Anda di halaman 1dari 48

PROPOSAL SKRIPSI

NAJIB ROFII
J500110020
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN
DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS XI
DI SMK N 1 KALIGONDANG PURBALINGGA
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam UU Pasal 1 No.20 tahun 2003, pendidikan merupakan


usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara (Dyah Pratiwi et al., 2013).
LATAR BELAKANG MASALAH

Belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan


psikomotor yang terjadi dalam diri siswa (Mahmud, 2010). Salah
satu tujuan dari proses pembelajaran adalah untuk meraih suatu
prestasi dalam belajar. Pretasi belajar adalah hasil yang dicapai
seorang siswa dalam usaha belajarnya sebagaimana dicantumkan
di dalam nilai rapornya (Jainuri, 2011).
LATAR BELAKANG MASALAH

Saat ini masih banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar


matematika, kebanyakan dari siswa menganggap matematika
sebagai pelajaran yang sulit, membingungkan, menakutkan,
membosankan, dan menjadi beban bagi siswa karena bersifat
abstrak,penuh dengan angka dan rumus (Leonard, 2009).
HASIL UN SMK 2012/2013

Hasil
UN SMK tahun pelajaran 2012/2013 di provinsi Jawa
Tengah yang menunjukan bahwa rata-rata nilai matematika paling
rendah yaitu 5,52 dibanding mata pelajaran bahasa indonesia
dan bahasa inggris yang nilai rata-ratanya 7,15 dan 6,41.
HASIL UN SMA 2012/2013

Hasil UN SMA provinsi Jawa Tengah tahun pelajaran 2012/2013


menunjukan bahwa nilai rata-rata matematika menjadi yang
terendah yaitu 5,98 dibanding mata pelajaran lainya (kemdikbud,
2013).
PENELITIAN KECEMASAN MATEMATIKA

Penelitian Khatoon (2010) bahwa hampir setengah populasi siswa


sekolah menengah (44,98%) memiliki tingkat kecemasan
matematika sedang dan 17,91% dari total populasi mengalami
kecemasan yang tinggi terhadap matematika.
Kecemasan merupakan suatu keadaan tegang yang belebihan
atau tidak jelas sebabnya yang ditandai oleh perasaan khawatir,
gelisah dan tidak menentu (Maramis, 2009). Keadaan tersebut
akan menimbulkan rasa tidak senang yang akan menurunkan
motivasi belajar siswa sehingga akan berdampak pada prestasi
belajar di sekolah.
Seseorang yang mempunyai prestasi belajar matematika yang
baik dapat berfikir secara logis serta sistematis dalam
menyelesaikan masalah dan keputusan. Sedangkan bila prestasi
belajar matematika buruk, maka bisa menyulitkan siswa dalam
menyelesaikan masalah dan memahami konsep pelajaran lain
secara logis dan sistematis (Sumardyono, 2004).
RUMUSAN MASALAH

Berdasarkanlatar belakang yang telah diuraikan di atas, maka


rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada
hubungan antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar
matematika kelas XI di SMK N 1 Kaligondang Purbalingga?
TUJUAN PENELITIAN

Mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan prestasi


belajar matematika kelas XI di SMK N 1 Kaligondang
Purbalingga.

MANFAAT PENELITIAN

Manfaat Teoritis
Hasilpenelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
tentang kecemasan.
Memberikan informasi mengenai hubungan tingkat kecemasan
dengan prestasi belajar matematika.
Manfaat Praktis
Siswa dapat memperoleh informasi tentang kecemasan sehingga
tidak mempengaruhi prestasi belajar matematika.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI KECEMASAN

Kecemasan adalah suatu tanda yang menyadarkan,


memperingatkan adanya bahaya yang datang dan bisa
mendorong seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi
ancaman (Sadock & Sadock, 2007).
EPIDEMIOLOGI

Perkiraan prevalensi kecemasn di masyarakat setiap 1000 orang


adalah sebanyak 30 anxietas menyeluruh, 20 panik atau agorafobia,
30 fobia sosial, 45 fobia sederhana, 10 obsesif kompulsif (Maramis,
2009).
Djatmiko (2009) menyatakan bahwa berdasarkan hasil survei yang
dilakukan oleh Direktorat Kesehatan Jiwa pada tahun 1996 di
Indonesia, diperkirakan 6 juta penduduknya mengalami gangguan
cemas. Ditemukan setiap 20 orang per 1000 anggota keluarga
mengalami gangguan cemas.
ETIOLOGI

Etiologi kecemasan belum ditemukan secara pasti, namun diduga


dua faktor yang berperan terjadi dalam gangguan kecemasan
yaitu, faktor biologik dan psikologik. Faktor biologik pada
gangguan ini yaitu neurotransmitter. Ada tiga neurotransmiter
utama yang berperan pada gangguan ini yaitu, norepinefrin,
serotonin, dan gamma amino butiric acid atau GABA (Idrus, 2006).
PATOFISIOLOGI

Adanya rangsang.
Diartikan oleh panca indera.
Direspon oleh sistem saraf pusat dihantarkan menuju limbic sistem RAS (Reticular
Activating System) dan berakhir di hipothalamus.
Hipotalamus memberikan impuls kelenjar hipofise.
Mensekresikan mediator normal terhadap target organ yaitu kelenjar adrenal yang
akan memacu system saraf otonom melalui mediator hormonal lain (catecholamine)
Hiperaktivitas susunan saraf otonom menyebabkan sindrom cemas (Mujadjid, 2006).
KLASIFIKASI
Kecemasan normal
Kecemasan merupakan suatu bawaan yang normal dari pertumbuhan, perubahan,
pengalaman akan sesuatu yang baru dan belum dicoba, serta penemuan identitas diri
dan arti hidup. Hal ini memberi efek positif bagi seseorang untuk merespon kecemasan
dalam situasi tertentu yang mengancam.
Kecemasan patologis
Merupakan respon yang tidak sesuai terhadap stimulus yang diberikan berdasarkan
pada intensitas atau durasinya. Kecemasan patologis dilihat secara klinis bahwa
kecemasan tersebut terdapat secara nyata yang dinilai oleh pasien, keluarga, dan
teman-temannya. Kecemasan patologis merupakan komponen dari banyak kondisi
medis dan gangguan mental lainnya, khususnya pada gangguan depresif (Saddock,
2007).
MANIFESTASI KLINIS

Jantung berdebar
Napas cepat (hiperventilasi, yang sering dirasakan sebagai sesak)
Mulut kering
Keluhan lambung
Tangan dan kaki terasa dingin
Ketegangan otot (di pelipis, tengkuk, atau punggung)
Perasaan pusing
Rasa kesemutan di tangan dan kaki
Spasme otot tangan dan kaki (spasme karpopedal) (Maramis, 2009).
KRITERIA DIAGNOSIS
Berdasarkan DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-IV) criteria diagnosis
gangguan kecemasan adalah :
Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap hari, sepanjang hari, terjadi
selama sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah aktivitas atau kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas
sekolah).
Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.
Kecemasan dan kekhawatiran disertai tiga atau lebih dari enam gejala berikut ini : Kegelisahan,
Merasa mudah lelah, Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong, Iritabilitas, Ketegangan otot,
Gangguan tidur.
Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada gangguan aksis I.
Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis,
atau gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat, dan tidak terjadi
semata-mata selama suatu gangguan mood, gangguan psikotik, atau gangguan perkembangan
pervasif (Elvira & Hadisukanto, 2010).
INSTRUMEN KECEMASAN

Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)


Skala untuk mengukur ada tidaknya kecemasan pada responden. TMAS terdiri
dari 13 pertanyaan unfavourable dan 37 pertanyaan favourable (Hawari,
2006). dari 50 jenis pertanyaan
Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)
Adalah skala yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana derajat
kecemasan seseorang. Skala ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-
masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik (Hawari,
2006).
DEFINISI BELAJAR

Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu


untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan,
sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkunganya (Mahmud, 2010).
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
FAKTOR INTERNAL
FAKTOR FISIOLOGIS
FAKTOR PSIKOLOGIS :
Kecerdasan
Bakat
Sikap
Minat
Motivasi
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR

FAKTOR EKSTERNAL
LINGKUNGAN SOSIAL
LINGKUNGAN SOSIAL KELUARGA
LINGKUNGAN SOSIAL SEKOLAH
LINGKUNGAN SOSIAL MASYARAKAT
LINGKUNGAN NON SOSIAL
FAKTOR LINGKUNGAN ALAMIAH
FAKTOR INTRUMENTAL
FAKTOR MATERI PELAJARAN
DEFINISI PRESTASI BELAJAR

Hasil atau prestasi belajar adalah hasil dari kegiatan belajar


mengajar yang di sekolah. Hasil belajar diperoleh siswa setelah
mengikuti pengajaran selam periode tertentu. Hasil belajar
merupakan keberhasilan siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar yang ditentukan dengan menggunakan alat-alat ukur
yaitu tes (Minarti et al., 2004).
DEFINISI MATEMATIKA

Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran,


dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan
jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar,
analisis, dan geometri (Erman, 2003).
Menurut Sumardyono (2004), matematika adalah suatu bidang ilmu yang
melatih penalaran agar bisa berfikir secara logis dan sistematis dalam
menyelesaikan masalah dan keputusan. Perlu menggunakan cara tersendiri
dalam mempelajarinya karena matematika bersifat khas yaitu abstrak,
konsisten, hierarki dan deduktif.
PENGUKURAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

Penilaian
dilakukan dengan menggunakan batas minimal nilai yang disebut
passing grade (Syah, 2014). Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan
mutu pendidikan maka batas nilai matematika yakni 75.

Nilai Predikat

0 74 Buruk

75 100 Baik
HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN PRESTASI
BELAJAR MATEMATIKA
Dalam pembelajaran matematika disekolah, sebagian besar siswa
perpandangan sulit dan menakutkan (Minarti et al., 2004). Hal tersebut
menimbulkan kecemasan pada siswa terhadap pelajaran matematika.
Kecemasan terhadap matematika tidak bisa dipandang sebagai hal biasa,
karena ketidak mampuan siswa dalam beradaptasi pada pelajaran
menyebabkan siswa kesulitan terhadap pelajaran matematika yang akhirnya
menyebabkan hasil belajar dan prestasi siswa dalam matematika rendah
(Ika, 2014).
HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN PRESTASI
BELAJAR MATEMATIKA
Kecemasan matematika adalah perasaan tegang dan cemas yang
mencampuri manipulasi bilangan-bilangan dan pemecahan masalah
matematis dalam beragam situasi kehidupan sehari-hari dan situasi
akademik. Siswa yang mengalami kecemasan terhadap matematika merasa
bahwa dirinya tidak mampu dan tidak bisa mempelajari materi matematika
dan mengerjakan soal-soal matematika (Ika, 2014).
HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN PRESTASI
BELAJAR MATEMATIKA
Ashcraft (2002) mendefinisikan kecemasan matematika sebagai perasaan
ketegangan, cemas atau ketakutan yang mengganggu kinerja matematika.
Siswa yang mengalami kecemasan matematika cenderung menghindari situasi
dimana mereka harus mempelajari dan mengerjakan matematika.
Sedangkan Richardson dan Suinn (1972) dalam (Ika, 2014)
menyatakan
bahwa kecemasan matematika melibatkan perasaan tegang dan cemas yang
mempengaruhi dengan berbagai cara ketika menyelesaikan soal matematika
dalam kehidupan nyata dan akademik.
KERANGKA KONSEP
HIPOTESIS

Ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar


matematika kelas XI di SMK N 1 Kaligondang Purbalingga.
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
JENIS PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian observasi analitik


dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian di mana
variabel bebas dan variabel terikat diobservasi sekaligus pada
waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010).
LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Lokasipenelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Kaligondang


Purbalingga pada bulan Desember.
POPULASI

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI SMK N


1 Kaligondang Purbalingga.
SAMPEL DAN TEKNIK SAMPLING

Sampel diambil dengan cara simple random sampling yaitu teknik


pengambilan sampel secara acak dengan menggunakan undian
(Notoadmodjo, 2010).
ESTIMASI BESAR SAMPEL

Sampel penelitian adalah siswa kelas XI


SMK Negeri 1 Kaligondang
Purbalingga, maka ditentukan dengan rumus :
Za2 .p.q
n= d2
1,962 .0,49.o,51
n= 0,102
3,8416.0,249
n= 0.01
0,9564
n= 0.01
n = 95,6 = 96 sampel
Keterangan:
Z = nilai statistik z pada kurva normal standar pada derajat
kemaknaan (95 % = 1,96)
p = proporsi penyakit yang akan dicari 48,98% atau 0,49 (Khatoon,
2010).
q = (1-p) = 1-0,49 = 0,51
d = t ingkat ketepatan absolute yang dikehendaki (ditetapkan oleh
peneliti) = 10% atau 0,10

Rumus dipilih karena jenis penelitian ini analitik dengan rancangan penelitian
cross sectional (Arief, 2008).
KRITERIA RETRIKSI

1. Kriteria Inklusi
a. Siswa kelas XI.
b. Masih aktif dalam proses belajar di sekolah.
c. Bersedia menjadi responden.
2. Kriteria Eksklusi
a. Sedang menderita penyakit kronis.
b. Hasil skor skala L-MMPI > 10
VARIABEL PENELITIAN

Variabel bebas penelitian ini adalah tingkat kecemasan.


Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi
belajar matematika.
DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL

Prestasi belajar matematika merupakan kemampuan siswa dalam


menyelesaikan soal-soal matematika dengan baik dan benar yang
dibuktikan dengan hasil ujian tengah semester ganjil. Skala
pengukuran menggunakan skala interval.
Tingkat kecemasan yang diukur dengan menggunakan instrumen
TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale). Yang diperoleh dari hasil
pengisian kuesioner oleh siswa kelas XI SMK Negeri 1
Kaligondang Purbalingga pada bulan Oktober 2014. Skala
pengukuran menggunakan skala interval.
INSTRUMEN PENELITIAN

Data diri responden


Nilai ujian matematika responden
L-MMPI
TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale)
ALUR PENELITIAN
ANALISIS DATA

Analisisdata dilakukan dengan tujuan untuk menjawab hipotesis


penelitian. Maka dalam penelitian ini digunakan uji statistik yang
sesuai dengan variabel penelitian. Data diuji dengan uji Pearson
dengan menggunakan SPSS 19.
JADWAL PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai