Anda di halaman 1dari 22

DUKUNGAN POLA ASUH NENEK TERHADAP PEMBERIAN

MAKANAN PENDAMPING ASI

Laporan Peneitian Kualitatif


Untuk Memenuhi Tugas Metodologi Penelitian Kualitatif

Di Susun Oleh
Naimatur Rizqi (P07131518005)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
PRODI PROFESI DIETISIEN
JURUSAN GIZI
2019

1
Daftar Isi
Halaman Judul............................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................... 1
1.4 Manfaat ................................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian MP-ASI ............................................................................... 4
2.1.1ketepatan waktu pemberian MP-ASI .................................................. 4
2.1.2 Tujuan Pemberian MP-ASI ................................................................ 4
2.1.3 resiko pemberian MP-ASI pada usia dini .......................................... 5
2.2 dukungan keluarga dalam pemberian MP-ASI ..................................... 6
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan desain penelitian .................................................................... 7
Lokasi penelitian ......................................................................................... 7
Sumber data dan teknik sampling ............................................................... 7
Teknik pengumpulan data dan uji ketepatan ............................................... 8
Teknik analisis ............................................................................................ 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Data dan hasil pembahasan ......................................................................... 9
Hasil penelitian dan pembahasan ................................................................ 9
Dukungan informasional ............................................................................. 10
Dukungan emosional ................................................................................... 12
Dukungan instrumental ............................................................................... 13
BAB V KESIMPILAN ............................................................................... 18
Daftar Pustaka ............................................................................................. 19
Lampiran ..................................................................................................... 20

2
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Masa bayi antara usia 0–24 bulan merupakan masa emas untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak. Karena itu, masa ini merupakan
kesempatan yang baik bagi orang tua untuk mengupayakan tumbuh kembang anak
secara optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan orang tua untuk mencapai
hal tersebut adalah melalui pola asuh makan yang baik dan benar yang diberikan
kepada anak (Mutiara dan Ruslianti, 2013).
Tubuh anak membutuhkan zat gizi yang sesuai untuk tumbuh dan
berkembang dengan baik. Asupan zat gizi yang baik dapat diupayakan dengan
memberikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan. Setelah itu, periode pemberian
makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI adalah makanan
tambahan selain ASI yang diberikan pada bayi sampai usia 24 bulan, sehingga
MP-ASI diberikan tepat waktu pada usia 6-12 bulan, karena pada usia tersebut
merupakan waktu yang sangat rawan terjadi malnutrisi (Suhardjo, 2013).
Pemberian MP ASI yang tepat dan benar dapat dimulai pada usia 6 bulan, karena
pada usia ini bayi memulai gerakan mengunyah serta menggerakan rahang keatas
dan kebawah serta sudah mampu menggenggam dengan telapak tangan. (Golu
dan Nurmiyati, 2014).
Keadaan kurang gizi, praktik pemberian makan yang kurang tepat pada bayi
dan anak, seperti tidak dilakukan inisiasi menyusui dini dalam satu jam pertama
setelah lahir dan pemberian MP-ASI yang terlalu cepat atau terlambat diberikan
akan membuat daya tahan tubuh lemah, sering sakit dan gagal tumbuh.
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2012, terdapat
banyak ibu yang memberikan makanan terlalu dini kepada bayinya, kemudian
sebanyak 32% Ibu memberikan makanan tambahan kepada bayi berumur 2 – 3
bulan, dan 69% kepada bayi berumur 4 – 5 bulan. Sedangkan pemberian ASI
eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan berdasarkan Survei Demografi dan

1
2

Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2011-2012 hanya mencakup 67% dari total
bayi yang ada.
3

Bayi sering kali diberikan makanan padat ketika berumur beberapa hari atau
beberapa minggu. Contoh MP-ASI yang diberikan seperti nasi atau pisang yang
dihaluskan, kemudian menggantikan ASI dengan madu, gula, mentega, air atau
makanan lain (Kurniawati, 2010). Pemberian MP-ASI seperti itu masih sering
ditemui pada beberapa daerah di Indonesia, salah satunya di Desa Sumber
Wringin Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. Desa tersebut merupakan desa
yang tergolong jauh dari pusat kota, yang berada di wilayah Jember bagian utara.
Penduduknya cukup padat dan terdapat banyak bayi serta balita di desa ini,
tingkat ekonomi didesa ini tergolong masih rendah, mata pencaharian penduduk
desa adalah bertani dan pekerja pabrik tembakau, sehingga orang tua yang
memiliki bayi seringkali mempercayakan nenek untuk menjaga bayi diwaktu ibu
dan ayahnya bekerja.
Notoatmodjo (2014) mengungkapkan bahwa perilaku manusia dalam hal
kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku dan faktor non-
perilaku. Faktor perilaku sendiri ditentukan oleh tiga faktor utama, faktor yang
pertama yaitu faktor predis posisi yang meliputi umur, pekerjaan, pendidikan,
pengetahuan dan sikap. Faktor kedua adalah faktor pemungkin yang terwujud
dalam lingkungan fisik dan jarak ke fasilitas kesahatan. Faktor yang ketiga yaitu
faktor penguat yang terwujud dalam dukungan yang diberikan oleh keluarga
maupun tokoh masyarakat.
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang mengenalkan bayi pada
berbagai macam hal, tidak terkecuali mengenai asupan zat gizi yang diperlukan
oleh tubuh bayi. Dukungan keluarga dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam
pengambilan keputusan oleh ibu dalam pemberian MP-ASI karena keluarga
adalah lingkungan terdekat dari ibu (Muthmainnah,2010). Didalam keluarga,
Selain Ibu, Ayah, Kakek dan Nenek selalu memberikan dukungannya dalam
merawat bayi, Salah satu bentuk dukungan yang sering dilakukan adalah
pemberian MP-ASI. Nenek merupakan salah satu faktor pendorong yang sangat
berpengaruh pada pemberian MP-ASI. Kecenderungan masyarakat diDesa

3
4

Sumber Wringin Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember, seorang nenek masih


besar pengaruhnya terhadap pemberian MP-ASI.
MP-ASI merupakan hal yang sangat penting diperhatikan dalam merawat
bayi. Nenek merupakan seseorang selain Ibu yang sangat dekat dan dapat
memberikan pengaruh yang cukup besar dalam memberikan MP-ASI, baik dari
jenis MP-ASI dan ketepatan waktu saat pemberian MP-ASI. Mengingat
pentingnya hal tersebut perlu diperhatikan karena dapat berdampak buruk bagi
kesehatan bayi.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah dukungan nenek dalam pemberian MP-ASI di Desa Sumber
Wringin Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui bagaimanakah dukungan nenek dalam pemberian MP-ASI di
Desa Sumber Wringin Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember.
1.3.2 TujuanKhusus
1. Mengidentifikasi dukungan informasional yang dilakukan oleh nenek
mengenai MP-ASI.
2. Mengidentifikasi dukungan emosional yang dilakukan oleh nenek mengenai
MP-ASI.
3. Mengidentifikasi dukungan instrumental yang dilakukan oleh nenek
mengenai MP-ASI.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini memberikan informasi bagi penulis dan pembaca mengenai
dukungan seorang nenek dalam memberikan MP-ASI pada bayi serta dapat
memberikan masukan bagi masyarakat setempat dalam memberikan MP-ASI
pada bayi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian MP-ASI


MP-ASI adalah makanan dan minuman yang mengandung zat gizi dan
diberikan pada bayi dan balita berusia 6-24 bulan untuk memenuhi
kebutuhan gizi selain ASI (Maryunani,2010). MP-ASI merupakan makanan
transisi dari yang berbentuk cair menjadi makanan semi padat. Zat gizi,
tekstur dan ketepatan waktu permberian MP-ASI perlu
diperhatikan.Pemberian MP-ASI yang baik dan benar yang
direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) dan diadopsi
oleh seluruh negara di dunia termasuk Indonesia (Susanty dkk, 2012).

2.1.1. Ketepatan waktu pemberian MPASI


Pemberian makanan pendamping ASI pada bayi dibawah 6 bulan dapat
memperberat kerja organ tubuh bayi karena sistem pencernaannya belum
memiliki enzim untuk mencerna makanan. Usus bayi juga belum dapat bekerja
sempurna sehingga dapat menimbulkan reaksi diare, kolik dan alergi.
Sebaliknya, pemberian makanan pendamping ASI terlalu cepat menyebabkan
kebutuhan bayi akan ASI menjadi berkurang. Padahal ASI masih diperlukan
untuk tumbuh kembang dan daya tahan tubuh bayi (Kasdu, 2007).
Pemberian makanan dibutuhkan untuk proses tumbuh kembang anak.
Apabila MP-ASI diberikan pada waktu yang tepat (setelah 6 bulan), maka akan
sangat membantu proses tumbuh kembangnya, tetapi apabila MP-ASI
diberikan terlalu dini cepat atau lambat akan memberikan dampak buruk bagi
ibu maupun anak tersebut. Sedangkan pemberian makanan pendamping yang
terlalu cepat memberi dampak pada bayi dimasa sekarang maupun dimasa
mendatang. Dampak tersebut tidak hanya dirasakan oleh bayi, ibu juga ikut
merasakan dampak pemberian MP-ASI yang terlalu dini.

2.1.2. Tujuan Pemberian MP-ASI


Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk menambah
energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi

5
6

kebutuhan bayi secara terus-menerus. Pertumbuhan dan perkembangan anak


yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi pertambahan berat
badan anak. Apabila setelah usia 4-6 bulan, berat badan seorang anak tidak
mengalami peningkatan, menunjukkan bahwa kebutuhan energi dan zat-zat
gizi bayi tidak terpenuhi. Hal ini dapat disebabkan asupan makanan bayi hanya
mengandalkan ASI saja atau pemberian makanan tambahan kurang memenuhi
syarat. Di samping itu, faktor terjadinya infeksi pada saluran pencernaan
memberikan pengaruh yang cukup besar (Krisnatuti dan Yenrina, 2008).
Apabila makanan pendamping ASI sudah diberikan pada bayi sejak dini
maka asupan gizi yang dibutuhkan oleh bayi tidak sesuai dengan
kebutuhannya. Selain itu sistem pencernaan bayi akan mengalami gangguan,
seperti sakit perut, sembelit dan alergi (Krisnatuti dan Yenrina, 2008).

2.1.3. Resiko Pemberian MP-ASI Pada Usia Dini


Menurut Krisnatuti danYenrina (2008), bayi belum siap menerima
makanan semi padat sebelum berusia 6 bulan, selain itu makanan tersebut
belum diperlukan sepanjang bayi tetap mendapatkan ASI, kecuali pada
keadaan tertentu.Banyak resiko yang ditemukan pada jangka pendek maupun
panjang jika bayi diberikan makanan pendamping terlalu dini antara lain :
a. Resiko Jangka Pendek
Salah satu resiko jangka pendek dari pemberian MP-ASI terlalu dini adalah
penyakit diare, defisiensi besi dan anemia. Perlu diperhatikan bahwa apabila
makanan pendamping ASI sudah diberikan kepada bayi sejak dini (dibawah usia 6
bulan) maka asupan gizi yang diperoleh bayi tidak sesuai dengan kebutuhan.
Selain itu system pencernaan bayi akan mengalami gangguan seperti sakit perut,
sembelit (susah buang air besar) dan alergi (Arisman,2009).
b. ResikoJangka Panjang
Obesitas (kegemukan)& Penyakit Kronis merupakan resiko jangka panjang
yang dapat ditimbulkan. Kelebihan dalam memberikan makanan adalah salah satu
faktor resiko utama dari pemberian susu formula danMP-ASI yang terlalu dini
pada bayi. Sistem pencernaan bayi belum siap menerima makanan yang diberikan
7

selain ASI, maka berdampak menimbulkan penyakit kronis terjadinya obesitas


pada bayi (Arisman, 2009).

2.2. Dukungan Keluarga dalam Pemberian MP-ASI


Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa
orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan
jika diperlukan (Murniasih, 2007).
Anggota keluarga selain Ibu yang berperan memberikan dukungan dalam
pemberian MP-ASI yaitu Ayah, Kakek dan Nenek. Ayah adalah orang tua
kandung laki-laki (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Bentuk dukungan yang
diberikan oleh setiap anggota keluarga bermacam-macam untuk memenuhi
kebutuhan bayi. Adapun bentuk dukungan yang diberikan oleh setiap anggota
keluarga tidak selalu berdampak positif hal tersebut dikarenakan bentuk rasa
sayang dan cara merawat yang berbeda-beda.
Penghormatan pada figur ibu retrospektif yang menjadi pola sikap Kakek-
Nenek tidak hanya bagaimana mereka mendapatkan pengalaman masa lalu saat
menjadi cucu, namun juga kemungkinan pengulangan pola asuh yang pernah
diterapkan pada anak mereka dahulu termasuk hal negative yang ternyata tidak
terpelajari seiring bertambahnya usia (Ochiltree, 2006). Kekhawatiran akan
munculnya benturan-benturan perbedaan cara antara kakek-nenek dan orang tua
memang muncul, namun kehadiran kakek-nenek dalam keluarga ternyata mampu
memberikan dampak positif, diantaranya rendahnya resiko permasalahan yang
tumbuh dalam sebuah keluarga yang kakek-neneknya masih menjadi figur
panutan dan memberikan perlindungan (Coall dan Hertwig, 2010).
BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain penelitian


Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi
kasus.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan diDesa Cakru Kecamatan Kencong Kabupaten
Jember
3.3 Sumber data dan Teknik Sampling
1. Sumber data
Data yang akan diambil dari data wawancara dan data observasi. Data
tersebut merupakan data primer atau data yang didapatkan langsung oleh
penenliti.
2. Teknik sampling
Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan data purposive sampling.
dengan menentukan kriteria subjek yang telah tercantum pada kriteria
inklusi dan kriteria eksklusi dalam penelitian ini.
Kriteria inklusi
- Informan adalah Ibu yang memiliki bayi usia 6-24 bulan dan yang
didampingi oleh nenek dalam merawat bayi, baik yang tinggal dalam 1
rumah maupun yang tidak tinggal satu rumah.
- Informan yang dapat berkomunikasi dengan baik
- Informan bersedia mengikuti penelitian dan menyetujui informed consent
Kriteria eksklusi
- bu yang memiliki nenek (orang tua kandung perempuan atau mertua
perempuan) dengan keadaan tidak sehat jasmani dan rohani serta tidak
bisa diajak berkomunikasi.
- Informan tidak hadir dalam penelitian tersebut
- Informan memutuskan berhenti dari penelitian saat penelitian
berlangsung

8
9

3.3 Teknik Pengumpulan Data dan Uji Ketepatan


a. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik penelitian wawancara mendalam (deepth interview)
b. Uji keterpercayaan data
Data dalam penelitian ini adalah dengan dilakukannnya triangulasi daata
3.4 Teknik Analisis
Analisis berarti mengkaji data yang diperoleh dari lapangan dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,
memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Adapun prosedur pengembangan data kualitatif adalah :


1. Data collecting, yaitu proses pengumpulan data.
2. Data editing, yaitu proses pembersihan data, artinya memeriksa kembali
jawaban apakah cara menjawabnya sudah benar.
3. Data reducting, yaitu data yang disederhanakan, diperkecil, dirapikan,
diatur dan dibuang yang salah.
4. Data display, yaitu penyajian data dalam bentuk deskriptif verbalitas.
5. Data verification, yaitu pemeriksaan kembali dari pengulangan data.
6. Data conclution, yaitu perumusan kesimpulan hasil penelitian yang
disajikan, baik perumusan secara umum ataupun khusus.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Data Hasil Penelitian


Data hasil penelitian diperoleh dari teknik wawancara dan observasi.
Wawancara dilakukan pada informan yang seluruhnya berjumlah 5 orang
sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yang dianggap representatif terhadap
obyek masalah dalam penelitian. Berikut ini merupakan data dari informan
pada penelitian ini.
1. SR, Sebagai IRT 1
2. UK, Sebagai IRT 2
3. IH, Sebagai IRT 3
4. FR, Sebagai IRT 4
5. J, Sebagai IRT 5

Data yang diperoleh dari hasil wawancara berupa jawaban informan


atas pertanyaan yang diajukan oleh peneliti melalui pedoman wawancara
yang dilakukan secara tatap muka langsung, kemudian data jawaban
tersebut disajikan dalam bentuk kutipan hasil wawancara.
Data yang diperoleh juga di perkuat dengan adanya hasil observasi
yang dilakukan pada informan untuk mendukung kebenaran dari hasil
wawancara. Kutipan hasil wawancara dari informan penelitian tersebut
secara lebih rinci diuraikan serta dijelaskan dalam hasil penelitian.
4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian berupa kutipan wawancara menjelaskan jawaban key
informan dan informan lain mengenai peran nenek dalam pemberian MP-ASI
Dukungan-dukungan yang diberikan oleh nenek kepada Ibu dalam pemberian
MP-ASI pada bayi diantaranya adalah dukungan informasional, dukungan
penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Keempat
dukungan tersebut merupakan faktor penguat untuk mendorong perilaku ibu
dalam pemberian MP-ASI.

10
11

4.2.1. Dukungan Informasional


Dukungan informasional yang diberikan oleh nenek kepada Ibu
bermacam-macam berhubungan dengan pemberian MP-ASI. Bentuk dukungan
informasional dari nenek kepada ibu yang banyak dilakukan adalah mengenai
makanan anjuran yang diinformasikan oleh nenek kepada ibu dan informasi
mengenai bahan makanan yang dianjurkan untuk membuat MP-ASI oleh nenek
kepada ibu.
1. Makanan yang dianjurkan oleh nenek
Berikut hasil wawancara bersama IRT 1
“yo lak mbiyen, dikongkon ngewehi gedang dicampur kates campur
sego. Kadang lak tepak lak ga ndue lawuh yo sego campur minyak
ikulah mbak, kalau saiki ya maeme podo koyok sing tak maem
mbendinane mbak Cuma tak ulet-ulet bene rodok lembut.”
(Kalau dulu, disuruh kasih pisang atau pepaya dicampur dengan nasi.
Kadang kalau kebetulan tidak ada lauk dirumah disuruh kasih nasi
campur minyak, kalau sekarang saya beri makanan sama seperti yang
saya konsumsi namun sedikit saya lumat agar sedikit halus).
Pernyataan senada disampaikan oleh IRT 2 dan IRT 3. Sedikit berbeda
dengan informasi yang didapatkan dari IRT 4 dan 5 yang mengatakan bahwa
nenek tidak pernah menganjurkan MP-ASI berupa nasi dicampur dengan
minyak, seperti kutipan hasil wawancara bersama IRT 4.
“Kalau minyak ndak pernah disuruh sama ibuk mbak, ya cuma
pisang sama kates itu yang disuruh mbahnya (neneknya). Kadang
nasi sama sayur mbak. Tapi kalau sekarang seadanya yang dimasak
dirumah mbak, itu yang dikasihkan, tapi masih tetep dihaluskan”
(Kalau minyak tidak pernah disuruh sama ibuk mbak, cuma pisang
sama pepaya itu yang disuruh neneknya. Kadang nasi sama sayur mbak.
Tapi kalau sekarang seadanya yang dimasak dirumah mbak, itu yang
dikasihkan, tapi masih tetap dihaluskan)

2. Informasi Bahan MP-ASI yang di Anjurkan oleh Nenek


Berikut adalah hasil wawancara bersama IRT 2.

“Kalau kata embok suruh pakai pisang ambon mbak, soalnya manis,
lembek terus kalau pisang yang lain itu kayak pisang krepek kan
meskipun manis ada bijinya mbak”
12

(Kalau kata nenek disuruh pakai pisang ambon mbak, karena manis,
teksturnya lembek, kalau pisang yang lain itu seperti pisang kepok
kan meskipun manis ada bijinya mbak)
Pertanyaan senada disampaikan oleh IRT 3, IRT 4 dan IRT 5. Berbeda
dengan IRT 1, yang menyampaikan bahwa tidak ada informasi yang
diberikan oleh nenek mengenai jenis pisang yang sebaiknya digunakan
dalam pembuatan MP-ASI tersebut. Berikut adalah hasil kutipan wawancara
bersama IRT 4.

“Sekarep mbak, pokok en massak. kalau tak massak kan kan atos,
rasane sepet, ga gelem bayi mbak”
(Terserah mbak, pokoknya matang. Kalau tidak matang keras mbak.
Tidak bisa dihaluskan, rasanya sepet, ya tidak mau anak-anak)
Dukungan Informasional yang diberikan oleh nenek juga dapat
ditemui ketika pelaksanaan observasi dimana nenek memberikan informasi
kepada ibu mengenai MP-ASI tentang pembuatan, bahan yang diperlukan
dan cara pengolahan MP-ASI. Dukungan informasional dari hasil observasi
salah satunya ditemukan pada IRT 3, ketika nenek mengatakan kepada Ibu
“Pakai pisang ambon ae, legi , luwih enak timbang gedang liyane” (Pakai
pisang ambon saja, manis itu, enak daripada pisang yang lainnya).
Damayanti (2012) mengemukakan bahwa keluarga berfungsi sebagai
penyebar informasi yang ada di dunia. Jika individu tidak dapat
menyelesaikan suatu masalah yang sedang dihadapi maka keluarga dapat
memberikan informasi, nasehat, dan petunjuk penyelesaian masalah. Teori
tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara dan observasi tentang pemberian
MP-ASI di Desa Cakru Kecamatan Kencong Kabupaten Jember. Tidak
semua dukungan informasional yang disampaikan oleh nenek kepada
bersifat positif untuk bayi, seperti pemberian MP-ASI yang diinformasikan
dan disarankan oleh nenek untuk diberikan kepada bayi berupa nasi
dicampur pisang, nasi dicampur minyak dan nasi dicampu pepaya karena
tidak memenuhi kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh bayi.
Krisnatuti dan Yenrina (2008), mengatakan bahwa MP-ASI harus
memenuhi persyaratan khusus tentang jumlah zat-zat gizi yang diperlukan
13

bayi, seperti protein, energi, lemak, vitamin, mineral, dan zat-zat tambahan
lainnya. Protein bermutu tinggi dengan jumlah yang mencukupi hendaknya
terkandung dalam MP-ASI. Lismintari (2010), mengatakan bahwa pengaruh
budaya didalam masyarakat yang memiliki kebiasaan memberikan makanan
sejak bayi dengan alasan ASI tidak cukup memenuhi kebutuhan bayi.
Disamping itu memberi makan setelah bayi lahir merupakan kebiasaan
turun-temurun dalam keluarga seperti memberikan madu ketika bayi baru
lahir, memberikan buah-buahan (pisang, jeruk) dan jika tidak langsung
memberikan makanan pada bayi setelah lahir dianggap melanggar kebiasaan
dalam keluarga.
4.2.2. Dukungan Emosional
Dukungan emosional yang diberikan oleh nenek didesa Cakru
Kecamatan Kencong Kabupaten Jember ini bermacam-macam. Dari hasil
wawancara dan observasi yang sudah dilakukan, dukungan emosional
seperti adanya rasa kasihan ketika bayi menangis dan rewel apabila tidak
segera diberi makan. Berikut adalah kutipan hasil wawancara bersama IRT 3
ketika menjawab pertanyaan apakah yang menjadi alasan nenek
memberikan MP-ASI dini pada bayi.
“Alasannya kasihan mbak. Takut lapar, kata mbok itu masih bayi
belom bisa ngomong, kalau nangis ya cepet dikasih makan ”

(Alasannya kasihan mbak. Takut lapar kata nenek masih bayi masih
belum bisa bicara jadi jika nangis harus diberi makan)

Pernyataan senada juga disampaikan oleh seluruh IRT yang menjadi


informan dalam penelitian ini, bahwa selain dukungan informasional,
dukungan penilaian dan dukungan instrumental yang menjelaskan peran
nenek dalam pemberian MP-ASI di Desa Cakru Kecamatan Kencong
Kabupaten Jember juga didorong oleh adanya dukungan emosional seperti
rasa kasihan nenek kepada bayi.
Dukungan emosional tersebut dapat dilihat dari tindakan pernyataan Ibu
bahwa nenek mengungkapkan perasaan kasihannya kepada bayi. Hal
tersebut juga membuat nenek melakukan suatu bentuk dukungan instumental
14

dengan memberikan MP-ASI dini pada bayi. Rasa kasihan tersebut


merupakan suatu ekspresi perhatian yang kurang tepat, bentuk perhatian
tersebut menjadi salah satu alasan nenek memberikan MP-ASI dini kepada
bayi.
Dukungan emosional nenek juga dapat dilihat oleh peneliti saat
observasi berlangsung. Dukungan emosional yang dapat dilihat saat
observasi berlangsung diantaranya ketika nenek sedang mendengarkan
keluhan ibu mengenai pemberian MP-ASI, nenek menawarkan untuk
membantu dalam persiapan dan pembuatan.

4.2.3 Dukungan Instrumental


Dukungan instrumental yang banyak diberikan oleh nenek pada bayi di
Desa Cakru Kecamatan Kencong Kabupaten Jember seperti membuatkan MP-
ASI untuk bayi, nenek membantu menyediakan bahan MP-ASI untuk bayi,
nenek memberikan langsung MP-ASI dini kepada bayi. Hal tersebut dapat
dilihat dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan. Berikut
adalah kutipan hasil wawancara yang menginformasikan adanya suatu bentuk
dukungan instrumental dari seorang nenek dalam pemberian MP-ASI.

1. Nenek Membuatkan MP-ASI


Berikut adalah kutipan dari hasil wawancara bersama IRT 1.
“Kadang saya, kadang mbahnya mbak yang buatkan makanan. Kalau saya
repot, mbahnya yang buatkan mbak, sapah se sempat”
(Kadang saya, kadang neneknya mbak yang buatkan makanan. Kalau saya
repot, neneknya yang membuatkan mbak, siapa yang sempat)

Pernyataan serupa disampaikan oleh IRT 3 dan IRT 5 yang tinggal bersama
nenek dalam satu rumah. Sedikit berbeda dengan pernyataan yang
diinformasikan oleh IRT 2, IRT 4, yang tidak tinggal dalam satu rumah
bersama nenek. Berikut adalah kutipan dari hasil wawancara bersama IRT 4.
“Kalau mbahnya kesini kadang ya dibuatkan mbak, soalnya beda rumah”
15

(Kalau neneknya kesini kadang dibuatkan mbak, tapi jarang mbak, kan beda
rumah mbak)

Metode nenek dalam membuatkan MP-ASI juga sama menurut pernyataan


dari seluruh IRT yang menjadi informan pada penelitian ini. Berikut adalah
kutipan hasil wawancara bersama IRT 3.

“Pisang di kerok pakek sendok, kadang pisangnya e penyet-penyet sampek


halus mbak, campur nasinya, nasinya juga di penyet sampek halus. Kalau
kates juga sama. Kadang katesnya saja dihaluskan, kadang dicampur nasi.
Kalau minyak ya tinggal dicampur mbak sama nasi, nasinya dihaluskan.
Kadang pakek minyak sisa goreng ikan itu, sedikit aja minyaknya”
(Pisang dikerok pakai sendok, kadang pisangnya di ulek sampai halus mbak,
capur nasinya, nasinya juga dihaluskan. Kalau pepaya juga sama. Kadang
pepayanya saja dihaluskan, kadang dicampur nasi. Kalau minyak ya tinggal
dicampur mbak sama nasi, nasinya dihaluskan. Kadang pakai minyak sisa
goreng ikan itu, sedikit saja minyaknya)

2. Nenek Menyediakan Bahan untuk Membuat MP-ASI


Berikut adalah kutipan wawancara bersama IRT 3.

“Biasanya dibawakan sayur dari sawah, dibawakan pisang, kates. Kalau


seperti lauk yang lain kayak tahu, tempe biasanya dibelikan dibelakang
rumah”
(Biasanya dibawakan sayur dari sawah, dibawakan pisang, pepaya. Kalau
lauk yang lain seperti tahu, tempe biasanya dibelikan dibelakang rumah)

Pernyataan senada juga disampaikan oleh IRT 1, IRT 3 dan IRT 5 yang
tinggal bersama nenek dalam satu rumah. IRT 2, IRT 4, menceritakan hal
yang sedikit berbeda.

“Kadang kalau mbahnya kesini dibawakan bahan mentahnya mbak, kadang


dibawakan pisang, kates, kadang bubur sun, kadang dibawakan masakan
matang mbak”
16

(Kadang kalau neneknya kesini dibawakan bahan mentahnya mbak, kadang


dibawakan pisang, pepaya, kadang bubur sun, kadang ya bawa masakan yang
masak)

3. Nenek Memberikan MP-ASI langsung pada bayi (Membantu Menyuapi Bayi)


Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan IRT 1.
“Bisanah mon nak-kanak tak dujen ngakan, digendong sama mbahnya mbak
sambil didulang, diajak liat sapi”
(Biasanya kalau anak-anak tidak doyan makan, digendong sama neneknya
mbak sambil didulang, diajak lihat sapi)

Pernyataan senada juga disampaikan oleh seluruh IRT yang menjadi


informan pada penelitian ini bahwa ketika bayi sedang tidak mau makan,
nenek selalu menggendongnya dan mengajaknya jalan-jalan sambil
menyuapinya
Dukungan instrumental yang dapat dilihat saat observasi berlangsung
juga dapat terlihat dari tindakan nenek ketika memberikan bantuan materi
dengan membeli bahan makanan MP-ASI dan lain-lain, nenek membantu ibu
membuatkan MP-ASI, nenek membantu mempersiapkan pembuatan MP-ASI,
nenek menyuapi bayi. Dukungan- dukungan tersebut tergolong dalam
dukungan instrumental karena sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
dukungan Instrumental merupakan bantuan langsung berupa bantuan finansial
atau bantuan dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu ( Kumalasari dan Lathifa,
2012). Namun, dari bentuk dukungan instrumental yang sudah diberikan masih
terdapat banyak kesalahan tindakan oleh nenek seperti pemberian MP-ASI baik
dari jenis bahan makanan, zat gizi dan tekstur pada makanan bayi tidak sesuai
dengan usianya.
Dari hasil penelitian menggunakan metode wawancara dan observasi
yang sudah dilakukan, dukungan instrumental seperti MP-ASI yang langsung
diberikan kepada bayi, MP-ASI yang dibuatkan nenek untuk bayi berbeda
dengan teori yang mengatakan bahwa selama proses belajar, berbagai jenis
makanan tambahan harus dikenalkan kepada bayi secara bertahap, mulai
17

makanan yang berbentuk cair, semi padat, dan padat. Dikarenakan bayi adalah
bagian dari keluarga maka tahap akhir dari proses belajar adalah
memperkenalkan aneka makanan keluarga. Pada saat anak berusia 24 bulan,
makanan keluarga inilah akan memenuhi kebutuhan zat gizi anak (Krisnatuti
dan Yenrina, 2008).
18

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Dukungan informasional yang diberikan oleh nenek meliputi informasi
mengenai bahan makanan yang dianjurkan atau disarankan kepada Ibu
untuk diberikan kepada bayi serta cara pengolahannya.
2. Dukungan emosional yang diberikan oleh nenek kepada Ibu banyak
terlihat saat observasi berlangsung. Dukungan emosional yang banyak
diberikan oleh nenek adalah munculnya rasa kasihan nenek kepada bayi
apabila tidak segera diberi makan dengan berbagai alasan seperti takut
lapar, agar bayi cepat tumbuh besar, dan pemberian MP-ASI yang
segera diberikan akan membuat bayi lebih sehat dan cepat tumbuh
besar, akan tetapi dukungan emosional tersebut menyebabkan tindakan
pemberian MP-ASI yang tidak tepat.
3. Dukungan instrumental atau dukungan secara langsung pada Ibu
berkaitan dengan MP-ASI banyak dilakukan oleh nenek seperti
menyediakan bahan makanan, membuatkan MP-ASI dan memberikan
MP-ASI, hal tersebut sangat membantu Ibu dalam merawat bayi.
Namun, bentuk makanan yang dibuat oleh nenek kurang tepat dan
diberikan sebelum usianya, dukungan tersebut tidak sesuai dengan
anjuran dalam pemberian MP-ASI.
19

Daftar Pustaka
Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC

Coall, D.A.&Hertwig,R.A. 2010. Grandparental investment: Past,present,future.


Behavioral and Brain Sciences. 33., 1-59.

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC.

Golu dan Nurmiyati. 2014. Hubungan Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi
Bayi Usia 6-12 Bulan di Puskesmas Curug Kabupaten Tangerang. Jurmal
Ilmu Gizi: Tangerang

Kasdu, D.A , 2007. Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta : Puspaswara

Murniasih, Erni. Andika rahmawati. 2007. Hubungan Dukungan Keluarga


Dengan Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra
Sekolah Di Bangsal l RSUP Dr. Soejarwadi Tirtonegoro Klaten. Jurnal
kesehatan Surya Medika Yogyakata. Diakses tanggal 26 Juni 2012.

Mutiara dan Ruslianti. 2013. Buku Pintar Bunda. Jakarta: EGC

Suhardjo, 2013. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara: Jakarta

Susanty, S. Dkk. 2012. Hubungan Pola Pemberian ASI dan MP-ASI dengan Gizi
Buruk pada Anak Usia 6-24 Bulan di Kelurahan Pannampu. Makasar.
Jurnal Media Gizi Masyarakat Indonesia, Vol.1,No.2,Februari 2012 : 97-
103.
20

Lampiran Pedoman Wawancara Mendalam


1. Pedoman Wawancara Mendalam kepada Informan
A. Kategori 1. Peran Nenek
1. Apa yang ibu dan nenek ketahui mengenai MP-ASI ?
2. Bagaimana peran nenek dalam merawat bayi mengenai MP-ASI ?

B. Kategori 2. Peran nenek dalam memberikan informasi kepada Ibu bayi.


1. Berapa usia bayi yang nenek anjurkan untuk diberikan MP-ASI ?
2. Apa alasan nenek memberikan MP-ASI pada usia tersebut ?
3. Adakah makanan anjuran yang di informasikan oleh nenek untuk bayi
kepada ibu ?
4. Informasi apa yang diberikan oleh nenek dalam membuat MP-ASI ?
5. Ketika bayi menangis, apa yang ibu atau nenek pikirkan ?

C. Kategori 3. Peran nenek terlibat langsung dalam pemberian MP-ASI.


1. Apakah nenek memberikan MP-ASI dini pada bayi ?
2. Apakah nenek membantu membuat MP-ASI ?
3. Bagaimanakah cara atau metode memasak yang nenek gunakan dalam
membuat MP-ASI ?
4. Apa saja bentuk bantuan yang biasanya dilakukan oleh nenek dalam
menyiapkan MP-ASI ?
5. Apakah nenek membantu menyediakan bahan makanan untuk
membuat MP-ASI ? Bahan makanan apa saja yang biasanya nenek
pilih dalah membuat MP-ASI ?
6. Tindakan apa yang biasanya nenek berikan ketika bayi menangis ?
7. Bagaimana perasaan ibu jika dibantu oleh nenek dalam merawat bayi ?

Anda mungkin juga menyukai