Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fimosis adalah suatu keadaan dimana prepusium tidak bisa ditarik ke
belakang, bisa dikarenakan keadaan sejak lahir atau karena patologi. Pada
usia bayi glan penis dan prepusium terjadi adesi sehingga lengket jika
terdapat luka pada bagian ini maka akan terjadi perlengketan dan terjadi
Phimosis biasanya pada bayi itu adalah hal yang wajar karena keadaan
tersebut akan kembali seperti normal dengan bertambahnya umur dan
produksi hormon.
Beberapa penelitian mengatakan kejadian fimosis saat lahir hanya 4%
bayi yang preputiumnya sudah bisa ditarik mundur sepenuhnya sehingga
kepala penis terlihat utuh. Selanjutnya secara perlahan terjadi desquamasi
sehingga perlekatan itu berkurang. Sampai umur 1 tahun, masih 50% yang
belum bisa ditarik penuh. Berturut-turut 30% pada usia 2 tahun, 10% pada
usia 4-5 tahun, 5% pada umur 10 tahun, dan masih ada 1% yang bertahan
hingga umur 16-17 tahun. Dari kelompok terakhir ini ada sebagian kecil
yang bertahan secara persisten sampai dewasa bila tidak ditangani.
Bila fimosis menghambat kelancaran berkemih seperti pada ballooning
maka sisa-sisa urin mudah terjebak pada bagian dalam preputium dan
lembah tersebut kandungan glukosa pada urine menjadi lading subur bagi
pertumbuhan bakteri, maka berakibat terjadi infeksi saluran kemih.
Berdasarkan data tahun 1980-an dilaporkan bahwa anak yang tidak
disirkumsisi memiliki resiko menderita 10-20 kali lebih tinggi. Tahun 1993,
dituliskan review bahwa resiko terjadi sebesar 12 kali lipat. Tahun 1999
dalam salah satu bagian dari pernyataan AAP tentang sirkumsisi disebutkan
bahwa dari 100 anak pada usia 1 tahun. 7-14 anak yang tidak sirkumsisi
menderita sedang hanya 1-2 anak pada kelompok yang disirkumsisi. Dua
laporkan jurnal tahun 2001 dan 2005 mendukung bahwa sirkumsisi dibawah
resiko.

1
Pada akhir tahun pertama kehidupan, retraksi kulit preputium ke
belakang sulkus. Glandularis hanya dapat dilakukan pada sekitar 50% anak
laki-laki, hal ini meningkat menjadi 89% pada saat usia tiga tahun. Insidens
fimosis adalah sebesar 8% pada usia 6 sampai 7 tahun dan 1% pada laki-laki
usia 16 sampai 18 tahun. Pada pria yang lebih tua, fimosis bisa terjadi akibat
iritasi menzhun. Fimosis bisa mempengaruhi proses berkemih dan aktivitas
seksual. Biasanya keadaan ini diatasi dengan melakukan penyunatan
(sirkumsisi). Suatu penelitian lain juga mendapatkan bahwa hanya 4% bayi
yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat
lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki
berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital. Walaupun
demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dari 200 anak laki-laki
berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke
belakang penis.
Fimosis baik merupakan bawaan sejak lahir (kongenital) maupun
didapat, merupakan kondisi dimana kulit yang melingkupi kepala penis
(glans penis) tidak bisa ditarik ke belakang untuk membuka seluruh bagian
kepala penis. Kulit yang melingkupi kepala penis tersebut juga dikenal
dengan istilah kulup, prepuce, preputium, atau foreskin. Preputium terdiri
dari dua lapis, bagian dalam dan luar, sehingga dapat ditarik ke depan dan
belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis bagian dalam preputium
melekat pada glans penis. Kadangkala perlekatan cukup luas sehingga hanya
bagian lubang untuk berkemih (meatus urethra externus) yang terbuka.
Fimosis adalah penyempitan pada prepusium. Kelainan ini juga
menyebabkan bayi/anak sukar berkemih. Kadang-kadang begitu sukar
sehingga kulit prepusium menggelembung seperti balon. Bayi/anak sering
menangis keras sebelum urine keluar.
Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true
phimosis) timbul kemudian setelah lahir. Hal ini berkaitan dengan
kebersihan (higiene) alat kelamin yang buruk, peradangan kronik glans penis
dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau penarikan berlebihan kulit
preputium (forceful retraction) pada fimosis kongenital yang akan

2
menyebabkan pembentukkan jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit
preputium yang membuka.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pemaparan dari latar belakang diatas penulis menarik
rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah pengertian dari Fimosis?

2. Apa tanda dan gejala dari fimosis?

3. Apa penyebab terjadinya fimosis?

4. Bagaimana penatalaksanaan dari fimosis?

5. Berapa besar angka kejadian yang terjadi pada bayi yang terkena fimosis?

6. Bagaimana ASKEP pada fimosis?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana asuhan kebidanan pada
anak yang menderita penyakit fimosis.

2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui asuhan pada penyakit fimosis

b) Mengetahui pengertian pada penyakit fimosis

c) Mengetahui etiologi, tanda dan gejala serta tindakan yang tepat


untuk mengatasi fimosis.

d) Mengetahui macam-macam fimosis.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Fimosis

Fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (Preupitium) melekat pada


bagian kepala (Grans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air
seni, sehingga bayi dan anak jadi kesulitan dan kesakitan saat kencing.
(Andi Maryam)

Fimosis adalah salah satu gangguan yang timbul pada organ kelamin
pria, yang dimaksud dengan fimosis adalah keadaan dimana kulit penis
(Preupitium) melekat pada bagian kepala (Grans) dan mengakibatkan
tersumbatnya lubang saluran air seni, sehingga bayi dan anak jadi kesulitan
dan kesakitan saat kencing, kondisi ini memicu timbulnya infeksi pada penis
(balantis). Jika keadaan ini di biarkan dimana muara saluran kencing di
ujung penis tersumbat maka dokter menganjurkan untuk disunnat, tindakan
ini dilakukan dengan membuka dan memotong kulit penis agar ujungnya
terbuka. (Patologis, Dr.Sutisna Himawan,1996)

Fimosis adalah penyempitan pada prepusium. Kelainan menyebabkan


bayi / anak sukar berkemih. Kadang-kadang begitu suka sehingga kulit
prepusium menggelembung seperti balon. Bayi / anak sering menangis
sebelum urine keluar.

Fimosis (phimosis) merupakan kondisi dimana kulit yang melingkupi


kepala penis (glans penis) tidak bisa ditarik ke belakang untuk membuka
seluruh bagian kepala penis (kulup, prepuce, preputium, foreskin,)
Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar, sehingga dapat
ditarik ke depan dan belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis bagian
dalam preputium melekat pada glans penis. Kadangkala perlekatan cukup
luas sehingga hanya bagian lubang untuk berkemih (meatus urethra externus)

4
yang terbuka. Fimosis (phimosis) bisa merupakan kelainan bawaan sejak
lahir (kongenital) maupun didapat.

Fimosis adalah prepusium penis tidak dapat diretraksi (ditarik) ke


proksimal sampai ke korona galndis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh
dan berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma)
mengumpul di dalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan prepusium
dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat
prepusium terdilatasi perlahan-lahan sehinga prepusium menjadi retraktil
dan dapat ditarik ke proksimal.

Apabila preputium melekat pada glans penis, maka cairan smegma


yaitu cairan putih, kental yang biasa mengumpul diantara kulit kulup dan
kepala penis akan tertinbun di tempat itu, sehingga mudah sekali terjadi
infeksi. Biasanya yang sering di serang adalah bagian ujung penis, sehingga
di sebut infeksi ujung penis atau blantis. Sewaktu akan kencing, anak
menjadi rewel yang terlihat adalah kulit kulup yang terbelit dan
menggelembung.

2.2 Etiologi

Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di
antara kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini
menyebabkan kulup menjadi melekat pada kepala penis sehingga sulit
ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya bisa dari bawaan dari lahir, atau
didapat, misalnya karena infeksi atau benturan.

2.3 Patofisiologi

Pada bayi, preputium normalnya melekat pada glans tapi sekresi materi
subaseum kental secara bertahap melonggarkannya. Menjelang umur 5
tahun, preputium dapat ditarik ke atas glans penis tanpa kesulitan atau
paksaan.

5
Tapi karena adanya komplikasi sirkumsisi, dimana terlalu banyak prepusium
tertinggal, atau bisa sekunder terhadap infeksi yng timbul di bawah prepusium yang
berlebihan. Sehingga pada akhirnya, prepusium menjadi melekat dan fibrotik
kronis di bawah prepusium dan mencegah retraksi.

2.4 Pathway

Kongenital, peradangan, odema

Tidak terjadi pemisahan 2 lapisan kulit

Prepusium tidak dapat diretraksi dari gland penis

Pre operasi Post operasi

Gangguan aliran Kurang pengetahuan Nyeri akut Luka Perdarahan


urine
Cemas Resiko infeksi
Kerusakan eliminasi
urine Kekurangan volume cairan

2.5 Penyebab Fimosis


Kebanyakan kasus, fimosis adalah bawaan lahir. Pada kasus yang lebih
jarang, fimosis terjadi karena kulup kehilangan kemampuan peregangan,
misalnya karena peradangan atau luka akibat pembukaan paksa kepala penis.
Pembentukan jaringan parut dari bekas luka itu mencegah peregangan kulup.

6
2.6 Macam-Macam Fimosis
a. Fimosis kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak lahir sebenarnya
merupakan kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja.
Kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat
ditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia
serta diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan, terjadi proses
keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis
bagian dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari
glans penis.
Suatu penelitian mendapatkan bahwa hanya 4% bayi yang seluruh
kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir,
namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki
berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital. Walaupun
demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dari 200 anak laki-
laki berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke
belakang penis.
b. Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true
phimosis) timbul kemudian setelah lahir. Hal ini berkaitan dengan
kebersihan (higiene) alat kelamin yang buruk , peradangan kronik glans
penis dan kulit preputium ( balanoposthitis kronik ), atau penarikan
berlebihan kulit preputium ( forceful retration ) pada fimosis kongenital
yang akan menyebabkan pembentukan jaringan ikat ( fibrosis) dekat
bagian kulitpreputium yang membuka. Fimosis kongenital seringkali
menimbulkan fenomena ballooning, yakni kulitpreputium mengembang
saat berkemih karena desakan pancaran air seni tidak diimbangi
besarnya lubang di ujung preputium.

Fenomena ini akan hilang dengan sendirinya, dan tanpa adanya fimosis
patologik, tidak selalu menunjukkan adanya hambatan (obstruksi) air seni.
Selama tidak terdapat hambatan aliran air seni, buang air kecil berdarah
(hematuria), atau nyeri preputium, fimosis bukan merupakan kasus gawat
darurat.

7
2.7 Tanda Dan Gejala Fimosis
Tanda dan gejala penyakit fimosis diantaranya :

1. Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukkan urine.


2. Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembang
saat mulai buang air kecil yang kemudian menghilang setelah berkemih.
Hal tersebut disebabkan oleh karena urine yang keluar terlebih dahulu
tertahan dalam ruangan yang dibatasi oleh kulit pada ujung penis
sebelum keluar muaranya yang sempit.
3. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil
karena timbul rasa sakit.
4. Kulit penis tidak bisa ditarik kearah pangkal ketika akan
dibersihkan.
5. Air seni keluar tidak lancar.Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang
memancar dengan arah yang tidak dapat di duga.
6. Bisa juga disertai demam.
7. Terjadi iritsi pada penis.

2.8 Gangguan

Aliran urine berupa sulit kencing, pancaran urine mengecil,


menggelembungnya ujung prepusium penis pada saat miksi dan
menimbulkan retensi urine.Kadangkala pasien dibawa berobat oleh orang
tuanya Karena adanya benjolan lunak di ujung penis yang tak lain adalah
korpus smegma. Smegma terjadi dari sel-sel mukosa prepusium dan glans
penis yang mengalami deskuamasi oleh bakteri yang ada didalamnya.

Tindakan tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang


dipaksakan pada fimosis karena menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks
pada ujung prepusium sebagai fimosis sekunder. Dapat diberikan salep
dexametasone 0,1% yang dioleskan 3 atau 4 kali. Diharapkan setelah
pemberian selama 6 minggu prepusium dapat diretraksi spontan kemudian
dilakukan sirkumsisi.

8
2.9 Komplikasi

a. Ketidaknyamanan / nyeri saat berkemih.


b. Akumulasi sekret dan smegma di bawah prepusium yang kemudian
terkena
c. Infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk jaringan parut.
d. Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.
e. Penarikan prepusium secara paksa dapat berakibat kontriksi dengan rasa
nyeri dan pembengkakan glans penis yang disebut parafimosis.
f. Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut balinitis.
g. Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan, kemudian
menimbulkan kerusakan pada ginjal.
h. Fimosis merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker penis.

2.10 Penatalaksanaan
Ada tiga cara untuk mengatasi fimosis yaitu:

a. Sunat
Banyak dokter yang menyarankan sunat untuk menghilangkan
masalah fimosis secara permanen. Rekomendasi ini diberikan terutama
bila fimosis menimbulkan kesulitan buang air kecil atau peradangan di
kepala penis (balanitis). Sunat dapat dilakukan dengan anestesi umum
ataupun local.
b. Obat
Terapi obat dapat diberikan dengan salep yang meningkatkan
elastisitas kulup. Pemberian salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari
selama 20-30 hari, harus dilakukan secara teratur dalam jangka waktu
tertentu agar efektif.
c. Peregangan
Terapi peregangan dilakukan dengan peregangan bertahap kulup
yang dilakukan setelah mandi air hangat selama lima sampai sepuluh
menit setiap hari. Peregangan ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari luka yang menyebabkan pembentukan parut.

9
Fimosis kongenital seyogianya dibiarkan saja, kecuali bila terdapat
alasan agama dan/atau sosial untuk disirkumsisi. Hanya diperlukan
penjelasan dan pengertian mengenai fimosis kongenital yang memang
normal dan lazim terjadi pada masa kanak-kanak serta menjaga
kebersihan alat kelamin dengan secara rutin membersihkannya tanpa
penarikan kulit preputium secara berlebihan ke belakang batang penis
dan mengembalikan kembali kulit preputium ke depan batang penis
setiap selesai membersihkan.
Upaya untuk membersihkan alat kelamin dengan menarik
kulit preputium secara berlebihan ke belakang sangat berbahaya karena
dapat menyebabkan luka, fimosis didapat, bahkan parafimosis. Seiring
dengan berjalannya waktu, perlekatan antara lapis bagian dalam
kulit preputium dan glans penis akan lepas dengan sendirinya.
Walaupun demikian, jika fimosis menyebabkan hambatan aliran air
seni, diperlukan tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh
bagian kulit preputium) atau teknik bedah plastik lainnya
seperti preputioplasty(memperlebar bukaan kulit preputium tanpa
memotongnya). Indikasi medis utama dilakukannya tindakan sirkumsisi
pada anak-anak adalah fimosis patologik.
Penggunaan krim steroid topikal yang dioleskan pada
kulit preputium 1 atau 2 kali sehari, selama 4-6 minggu, juga efektif
dalam tatalaksana fimosis. Namun jika fimosis telah membaik,
kebersihan alat kelamin tetap dijaga, kulit preputium harus ditarik dan
dikembalikan lagi ke posisi semula pada saat mandi dan setelah
berkemih untuk mencegah kekambuhan fimosis.
Cara menjaga kebersihan pada fimosis yaitu dengan menjaga
kebersihan bokong dan penis.
a) Bokong

Area ini mudah terkena masalah, karena sering terpapar dengan


popok basah dan terkena macam-macam iritasi dari bahan kimia
serta mikroorganisme penyebab infeksi air kemih atau tinja, maupun
gesekan dengan popok atau baju. Biasanya akan timbul gatal-gatal

10
dan merah disekitar bokong. Meski tak semua bayi mengalaminya,
tapi pada beberapa bayi, gatal-gatal dan merah dibokong cenderung
berulang timbul. Tindak pencegahan yang penting adalah
mempertahankan area ini tetap kering dan bersih.

Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah :

1) Jangan gunakan diapers sepanjang hari. Cukup saat tidur malam


atau berpergian.
2) Jangan berganti-ganti merek diapesr. Gunakan hanya satu merek
yang cocok dengan bayi .
3) Lebih baik gunakan popok kain. Jika terpaksa memakai diapers,
kendurkan bagian paha untuk ventilasi dan seringlah
menggantinya (tiap kali ia habis buang air kecil atau besar).
4) Tak ada salahnya sesekali membiarkan bokongnya terbuka. Jika
perlu, biarkan ia tidur dengan bokong terbuka. Pastikan suhu
ruangan cukup hangat sehingga ia tidak kedinginan.
5) Jika peradangan kulit karena popok pada bayi tidak membaik
dalam 1 sampai 2 hari atau lebih bila timbul lecet atau bintil-
bintil kecil, hubungi dokter.
b) Penis
Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah :
1) Sebaiknya setelah BAK penis dibersihkan dengan air hangat
menggunakan kasa. Membersihkannya sampai selangkang,
jangan digosok-gosok.Cukup diusap dari atas ke bawah dengan
satu arah sehingga bisa bersih dan yang kotor bisa hilang.
2) Setiap selesai BAK, popok selalu diganti agar kondisi penis tidak
iritasi.
3) Setelah BAK penis jangan dibersihkan dengan sabun yang
banyak karena bisa menyebabkan iritasi.
4) Memberikan salep kortikoid ( 0,05 – 0,1 % ) 2x / hari selama 20
– 30 hari , terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak

11
yang masih memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan untuk
usia sekitar 3 tahun.

2.11 Terapi

Terapi fimosis pada anak-anak tergantung pada pilihan orang tua dan
dapat berupa sirkumsisi plastik atau sirkumsisi radikal setelah usia dua tahun.
Pada kasus dengan komplikasi, seperti infeksi saluran kemih berulang atau
balloting kulit prepusium saat miksi, sirkumsisi harus segera dilakukan
tanpa memperhitungkan usia pasien.

Tujuan sirkumsisi plastik adalah untuk memperluas lingkaran kulit


prepusium saat retraksi komplit dengan mempertahankan kulit prepusium
secara kosmetik. Pada saat yang sama, perlengketan dibebaskan dan
dilakukan frenulotomi dengan ligasi arteri frenular jika terdapat frenulum
breve. Sirkumsisi neonatal rutin untuk mencegah karsinoma penis tidak
dianjurkan.

Kontraindikasi operasi adalah infeksi tokal akut dan anomali


kongenital dari penis. Sebagai pilihan terapi konservatif dapat diberikan
salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari Terapi ini
tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang masih memakai popok,
tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar tiga tahun.

Terapi parafimosis terdiri dari kompresi manual jaringan yang


edematous diikuti dengan usaha untuk menarik kulit prepusium yang tegang
melewati glans penis.

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN FIMOSIS

3.1 Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Fimosis

a. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
a. Auto anamnesa
b. Pengkajian fisik

1) Keadaan umum pasien.

2) Tanda – tanda infeksi

c. Pemeriksaan penunjang

2. Diagnosa Keperawatan

a. Diagnosa keperawatan pre op

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis


2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya
perawatan penis
3) Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi pada
saluran perkemihan

b. Diagnosa keparawatan post op

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik


2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi.

13
3. Fokus Intervensi

a. Diagnosa keperawatan pre op

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x
24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang dengan
K.H : Pasien terlihat tenang
Intervensi :

a) Kaji skala nyeri

b) Ajarkan teknik distrksi kepada orang tuanya

c) Atur posisi anak senyaman mungkin

d) Berikan lingkungan yang nyaman

e) Kaloborasi dengan pemberian analgesik

2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya


perawatan penis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x
24 jam diharapkan faktor resiko infeksi akan hilang dengan
K.H :
1. tidak adanya tanda – tanda infeksi
2. Menunjukan hygiene pribadi yang adekuat
Intevensi :
a) kaji tanda – tanda infeksi
b) Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi
c) Anjurkan kepada ibu pasien untuk meningkatkan hygiene
pribadi pasien
d) Ajarkan teknik pencucian tangan yang benar kepada
keluarga

14
e) Anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum ingin
kontak langsung dengan pasien
f) Kaloborasi dengan pemberian antibiotik
3) Gangguan pola eliminasi urin berhubungan dengan infeksi
pada saluran perkemihan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x
24 jam diharapkan gangguan pola eliminasi urin dapat di
atasi dengan K.H :

1. pasien dapat berkemih > 50 – 100 cc setiap kali

2. Tidak adanya hematuria

Intervensi :

a) Pantau eliminasi urine meliputi frekuensi, konsistensi,


bau, volume dan warna yang tepat
b) Anjurkan kepada keluarga untuk mencatat haluaran urine
c) Kaloborasi dengan dokter untuk segera disunat

b. Diagnosa keparawatan post op

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x
24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang dengan
K.H : Pasien terlihat tenang.
Intervensi :
a) Kaji skala nyeri
b) Ajarkan teknik distrksi kepada orang tuanya
c) Atur posisi anak senyaman mungkin
d) Berikan lingkungan yang nyaman
e) Kaloborasi dengan pemberian analgesik
2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi

15
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x
24 jam diharapkan faktor resiko infeksi akan hilang dengan
K.H :

1. Tidak adanya tanda – tanda infeksi

2. Menunjukan hygiene pribadi yang adekuat

Intevensi :

a) Kaji tanda – tanda infeksi


b) Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi
c) Anjurkan kepada ibu pasien untuk meningkatkan hygiene
pribadi pasien
d) Ajarkan teknik pencucian tangan yang benar kepada
keluarga
e) Anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum
berkontak dengan pasien
f) Kaloborasi dengan pemberian antibiotik

16
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (preputium) melekat pada


bagian kepala penis (glands) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang
saluran air seni, sehingga bayi dan anak menjadi kesulitan dan kesakitan saat
kencing.

Adapula tanda dan gejala pada fimosis di antaranya : Penis membesar


dan menggelembung akibat tumpukkan urine, Kadang-kadang keluhan dapat
berupa ujung kemaluan menggembang saat mulai buang air kecil yang
kemudian menghilang setelah berkemih. Hal tersebut disebabkan oleh
karena urine yang keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan yang
dibatasi oleh kulit pada ujung penis sebelum keluar muaranya yang sempit,
Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil karena timbul
rasa sakit, Kulit penis tidak bisa ditarik kearah pangkal ketika akan
dibersihkan, Air seni keluar tidak lancar.Kadang-kadang menetes dan
kadang-kadang memancar dengan arah yang tidak dapat di duga, Bisa juga
disertai demam, dan terjadi iritsi pada penis.

4.2 SARAN

Dalam mengerjakan makalah ini, saya menyadari bahwa makalah ini


kurang dari sempurna, maka dari itu saya meminta saran dan kritik yang
dapat membangun agar kedepannya bisa lebih baik lagi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Haws.,Paulette S.,2009,Asuhan Neonatus Rujukan Cepat,Jakarta; EGC

Haws. Paulette . 2011. Asuhan Neonatus Rujukan Cepat. Jakarta: EGC

Ngastiyah. 2010. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Nur,Wafi. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.

Soleh, kosim. 2010. Buku panduan manajemen bayi baru lahir. Jakarta : EGC

18

Anda mungkin juga menyukai