NAJIB ROFII
J500110020
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN
DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS XI
DI SMK N 1 KALIGONDANG PURBALINGGA
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Hasil
UN SMK tahun pelajaran 2012/2013 di provinsi Jawa
Tengah yang menunjukan bahwa rata-rata nilai matematika paling
rendah yaitu 5,52 dibanding mata pelajaran bahasa indonesia
dan bahasa inggris yang nilai rata-ratanya 7,15 dan 6,41.
HASIL UN SMA 2012/2013
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat Teoritis
Hasilpenelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
tentang kecemasan.
Memberikan informasi mengenai hubungan tingkat kecemasan
dengan prestasi belajar matematika.
Manfaat Praktis
Siswa dapat memperoleh informasi tentang kecemasan sehingga
tidak mempengaruhi prestasi belajar matematika.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI KECEMASAN
Adanya rangsang.
Diartikan oleh panca indera.
Direspon oleh sistem saraf pusat dihantarkan menuju limbic sistem RAS (Reticular
Activating System) dan berakhir di hipothalamus.
Hipotalamus memberikan impuls kelenjar hipofise.
Mensekresikan mediator normal terhadap target organ yaitu kelenjar adrenal yang
akan memacu system saraf otonom melalui mediator hormonal lain (catecholamine)
Hiperaktivitas susunan saraf otonom menyebabkan sindrom cemas (Mujadjid, 2006).
KLASIFIKASI
Kecemasan normal
Kecemasan merupakan suatu bawaan yang normal dari pertumbuhan, perubahan,
pengalaman akan sesuatu yang baru dan belum dicoba, serta penemuan identitas diri
dan arti hidup. Hal ini memberi efek positif bagi seseorang untuk merespon kecemasan
dalam situasi tertentu yang mengancam.
Kecemasan patologis
Merupakan respon yang tidak sesuai terhadap stimulus yang diberikan berdasarkan
pada intensitas atau durasinya. Kecemasan patologis dilihat secara klinis bahwa
kecemasan tersebut terdapat secara nyata yang dinilai oleh pasien, keluarga, dan
teman-temannya. Kecemasan patologis merupakan komponen dari banyak kondisi
medis dan gangguan mental lainnya, khususnya pada gangguan depresif (Saddock,
2007).
MANIFESTASI KLINIS
Jantung berdebar
Napas cepat (hiperventilasi, yang sering dirasakan sebagai sesak)
Mulut kering
Keluhan lambung
Tangan dan kaki terasa dingin
Ketegangan otot (di pelipis, tengkuk, atau punggung)
Perasaan pusing
Rasa kesemutan di tangan dan kaki
Spasme otot tangan dan kaki (spasme karpopedal) (Maramis, 2009).
KRITERIA DIAGNOSIS
Berdasarkan DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-IV) criteria diagnosis
gangguan kecemasan adalah :
Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap hari, sepanjang hari, terjadi
selama sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah aktivitas atau kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas
sekolah).
Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.
Kecemasan dan kekhawatiran disertai tiga atau lebih dari enam gejala berikut ini : Kegelisahan,
Merasa mudah lelah, Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong, Iritabilitas, Ketegangan otot,
Gangguan tidur.
Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada gangguan aksis I.
Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis,
atau gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat, dan tidak terjadi
semata-mata selama suatu gangguan mood, gangguan psikotik, atau gangguan perkembangan
pervasif (Elvira & Hadisukanto, 2010).
INSTRUMEN KECEMASAN
FAKTOR EKSTERNAL
LINGKUNGAN SOSIAL
LINGKUNGAN SOSIAL KELUARGA
LINGKUNGAN SOSIAL SEKOLAH
LINGKUNGAN SOSIAL MASYARAKAT
LINGKUNGAN NON SOSIAL
FAKTOR LINGKUNGAN ALAMIAH
FAKTOR INTRUMENTAL
FAKTOR MATERI PELAJARAN
DEFINISI PRESTASI BELAJAR
Penilaian
dilakukan dengan menggunakan batas minimal nilai yang disebut
passing grade (Syah, 2014). Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan
mutu pendidikan maka batas nilai matematika yakni 75.
Nilai Predikat
0 74 Buruk
75 100 Baik
HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN PRESTASI
BELAJAR MATEMATIKA
Dalam pembelajaran matematika disekolah, sebagian besar siswa
perpandangan sulit dan menakutkan (Minarti et al., 2004). Hal tersebut
menimbulkan kecemasan pada siswa terhadap pelajaran matematika.
Kecemasan terhadap matematika tidak bisa dipandang sebagai hal biasa,
karena ketidak mampuan siswa dalam beradaptasi pada pelajaran
menyebabkan siswa kesulitan terhadap pelajaran matematika yang akhirnya
menyebabkan hasil belajar dan prestasi siswa dalam matematika rendah
(Ika, 2014).
HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN PRESTASI
BELAJAR MATEMATIKA
Kecemasan matematika adalah perasaan tegang dan cemas yang
mencampuri manipulasi bilangan-bilangan dan pemecahan masalah
matematis dalam beragam situasi kehidupan sehari-hari dan situasi
akademik. Siswa yang mengalami kecemasan terhadap matematika merasa
bahwa dirinya tidak mampu dan tidak bisa mempelajari materi matematika
dan mengerjakan soal-soal matematika (Ika, 2014).
HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN PRESTASI
BELAJAR MATEMATIKA
Ashcraft (2002) mendefinisikan kecemasan matematika sebagai perasaan
ketegangan, cemas atau ketakutan yang mengganggu kinerja matematika.
Siswa yang mengalami kecemasan matematika cenderung menghindari situasi
dimana mereka harus mempelajari dan mengerjakan matematika.
Sedangkan Richardson dan Suinn (1972) dalam (Ika, 2014)
menyatakan
bahwa kecemasan matematika melibatkan perasaan tegang dan cemas yang
mempengaruhi dengan berbagai cara ketika menyelesaikan soal matematika
dalam kehidupan nyata dan akademik.
KERANGKA KONSEP
HIPOTESIS
Rumus dipilih karena jenis penelitian ini analitik dengan rancangan penelitian
cross sectional (Arief, 2008).
KRITERIA RETRIKSI
1. Kriteria Inklusi
a. Siswa kelas XI.
b. Masih aktif dalam proses belajar di sekolah.
c. Bersedia menjadi responden.
2. Kriteria Eksklusi
a. Sedang menderita penyakit kronis.
b. Hasil skor skala L-MMPI > 10
VARIABEL PENELITIAN