Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja rukun kewarisan?
2. Apa saja syarat-syarat kewarisan?
3. Apa saja sebab-sebab mendapatkan waris?
4. Apa saja sebab-sebab terhalang waris?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Rukun Kewarisan
Kewarisan memiliki tiga rukun, yaitu:
1. Tirkah, yaitu harta peninggalan orang yang meninggal telah diambil biaya-
biaya perawatan, melunasi hutang-hutang dan melaksanakan wasiat.
2. Muwarits (pewaris), yaitu orang yang meninggal dunia dengan
meninggalkan harta peninggalan, dan;
3. Warits (ahli-waris), yaitu orang yang akan mewarisi atau menerima harta
peninggalan.1
B. Syarat-Syarat Kewarisan

Masalah kewarisan baru timbul apa bila di penuhi syarat – syarat sebagai
terurai dibawah ini :

1. Harus ada pewaris (muwaris) seorang yang telah meninggal dunia dan
meninggalkan harta peninggalan ( tirkah atau budel ) , adalah merupakan
“conditio sine quo non “ ( syarat mutlak ) , karena sebelum ada orang
meninggal dunia,atau ada yang meninggal dunia tetapi tidak ada harta benda
merupakan kekayaan maka belumlah timbul masalah kewarisan .

Pewarisan hanya berlangsung karena kematian . mungkin perlu


dijelaskan disini bahwa kematian itu ada beberapa macam antara lain ialah:

a. Mati hakiki ( mati sejati ) , ialah hilanya nyawa seseorang dari jasadnya
yang dapat dibuktikan oleh panca indra atau oleh dokter.
b. Mati hukmi ( mati dinyatakan putusan hakim ). Pada hakikatnya orang itu
kemungkinan masih hidup , atau ada kemungkinan antara hidup atau mati
,tetapi menurut hukum dia telah dianggap mati karena tak tentu dimana
hutan rimbahnya dia berdiam.2

1
Otje Salman dan Mustofa Haffas, Hukum Waris Islam, Refika Aditama, Bandung, 2002, hlm. 4.
2
Fatchur rahman, ilmu waris ,( bandung : al ma’arif ,1975 )hal .79 dst.

2
Contoh :

1) Putusan hakim atas seseorang dengan hukuman mati .


2) Vonis hakim terhadap orang yang murtad ( berpaling dari agama islam
) atau diseserse 9 melarikan diri sewaktu ada peperangan , orang dalam
dinas militer dan bergabung dengan musuh ).
3) Keputusan mati yang di jatuhkan kepada orang yang masi hidup , tapi
tak jelas lagi dimana hutan rimbahnya dimana dia bertempat tinggal (
tak tentu kabar beritanya atau maqfud ).
c. Mati taqdiri ialah, kematian bayi yang baru dilahirkan akibat pemerkosaan
misalnya :
1) Kematian bayi yang baru dilahirkan akibat pemukulan terhadap perut
ibunya.
2) Pemaksaan terhadapa ibunya meminum racun , jadi hanya semata –
mata kekerasan terhadap ibu nya tidak langsung terhadap sang bayi3.
2. Harus ada budel (mauruts ) atau tirkah: Ialah apa yamg di tinggalkan pewaris
baik hak – hak kebendaan berwujud , maupun tak berwujud , bernilai maupun
tak bernilai, atau kewajiban kewajiban yang harus dibayar, misalnya hutang
-hutang si pewaris, dengan catatan bahwa utang si pewaris dibayar sepanjang
harta bendanya cukup untuk membayar utang tersebut.
a. Benda benda berwujuda bernilai sepeerti misalnya benda bergerak, seperti
mobil, sepeda motor, termasuk didalamnya utang piutang, benda wajib
(diyah wajibah) yang harus di bayar oleh si pembunuh benda – benda tetap
seperti rumah kebun dan lainya .
b. Hak hak kebendaan lainya hak monopoli untuk mendaya gunakan ,
menarik hasil dari sumber irigasi ,pertanian , perkebunan dan sebagainya.
c. hak hak lainya seperti :
1) Ikhiyar yaitu hak untuk menentukan pilihan antara dua alternatif
meneruskan akad jual beli atau di urungkan (ditarik kembali tak jadi

3
Soerojo wongsowidjoyo , himpunan kuliah hukum waris , ( jakarta :ikatan mahasiswa notariat
FHUI ,1983 ,1984)hal 126.

3
jual beli) hal itu untuk memikirkan kemaslahatan masing masing agar
tak ada dusta diantara mereka4.
2) Hak syuf’ah ialah suatu hak membeli kembali dengan paksa dengan
harga pantas .dalam hal sala seorang anggota persekutuan telah menjual
haknya kepada pihak lain tanpa izin para anggota lain , maka para
anggota lain itu berhak membeli secara paksa hak anggota yang telah
dijual dengan harga pantas hak membeli dengan paksa itulah hak
suyf’ah
d. hak – hak yang bersangkutan yang berhubungan diluar orang lain diluar
kategori tersebut (c1,c2) diatas misalnya :
1) Hak gadai
2) Hak hipotekhal
3) Credit verband
4) Mas kawin yang belum dibayar yan kesemuanya disebut hak ainiyah
(dian- ainy).
3. Yang ketiga harus ada ahli waris (warits), yaitu orang yang akan menerima
harta peninggalah si pewaris yang dapat pula di bagi dalam 5 golongan:
a) Ahli waris sebab (sebabyah) perkawinan antara suami dan istri :
b) Ahli waris nasaiyah ,yaitu orang orang yang menerima warisan karena
ada hubungan keluarga (nasab) misalnya ada hubungan pertalian darah
bertalian keatas ,lurus kebawah maupun pertalian cabang seperti saudara
– saudara ,paman,bibi, dll anak,cicit,cucu,orang tua satu dara dan lainya.
c) Ahli waris karena hubungan “wala” karena (pembebasan budak) yaitu
seseorang yang telah membebaskan budak , berhak terhadap peninggalan
budak itu , dan sebaliknya orang yang membebaskan budak itu ,apabila
tak ada ahli waris yang lainya .
d) Apa bila menangis anak baru lahir ,maka dia akan mewaris ( hadis
diriwayatkan abu daud ) . tidak ada warisan anak baru lahir kecuali ia
bersuara.diriwayatkan oleh imam ahmad atau lihat juga kuh perdata atau
BW pasal 2

4
Ahmad azhar basyir,asas hukum muamalah, (yogyakarta : universitas islam indonesia, 1983
)hal.41

4
e) Kematianya bersamaan misalnya seorang anak dan ayag meninggal
dalam sebuah kecelakaan pesawat bersama sama mereka tidak saling
mewarisi (lihat juga KUHper atrau BW pasal 836 dan seterusnya ).

Menurut hukum islam ahli waris tersebut dikelompokan sebagai tersebut


dibawah ini :

1. Kelompokm keutamaan pertama .


a. Anak lelaki dan perempuan yang disebut sebagai dzwu’l faraaid atau
sebagai dzaw’ul qarabat beserta mawali mendian anak laki laki dan
perempuan .
b. Orang tua (ayah dan anak) atau sebagai dzawul faraid.
c. Janda atau duda sebagai dzawul faraaid
2. Keutamaan ke dua
a. saudara laki laki dan perempuan atau sebagai dzawul faraaid atau
sebagai dzawul qarabat mawali bagi mendiang mendiang saudara laik
laki dan perempuan dalam kalalh.
b. Ayah sebagai dzawaul qarabat dalam hal kalaalah
c. Ibu sebagai dzawaul faraaid.
d. Janda duda sebagai dzawaul faraaid
3. Keutamaan ke tiga
a. Ibu sebagai dzawaul faraaid.
b. Ayah sebagai dzawaul qarabat.
c. Janda dan duda sebagai dzawaul faraaid .
4. Keutamaan ke empat.
a. Janda dan duda sebagai dzawaul faraaid.
b. Mawali untuk ayah
c. Mawali untuk ibu

5
C. Sebab-sebab Mendapatkan Waris
Sebab-sebab orang mendapatkan warisan dari muwaris ada tiga yaitu
Nikah, Nasab, Wala’, dan berikut ini penjelasan diantara ketiganya:
1. Nikah, Sebab pertama seseorang mendapatkan waris adalah karena adanya
ikatan pernikahan.
2. Nasab, atau kekerabatan. Ahli waris berdasarkan kekerabatan meliputi ushul
(leluhur), furu’ (keturunan) dan hawasyi (saudara).
Dengan memperhatikan keutamaan mewaris pada kerabat di dalam hukum
waris islam, maka itu dapat dibagi kedalam tujuh kelompok, yaitu:
a. Leluhur perempuan, adalah leluhur perempuan dari pihak ibu dalam satu
garis lurus keatas (tidak terhalang oleh pihak laki-laki), seberapapun
tingginya, dan ibu kandung dari leluhur lelaki. Itu adalah ibu, nenek
sahihah dari pihak ibu, dan nenek sahihah dari pihak bapak.
b. Leluhur laki-laki, adalah leluhur laki-laki dari pihak bapak dalam satu
garis lurus (tidak terhalang oleh pihak perempuan), seberapapun
tingginya. Itu adalah bapak dan kakeh shachihach dari pihak bapak.
c. Keturunan perempuan, adalah anak perempuan pewaris dan anak
perempuan dari keturunan laki-laki. Itu adalah anak perempuan dan cucu
perempuan pancar laki-laki.
d. Keturunan laki-laki, adalah keturunan laki-laki dari anak laki-laki dalam
satu garis lurus kebaawah (tidak terhalang oleh pihak permpuan),
seberapapun rendahnya. Itu adalah anak laki-laki dan cucu laki-laki
pancar laki-laki.
e. Saudara seibu, adalah saudara perempuan dan saudara laki-laki yang
hanya satu ibu dengan pewaris. Itu adalah anak laki-laki seibu dan sanak
perempuan seibu.
f. Saudara sekandung/sebapak, adalah keturunan laki-laki dari leluhur
laki-laki dalam satu garis lurus kebawah (tidak terhalang oleh pihak
perempuan), seberapapun rendahnya, dan anak perempuan dari bapak.
Itu adalah saudara laki-laki sekandung/sebapak dan saudara
sekandung/sebapak.

6
g. Kerabat lainnya, yaitu kerabat lain yang tidak termasuk enak kelompok
diatas.5
3. Wala’, Ahli waris wala’ meliputi kekerabatan menurut hukum yang timbul
karena membebaskan budak, atau adanya perjanjian dan sumpah setia antara
seseorang dengan seseorang lainnya.

D. Sebab Terhalanganya Kewarisan


1. Menurut hukum perdata
Menurut kitab Undang-undang Hukum Perdata, sesuai pasal 838 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yang dianggap tidak pantas menjadi ahli
waris dan karenanya dikecualikan dari pewarisan adalah:
a. Mereka yang dengan putusan hakim dihukum karena dipersalahkan telah
membunuh, atau mencoba membunuh si yang meninggal.
b. Mereka yang dengan putusan hakim pernah dipersalahkan, karena secara
fitnah telah mengajukan pengaduan terhadap pada si yang meninggal,
ialah suatu pengaduan telah melakukan sesuatu kejahatan yang terancam
dengan hukuman penjara lima tahun lamanya atau hukuman yang lebih
berat.
c. Mereka yang dengan kekerasan atau perbuatan telah mencegah si yang
meninggal untuk membuat atau mencabut surat wasiatya.
d. Mereka yang telah menggelapkan, merusak atau memalsukan surat wasiat
yang meninggal.6
Menurut pasal 840 Kitab undang-undang Hukum Perdata (BW) anak-
anak dari ahli waris yang tidak pantas itu tidak boleh dirugikan oleh salahnya
orang tua, apabila anak-anak itu menjadi ahli waris atas kekuatan sendiri,
artinya apabila menurut hukum anak-anak itu tanpa perantaraan orang tuanya
mendapat hak selaku ahi waris.
Akibat dari perbuatan ahli waris tersebut yang tidak pantas mengenai
barang warisan, adalah batal dan bahwa seorang hakim dapat menyatakan

5
Otje Salman dan Mustofa Haffas, Hukum Waris Islam, Refika Aditama, Bandung, 2002, hlm. 50-
51.
6
Pustaka Mahardika, KUH Perdata Burgerlijk Wetboek Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
Pustaka Mahardika, hlm. 198-199.

7
“tidak pantas” itu dalam jaatannya dengan tidak perlu menunggu penuntutan
dari pihak manapun juga.
Selanjutnya dalam pasal 839 KUH Perdata menyatakan bahwa “Ahli
waris yang tidak mungkin mendapatkan warisan karena tidak pantas, wajib
mengembalikan segala hasil dan pendapatan yang telah dinikmatinya sejak
terbukanya warisan itu.”.7
2. Menurut hukum islam
Ada berbagai macam penghalang seseorang untuk emnerima warisan
antara lain adalah:
a. Perbudakan
1) Sesorang budak dianggap tidak cakap menguasai harta benda
2) Status keluarga terhadap kerabatnya sudah putus, karena ia menjadi
keluarga asing.
b. Karena pembunuhan
Abu hurairah menyampaikan sabda Rasulullah SAW bahwa
pembunuh tidak mewaris dari pewaris yang dibunuh (Hadis diriwayatkan
at-Tarmidzi dan Ibnu Majah)
Tidak ada hak bagi si pembunuh mempusakai sedikitpun (tidak
menerima warisan) berarti yang membunuh pewaris tidak berhak
menerima warisan (Diriwayatkan oleh an-Nassa’i)
Umar bin Syu’aib berkata bahwa ayahnya mendengar dari datuknya
dan datuknya mendengar dari Rasulullah SAW bahwa si pembunuh tidak
mewarisi apapun juga. Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Nailawtar.
c. Karena berlainan agama
Al-Quran Surah al-Baqarah ayat 221 mengatur bahwa:
Laki-laki muslim dilarang menikahi wanita musyrik, demikian
sebaliknya wanita muslim dilarang menikahi laki-laki musyrik.
Kemudian berdasarkan hadis Rasulullah SAW riwayat Bukhari dan
Muslim. Jamaah ahli hadis tau sepakat ahli hadis tentang masalah ini,
yaitu ditafsirkan dari al-Baqarah 221 tersebut:

7
Pustaka Mahardika, KUH Perdata Burgerlijk Wetboek Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
Pustaka Mahardika, hlm. 199.

8
Bahwa orang islam tidak dapat mewarisi harta peninggalan orang
kafir dan orang non muslim pun tidak dapat mewarisi harta orang
muslim.
d. Karena murtad
Berdasarkan Hadi Rasul riwayat Abu Bardah, menceritakan bahwa
saya telah diutus oelh Rasulullah SAW kepada seseorang.\ laki-laki yang
kawin dengan istri bapaknya, Rasulullah SAW menyuruh supaya
dibunuh laki-laki tersebut dan membagi hartanya sebagai harta rampasan
karena ia murtad.
e. Karena hilang tanpa berita
Karena seseorang hilang tanpa berita tak tnetu dimana alamat dan
tempat tinggalnya selama emapt tahun atau lebih, maka orang tersebut
dianggap mati karena hukum dengan sendirinya tidak mewaris.
Menyatakan mati tersebut harus dengan keputusan hakim.

9
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Kewarisan memiliki tiga rukun, yaitu:
a. Tirkah, yaitu harta peninggalan orang yang meninggal telah diambil
biaya-biaya perawatan, melunasi hutang-hutang dan melaksanakan
wasiat.
b. Muwarits (pewaris), yaitu orang yang meninggal dunia dengan
meninggalkan harta peninggalan, dan
c. Warits (ahli-waris), yaitu orang yang akan mewarisi atau menerima
harta peninggalan.
2. Syarat-syarat kewarisan ada tiga, yaitu:
a. Harus ada pewaris (muwaris)
b. Harus ada budel (mauruts ) atau tirkah
c. Yang ketiga harus ada ahli waris (warits).
3. Sebab mendapatkan waris juga ada tiga, yaitu:
a. Nikah, Sebab pertama seseorang mendapatkan waris adalah karena
adanya ikatan pernikahan.
b. Nasab, atau kekerabatan. Ahli waris berdasarkan kekerabatan meliputi
ushul (leluhur), furu’ (keturunan) dan hawasyi (saudara).
c. Wala’, Ahli waris wala’ meliputi kekerabatan menurut hukum yang
timbul karena membebaskan budak, atau adanya perjanjian dan sumpah
setia antara seseorang dengan seseorang lainnya.
4. Sebab terhalang waris:
a. Menurut hukum perdata: mengacu pada apa yang tercantum dalam pasal
838, 839 dan 840 Undang-undang Hukum perdata (BW)
b. Menurut hukum islam: dikarenakan perbudakan, pembunuhan, berlainan
agama, murtad, dan hilang tanpa berita.

10
B. SARAN
Demikianlah Yang dapat kami sampaikan, mohon maaf jika
makalah yang kami sajikan ada salah kata. Kami membutuhkan saran yang
sekiranya dapat membangun kami kearah yang lebih baik guna
memperbaiki makalah kami jika ada kesalahan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Salman, Otje dan Mustofa Haffas. 2002. Hukum Waris Islam. Bandung: Refika
Aditama.
KUH Perdata Burgerlijk Wetboek Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Wongsowidjoyo, Soerojo. 1983. Himpunan Kuliah Hukum Waris. Jakarta: Ikatan
Mahasiswa Notariat FHUI.

Rahman, Fatchur. 1975. Ilmu Waris. Bandung: al ma’arif.


Basyir, Ahmad Azhar. 1983.Asas Hukum Muamalah. Yogyakarta: Universitas
Islam Indonesia.

12

Anda mungkin juga menyukai