Anda di halaman 1dari 18

Tugas Makalah Mata Kuliah Evaluasi Proses Dan Hasil Belajar Fisika

EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR FISIKA

“KARAKTERISTIK SERTA PROSES PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN


DAN INSTRUMENT EVALUASI YANG RELEVAN.”

Dosen Pengampu:

IRFANDI

DISUSUN OLEH :

Kelompok II

RISKI HANDANI GULTOM (4173121044)


SARI SITI WAHYUNI (4171121033)
SUSI SANTY SAMOSIR (4173321054)
YANA NOVITA BERUTU (4173321060)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan
anugerah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Evaluasi Proses Dan Hasil Belajar Fisika ini mengenai “Karakteristik serta proses
pengembangan instrument assesmen dan instrument evaluasi yang relevan”.

Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat dukungan, bimbingan, serta
semangat dari banyak pihak terutama kepada Bapak Irfandi selaku Dosen Pengampu mata
kuliah makalah Evaluasi Proses Dan Hasil Belajar Fisika ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih
memerlukan pengembangan lebih lanjut. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
dari pembaca sangat kami harapkan agar nantinya dapat diperoleh hasil yang lebih maksimal
dan demi kesempurnaan tugas berikutnya. Dalam kesempatan ini penulis juga mohon maaf
jika ada hal-hal yang tidak berkenan dalam makalah ini dan proses yang dilalui dalam
penyusunannya.

Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada semua yang berpartisipasi demi
terselesaikannya tugas ini dan semoga kita terus dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, Maret 2019

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................1

1.1. Latar Belakang ...........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................2

1.3. Tujuan ........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................3

2.1Analisis Instrumen ………………………………………………………3

2.2 Pengertian Instrumen Assesmen ……………………………………..


2.3 Pengertian Instrumen Penilaian……………………………………… 10
2.4 Karakteristik Instrumen Assesmen dan Instrumen Evaluasi……….

2.5 Proses Pengembangan Instrumen Assesmen dan Instrumen Evaluasi

BAB III PENUTUP ....................................................................................................14

3.1. Kesimpulan ..............................................................................................14

3.2. Saran ........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................15


BAB I

PANDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi, di mana sustu tujuan telah
dapat dicapai. Evaluasi adalah proses melakukan pertimbangan nilai tentang sesuatu (produk,
kinerja, tujuan, proses, prosedur, program pendekatan, fungsi). Evaluasi Belajar dan
Kemampuan (dapat menghasilkan kelulusan). Proses evaluasi harus tepat terhadap tipe tujuan
yang biasanya dinyatakan dalam bahasa prilaku. Beberapa tingkah laku yang sering muncul
serta menjadi perhatian para guru adalah tingkah laku yang dapat dikelompokkan menjadi
tiga ranah , yaitu pengetahuan, sikap dan nilai, dan keterampilan.

Pengertian instrumen dalam lingkup evaluasi didefinisikan sebagai perangkat untuk


mengukur hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Bentuk instrumen dapat berupa tes dan non-tes. Instrumen bentuk tes mencakup:
tes uraian (uraian objektif dan uraian bebas), tes pilihan ganda, jawaban singkat,
menjodohkan, benar salah, unjuk kerja (performance test), dan portofolio. Instrumen bentuk
non-tes mencakup: wawancara, angket, dan pengamatan (observasi).

Sebelum instrumen digunakan hendaknya dianalisis terlebih dahulu. Dua karakteristik


penting dalam menganalisis instrumen adalah validitas dan reliabilitasnya.
Instrumen dikatakan valid (tepat, absah) apabila instrumen digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur. Instrumen untuk mengukur kemampuan matematika siswa sekolah
dasar tidak tepat jika digunakan pada siswa Sekolah menengah. Dalam hal ini sasaran kepada
siapa instrumen itu ditujukan merupakan salah satu aspek yang harus dipertimbangkan dalam
menganalisis validitas suatu instrumen. Aspek lainnya misalnya kesesuaian indikator dengan
butir soal, penggunaan bahasa, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku, kaidah-kaidah
dalam penulisan butir soal dan sebagainya.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui kaitan hasil belajar dengan ranah proses berpikir.
2. Untuk mengetahui karakteristik instrumen assesmen dan instrumen evaluasi
3. Untuk mengetahui proses pengembangan instrumen assesmen dan instrumen evaluasi
4. Untuk mengetahui

1.3 Rumusan Masalahi


1. Bagaimana kaitan
2. Bagaimana
3. Bagaimana
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Analisis Instrumen

Sebuah Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Hendaknya memenuhi syarat sebelum


digunakan untuk mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari kesalahan dan
hasil yang tidak valid (tidak sesuai kenyataan sebenarnya). Alat evaluasi yang kurang baik
dapat mengakibatkan hasil penilaian menjadi bisa atau tidak sesuainya hasil penilaian dengan
kenyataan yang sebenarnya, seperti contoh anak yang pintar dinilai tidak mampu atau
sebaliknya. Jika terjadi demikian perlu ditanyakan apakah persyaratan instrumen yang
digunakan menilai sudah sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan instrumen. Instrumen
Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah antara lain:

 Validitas
 Reliabilitas
 Objectivitas
 Pratikabilitas
 Ekomonis
 Taraf Kesukaran
 DayaPembeda

1. Validitas
Sebuah Instrumen Evaluasi dikatakan baik manakala memiliki validitas yang tinggi. Yang
dimaksud validitas disini adalah kemampuan instrumen tersebut mengukur apa yang
seharusnya diukur. Ada tiga aspek yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil belajar yaitu
aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Tinggi rendahnya validitas instrumen dapat di hitung
dengan uji validitas dan di nyatakan dengan koefisien validitas.

2. Reliabilitas

Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrumen tersebut dapat
menghasilkan hasil pengukuran yang Ketetapan. Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat
dihitung dengan uji reliabilitias dan dinyatakan dengan koefisien reliabilitas.

3. Objektivitas
Instrumen evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh subjektifitas pribadi dari
si evaluator dalam menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh subjektifitas yang tidak
bisa dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman tertama menyangkut
masalah kontinuitas dan komprehensif. Evaluasi harus dilakukan secara kontinu (terus-
menerus).

4. Praktikabilitas

Sebuah intrumen evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila bersifat
praktis mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri: mudah dilaksanakan, tidak menuntut
peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada audiens mengerjakan yang dianggap
mudah terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman skoring, kunci
jawaban. Dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga dapat dilaksanakan oleh orang lain.

5. Ekonomis

Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak membutuhkan biaya yang


mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama.

6. Taraf Kesukaran

Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak mampu merangsang audiens mempertinggi
usaha memecahkannya sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audiens putus asa dan tidak
memiliki semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Di dalam istilah
evaluasi indeks kesukaran ini diberi simbul p yang dinyatakan dengan “proporsi”.

7. Daya Pembeda

Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut membedakan


antara audiens yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan audiens yang tidak pandai
(berkemampuan rendah). Indek daya pembeda ini disingkat dengan D dan dinyatakan dengan
Indeks Diskriminasi.
2.2 Pengertian Instrumen Assesmen

Instrumen asesmen adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan informasi


tentang peserta didik, berkenaan dengan apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka dapat
lakukan. Sedangkan pengertian instrumen dalam lingkup evaluasi didefinisikan sebagai
perangkat untuk mengukur hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor.

1. Persyaratan Instrumen Evaluasi


Sebuah instrumen evaluasi hendaknya memenuhi syarat sebelum di gunakan untuk
mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari kesalahan dan hasil yang tidak
valid (tidak sesuai kenyataan sebenarnya). Alat evaluasi yang kurang baik dapat
mengakibatkan hasil penilaian menjadi bias atau tidak sesuainya hasil penilaian dengan
kenyataan yang sebenarnya, seperti contoh anak yang pintar dinilai tidak mampu atau
sebaliknya. Jika terjadi demikian perlu ditanyakan apakah persyaratan instrumen yang
digunakan menilai sudah sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan instrumen.

Menurut Sukardi (2008: 8) mengemukakan bahwa, suatu evaluasi memenuhi syarat-


syarat sebelum diterapkan kepada siswa yang kemudian direfleksikan dalam bentuk tingkah
laku. Evaluasi yang baik, harus mempunyai syarat seperti berikut: 1) valid, 2) andal, 3)
objektif , 4) seimbang, 5) membedakan, 6) norma, 7) fair, dan 8) praktis.
Sedangkan Wina Sanjaya (2008: 352-354), mengatakan bahwa syarat-syarat alat evaluasi
yang baik harus:

1) Memberikan motivasi
Memberikan penilaian evaluasi diarahkan untuk meninkatkan motivasi belajar bagi siswa
melalui upaya pemahaman akan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki baik oleh guru
maupun siswa. Siswa perlu memahami makna dari hasil penilaian.

2) Validitas

Penilaian diarahkan bukan semata-mata untuk melengkapi syarat administrasi saja, akan
tetapi diarahkan untuk memperoleh informasi tentang ketercapaian kompetensi seperti
yang terumuskanan dalam kurikulum. Oleh sebab itu, penilaian tidak menyimpang dari
kompetensi yang ingin dicapai. Dengan kata lain penilaian harus menjamin validitas
3) Adil

Setiap siswa memiliki kesempatan yang sama dalam proses pembelajaran tanpa
memandang perbedaan sosial-ekonomi, latar belakang budaya dan kemampuan. Dalam
penilaian, siswa disejajarkan untuk mendapatkan perlakuan yang sama.

4) Terbuka

Alat penilaian yang baik adalah alat penilaian yang dipahami baik oleh penilai maupun
yang dinilai. Siswa perlu memahami jenis atau prosedur penilaian yang akan dilakukan
beserta kriteria penilaian. Keterbukaan ini bukan hanya akan mendorong siswa untuk
memperoleh hasil yang baik sehingga motovasi belajara mereka akan bertambah juga,
akan tetapi sekaligus mereka akan memahami posisi mereka sendiri dalam pencapaian
kompetensi.

5) Berkesinambungan

Penilaian tidak pernah mengenal waktu kapan penilaian seharusnya dilakukan. Penilaian
dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan.

6) Bermakna

Penilaian tersusun dan terarah akan memberikan makna kepada semua pihak khususnya
siswa untuk mengetahui posisi mereka dalam memperoleh kompetensi dan memahami
kesulitan yang dihadapi dalam mencapai kompetensi. Dengan demikian, hasil penilaian
itu juga bermakna bagi guru juga termasuk bagi orang tua dalam memberika bimbingan
kepada siswa dalam upaya memperoleh kompetensi sesuai dengan target kurikulu.

7) Menyeluruh

Kurikulum diarahkan untuk perkembangan siswa secara utuh, baik perkembangan afektif,
kognitif maupun psikomotorik. Oleh sebab itu, guru dalam melaksanakan penilaian harus
menggunakan ragam penilaian, misalnya tes, penilaian produk, skala sikap, penampilan,
dan sebagainya. Hal ini sangat penting, sebab hasil penilaian harus memberikan informasi
secara utuk tentang perkembangan setiap aspek.

8) Edukatif

Penilaian kelas tidak semata-mata diarahkan untuk memperoleh gambaran kemampuan


siswa dalam pencapaian kompetensi melalui angka yang diperoleh, akan tetapi hasil
penilaian harus memeberikan umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran, baik
yang dilakukan oleh guru maupun siswa, sehingga hasil belajar lebih optimal.

2.3 Pengertian Instrumen Penilaian

Secara umum yang dimaksud instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan
akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau
mengumpulkan data mengenai suatu variabel.

Dalam bidang penelitian, instrumen diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan data
mengenai variabel – variabel penelitian untuk kebutuhan penelitian, sementara dalam bidang
pendidikan instrumen digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, faktor – faktor yang
diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil
belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu
program tertentu[1].Sedangkan menurut Permendikbud No. 104 Tahun 2014, instrumen
penilaian adalah alat yang digunakan untuk menilai capaian pembelajaran peserta didik,
misalnya: tes, dan skala sikap.

Jenis-Jenis Instrumen Penilaian

Dalam pendidikan terdapat bermacam-macam instrumen penilaian yang dapat


dipergunakan untuk mengukur dan menilai proses dan hasil pembelajaran yang telah
dilakukan terhadap peserta didik.

1. Tes sebagai instrumen penilaian

Tes sebagai instrumen penilaian adalah pertanyaan – pertanyaan yang diberikan pada
peserta didik untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk
tulis (tes tulis), dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan
untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik, terutama hasil belajar kognitif
berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidkan dan
pengajaran.

Ada dua jenis tes, yakni: tes uraian (subjektif) dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari
uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian terstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari
beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar salah, pilihan ganda dengan banyak variasi,
menjodohkan, dan isian pendek atau melengkapi.

a) Tes Uraian (Tes Subjektif)


Tes Uraian yang dalam uraian disebut juga essay, merupakan instrumen penilaian hasil
belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut peserta
didik menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan,
memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan
menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.

Bentuk tes uraian dibedakan menjadi tiga, yaitu:

 Uraian Bebas (Extended Respons Items)


Dalam uraian bebas jawaban peserta didik tidak dibatasi, bergantung pada pandangan peserta
didik itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan uraian bebas sifatnya umum.

 Uraian Terbatas (Restricted Respons Items)


Bentuk kedua dari tes uraian adalah tes uraian terbatas. Dalam bentuk ini pertanyaan telah
diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu.
 Uraian Berstruktur
Soal berstruktur dipandang sebagai bentuk antara soal-soal objektif dan soal-soal essay. Soal
berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas
memberikan jawaban.

b) Tes Objektif

Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi (dichotomously scored item) karena
jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0. Tes objektif terdiri dari
beberapa bentuk, antara lain:

 Pilihan Ganda(Multiple Choice)

Soal tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang
lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi. Pilihan jawaban (option) terdiri atas jawaban yang benar atau paling benar,
selanjutnya disebut kunci jawaban dan kemungkinan jawaban salah yang dinamakan
pengecoh.

 Benar-Salah(True-False, or Yes-No)

Bentuk tes benar-salah (B-S) adalah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan
jawaban, yaitu benar atau salah. Salah satu fungsi bentuk soal benar-salah adalah untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam membedakan antara fakta dengan pendapat.
Bentuk soal seperti ini lebih banyak digunakan unyuk mengukur kemampuan
mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana.

 Menjodohkan(Matching)

Soal tes bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang
keduanya dikumpulkan pada dua kolom berbeda, yaitu kolom sebelah kiri menunjukkan
kumpulan persoalan, dan kolom sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban. Bentuk soal
seperti ini sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi
hubungan antara dua hal.

 Melengkapi(Completion)

Soal bentuk melengkapi (completion) dikemukakan dalam kalimat yang tidak lengkap.

 Tes Lisan

Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab
secara langsung antara pendidik dan peserta didik.

 Tes Perbuatan

Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau
tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau unjuk kerja. Penilaian
tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas,
sampai dengan hasil yang dicapainya.

Langkah-Langkah Menyusun Instrumen Penilaian

Dalam kaitan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan, keterampilan, sikap dan
minat peserta didik terhadap suatu mata pelajaran atau materi pelajaran, yang kedua termasuk
bagian penting dari ranah afektif, maka pendidik perlu menyusun instrumen penilaian
kognitif, afektif, dan atau psikomotorik. Untuk menyusun instrumen penilaian tersebut, dapat
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

Pemilihan ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang ingin dinilai oleh guru,
misalnya sikap dan minat terhadap suatu materi pelajaran. Penentuan indikator apa
yang sekiranya dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap dan minat peserta
didik terhadap suatu materi pelajaran. Beberapa contoh indikator yang misalnya dapat
digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap dan minat peserta didik terhadap suatu
materi pelajaran, yaitu: (1) persentase kehadiran atau ketidakhadiran di kelas, (2)
aktivitas peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung, misalnya apakah
suka bertanya, terlibat aktif dalam diskusi, aktif memperhatikan penjelasan guru, dsb.
(3) penyelesaian tugas-tugas belajar yang diberikan, seperti ketepatan waktu
mengumpul PR atau tugas lainnya, (4) kerapian buku catatan dan kelengkapan bahan
belajar lainnya terkait materi pelajaran tersebut.

Syarat Instrumen Penilaian yang Baik

Penilaian adalah membandingkan objek yang di nilai dengan instrumen nilainya,


kemudian mencatat angka kepada objek yang di nilai menurut aturan tertentu. Instrumen
penilaian yang digunakan dalam ilmu alam merupakan contoh yang baik bagi Instrumen
penilaian dalam ilmu sosial dan bahasa. Instrumen juga harus memenuhi syarat reliabilitas.
Reliabilitas berhubungan dengan dapat dipercayanya instrumen. Instrumen dapat dipercaya
apabila memberikan hasil penilaian yang relatif stabil dan konsisten. Semakin tinggi akurasi
dan presisi hasil penilaian, maka semakin rendah tingkat kekeliruan dalam melakukan
penilaian. Dan semakin rendah kekeliruan maka akan menghasilkan penilaian dengan hasil
yang konsisten.

Selain itu, syarat instrumen penilaian yang baik memiliki ciri-ciri dan harus
memenuhi beberapa kaidah berikut ini:

a) Validitas

Sebuah instrumen penilaian dikatakan baik manakala memiliki validitas yang tinggi.
Yang dimaksud validitas disini adalah kemampuan instrumen tersebut menilai apa yang
seharusnya dinilai. Ada tiga aspek yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil belajar yaitu
aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Tinggi rendahnya validitas instrumen dapat di hitung
dengan uji validitas dan di nyatakan dengan koefisien validitas.

b) Reliabilitas

Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrumen tersebut dapat
menghasilkan hasil pengukuran yang ketetapan. Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat
dihitung dengan uji reliabilitias dan dinyatakan dengan koefisien reliabilitas.

c) Objektivitas
Instrumen penilaian hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh subjektifitas pribadi
dari si-evaluator dalam menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh subjektifitas yang
tidak bisa dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman pertama
menyangkut masalah kontinuitas dan komprehensif. Evaluasi harus dilakukan secara kontinu
(terus-menerus). Dengan evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka evaluator akan
memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan audiens yang dinilai. Evaluasi yang
diadakan secara hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang objektif
tentang keadaan audiens yang dievaluasi. Faktor kebetulan akan sangat mengganggu
hasilnya.

d) Praktikabilitas

Sebuah instrumen penilaian dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila


bersifat praktis mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri; mudah dilaksanakan, tidak
menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada audiens mengerjakan yang
dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman
skoring, kunci jawaban. Dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga dapat dilaksanakan oleh
orang lain.

e) Ekonomi

Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak membutuhkan biaya yang


mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama.

f) Taraf Kesukaran

Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu mudah dan
tidak terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak mampu merangsang audiens
mempertinggi usaha memecahkannya sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audiens putus
asa dan tidak memiliki semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya

g) Daya Pembeda

Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut membedakan


antara audiens yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan audiens yang tidak pandai
(berkemampuan rendah). Indek daya pembeda ini disingkat dengan “D” dan dinyatakan
dengan Indeks Diskriminasi.
2.4 Karakteristik Instrumen Assesmen dan Instrumen Evaluasi

Karakteristik dari instrumen assesmen dan instrumen evaluasi adalah sebagai berikut:

1. Validitas
Sebuah Instrumen dikatakan baik manakala memiliki validitas yang tinggi. Yang
dimaksud validitas disini adalah kemampuan instrumen tersebut mengukur apa yang
seharusnya diukur. Ada tiga aspek yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil belajar yaitu
aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Tinggi rendahnya validitas instrumen dapat di hitung
dengan uji validitas dan di nyatakan dengan koefisien validitas.

2. Reliabilitas
Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrumen tersebut
dapat menghasilkan hasil pengukuran yang Ketetapan. Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat
dihitung dengan uji reliabilitias dan dinyatakan dengan koefisien reliabilitas.

3. Objektivitas
Instrumen hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh subjektifitas pribadi dari si
evaluator dalam menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh subjektifitas yang tidak bisa
dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman tertama menyangkut
masalah kontinuitas dan komprehensif. Evaluasi harus dilakukan secara kontinu (terus-
menerus). Dengan evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka evaluator akan memperoleh
gambaran yang lebih jelas tentang keadaan audiens yang dinilai. Evaluasi yang diadakan
secara hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang objektif tentang
keadaan audiens yang dievaluasi. Faktor kebetulan akan sangat mengganggu hasilnya.

4. Praktikabilitas
Sebuah intrumen evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila
bersifat praktis mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri: mudah dilaksanakan, tidak
menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada audiens mengerjakan yang
dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman
skoring, kunci jawaban. Dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga dapat dilaksanakan oleh
orang lain.

5. Ekonomis
Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak membutuhkan biaya yang
mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama.

6. Taraf Kesukaran
Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu mudah dan
tidak terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak mampu merangsang audiens
mempertinggi usaha memecahkannya sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audiens putus
asa dan tidak memiliki semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Di dalam
istilah evaluasi indeks kesukaran ini diberi simbul p yang dinyatakan dengan “proporsi”.

7. Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut membedakan
antara audiens yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan audiens yang tidak pandai
(berkemampuan rendah). Indek daya pembeda ini disingkat dengan D dan dinyatakan dengan
Indeks Diskriminasi.

2.5 Proses Pengembangan Instrumen Assesmen dan Instrumen Evaluasi

A. Instrumen Assesmen
 Tahapan pertama, identifikasi masalah. Proses identifikasi masalah dilakukan dengan
menelaah perangkat asesmen yang digunakan guru di lapangan (kelas), observasi ketika
proses asesmen dilaksanakan, evaluasi belajar kelas, dan melakukan kajian literatur.
 Tahapan kedua, merancang perangkat asesmen yang sesuai teori sekaligus berupaya
mengatasi masalah asesmen pada tahap identifikasi masalah.
 Tahap ketiga, validasi ahli. Draft instrumen asesmen yang dikembangakan pada tahap
pertama diberikan kepada ahli evaluasi dan penilaian pembelajaran untuk direview dan
ditelaah. Validator ahli yang baik tentu akan berusaha mereview secara optimal dan
memberi masukan perbaikan.
 Tahapan keempat, revisi perangakat asesmen. Dilakukan revisi draft perangkat asesmen
yang telah disusun dan divalidasi ahli, termasuk mengakomodasi masukan atau saran
perbaikannya.
 Tahapan kelima, uji coba lapangan dalam evaluasi pembelajaran di kelas, perangkat yang
telah direvisi digunakan untuk mengakses, mengevaluasi, dan menilai pembelajaran
sehingga diketahui nilai proses dan hasil pembelajaran di kelas tempat uji coba.
 Tahap keenam, revisi berdasarkan hasil uji coba lapangan. Dilakukan revisi perangkat
asesmen sehingga menghasilkan perangkat final yang sangat bagus, siap digunakan
untuk perangkat asesmen, evaluasi, dan penilaian pembelajaran.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai