Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Fimosis” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ASUHAN
KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN FIMOSIS. Makalah
ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang kami peroleh dari beberapa buku
dan situs blog di internet. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
mata kuliah KEPERAWATAN ANAK II.

Selanjutnya kami menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya


sempurna. Sehingga saya mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna
menambah kualitas serta mutu dari makalah tersebut.kami berharap semoga
makalah ini dapat menambah ilmu dan wawasan kita semua.

Bandung, 10 MEI 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………….i

DAFTAR ISI ……………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………1


1.2 Rumusan Masalah ………………………………………. 1
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Fimosis………………………….……..…..….3


2.2 Etiologi………………………………………………..…..4
2.3 Penyebab Fimosis…………………………………………4
2.4 Macam-Macam Fimosis…………………………………..5
2.5 Tanda dan Gejala Fimosis………………………………..6
2.6 Gangguan………………………………………………...7
2.7 Komplikasi……………………………………………….7
2.8 Penatalaksanaan………………………………………..…8
2.9 Therapi………………………………………………….. 11

BAB III

3.1 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Fimosis....................... 12

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan………….…………………………………… 17
4.2 Saran……………………………………………………... 17
DAFTAR PUSTAKA…..………………………………………....... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang


diakibatkan oleh tindakan-tindakan yang dilakukan pada saat persalinan
sangatlah beragam. Trauma akibat tindakan, cara persalinan atau
gangguan kelainan fisiologik persalinan yang sering kita sebut sebagai
cedera atau trauma lahir.

Partus yang lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis.


Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri dengan perawatan
yang baik dan adekuat.

Keberhasilan penatalaksanaan kasus kelainan bayi dan anak


tergantung dari pengetahuan dasar dan penentuan diagnosis dini,
persiapan praoperasi, tindakan anestesi dan pembedahan serta perawatan
pasca operasi. Penatalaksanaan perioperatif yang baik akan meningkatkan
keberhasilan penanganan kelainan bayi dan anak.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang diatas penulis menarik


rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari Fimosis?
2. Apa tanda dan gejala dari fimosis?
3. Apa penyebab terjadinya fimosis?
4. Bagaimana penatalaksanaan dari fimosis?
5. Berapa besar angka kejadian yang terjadi pada bayi yang terkena
fimosis?

1
1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana asuhan
kebidanan pada anak yang menderita penyakit fimosis.

2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui asuhan pada penyakit fimosis
b) Mengetahui pengertian pada penyakit fimosis
c) Mengetahui etiologi, tanda dan gejala serta tindakan yang tepat
untuk mengatasi fimosis.

d) Mengetahui macam-macam fimosis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN FIMOSIS

Fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (Preupitium) melekat


pada bagian kepala (Grans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang
saluran air seni, sehingga bayi dan anak jadi kesulitan dan kesakitan saat
kencing. (Andi Maryam)

Fimosis adalah salah satu gangguan yang timbul pada organ


kelamin pria, yang dimaksud dengan fimosis adalah keadaan dimana kulit
penis (Preupitium) melekat pada bagian kepala (Grans) dan
mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air seni, sehingga bayi dan
anak jadi kesulitan dan kesakitan saat kencing, kondisi ini memicu
timbulnya infeksi pada penis (balantis). Jika keadaan ini di biarkan dimana
muara saluran kencing di ujung penis tersumbat maka dokter
menganjurkan untuk disunnat, tindakan ini dilakukan dengan membuka
dan memotong kulit penis agar ujungnya terbuka. (Patologis, Dr.Sutisna
Himawan,1996)

Fimosis adalah penyempitan pada prepusium. Kelainan


menyebabkan bayi / anak sukar berkemih. Kadang-kadang begitu suka
sehingga kulit prepusium menggelembung seperti balon. Bayi / anak
sering menangis sebelum urine keluar.

Fimosis (phimosis) merupakan kondisi dimana kulit yang


melingkupi kepala penis (glans penis) tidak bisa ditarik ke belakang untuk
membuka seluruh bagian kepala penis (kulup, prepuce, preputium,
foreskin,) Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar, sehingga
dapat ditarik ke depan dan belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis
bagian dalam preputium melekat pada glans penis. Kadangkala perlekatan

3
cukup luas sehingga hanya bagian lubang untuk berkemih (meatus urethra
externus) yang terbuka. Fimosis (phimosis) bisa merupakan kelainan
bawaan sejak lahir (kongenital) maupun didapat.

Fimosis adalah prepusium penis tidak dapat diretraksi (ditarik) ke


proksimal sampai ke korona galndis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh
dan berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium
(smegma) mengumpul di dalam prepusium dan perlahan-lahan
memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara
berkala membuat prepusium terdilatasi perlahan-lahan sehinga prepusium
menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal.

Apabila preputium melekat pada glans penis, maka cairan smegma


yaitu cairan putih, kental yang biasa mengumpul diantara kulit kulup dan
kepala penis akan tertinbun di tempat itu, sehingga mudah sekali terjadi
infeksi. Biasanya yang sering di serang adalah bagian ujung penis,
sehingga di sebut infeksi ujung penis atau blantis. Sewaktu akan kencing,
anak menjadi rewel yang terlihat adalah kulit kulup yang terbelit dan
menggelembung.

2.2 ETIOLOGI

Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di
antara kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini
menyebabkan kulup menjadi melekat pada kepala penis sehingga sulit
ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya bisa dari bawaan dari lahir, atau
didapat, misalnya karena infeksi atau benturan.

2.3 PENYEBAB FIMOSIS

Kebanyakan kasus, fimosis adalah bawaan lahir. Pada kasus yang


lebih jarang, fimosis terjadi karena kulup kehilangan kemampuan
peregangan, misalnya karena peradangan atau luka akibat pembukaan

4
paksa kepala penis. Pembentukan jaringan parut dari bekas luka itu
mencegah peregangan kulup.

2.4 MACAM-MACAM FIMOSIS

a. Fimosis kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak lahir sebenarnya


merupakan kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai masa
remaja. Kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak
dapat ditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya
usia serta diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan, terjadi
proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan
lapis bagian dalam preputium sehingga akhirnya
kulit preputium terpisah dari glans penis.

Suatu penelitian mendapatkan bahwa hanya 4% bayi yang seluruh


kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir,
namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki
berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital. Walaupun
demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dari 200 anak laki-
laki berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik
ke belakang penis.

b. Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true


phimosis) timbul kemudian setelah lahir. Hal ini berkaitan dengan
kebersihan (higiene) alat kelamin yang buruk , peradangan kronik glans
penis dan kulit preputium ( balanoposthitis kronik ), atau penarikan
berlebihan kulit preputium ( forceful retration ) pada fimosis kongenital
yang akan menyebabkan pembentukan jaringan ikat ( fibrosis) dekat
bagian kulitpreputium yang membuka. Fimosis kongenital seringkali
menimbulkan fenomena ballooning, yakni
kulitpreputium mengembang saat berkemih karena desakan pancaran
air seni tidak diimbangi besarnya lubang di ujung preputium.

5
Fenomena ini akan hilang dengan sendirinya, dan tanpa adanya
fimosis patologik, tidak selalu menunjukkan adanya hambatan (obstruksi)
air seni. Selama tidak terdapat hambatan aliran air seni, buang air kecil
berdarah (hematuria), atau nyeri preputium, fimosis bukan merupakan
kasus gawat darurat.

2.5 TANDA DAN GEJALA FIMOSIS

Tanda dan gejala penyakit fimosis diantaranya :

1. Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukkan urine.

2. Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembang


saat mulai buang air kecil yang kemudian menghilang setelah
berkemih. Hal tersebut disebabkan oleh karena urine yang keluar
terlebih dahulu tertahan dalam ruangan yang dibatasi oleh kulit pada
ujung penis sebelum keluar muaranya yang sempit.

3. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil


karena timbul rasa sakit.

4. Kulit penis tidak bisa ditarik kearah pangkal ketika akan


dibersihkan. 5

5. Air seni keluar tidak lancar.Kadang-kadang menetes dan kadang-


kadang memancar dengan arah yang tidak dapat di duga.

6. Bisa juga disertai demam.

7. Terjadi iritsi pada penis.

2.6 GANGGUAN

Aliran urine berupa sulit kencing, pancaran urine mengecil,


menggelembungnya ujung prepusium penis pada saat miksi dan
menimbulkan retensi urine.Kadangkala pasien dibawa berobat oleh orang

6
tuanya Karena adanya benjolan lunak di ujung penis yang tak lain adalah
korpus smegma. Smegma terjadi dari sel-sel mukosa prepusium dan glans
penis yang mengalami deskuamasi oleh bakteri yang ada didalamnya.

Tindakan tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang


dipaksakan pada fimosis karena menimbulkan luka dan terbentuk
sikatriks pada ujung prepusium sebagai fimosis sekunder. Dapat diberikan
salep dexametasone 0,1% yang dioleskan 3 atau 4 kali. Diharapkan setelah
pemberian selama 6 minggu prepusium dapat diretraksi spontan kemudian
dilakukan sirkumsisi.

2.7 KOMPLIKASI

a) Ketidaknyamanan / nyeri saat berkemih.

b) Akumulasi sekret dan smegma di bawah prepusium yang kemudian


terkena

c) Infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk jaringan parut.

d) Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.

e) Penarikan prepusium secara paksa dapat berakibat kontriksi dengan


rasa nyeri dan pembengkakan glans penis yang disebut parafimosis.

f) Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut balinitis.

g) Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan,
kemudian menimbulkan kerusakan pada ginjal.

h) Fimosis merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker penis.

2.8 PENATALAKSANAAN

7
Ada tiga cara untuk mengatasi fimosis yaitu:

a) Sunat

Banyak dokter yang menyarankan sunat untuk menghilangkan


masalah fimosis secara permanen. Rekomendasi ini diberikan
terutama bila fimosis menimbulkan kesulitan buang air kecil atau
peradangan di kepala penis (balanitis). Sunat dapat dilakukan
dengan anestesi umum ataupun local.

b) Obat

Terapi obat dapat diberikan dengan salep yang meningkatkan


elastisitas kulup. Pemberian salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali
sehari selama 20-30 hari, harus dilakukan secara teratur dalam
jangka waktu tertentu agar efektif.

c) Peregangan

Terapi peregangan dilakukan dengan peregangan bertahap kulup


yang dilakukan setelah mandi air hangat selama lima sampai sepuluh
menit setiap hari. Peregangan ini harus dilakukan dengan hati-hati
untuk menghindari luka yang menyebabkan pembentukan parut.

Fimosis kongenital seyogianya dibiarkan saja, kecuali bila terdapat


alasan agama dan/atau sosial untuk disirkumsisi. Hanya diperlukan
penjelasan dan pengertian mengenai fimosis kongenital yang
memang normal dan lazim terjadi pada masa kanak-kanak serta
menjaga kebersihan alat kelamin dengan secara rutin
membersihkannya tanpa penarikan kulit preputium secara
berlebihan ke belakang batang penis dan mengembalikan kembali
kulit preputium ke depan batang penis setiap selesai membersihkan.

Upaya untuk membersihkan alat kelamin dengan menarik


kulit preputium secara berlebihan ke belakang sangat berbahaya

8
karena dapat menyebabkan luka, fimosis didapat, bahkan
parafimosis. Seiring dengan berjalannya waktu, perlekatan antara
lapis bagian dalam kulit preputium dan glans penis akan lepas
dengan sendirinya.

Walaupun demikian, jika fimosis menyebabkan hambatan aliran


air seni, diperlukan tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau
seluruh bagian kulit preputium) atau teknik bedah plastik lainnya
seperti preputioplasty(memperlebar bukaan kulit preputium tanpa
memotongnya). Indikasi medis utama dilakukannya tindakan
sirkumsisi pada anak-anak adalah fimosis patologik.

Penggunaan krim steroid topikal yang dioleskan pada


kulit preputium 1 atau 2 kali sehari, selama 4-6 minggu, juga efektif
dalam tatalaksana fimosis. Namun jika fimosis telah membaik,
kebersihan alat kelamin tetap dijaga, kulit preputium harus ditarik
dan dikembalikan lagi ke posisi semula pada saat mandi dan setelah
berkemih untuk mencegah kekambuhan fimosis.

Cara menjaga kebersihan pada fimosis yaitu dengan menjaga


kebersihan bokong dan penis.

a. Bokong

Area ini mudah terkena masalah, karena sering terpapar dengan


popok basah dan terkena macam-macam iritasi dari bahan kimia
serta mikroorganisme penyebab infeksi air kemih atau tinja, maupun
gesekan dengan popok atau baju. Biasanya akan timbul gatal-gatal
dan merah disekitar bokong. Meski tak semua bayi mengalaminya,
tapi pada beberapa bayi, gatal-gatal dan merah dibokong cenderung
berulang timbul. Tindak pencegahan yang penting adalah
mempertahankan area ini tetap kering dan bersih.

Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah :

9
1) Jangan gunakan diapers sepanjang hari. Cukup saat tidur malam
atau berpergian.

2) Jangan berganti-ganti merek diapesr. Gunakan hanya satu merek


yang cocok dengan bayi .

3) Lebih baik gunakan popok kain. Jika terpaksa memakai diapers,


kendurkan bagian paha untuk ventilasi dan seringlah
menggantinya (tiap kali ia habis buang air kecil atau besar).

4) Tak ada salahnya sesekali membiarkan bokongnya terbuka. Jika


perlu, biarkan ia tidur dengan bokong terbuka. Pastikan suhu
ruangan cukup hangat sehingga ia tidak kedinginan.

5) Jika peradangan kulit karena popok pada bayi tidak membaik


dalam 1 sampai 2 hari atau lebih bila timbul lecet atau bintil-bintil
kecil, hubungi dokter.

b. Penis

Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah :

1) Sebaiknya setelah BAK penis dibersihkan dengan air hangat


menggunakan kasa. Membersihkannya sampai selangkang,
jangan digosok-gosok.Cukup diusap dari atas ke bawah dengan
satu arah sehingga bisa bersih dan yang kotor bisa hilang.

2) Setiap selesai BAK, popok selalu diganti agar kondisi penis


tidak iritasi.

3) Setelah BAK penis jangan dibersihkan dengan sabun yang


banyak karena bisa menyebabkan iritasi.

4) Memberikan salep kortikoid ( 0,05 – 0,1 % ) 2x / hari selama


20 – 30 hari , terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-

10
anak yang masih memakai popok, tetapi dapat
dipertimbangkan untuk usia sekitar 3 tahun.

2.9 TERAPI

Terapi fimosis pada anak-anak tergantung pada pilihan orang tua


dan dapat berupa sirkumsisi plastik atau sirkumsisi radikal setelah usia dua
tahun. Pada kasus dengan komplikasi, seperti infeksi saluran kemih
berulang atau balloting kulit prepusium saat miksi, sirkumsisi harus segera
dilakukan tanpa memperhitungkan usia pasien.

Tujuan sirkumsisi plastik adalah untuk memperluas lingkaran kulit


prepusium saat retraksi komplit dengan mempertahankan kulit prepusium
secara kosmetik. Pada saat yang sama, perlengketan dibebaskan dan
dilakukan frenulotomi dengan ligasi arteri frenular jika terdapat frenulum
breve. Sirkumsisi neonatal rutin untuk mencegah karsinoma penis tidak
dianjurkan.

Kontraindikasi operasi adalah infeksi tokal akut dan anomali


kongenital dari penis. Sebagai pilihan terapi konservatif dapat diberikan
salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari Terapi ini
tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang masih memakai popok,
tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar tiga tahun.

Terapi parafimosis terdiri dari kompresi manual jaringan yang


edematous diikuti dengan usaha untuk menarik kulit prepusium yang
tegang melewati glans penis.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN FIMOSIS

11
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Auto anamnesa

b. Pengkajian fisik

1) Keadaan umum pasien.

2) Tanda – tanda infeksi

c. Pemeriksaan penunjang

Sampai saat ini pada pasien fimosis belum ada pemeriksaan


penunjang.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Diagnosa keperawatan pre op

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya


perawatan penis

3) Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi pada


saluran perkemihan

b. Diagnosa keparawatan post op

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka


insisi

12
3. FOKUS INTERVENSI

a. Diagnosa keperawatan pre op

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2


x 24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang atau
hilang dengan

K.H : Pasien terlihat tenang

Intervensi :

a) Kaji skala nyeri

b) Ajarkan teknik distrksi kepada orang tuanya

c) Atur posisi anak senyaman mungkin

d) Berikan lingkungan yang nyaman

e) Kaloborasi dengan pemberian analgesik

2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya


perawatan penis

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2


x 24 jam diharapkan faktor resiko infeksi akan
hilang dengan

K.H :

1. tidak adanya tanda – tanda infeksi

13
2. Menunjukan hygiene pribadi yang adekuat

Intevensi :

a) kaji tanda – tanda infeksi

b) Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi

c) Anjurkan kepada ibu pasien untuk meningkatkan


hygiene pribadi pasien

d) Ajarkan teknik pencucian tangan yang benar kepada


keluarga

e) Anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum ingin


kontak langsung dengan pasien

f) Kaloborasi dengan pemberian antibiotik

3) Gangguan pola eliminasi urin berhubungan dengan infeksi


pada saluran perkemihan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2


x 24 jam diharapkan gangguan pola eliminasi urin
dapat di atasi dengan

K.H :

1. pasien dapat berkemih > 50 – 100 cc setiap


kali

2. Tidak adanya hematuria

Intervensi :

14
a) Pantau eliminasi urine meliputi frekuensi, konsistensi,
bau, volume dan warna yang tepat

b) Anjurkan kepada keluarga untuk mencatat haluaran


urine

c) Kaloborasi dengan dokter untuk segera disunat

b. Diagnosa keparawatan post op

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2


x 24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang atau
hilang dengan

K.H : Pasien terlihat tenang

Intervensi :

a) Kaji skala nyeri

b) Ajarkan teknik distrksi kepada orang tuanya

c) Atur posisi anak senyaman mungkin

d) Berikan lingkungan yang nyaman

e) Kaloborasi dengan pemberian analgesik

2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka


insisi

15
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2
x 24 jam diharapkan faktor resiko infeksi akan
hilang dengan

K.H :

1. Tidak adanya tanda – tanda infeksi

2. Menunjukan hygiene pribadi yang adekuat

Intevensi :

a) Kaji tanda – tanda infeksi

b) Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi

c) Anjurkan kepada ibu pasien untuk meningkatkan


hygiene pribadi pasien

d) Ajarkan teknik pencucian tangan yang benar kepada


keluarga

e) Anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum


berkontak dengan pasien

f) Kaloborasi dengan pemberian antibiotik

16
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (preputium) melekat


pada bagian kepala penis (glands) dan mengakibatkan tersumbatnya
lubang saluran air seni, sehingga bayi dan anak menjadi kesulitan dan
kesakitan saat kencing.

Adapula tanda dan gejala pada fimosis di antaranya : Penis


membesar dan menggelembung akibat tumpukkan urine, Kadang-kadang
keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembang saat mulai buang air
kecil yang kemudian menghilang setelah berkemih. Hal tersebut
disebabkan oleh karena urine yang keluar terlebih dahulu tertahan dalam
ruangan yang dibatasi oleh kulit pada ujung penis sebelum keluar
muaranya yang sempit, Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang
air kecil karena timbul rasa sakit, Kulit penis tidak bisa ditarik kearah
pangkal ketika akan dibersihkan, Air seni keluar tidak lancar.Kadang-
kadang menetes dan kadang-kadang memancar dengan arah yang tidak
dapat di duga, Bisa juga disertai demam, dan terjadi iritsi pada penis.

B. SARAN

Dalam mengerjakan makalah ini, saya menyadari bahwa makalah


ini kurang dari sempurna, maka dari itu saya meminta saran dan kritik
yang dapat membangun agar kedepannya bisa lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

17
Ngastiyah,2005,Perawatan Anak Sakit,Jakarta: EGC

Haws.,Paulette S.,2008,Asuhan Neonatus Rujukan Cepat,Jakarta; EGC

http://askep-askeb.cz.cc/2010/01/kelainan-bawaan-pada-neonatus.html

http://jogjawithlove.blogspot.com/2009/06/fimosis.html

18

Anda mungkin juga menyukai