PENDAHULUAN
1
Pada akhir tahun pertama kehidupan, retraksi kulit preputium ke
belakang sulkus. Glandularis hanya dapat dilakukan pada sekitar 50% anak
laki-laki, hal ini meningkat menjadi 89% pada saat usia tiga tahun. Insidens
fimosis adalah sebesar 8% pada usia 6 sampai 7 tahun dan 1% pada laki-laki
usia 16 sampai 18 tahun. Pada pria yang lebih tua, fimosis bisa terjadi akibat
iritasi menzhun. Fimosis bisa mempengaruhi proses berkemih dan aktivitas
seksual. Biasanya keadaan ini diatasi dengan melakukan penyunatan
(sirkumsisi). Suatu penelitian lain juga mendapatkan bahwa hanya 4% bayi
yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat
lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki
berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital. Walaupun
demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dari 200 anak laki-laki
berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke
belakang penis.
Fimosis baik merupakan bawaan sejak lahir (kongenital) maupun
didapat, merupakan kondisi dimana kulit yang melingkupi kepala penis
(glans penis) tidak bisa ditarik ke belakang untuk membuka seluruh bagian
kepala penis. Kulit yang melingkupi kepala penis tersebut juga dikenal
dengan istilah kulup, prepuce, preputium, atau foreskin. Preputium terdiri
dari dua lapis, bagian dalam dan luar, sehingga dapat ditarik ke depan dan
belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis bagian dalam preputium
melekat pada glans penis. Kadangkala perlekatan cukup luas sehingga hanya
bagian lubang untuk berkemih (meatus urethra externus) yang terbuka.
Fimosis adalah penyempitan pada prepusium. Kelainan ini juga
menyebabkan bayi/anak sukar berkemih. Kadang-kadang begitu sukar
sehingga kulit prepusium menggelembung seperti balon. Bayi/anak sering
menangis keras sebelum urine keluar.
Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true
phimosis) timbul kemudian setelah lahir. Hal ini berkaitan dengan
kebersihan (higiene) alat kelamin yang buruk, peradangan kronik glans penis
dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau penarikan berlebihan kulit
preputium (forceful retraction) pada fimosis kongenital yang akan
2
menyebabkan pembentukkan jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit
preputium yang membuka.
5. Berapa besar angka kejadian yang terjadi pada bayi yang terkena fimosis?
2. Tujuan Khusus
3
BAB II
PEMBAHASAN
Fimosis adalah salah satu gangguan yang timbul pada organ kelamin
pria, yang dimaksud dengan fimosis adalah keadaan dimana kulit penis
(Preupitium) melekat pada bagian kepala (Grans) dan mengakibatkan
tersumbatnya lubang saluran air seni, sehingga bayi dan anak jadi kesulitan
dan kesakitan saat kencing, kondisi ini memicu timbulnya infeksi pada penis
(balantis). Jika keadaan ini di biarkan dimana muara saluran kencing di
ujung penis tersumbat maka dokter menganjurkan untuk disunnat, tindakan
ini dilakukan dengan membuka dan memotong kulit penis agar ujungnya
terbuka. (Patologis, Dr.Sutisna Himawan,1996)
4
yang terbuka. Fimosis (phimosis) bisa merupakan kelainan bawaan sejak
lahir (kongenital) maupun didapat.
2.2 Etiologi
Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di
antara kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini
menyebabkan kulup menjadi melekat pada kepala penis sehingga sulit
ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya bisa dari bawaan dari lahir, atau
didapat, misalnya karena infeksi atau benturan.
2.3 Patofisiologi
Pada bayi, preputium normalnya melekat pada glans tapi sekresi materi
subaseum kental secara bertahap melonggarkannya. Menjelang umur 5
tahun, preputium dapat ditarik ke atas glans penis tanpa kesulitan atau
paksaan.
5
Tapi karena adanya komplikasi sirkumsisi, dimana terlalu banyak prepusium
tertinggal, atau bisa sekunder terhadap infeksi yng timbul di bawah prepusium yang
berlebihan. Sehingga pada akhirnya, prepusium menjadi melekat dan fibrotik
kronis di bawah prepusium dan mencegah retraksi.
2.4 Pathway
6
2.6 Macam-Macam Fimosis
a. Fimosis kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak lahir sebenarnya
merupakan kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja.
Kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat
ditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia
serta diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan, terjadi proses
keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis
bagian dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari
glans penis.
Suatu penelitian mendapatkan bahwa hanya 4% bayi yang seluruh
kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir,
namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki
berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital. Walaupun
demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dari 200 anak laki-
laki berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke
belakang penis.
b. Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true
phimosis) timbul kemudian setelah lahir. Hal ini berkaitan dengan
kebersihan (higiene) alat kelamin yang buruk , peradangan kronik glans
penis dan kulit preputium ( balanoposthitis kronik ), atau penarikan
berlebihan kulit preputium ( forceful retration ) pada fimosis kongenital
yang akan menyebabkan pembentukan jaringan ikat ( fibrosis) dekat
bagian kulitpreputium yang membuka. Fimosis kongenital seringkali
menimbulkan fenomena ballooning, yakni kulitpreputium mengembang
saat berkemih karena desakan pancaran air seni tidak diimbangi
besarnya lubang di ujung preputium.
Fenomena ini akan hilang dengan sendirinya, dan tanpa adanya fimosis
patologik, tidak selalu menunjukkan adanya hambatan (obstruksi) air seni.
Selama tidak terdapat hambatan aliran air seni, buang air kecil berdarah
(hematuria), atau nyeri preputium, fimosis bukan merupakan kasus gawat
darurat.
7
2.7 Tanda Dan Gejala Fimosis
Tanda dan gejala penyakit fimosis diantaranya :
2.8 Gangguan
8
2.9 Komplikasi
2.10 Penatalaksanaan
Ada tiga cara untuk mengatasi fimosis yaitu:
a. Sunat
Banyak dokter yang menyarankan sunat untuk menghilangkan
masalah fimosis secara permanen. Rekomendasi ini diberikan terutama
bila fimosis menimbulkan kesulitan buang air kecil atau peradangan di
kepala penis (balanitis). Sunat dapat dilakukan dengan anestesi umum
ataupun local.
b. Obat
Terapi obat dapat diberikan dengan salep yang meningkatkan
elastisitas kulup. Pemberian salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari
selama 20-30 hari, harus dilakukan secara teratur dalam jangka waktu
tertentu agar efektif.
c. Peregangan
Terapi peregangan dilakukan dengan peregangan bertahap kulup
yang dilakukan setelah mandi air hangat selama lima sampai sepuluh
menit setiap hari. Peregangan ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari luka yang menyebabkan pembentukan parut.
9
Fimosis kongenital seyogianya dibiarkan saja, kecuali bila terdapat
alasan agama dan/atau sosial untuk disirkumsisi. Hanya diperlukan
penjelasan dan pengertian mengenai fimosis kongenital yang memang
normal dan lazim terjadi pada masa kanak-kanak serta menjaga
kebersihan alat kelamin dengan secara rutin membersihkannya tanpa
penarikan kulit preputium secara berlebihan ke belakang batang penis
dan mengembalikan kembali kulit preputium ke depan batang penis
setiap selesai membersihkan.
Upaya untuk membersihkan alat kelamin dengan menarik
kulit preputium secara berlebihan ke belakang sangat berbahaya karena
dapat menyebabkan luka, fimosis didapat, bahkan parafimosis. Seiring
dengan berjalannya waktu, perlekatan antara lapis bagian dalam
kulit preputium dan glans penis akan lepas dengan sendirinya.
Walaupun demikian, jika fimosis menyebabkan hambatan aliran air
seni, diperlukan tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh
bagian kulit preputium) atau teknik bedah plastik lainnya
seperti preputioplasty(memperlebar bukaan kulit preputium tanpa
memotongnya). Indikasi medis utama dilakukannya tindakan sirkumsisi
pada anak-anak adalah fimosis patologik.
Penggunaan krim steroid topikal yang dioleskan pada
kulit preputium 1 atau 2 kali sehari, selama 4-6 minggu, juga efektif
dalam tatalaksana fimosis. Namun jika fimosis telah membaik,
kebersihan alat kelamin tetap dijaga, kulit preputium harus ditarik dan
dikembalikan lagi ke posisi semula pada saat mandi dan setelah
berkemih untuk mencegah kekambuhan fimosis.
Cara menjaga kebersihan pada fimosis yaitu dengan menjaga
kebersihan bokong dan penis.
a) Bokong
10
dan merah disekitar bokong. Meski tak semua bayi mengalaminya,
tapi pada beberapa bayi, gatal-gatal dan merah dibokong cenderung
berulang timbul. Tindak pencegahan yang penting adalah
mempertahankan area ini tetap kering dan bersih.
11
yang masih memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan untuk
usia sekitar 3 tahun.
2.11 Terapi
Terapi fimosis pada anak-anak tergantung pada pilihan orang tua dan
dapat berupa sirkumsisi plastik atau sirkumsisi radikal setelah usia dua tahun.
Pada kasus dengan komplikasi, seperti infeksi saluran kemih berulang atau
balloting kulit prepusium saat miksi, sirkumsisi harus segera dilakukan
tanpa memperhitungkan usia pasien.
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN FIMOSIS
c. Pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa Keperawatan
13
3. Fokus Intervensi
14
e) Anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum ingin
kontak langsung dengan pasien
f) Kaloborasi dengan pemberian antibiotik
3) Gangguan pola eliminasi urin berhubungan dengan infeksi
pada saluran perkemihan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x
24 jam diharapkan gangguan pola eliminasi urin dapat di
atasi dengan K.H :
Intervensi :
15
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x
24 jam diharapkan faktor resiko infeksi akan hilang dengan
K.H :
Intevensi :
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 SARAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Soleh, kosim. 2010. Buku panduan manajemen bayi baru lahir. Jakarta : EGC
18