analisis data yang diperoleh dari penelitian akan diuji dengan Uji t. Data
yang diperoleh akan diolah dengan Statitical Product and Service Solution
(SPSS) versi 17.
23

L. Skema Penelitian

Perawat RSU Kumala Siwi Kudus

Kriteria inklusi dan


eksklusi

Perawat Profesional Perawat Vokasional

Formulir biodata Formulir biodata

Hasil skor TMAS Hasil skor TMAS

Analisis Kecemasan

Analisi Uji t
24

M. Jadwal Pelaksanaan
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan

Kegiatan Agt-14 Sep-14 Okt-14 Nov-14 Des-14 Jan-15 Feb-15

Penyusunan
proposal
Ujian
Proposal
Perbaikan
Proposal
Pengambilan
Data
Pengolahan
dan Analisa
data
Penyusunan
Skripsi
Ujian
Skripsi
Perbaikan
Skripsi
25

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Penelitian dilakukan pada perawat profesional maupun perawat vokasional
di Rumah Sakit Umum Kumala Siwi Kudus. Sampel penelitian ini secara
keseluruhan berjumlah 52 orang yang terdiri dari 26 perawat profesional dan
26 perawat vokasional, yang pengambilan sampel dilakukan dengan cara
purposive sampling berdasarkan pertimbangan tertentu yang berkaitan dengan
karakteristik populasi.

1. Analisi Univariat
Analisis univariat dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran
atau distribusi data yang telah dikumpulkan (Sugiyono, 2012), yaitu terdiri
dari jumlah responden, jenis kelamin responden, umur responden.
a. Deskripsi Jumlah Responden Perawat Profesional dan Vokasional
Tabel 2. Distribusi Responden Penelitian

Kelompok N Persentase (%)


Perawat Profesional 26 50,0
Perawat Vokasional 26 50,0
Total 52 100,0

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa distribusi frekuensi


perawat profesional dan vokasional masing-masing sebanyak 26 orang.
Jumlah sampel pada masing-masing kelompok sama supaya hasil yang
didapatkan dari penelitian ini valid untuk dinilai.

25
26

b. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Kelompok Perawat
Profesional Vokasional
Jenis Kelamin
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(%) (%)
Laki-laki 10 38,5 7 26,9
Perempuan 16 61,5 19 73,1
Total 26 100,0 26 100,0

Berdasarkan tabel diatas, didapatkan data perawat profesional


dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 10 orang dengan persentase
38,5% dan jenis kelamin perempuan sebanyak 16 orang dengan
persentase 61,5%. Data perawat vokasional dengan jenis kelamin laki-
laki sebanyak 7 orang dengan persentase 26,9% dan jenis kelamin
perempuan sebanyak 19 orang dengan persentase 73,1%.

c. Deskripsi Responden Berdasarkan Umur


Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Kelompok Perawat
Profesional Vokasional
Usia (tahun)
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(%) (%)
20-29 14 53,8 21 80,5
30-39 12 42,2 4 42,2
40-49 1 3,8 1 3,8
Total 26 100,0 26 100,0

Dari tabel diatas, diperoleh data perawat profesional paling banyak


pada kelompok usia 20-29 tahun sebanyak 14 orang dengan
persentasenya 53,8%, begitu juga pada perawat vokasional yaitu
sebanyak 21 orang dengan perentasenya 80,5%.
27

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui 2 hubungan variabel
yang diteliti. Pada penelitian ini variabelnya adalah kategori perawat dan
tingkat kecemasan (Sugiyono, 2012).
Dalam penelitian yang dilakukan menggunakan jenis hipotesis
komparatif, tidak berpasangan dan menggunakan data dua kelompok. Uji
yang digunakan adalah uji t-tidak berpasangan (uji parametrik). Syarat uji
t-tidak berpasangan adalah data terdistribusi secara normal, jika distribusi
data tidak normal atau tidak memenuhi syarat dilakukan uji alternative
yaitu uji Mann-Whitney (uji non parametrik) (Dahlan, 2013).

a. Deskripsi Sampel Berdasarkan Uji Normalitas Data


Tabel 5. Uji Normalitas Data Perawat Profesional dan Perawat
Vokasional dengan Shapiro-Wilk

Shapiro-Wilk
Jumlah Sig.
Tingkat Kecemasan Profesional 26 0,80
Vokasional 26 0,95

Dari hasil uji normalitas pada tabel diatas dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk karena jumlah responden pada masing-masing kelompok
kurang dari 50 orang, yaitu disini dengan jumlah responden sebanyak
26 orang. Berdasarkan tabel diatas, diperoleh hasil perawat profesional
p (sig) 0,80 dan pada perawat vokasional p (sig) 0,95. Karena nilai dari
dua kelompok p > 0,05 dapat disimpulkan data diatas memiliki
distribusi data normal maka dilakukan dengan uji t-tidak berpasangan.
28

b. Deskripsi Sampe berdasarkan uji t-tidak berpasangan.


Tabel 6. Uji t-tidak Berpasangan Tingkat Kecemasan antara
Perawat Profesional dengan Perawat Vokasional

Jumlah Mean P
Perawat Profesional 26 22,73
0,001
Perawat Vokasional 26 18,23

Pada tabel 6 uji t-tidak berpasangan atau Unpaired t-tes didapatkan


nilai mean dari tingkat kecemasan pada perawat profesional adalah
22,73 lebih tinggi dari perawat vokasional yaitu 18,23 yang berarti
tingkat kecemasan perawat profesional lebih tinggi daripada perawat
vokasional. Nilai p=0,001 memenuhi kriteria normal yaitu p < 0,05,
maka dapat disimpulkan bahwa penelitian yang diperoleh mempunyai
perbedaan yang sangat bermakna, sehingga terdapat perbedaan tingkat
kecemasan antara perawat profesional dengan perawat vokasional di
Rumah Sakit Umum Kumala Siwi Kudus.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, didapatkan hasil
bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan yang bermakna antara perawat
profesional dengan perawat vokasional yaitu ditunjukan nilai p=0,001
(p<0,05). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gao, et al.
(2012) bahwa diantara faktor-faktor gaya hidup dan kondisi kerja, kelas rumah
sakit, peringkat pekerjaan, gaji bulanan, hubungan perawat-pasien, kepuasan
kerja ditemukan secara signifikan berhubungan dengan kecemasan. Keadaan
tersebut dikarenakan seorang perawat sering kali dihadapkan pada
permasalahan dan resiko yang berhubungan dengan pasien yang sedang
dirawatnya, dan keadaan inilah yang dapat memunculkan stres (Lestarina, et
al. 2011). Dan disebutkan juga pada penelitian yang dilakukan Almasitoh
(2011) gangguan psikologis yang paling sering terjadi akibat stres adalah
kecemasan dan depresi.
29

Berdasarkan tabel 6 dari hasil uji t menunjukan perbedan tingkat


kecemasan yang bermakna antara perawat profesional dengan perawat
vokasional yaitu didapatkan nilai p = 0,001 (p<0,05) ditunjukan nilai nilai
mean pada perawat profesional 22,73 sedangkan pada perawat vokasional
adalah 18,23 yang berarti bahwa pada perawat profesional lebih cenderung
mengalami gejala kecemasan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
oleh Gao, et al. 2012 menyatakan bahwa perawat dengan latar belakang
pendidikan yang lebih tinggi ternyata memiliki tingkat kecemasan yang lebih
tinggi daripada perawat dengan latar belakang pendidikan yang lebih rendah
dengan prevalensi gejala kecemasan perawat kepala 11,6% lebih tinggi
daripada perawat dasar. Hal tersebut didukung dengan pernyataan bahwa
perawat profesional memiliki tanggung jawab yang lebih besar daripada
perawat vokasional. Karena pada perawat profesional dalam menyelesaikan
pendidikannya lebih lama sehingga teori yang didapat banyak, berbeda dengan
perawat vokasional yang menyelesaikan pendidikannya lebih singkat sehingga
teori yang didapat lebih sedikit. Tugas pada perawat profesional juga lebih
berat daripada perawat vokasional yaitu melakukan tindakan keperawatan
lanjut, sebagai pembimbing dan pendidik perawat vokasional, dan juga
sebagai pelaksana riset keperawatan (PPNI, 2005). Gao, et al. (2012)
mengemukakan bahwa pada perawat profesional harus memikirkan tindakan
medis apa yang akan dilakukan dan biasanya perawat profesional menugaskan
perwat vokasional untuk membantu dalam proses tindakan medis tersebut.
Oleh sebab itu pada perawat profesional lebih cenderung mengalami
kecemasan.
Adanya gangguan kecemasan yang dialami oleh perawat dapat
menimbulkan kecemasan yang menyebabkan penyimpangan pada fungsi
psikologis, fisik, dan tingkah laku individu yang menyebabkan terjadinya
penyimpangan dari fungsi-fungsi normal. Jika kecemasan terus terjadi, dapat
menyebabkan penurunan kinerja perawat sehingga kesembuhan pasien
menjadi lebih lama dan pelayanan kesehatan menjadi tidak memuaskan
(Almasitoh, 2011). Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecemasan
30

antara lain yaitu jenis kelamin, pengalaman, faktor genetik, dan faktor
lingkungan.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara statistik terdapat
perbedaan yang sangat bermakna antara perawat profesional dengan perawat
vokasional. Didapatkan nilai mean untuk perawat profesional 22,73 dan
perawat vokasional 18,23, dapat ditarik kesimpulan bahwa perawat
profesional lebih cenderung mengalami kecemasan daripada perawat
vokasional.
Walaupun hasil penelitian ini sama seperti penelitian yang dilakukan oleh
Gao, et al., pada tahun 2012 di china yang menunjukan adanya perbedaan
tingkat kecemasan antara perawat profesional dengan perawat vokasional,
namun penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan. Dalam
penelitian ini menggunakan metode cross sectional sehingga tidak bisa
mengetahui kesulitan, hambatan dan beban kerja dalam melaksanakan tugas
perawat. Selain itu, terdapat keterbatasan sampel sehingga tidak bisa
menentukan perbandingan jumlah sampel usia dan jenis kelamin. Lalu tidak
diketahuinya faktor genetik, faktor hormonal dan faktor lingkungan yang
mempengaruhi tingkat kecemasan pada perawat.
31

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara perawat profesional
dengan perawat vokasional di Rumah Sakit Umum Kumala Siwi
Kudus yang bermakna secara statistik, dengan nilai p=0,001
didapatkan mean pada perawat profesional sebesar 22,73 lalu pada
perawat vokasional sebesar 18,23 yang menunjukan bahwa tingkat
kecemasan pada perawat profesioanal lebih tinggi dari pada perawat
vokasional.

B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan
sejumlah saran, yaitu:
1. Dari pihak rumah sakit diharapkan memberikan dan
memperhatikan kesejahteraan yang sebaik-baiknya kepada seluruh
tenaga kesehatan termasuk perawat sehingga dapat mengurangi
gejala kecemasan agar dapat meningkatkan pelayanan kepada
pasien
2. Untuk peneliti selanjutnya disarankan menggunakan metode
penelitian case control atau cohort agar mendapatkan hasil yang
lebih akurat. Lebih memperhatikan variabel perancu dan dilakukan
pada sampel yang lebih luas.

31
32

DAFTAR PUSTAKA

Ali, H. Z., 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika.

Almasitoh, U. H., 2011. Stres Kerja Ditinjau dari Konflik Peran Ganda dan
Dukungan Sosial pada Perawat. Jurnal Psikologi Islami (JPI). Vol 8 No.1,
63-82

Arief, M. TQ., 2008. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan.


LPP UNS dan UNS Press.

Asmadi, 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta, EGC. pp 73-75

Azwar, 2007. Konsep pengukuran validitas. Jakarta: Gunadharma Press, pp: 60

Butcher, J.N., 2005. A Beginner’s Guide to the LMMPI-2, 2nd ed. Washington D.
C: American Psychological Association pp: 3-5

Dahlan, M. S., 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5. Jakarta,
Salemba Medika.

Depkes (Departemen Kesehatan), R.I. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 1796/Menkes/SK/VIII/2011 Tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan. Jakarta.

Depkes (Departemen Kesehatan), RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Perawat. Jakarta.

Dermawan, D., 2013. Pengantar Keperawatan Profesional. Yogyakarta: Goesyen


Publishing.

Dwirestarina. 2012. Ilmu Keperawatan. http://www.academia.edu/ (diakses


tanggal 19 agustus 2014)

Gao, Y. Q., Pan, B. C., Sun, W., Wu, H., Wang, J. N., Wang, L., 2012. Anxiety
Symptoms Among Chinese Nurses: Prevalence and The Associated
Factors. Journal of Advanced Nursing. 68(5), 1166-1175.
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.111/j.1365-
2648.2011.05832.x/abstract

Gao, Y. Q., Pan, B.C., Sun, W., Wu, H., Wang, J. N., Wang, L., 2012. Anxiety
symptoms among Chinese nursesand the associated factor: a cross sectional
study.BMC Psychiatry. http: //www.biomedcentral.com/1471-
244X/12/141. Volume 12:141
33

Grohol, J. M., 2013. Anxiety: An Introduction to Anxiety Disorders. Psych


Central. http://psychcentral.com/disorders/anxiety/

Hamilton, M., 1959. The Asseessment of Anxiety States by Rating. British


Journal of Medical Psychology. 30:50-55 http://www.psy-
world.com/hama_print1.htm

Hawari, D., 2006. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hawari, D., 2009. Psikometri Alat Ukur (Skala) Kesehatan Jiwa. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Kaplan, H. I., Saddock, B. J., dan Greeb, J. A., 2010. Sinopsis Psikiatri. Edisi ke
tujuh jilid I. Jakarta: Binarupa Aksara.

Kessler, R. C., Berglund, P., Demler, olga., Jin, R., Merikangas, K.R., Walters, E.
E., 2005. Lifetime Prevalence and Age of Onset Distribution of DSM-IV
Disorders in the National Comorbidity Survey Replication. Archives of
General Psychiatry, Volume 22, No. 6.

Koesmono., H. T., 2007. Pengaruh Kepemimpinan Dan Tuntutan Tugas Terhadap


Komitmen Organisasi Dengan Variabel Moderasi Motivasi Perawat Rumah
Sakit Swasta Surabaya. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol 9, No.
1.

Kustanto, 2003. Pengantar Profesi Dan Praktik Keperawatan Profesional.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lestarianita, P., Faathrurrozi, M., 2011. Pengatasan Stres Pada Perawat Pria Dan
Wanita. Jurnal Psikologi Gunadarma. Vol 1, No 1. http:
//ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/psikos/articles/view/282

Mandal, A., 2012. Causes of Anxiety. http://www.newsmedical.net/health/Causes-


of-Anxiety.aspx (1 November 2014)

Maramis, W.F., 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya, Airlangga


University Press.

NIH (National Institute of Mental Health) Senior Health. Anxiety Disorders: Risk
Factors and Diagnosis. http://nihseniorhealth.gov/anxietydisorders
/riskfactorsandcauses/01.html. (diakses tanggal 18 agustus 2014)

NIH (National Institute of Mental Health). Anxiety Disorders.


http://www.nimh.nih.gov/health/publications/anxiety-
34

disorders/nimhanxiety.pdf (diakses tanggal 18 agustus 2014)


Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia). 2005. Pendidikan Keperawatan.


http://www.inna.ppni.or.id/index.php/pendidikan/keperawatan (18 agustus
2014)

Sarason. 2010. The Test Anxiety Scale: Concept And Research.


http://web.psych.washington.edu/research/sarason/files/testanxietyscale_pd
f (diakses tanggal 18 agustus 2014)

Supriyantoro. 2011. Kecemasan dan Depresi Capai 11,6 Persen.


http://www.health.kompas.com/read/2011/09/29/07021233/kecemasan.dan.
Depresi.Capai.11.6.Persen (diakses tanggal 16 agustus 2014)

The Mental Health of Australians 2. 2007. Prevalence of Anxiety Disorders In


Different Population Sub-Group. https://www.health.gov.au/internet/main
/publishing.nsf/Content/A24556C814804A99CA257BF0001CA45/$File/m
ha25.pdf (diakses tanggal 20 oktober 2014)

Trismiati. 2004. Perbedaan Kecemasan Antara Pria dan Wanita Akseptor


Kontrasepsi Mantap di RSUD Sardjito. Yogyakarta : UGM Press.

UMM (University of Maryland Medical Center). 2013. Anxiety Disorders.


http://umm.edu/health/medical/reports/articles/anxiety-disorders (Diakses
tanggal (18 agustus 2014)

Wetherell, J.L., Petkus, A.J., Putih, Kamila S., Nguyen, H., Kornblith, S.,
Andreescu, C., Zisook, S., Lenze, E.J., 2013. Antidepressant Medication
Augmented With Cognitif-Behavioral Therapy for Generalized Anxiety
Disorders in Older Adults. The American Journal of Psychiatry, VOL. 120,
No. 7. http://ajp,psychiatryonline.org/article.aspx?articleid=1688270

Yates, William R., 2014. Anxiety Disorder. http://emedicine.medscape.


com/artticle/286227-overview#a0101 (diakses tangal 18 agustus 2014)
35
36

Lampiran 1. Lembar Permohonan


Lembar Permohonan Menjadi Responden
Yth:
Calon Responden
Di Tempat

Assalamualaikum Wr. Wb
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Rahma Lionita Lamandawati
Nim : J500110120
Adalah mahasiswa Progam Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta bermaksud melakukan kegiatan penelitian
sebagai rangkaian studi saya dengan judul: “PERBEDAAN TINGKAT
KECEMASAN ANTARA PERAWAT PROFESIONAL DENGAN PERAWAT
VOKASIONAL DI RUMAH SAKIT UMUM KUMALA SIWI KUDUS”.
Dengan ini saya mohon persetujuannya untuk menjadi responden dalam
penelitian ini dengan memberikan jawaban dari pertanyaan yang akan diajukan.
Penelitian ini bersifat ilmiah, data-data yang diperoleh Insya Allah akan saya
jamin kerahasiaanya serta hanya digunakan untuk keperluan penelitian.
Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas perhatian dan partisipasi
Anda dalam membantu kelancaran penelitian ini saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Hormat Saya,

Rahma Lionita Lamandawati


37

Lampiran 2. Lembar Persetujuan

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden


penelitian skripsi yang berjudul:
“PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA PERAWAT
PROFESIONAL DENGAN PERAWAT VOKASIONAL DI RUMAH SAKIT
UMUM KUMALA SIWI KUDUS”.
Saya akan bekerjasama dan memberikan data yang sejujur-jujurnya kepada
peneliti. Demikian surat pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya tanpa suatu
paksaan dari pihak manapun.

Kudus,..……………….2015

(…………….…………..)
38

Lampiran 3. Lembar Formulir Biodata

FORMULIR BIODATA

Mohon kesediaan Anda untuk mengisi formulir biodata ini dengan jujur
dan benar. Kami berjanji akan tetap memegang teguh dan bertanggung jawab
penuh terhadap kerahasiaan Anda. Untuk itu Anda tidak perlu menuliskan nama
lengkap, tetapi cukup inisial nama depan Anda.

Nama inisial :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :

Pertanyaan
1. a. Apakah anda menderita penyakit menahun seperti penyakit jantung, asma,
tekanan darah tingi, sakit maag ?
b. Bila jawaban ya, apakah hal tersebut mengkhawatirkan anda ?

2. a. Apakah akhir-akhir ini terjadi peristiwa mendadak, misalnya kecelakaan


atau kematian anggota keluarga ?
b. Bila jawaban ya, apakah hal tersebut mengkhawatirkan anda ?

3. a. Apakah orang tua anda berpisah rumah/ bercerai ?


b. Bila jawaban ya, apakah hal tersebut mengkhawatirkan anda ?

4. a. Apakah dalam keluarga anda terdapat masalah ekonomi ?


b. Bila jawaban ya, apakah hal tersebut mengkhawatirkan anda ?
39

Lampiran 4. Kuesioner Penelitian L-MMPI

Lie-scale Minnesota Multiphasic Personality Inventory


(L-MMPI)
Petunjuk : Berilah tanda (X) pada kolom jawaban (ya) bila Anda setuju dengan
pernyataan ini atau bila Anda merasa pernyataan ini berlaku atau
mengenai Anda. Sebaliknya berilah tanda (X) pada kolom jawaban
(tidak) bila Anda tidak setuju dengan pernyataan ini atau bila Anda
merasa pernyataan ini tidak berlaku atau tidak mengenai Anda.

No Pernyataan Tidak Ya
1 Sekali-kali saya berpikir hal buruk untuk diutarakan
Kadang-kadang saya merasa ingin mengumpat atau
2
mencaci maki
3 Saya ingin selalu mengatakan yang benar
Saya membaca setiap tajuk rencana surat kabar hari
4
ini
5 Saya kadang-kadang marah
Apa yang dapat saya kerjakan hari ini kadang-kadang
6
saya tunda sampai besok
Bila saya sedang tidak enak badan, kadang-kadang
7
saya mudah tersinggung
Sopan santun saya di luar rumah lebih baik daripada
8
di rumah
Saya akan menyelundup nonton tanpa karcis bila
9
yakin tidak diketahui orang lain
Saya lebih senang menaang daripada kalah dalam
10
pertandingan
Saya ingin mengenal orang-orang penting, kadang
11 dengan demikian saya merasa menjadi orang penting
pula
Saya tidak selalu menyukai setiap orang yang saya
12
kenal
13 Kadang-kadang saya menggunjingkan orang lain
Saya kadang-kadang memilih orang yang tidak saya
14
kenal dalam pemilihan
Sekali-kali saya tertawa juga mendengar lelucon
15
porno

Skor “Tidak” >10 Invalid


40

Lampiran 5. Kuesioner TMAS (The Taylor Manifest Anxiety Scale)

The Taylor Manifest Anxiety Scale


(TMAS)
Petunjuk : Berilah tanda (X) pada kolom jawaban (ya) bila Anda setuju dengan
pernyataan ini atau bila Anda merasa pernyataan ini berlaku atau
mengenai Anda. Sebaliknya berilah tanda (X) pada kolom jawaban
(tidak) bila Anda tidak setuju dengan pernyataan ini atau bila Anda
merasa pernyataan ini tidak berlaku atau tidak mengenai Anda.

No Pernyataan Tidak Ya
1 Saya tidak cepat lelah
2 Saya sering mengalami perasaan mual
3 Saya yakin, saya tidak lebih penggugup dari kebanyakan
orang lain
4 Saya jarang sakit kepala
5 Saya sering merasa tegang waktu sedang belajar/bekerja
6 Saya mengalami kesukaran mengadakan konsentrasi
mengenai suatu masalah
7 Saya khawatir kalau memikirkan masalah
8 Saya sangat merasa gemetar bila saya mencoba untuk
berbuat sesuatu
9 Kalau terjadi sesuatu pada diri saya, saya tidak mudah
tersipu
10 Saya mengalami diare (mencret) satu kali atau lebih dalam
sebulan
11 Saya merasa khawatir bila akan terjadi kegagalan atau
kesialan menimpa saya
12 Saya tidak pernah tersipu-sipu bila terjadi sesuatu pada diri
saya
13 Saya sering merasa takut kalau-kalau muka saya menjadi
merah malu
14 Saya sering kali mengalami mimpi yang menakutkan pada
waktu tidur di malam hari
15 Tangan dan kaki saya biasanya cukup hangat
16 Saya mudah berkeringat meskipun hari tidak panas
17 Ketika saya merasa malu, kadang-kadang keringat saya
bercucuran, hal ini sangat menjengkelkan saya
18 Saya hampir tidak pernah berdebar-debar dan saya jarang
bernapas tersengal-sengal
19 Saya sering merasa lapar terus-menerus
20 Saya jarang terganggu untuk rasa sembelit (sakit perut)
karena sukar buang air besar
21 Saya sering terganggu oleh sakit perut
22 Ketika saya mengkhawatirkan sesuatu, sering kali saya
41

tidak bisa tidur


23 Tidur saya sering terganggu dan tidak nyenyak
24 Sering kali saya bermimpi tentang sesuatu yang sebaiknya
tidak diceritakan kepada orang lain
25 Saya mudah merasa tegar
26 Saya merasa lebih sensitif daripada kebanyakan orang lain
27 Saya seringkali mengkhawatirkan diri saya terhadap suatu
hal
28 Saya menginginkan kebahagiaan seperti orang lain yang
saya lihat
29 Biasanya saya selalu tenang dan tidak mudah kecewa atau
putus asa
30 Saya mudah menangis
31 Saya seringkali mencemaskan terhadap sesuatu hal atau
seseorang
32 Saya merasa gemetar tiap waktu
33 Menunggu membuat saya gelisah
34 Pada waktu-waktu tertentu, saya merasa tidak tenang,
sehingga tidak dapat duduk terlalu lama atau diskusi terlalu
lama
35 Kadang-kadang saya merasa gembira sekali sehingga saya
sulit untuk tidur
36 Kadang-kadang saya merasa bahwa saya mengalami
kesukaran yang bertumpuk-tumpuk
37 Saya mengetahui bahwa saya kadang-kadang merasa
khawatir tanpa suatu alasan
38 Bila dibandingkan dengan teman-teman saya yang lain,
maka saya tidak sepenakut mereka
39 Saya seringkali merasa khawatir terhadap suatu hal yang
saya tahu bahwa hal itu tidak akan menyulitkan saya
40 Pada suatu saat sering kali saya merasa sebagai orang yang
tidak berguna
41 Saya mengalami kesukaran untuk memusatkan perhatian
terhadap suatu pekerjaan
42 Saya biasanya pemalu
43 Biasanya saya yakin pada diri sendiri
44 Saya sering kali dalam keadaan tenang
45 Hidup ini merupakan beban bagi saya setiap waktu
46 Kadang-kadang saya berpikir bahwa saya tidak punya arti
apa-apa
47 Saya benar-benar merasa kurang percaya diri sendiri
48 Kadang-kadang saya merasa bahwa diri saya akan hancur
49 Saya merasa takut akan kesukaran-kesukaran yang harus
saya hadapi dalam keadaan kritis
50 Saya sepenuhnya percaya diri saya sendiri
42

Lampiran 6. Data Mentah Hasil Penelitian

A. Data Perawat Profesional

Jenis Umur Skor


No Nama Skor TMAS
Kelamin (tahun) LMMPI
1 A Perempuan 30 6 31
2 A Laki-laki 26 8 19
3 D Perempuan 29 9 26
4 K Laki-laki 26 7 17
5 NI Laki-laki 30 2 13
6 R Perempuan 28 9 28
7 F Perempuan 30 6 12
8 PP Laki-laki 20 6 29
9 FI Perempuan 26 9 25
10 I Perempuan 32 5 23
11 C Perempuan 33 3 30
12 E Perempuan 27 7 24
13 L Perempuan 25 9 22
14 AF Laki-laki 29 6 28
15 FD Laki-laki 29 2 24
16 MN Perempuan 30 9 22
17 RL Perempuan 25 5 17
18 IK Laki-laki 26 6 22
19 FT Perempuan 27 5 27
20 YN Perempuan 29 3 24
21 EI Perempuan 28 2 26
22 NR Perempuan 30 3 24
23 AB Laki-laki 32 8 23
24 AC Laki-laki 34 7 24
25 AW Perempuan 28 7 24
26 G Laki-laki 33 6 24
43

B. Data Perawat Vokasional

Jenis Umur Skor


No Nama Skor TMAS
Kelamin (tahun) LMMPI
1 D Perempuan 26 3 14
2 F Perempuan 23 3 19
3 NL Perempuan 24 9 20
4 AK Laki-laki 34 6 20
5 NS Perempuan 21 9 21
6 RD Perempuan 21 9 18
7 P Perempuan 26 8 17
8 DN Perempuan 35 7 14
9 RM Perempuan 25 9 24
10 I Perempuan 21 6 24
11 U Perempuan 29 8 20
12 S Laki-laki 24 9 13
13 T Perempuan 24 7 14
14 RW Perempuan 26 9 14
15 S Perempuan 24 9 19
16 WE Perempuan 27 8 20
17 LM Perempuan 22 3 19
18 AN Laki-laki 28 9 13
19 AM Laki-laki 29 9 21
20 SP Laki-laki 35 2 20
21 C Perempuan 24 6 16
22 SH Perempuan 25 5 21
23 T Perempuan 30 5 16
24 MZ Laki-laki 22 5 18
25 IZ Perempuan 25 5 25
26 DS Laki-laki 23 4 14
44

Lampiran 7. Distribusi Data

a. Uji Normalitas

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

Kategori Perawat N Percent N Percent N Percent

Tingkat_Kecemasan Profesional 26 100.0% 0 0.0% 26 100.0%

Vokasional 26 100.0% 0 0.0% 26 100.0%

Descriptives

Kategori Perawat Statistic Std. Error

Tingkat_Kecemasan Profesional Mean 22.73 1.015

95% Confidence Interval for Lower Bound 20.64


Mean Upper Bound 24.82

5% Trimmed Mean 22.91

Median 24.00

Variance 26.765

Std. Deviation 5.173

Minimum 11

Maximum 31

Range 20

Interquartile Range 5

Skewness -.704 .456

Kurtosis .341 .887

Vokasional Mean 18.23 .689

95% Confidence Interval for Lower Bound 16.81


Mean Upper Bound 19.65

5% Trimmed Mean 18.16

Median 19.00

Variance 12.345

Std. Deviation 3.513


Minimum 13

Maximum 25
45

Range 12

Interquartile Range 6

Skewness .098 .456

Kurtosis -.829 .887

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Kategori Perawat Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Tingkat_Kecemasan Profesional .213 26 .004 .931 26 .080

Vokasional .155 26 .109 .934 26 .095

a. Lilliefors Significance Correction


*. This is a lower bound of the true significance

b. Uji T-Test

T-Test

Group Statistics

Kategori Perawat N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Tingkat_Kecemasan Profesional 26 22.73 5.173 1.015

Vokasional 26 18.23 3.513 .689

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of t-test for Equality of


Variances Means

F Sig. t df
46

Tingkat_Kecemasan Equal variances assumed 1.333 .254 3.669 50

Equal variances not


3.669 44.016
assumed

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

Std. Error
Sig. (2-tailed) Mean Difference Difference

Tingkat_Kecemasan Equal variances assumed .001 4.500 1.226

Equal variances not assumed .001 4.500 1.226

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Tingkat_Kecemasan Equal variances assumed 2.037 6.963

Equal variances not assumed 2.028 6.972


47
48

Anda mungkin juga menyukai