Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit kelamin adalah penyakit yang penularannya terutama melalui


hubungan seksual. Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara genitorgenital saja, tetapi
dapat secara ano- genital, atau oro- genital. Hal ini yang menyebabkan kelainan yang timbul
akibat penyakit kelamin ini tidak terbatas hanya pada daerah genital saja, tetapi dapat juga pada
daerah- daerah ekstragenital. Meskipun demikian tidak berarti bahwa semuanya harus melalui
hubungan kelamin, tetapi ada yang dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan alat- alat
rumah tangga, handuk, thermometer, dan juga dari ibu yang mengidap penyakit ini kepada bayi
di dalam kandungan.

Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi serta seiring


dengan perkembangan peradaban masyarakat, ditemukan berbagai penyakit lain
yang juga dapat timbul akibat hubungan seksual sehingga istilah penyakit kelamin
tidak sesuai lagi dan diubah menjadi Penyakit Menular Seksual (PMS) yang berarti penyakit-
penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan kelamin. Selain penyakit- penyakit yang
termasuk dalam kelompok penyakit kelamin yaitu sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma
venereum, dan granuloma inguinale juga termasuk uretritis nongonore (UNG), kondilomata
akuminata, herpes genitalis, kandidosis, trikomoniasis,bacterial vaginosis,scabies,pedikulosis,dll.

Sejak tahun 1998, istilah Penyakit Menular Seksual berubah menjadi Infeksi
Menular Seksual, agar dapat menjangkau penderita asimtomatik ( Lukman Hakim, 2005). Ada
pula golongan professional lain yang memandang Infeksi Menular
Seksual dari konteks kesehatan reproduksi yang meliputi pula infeksi endogen dan
eksogen- mikroorganisme yang ditularkan secara seksual dan non seksual (Lukman Hakim,
2005).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian UNG ?
2. Jelaskan Epidemiologi pada UNG ?
3. Sebutkan Etiologi dari kasus UNG ?
4. Jelaskan Patofisiologi pada UNG ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Mahasiswa/Mahasiswi tentang Infeksi
Menular Seksual.
2. Untuk mengetahui gambaran sikap Mahasiswa/Mahasiswi terhadap Infeksi
Menular Seksual.
3. Untuk mengetahui gambaran perilaku Mahasiswa/Mahasiswi terhadap
Infeksi Menular Seksual.

2
BAB II
TINJAUN TEORITIS
A. Definisi

Uretritis non-gonokokus adalah peradangan (pembengkakan memerah) pada bagian uretra


(saluran yang membawa urin dari kandung kemih ke luar). Uretritis non-gonokokus (NGU)
biasanya disebabkan oleh bakteri Chlamydia. Kondisi ini merupakan infeksi yang menular
melalui hubungan seksual yang biasa terjadi namun dapat dicegah dengan melakukan hubungan
yang seks aman. Uretritis non gonokok (UNG) atau NonGonococal Uretrhritis (NGU) adalah
peradangan dari uretra yang disebabkan oleh kuman lain selain gonokok dan biasanya
disebabkan oleh C. trachomatis (Struble, 2010).

B. Epidemiologi

Di dunia, WHO memperkirakan terdapat 140 juta kasus yang terjadi akibat infeksi
C.trachomatis. Terdapat 1,1 juta kasus dilaporkan di Amerika Serikat dengan prevalensi tertinggi
terjadi pada wanita diusia 15-24 tahun pada tahun 2007 (Struble, 2010).

Sedangkan di Indonesia, dari data yang diambil dari poliklinik IMS RS


dr.Pirngadi Medan didapatkan prevalensi UNG sebesar 54% pada tahun 1990-1991.
Di RSUP Denpasar prevalensi UNG/IGNS sebesar 13,8% pada tahun 1993-1994.
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan terhadap kelompok pramuwaria di Jakarta
mendapatkan data prevalensi klamidia sebesar 35,48% dari 62 orang yang diperiksa
sedangkan pada pemeriksaan terhadap WTS di Medan menunjukkan prevalensi
sebesar 45% (Hakim, 2009).

C. Etiologi

Penyebab 30% hingga 50% kasus UNG adalah Chamydia trachomatis, sedangkan kasus
selebihnya umumnya disebabkan oleh Ureaplasma urealyticum. Chlamydia trachomatis,
imunotipe D sampai dengan K, ditemukan pada 35 – 50 % dari kasus uretritis non gonokokus.
Clamydia yang menyebabkan penyakit pada manusia diklasifikasikan menjadi tiga spesies, yaitu:
(Struble, 2010).

a. Chlamydia psittaci, penyebab psittacosis.

3
b. C. trachomatis, termasuk serotipe yang menyebabkan trachoma infeksi alat
kelamin, Chlamydia conjunctivitis dan pneumonia anak dan serotipe lain yang
menyebabkan Lymphogranuloma venereum.
c. C. pneumoniae, penyebab penyakit saluran pernapasan termasuk pneumonia dan
merupakan penyebab penyakit arteri koroner.

Gambar 1. Uretritis Non Gonokokus

D. Gejala klinis

Penting untuk mengetahui adanya koitus suspektus yang biasanya terjadi 1hingga 5 minggu
sebelum timbulnya gejala. Juga penting untuk mengetahui apakah
telah melakukan hubungan seksual dengan istri pada waktu keluhan sedang
berlangsung, mengingat hal ini dapat menyebabkan fenomena penularan pingpong
(Lumintang, 2009).

Menurut Pedoman Penatalaksanaan Infeksi Menular Seksual Depkes RI,


infeksi melalui hubungan seksual ini pada pria muncul sebagai uretritis dan pada
wanita sebagai servisitis mukopurulen. Manifestasi klinis dari uretritis kadang sulit
dibedakan dengan gonorrhea dan termasuk adanya discharge mukopurulen dalam
jumlah sedikit atau sedang, terutama pada pagi hari (morning drops) dan dapat pula
berupa bercak di celana dalam, gatal pada uretra dan rasa panas ketika buang air

4
kecil. Infeksi tanpa gejala bisa ditemukan pada 1-25% pria dengan aktivitas seksual
aktif. Pada wanita, manifestasi klinis mungkin sama dengan gonorrhea, dan
seringkali muncul sebagai discharge endoservik mukopurulen, disertai dengan
pembengkakan, eritema dan mudah mengakibatkan perdarahan endoservik
disebabkan oleh peradangan dari epitel kolumner endoservik.

Namun, 70 % dari wanita dengan aktivitas seksual aktif yang menderita klamidia,
biasanya tidak menunjukkan gejala. Infeksi kronis tanpa gejala dari endometrium dan saluran
tuba bisa memberikan hasil yang sama. Manifestasi klinis lain namun jarang terjadi seperti
bartolinitis, sindroma uretral dengan disuria dan pyuria, perihepatitis (sindroma FitzHugh-
Curtis) dan proktitis. Infeksi yang terjadi selama kehamilan bisa
mengakibatkan ketuban pecah dini dan menyebabkan terjadinya kelahiran prematur,
serta dapat menyebabkan konjungtivitis dan radang paru pada bayi baru lahir. Infeksi
klamidia endoserviks meningkatkan risiko terkena infeksi HIV.

Infeksi klamidia bias terjadi bersamaan dengan gonorrhea, dan tetap bertahan walaupun
gonorrhea telah sembuh. Oleh karena servisitis yang disebabkan oleh gonokokus dan klamidia
sulit dibedakan secara klinis maka pengobatan untuk kedua mikroorganisme ini dilakukan
pada saat diagnosa pasti telah dilakukan. Namun pengobatan terhadap gonorrhea
tidak selalu dilakukan jika diagnosa penyakit disebabkan C. trachomatis.

E. Patofisiologi

Telah terbukti bahwa lebih 50% dari pada semua kasus urethritis non gonoroe disebabkan
oleh Chlamydia trachomatis. C.trachomatismerupakan parasit intra obligat, menyerupai bakteri
Gram negative.C.trachomatis penyebab uretritis non gonoroe ini termasuk subgrup A dan
mempunyai tipe serologik D-K. Pada dasarnya kuman ini mempunyai predileksi pada epitel
kolumner yang pada pria merupakan sebagian besar epitel mukosa urethra. Penis dengan
urethranya merupakan organ penting dalam reproduksi.

Discar urethra sebagai gejala utama dan sekaligus merupakan sumber dan sarana penularan/
transmisi penyakit menular seksual. Infeksi Chlamydia pada urethra mengakibatkan peradangan
urethra atau uretritis menular seksual (UMS) aau STU (Sexually Transmitted Urethritis). Respon
inipun mengakibatkan timbulnya peradangan ringan sampai berat. Akibat peradangan pada

5
urethra terjadi keluhan atau symptoms dan tanda-tanda (sign) urethritis seperti dysuria (urethral
dyscomfort) adalah rasa tidak nyaman, gatal, sakit atau rasa panas saat kencing. Dalam
perkembangan C.trachomatis mengalami 2 fase:

Fase I : Disebut fase non infeksiosa, terjadi keadaan laten yang dapat ditemukan baik pada
genitalia maupun konjungtiva. Pada saat ini kuman sifatnya intraseluler dan ada di dalam vakuol
yang letaknya melekat pada inti sel hospes dan disebut badan inklusi.

Fase II: Fase penularan vakuol pecah kuman keluar dalam bentuk badan elementer yang dapat
menimbulkan infeksi pada sel hospes yang baru.

Komplikasi infeksi kelamin non spesifik pada pria dapat menjalar ke prostat dan
menimbulkan infeksi, selain membuat radang testis dan saluran kemih. Penjalaran infeksi ke
testis berakibat terganggunya produksi sperma, sehingga mutu sperma tidak baik, dan sebaran
pada prostat menimbulkan infeksi yang sulit dalam penyembuhannya. Sedang menyebarnya
infeksi saluran kemih, menyebabkan pancaran urin bercabang akibat dinding uretra mengecil
sebagian, sehingga bentuknya tidak bulat lagi.

Komplikasi pada wanita bisa menginfeksi kelenjar yang ada di dalam bibir vagina. Bisul
kelenjar itu perlu disedot, sebab tak mempan dengan obat. Komplikasi pada wanita sering
menimbulkan radang pada servik. Infeksi kelamin non spesifik pada wanita sering tanpa keluhan
maupun gejala. Itu sebabnya tidak mudah untuk mendiagnosisnya. Wanita merasa tidak
mempunyai penyakit kelamin, padahal kalau di periksa lendir serviknya ternyata dia punya.
Biasanya mereka cuma merasa tidak enak waktu kencing, keluar sedikit lendir, sesekali rasa
tidak enak di panggul, dan mungkin akan merasa nyeri kalau melakukan hubungan seks.

Bila tidak diobati organ reproduksi dan perut bagian bawah akan terasa sakit juga terjadi
PID (radang panggul) dimulai dengan proses peradangan pada serviks karena adanya infeksi
gonokokal atau klamidia yang menyababkan perubahan lingkungan mikro servikal vaginal
mengakibatkan pertumbuhan subur bagi flora fakultatif vagina termasuk kuman anaerob.
Akhirnya kuman patogen servikal/ dari bakteri anaerob vaginal naik ke atas kedalam
endometrium , tuba dan ruang peritoneum menyebabkan terjadinya radang panggul (Behrman,
2010).

6
F. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosa Uretritis Non Gonokokus (UNG) atau diagnosa servisitis non


gonokokus ditegakkan biasanya didasarkan pada kegagalan menemukan Neisseria
gonorrhoeae melalui sediaan apus dan kultur. Klamidia sebagai penyebab dipastikan
dengan pemeriksaan preparat apus yang diambil dari uretra atau endoserviks atau
dengan tes IF langsung dengan antibodi monoklonal, EIA, Probe DNA, tes
amplifikasi asam nukleus (Nucleic Acid Amplification Test, NAAT), atau dengan
kultur sel. NAAT bisa dilakukan dengan menggunakan spesimen urin.

Organisme intraseluler sulit sekali dihilangkan dari discharge. Pada pemeriksaan sekret
uretra dengan pewarnaan Gram ditemukan leukosit lebih dari 5 pada pemeriksaan mikroskop
dengan pembesaran 1000 kali. Pada pemeriksaan mikroskopik sekret serviks dengan pewarnaan
Gram didapatkan leukosit lebih dari 30 per lapangan pandang dengan pembesaran 1000 kali.
Tidak dijumpai diplokokus negatif gram, serta pada pemeriksaan sediaan basah tidak didapati
parasit Trichomonas vaginalis (Lumintang, 2009).

Pembiakan C.trachomatis yang bersifat obligat intraseluler harus dilakukan pada sel hidup.
Sel hidup ini dibiakkan dalam gelas kaca yang disebut biakan monolayer seperti Mc Coy dan
BHK yang dapat dilihat hasil pertumbuhannya pada hari ketiga.

G. Komplikasi

Komplikasi dan gejala sisa berupa salpingitis dengan risiko infertilitas,


kehamilan diluar kandungan atau nyeri pelvis kronis. Komplikasi dan gejala sisa
mungkin terjadi dari infeksi uretra pada pria berupa epididimitis, infertilitas dan
sindroma Reiter. Pada pria homoseksual, hubungan seks anorektal bisa menyebabkan
proktitis klamidia (Lumintang, 2009).

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Uretritis non-gonokokus adalah peradangan (pembengkakan memerah) pada bagian uretra


(saluran yang membawa urin dari kandung kemih ke luar). Uretritis non-gonokokus (NGU)
biasanya disebabkan oleh bakteri Chlamydia. Kondisi ini merupakan infeksi yang menular
melalui hubungan seksual yang biasa terjadi namun dapat dicegah dengan melakukan hubungan
yang seks aman. Uretritis non gonokok (UNG) atau NonGonococal Uretrhritis (NGU) adalah
peradangan dari uretra yang disebabkan oleh kuman lain selain gonokok dan biasanya
disebabkan oleh C. trachomatis (Struble, 2010).

B. Saran

Diharapkan kepada mahasiswa dan mahasiswi bisa memahami tentang Penyakit Menular
Seksual kasus UNG.

8
DAFTAR PUSTAKA

Struble, K. & Lutwick, L.I., 2010. Chlamydial Genitourinary, Universityof Oklahoma College of
Medicine. Available from: http://emedicine.medscape.com /article/214823-overview [accessed
13 April 2010].

Lumintang, H., 2009. Infeksi Genital Non Spesifik. In: Daili, S.F., et al., Infeksi Menular
Seksual. 4th ed. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI, 77-83.

Hakim, L., 2009. Epidemiologi Infeksi Menular Seksual. In: Daili, S.F., et al., Infeksi Menular
Seksual. 4th ed. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI, 3-16.

Behrman, A.J. & Shoff, W.H., 2009. Gonorrhea, University of Pennsylvania. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/782913-overview [accessed 13 April 2010].

Anda mungkin juga menyukai