Anda di halaman 1dari 49

Kasus Ujian

SEORANG PEREMPUAN 62 TAHUN DENGAN


TUMOR MAMMA DEKSTRA

Disusun oleh :
Yo Tendy Pratama G99171050

Pembimbing :

dr. Henky Agung Nugroho, Sp.B(K)Onk

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU BEDAH ONKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2019

1
STATUS PASIEN

I. ANAMNESA
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 62 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Sukosari, Madiun, Jawa Timur
Status : Menikah
Tanggal Masuk : 19 Maret 2019
Tanggal Periksa : 20 Maret 2019

No RM : 0145xxxx

B. Keluhan Utama
Benjolan di payudara kanan

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke POLI RSDr Moewardi rujukan dari RSUD
madiun dengan keluhan benjolan di payudara kanan sebesar telur puyuh
yang telah dirasakan sejak ± 9 bulan yang lalu disertai nyeri dan demam.
Nyeri dirasakan hilang timbul, semakin berat ketika sedang kelelahan.
Nyeri tidak dipengaruhi oleh siklus menstruasi. Benjolan dirasakan
membesar. Benjolan di leher dan pundak disangkal, sesak napas
disangkal, nyeri kepala disangkal, sakit punggung dan tulang disangkal,
batuk kronis disangkal, nyeri perut disangkal, penurunan berat badan
tanpa sebab yang jelas disangkal, penurunan nafsu makan selama sakit
disangkal.
Pasien kemudian berobat ke RSUD Madiun, diberi obat dan
dilakukan biopsy januari 2019, namun anak pasien mengaku hasil dari
RSUD madiun belum di serahkan ke keluarga pasien. Karena
keterbatasan sarana, pasien kemudian dirujuk ke RSDM untuk dilakukan
pemeriksaan dan penatalaksanaan lebih lanjut.

D. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal

2
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Alergi obat/makanan : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Mondok : disangkal
Riwayat operasi : disangkal

E. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat Keluhan Serupa : disangkal
Riwayat Tumor : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal

Riwayat Asma : disangkal

F. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien merupakan ibu rumah tangga. Pasien berobat di RSUD Dr.


Moewardi menggunakan fasilitas BPJS PBI.

G. Riwayat Gizi dan Kebiasaan


Sehari-harinya penderita makan 3 kali sehari. Nafsu makan sehari-hari
baik. Riwayat merokok disangkal, Riwayat minum alkohol disangkal.

H. Riwayat Obstetri dan Ginekologi

Riwayat melahirkan : 2 kali, normal. Kelahiran anak pertama saat


pasien berusia 21 tahun

Riwayat menarche : usia 12 tahun


Riwayat menyusui : 2 kali, masing-masing ±1 tahun

Riwayat KB : (+) 2 tahun spiral, dilanjutkan pil KB selama


4 tahun.

I. Anamnesis Sistemik
Kepala : pusing (-), nyeri kepala (-)
Mata : pandangan kabur (-/-), bengkak (-/-), mata merah
(-/-)

3
Hidung : pilek (-), hidung tersumbat (-), keluar darah (-)
Pipi : bengkak (-/-), nyeri (-/-)
Telinga : pendengaran berkurang (-/-), keluar cairan(-/-),
berdenging (-/-)
Mulut : mulut kering (-), bibir biru (-), sariawan (-), gusi
berdarah (-), bibir pecah-pecah (-), mulut berdarah
(-), mulut terasa pedih (-), bibir bengkak (-)
Tenggorokan : sakit telan (-)
Payudara : benjolan (+ di payudara kanan, sebesar telur
puyuh), nyeri (+), keluar darah (+), puting tertarik
(-), kulit payudara seperti jeruk (+), luka (+)
pada benjolan, benjolan di ketiak (-) kanan dan
kiri, benjolan di leher dan pundak (-)
Respirasi : nyeri saat bernafas (-), sesak (-), dada terasa ampeg
(-), batuk (-), dahak (-), batuk darah (-), mengi (-)
Kardiovaskular : nyeri dada berat secara tiba-tiba (-), berdebar-debar
(-), pingsan (-), kaki bengkak (-), keringat dingin
(-), lemas (-)
Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), perut terasa panas (-),
kembung (-), sebah (-), muntah darah (-), BAB
warna hitam (-), BAB sulit (-), perut buncit (-)
Genitourinaria : BAK warna kuning jernih (+), nyeri saat BAK (-),
BAK berpasir (-), nyeri pinggang (-)
Muskuloskeletal : nyeri otot (-), nyeri sendi (-)
Ekstremitas
Atas : pucat (-/-), kebiruan (-/-), bengkak (-/-), terasa
dingin (-/-)
Bawah : luka (-/-), pucat (-/-), kebiruan (-/-), bengkak (-/-),
terasa dingin (-/-)

II. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan Umum
a. Keadaan umum : compos mentis, E4V5M6, tampak sakit sedang,
kesan gizi cukup, karnofsky score 100%
b. Vital sign :
TD : 120/80 mmHg
N : 82 x/menit, regular, simetris, isi dan tegangan cukup
RR : 26 x/menit

4
T : 37,2o C per aksilar

B. General Survey
a. Kulit : Kulit sawo matang, kering (-), ujud kelainan kulit (-),
hiperpigmentasi (-)
b. Kepala : mesocephal
c. Mata : konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), cekung (-/-),
reflex cahaya (+/+), pupil isokhor 3 mm/3 mm
d. Telinga : sekret (-/-), darah (-/-).
e. Hidung : bentuk simetris, napas cuping hidung (-), sekret (-), keluar
darah (-).
f. Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-), lidah kotor (-), jejas (-).
g. Leher : pembesaran tiroid (-), pembesaran limfonodi leher /
supraklavikula / infraklavikula (-)
h. Thorak : bentuk normochest, retraksi (-), gerakan dinding dada
simetris, pembesaran limfonodi mamaria interna (-)
i. Mammae :
Kesan tampak simetris
Dekstra :
Inspeksi : retraksi (-), warna kulit berubah (-), peau d orange
(-), sekret (-), ulkus (-)
Palpasi : teraba benjolan (-)
Sinistra :
Inspeksi : tampak benjolan (+), bekas luka operasi (-), scar
(-), warna kulit berubah (+) sekitar areola, peau
d orange (-), sekret (-)

5
Palpasi : teraba massa, keras, mobile, batas tegas, tidak
melekat pada dinding dada, ukuran 1 cm x 0,5
cm, nyeri tekan (+)
j. Kelenjar getah bening :
Axilla kanan dan kiri : tidak teraba massa, nyeri tekan (-)
Infraclavicula kanan dan kiri : tidak teraba massa, nyeri tekan (-)
Supraclavicula kanan dan kiri : tidak teraba massa, nyeri tekan
(-)
Mammaria interna : tidak teraba massa, nyeri tekan (-)
k. Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat.
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar.
Auskultasi : bunyi jantung I-II normal, regular, bising (-)
l. Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan kiri.
Palpasi : fremitus raba kanan sama dengan kiri.
Perkusi : sonor/sonor.
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+) normal, suara tambahan
(-/-), roki basah kasar (-/-)

6
m. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, perut distended
(-)
Auskultasi : bising usus (+) normal.
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, hepar lien ginjal tidak teraba
n. Genitourinaria : BAK normal, Nyeri ketok costo vertebra (-)
o. Ekstremitas : CRT < 2 detik
Akral dingin Oedema
- - - -
- - - -

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Pemeriksaan Laboratorium darah 11 Maret 2018

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


Hemoglobin 11,7 g/dL 12,0 – 15,6
Hematokrit 35 % 33 – 45
Leukosit 13.1 Ribu/µl 4,5 – 11,0
Trombosit 335 Ribu/µl 150 – 450
Eritrosit 4.04 Juta/µl 3,8 – 5,8
Golongan Darah A
PT 13,5 detik 10,0 – 15,0
APTT 32,0 detik 20,0 – 40,0
GDS 174 Mg/dL 60 – 140
Albumin 21 g/dl 3.2 – 4.6
SGOT 72 u/L < 31
SGPT 23 u/L < 34
Creatinin 0,9 Mg/dL 0,6 – 1,1
Ureum 41 Mg/dL < 50
Natrium darah 131 mmol/L 136 – 145
Kalium darah 2.6 mmol/L 3.7- 5.4
Chlorida darah 103 mml/L 98 – 106
HBsAg Non-reactive Non-reactive

7
b. Pemeriksaan USG Mammae (RSUD Wonogiri, 26 Desember 2016)
Hasil : Massa anechoic di ujung duktus lactiferus posterior papilla
mammae sinistra posisi jJ-6, kalsifikasi (-)
Vaskularisasi (-) cenderung benigna
Tak tampak limfadenopati axilla sinistra

8
IV. ASSESSMENT
Tumor Mamma Sinistra dd Ca Mamma Sinistra

V. PLAN
Foto toraks PA
Pro MRM

9
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI PAYUDARA

Payudara sebagai kelenjar


subkutis mulai tumbuh sejak
minggu ke-enam masa embrio,
yaitu berupa penebalan ektodermal
sepanjang garis yang disebut garis
susu yang terbentang dari aksila
sampai ke regio inguinal. Dua
pertiga dari garis tersebut segera
menghilang dan tinggal bagian dada
saja yang berkembang menjadi cikal
bakal payudara. Beberapa hari
setelah lahir, pada bayi, dapat
terjadi pembesaran payudara
unilateral atau bilateral diikuti
dengan sekresi cairan keruh.
Keadaan yang disebut mastitis
neonatorum ini disebabkan oleh
berkembangnya sistem duktus dan
tumbuhnya asinus serta
vaskularisasi pada stroma yang
dirangsang secara tidak langsung
oleh tingginya kadar estrogen ibu di
dalam sirkulasi darah bayi. Setelah
lahir kadar hormon ini menurun,
dan ini merangsang hipofisis untuk
memproduksi prolaktin. Prolaktin

10
inilah yang menimbulkan perubahan payudara.
Kelenjar susu yang bentuknya bulat ini merupakan kelenjar kulit atau
apendiks kulit yang terletak di fascia pektoralis. Pada bagian lateral atasnya
jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya ke arah aksila, disebut penonjolan
Spence atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri dari 12 sampai 20 lobulus
kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papilla mamma, yang
disebut duktus laktiferus. Diantara kelenjar susu dan fascia pektoralis, juga
diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara
lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang memberi
rangka untuk payudara.
Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang a.perforantes anterior dari
a.mammaria interna, a.torakalis yang bercabang dari a.aksilaris, dan beberapa
a.interkostalis. Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis
dan n.interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus oleh saraf simpatik.
Penyaluran limfe dari payudara
kurang lebih 75% ke aksila,
sebagian lagi ke kelenjar
parasternal, terutama dari bagian
yang sentral dan medial dan ada
pula penyaluran yang ke kelenjar
interpektoralis. Di aksila terdapat
rata-rata 50 (berkisar dari 10
sampai 90) buah kelenjar getah
bening yang berada di sepanjang
arteri dan vena brakialis. Saluran
limfe dari seluruh payudara
mengalir ke kelompok anterior
aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat
sepanjang v.aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian
kaudal dalam di supraklavikuler.
Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain menuju ke

11
kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila
kontralateral, ke m.rectus abdominis lewat ligamentum falsifarum hepatis ke hati,
ke pleura, dan ke payudara kontralateral.
Payudara mengalami tiga
macam perubahan yang dipengaruhi
hormon. Perubahan pertama ialah
mulai dari masa hidup anak melalui
masa pubertas, masa fertilitas,
sampai ke klimakterium dan
menopause. Sejak pubertas pengaruh
estrogen dan progesteron yang
diproduksi ovarium dan juga hormon
hipofise, telah menyebabkan duktus
berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah
perubahan sesuai dengan daur
menstruasi. Sekitar hari kedelapan
menstruasi, payudara jadi lebih besar
dan pada beberapa hari sebelum
menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul
benjolan yang tidak nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang
menstruasi, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik,
terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto
mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu
menstruasi mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan,
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobularis dan duktus alveolus
berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis
anterior memicu (trigger) laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus,
mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.

12
B. KELAINAN PADA PAYUDARA

Banyak kelainan-kelainan pada payudara menyebabkan perubahan


penampilan dan apa yang dirasakan pada payudara dan puting. Kebanyakan
kelainan pada payudara bukan merupakan suatu kanker. Beberapa tanda umum
dari kelainan-kelainan pada payudara adalah:
1. Adanya suatu benjolan (massa) atau rasa kencang pada payudara
2. Perubahan pada puting atau nipple discharge
3. Perubahan pada kulit payudara
Terdapat 4 macam perubahan pada kelainan-kelainan payudara secara
umum, yaitu :
1. Bukan merupakan kanker dan tidak meningkatkan
risiko terkena kanker.
Antara lain , yang umum ditemukan : adenosis,
kista, kista nekrosis lemak dan minyak,
fibroadenoma simpel, galactocele, papilloma
intraduktal soliter, tumor sel granuler, mastitis,
ectasia duktus atau mammary duct ectasia.
Contoh lain yang lebih jarang ditemukan : lipoma,
hamartoma, hemangioma, hematoma, neurofibroma.
2. Bukan merupakan kanker namun meningkatkan risiko terkena kanker.
Antara lain : hiperplasia ductal, multipel papilloma, fibroadenoma
kompleks, adenosis sklerotik, tumor phyllodes, bekas luka radial atau
lesi sklerotik kompleks.
3. Bukan merupakan kanker namun dapat menjadi suatu kanker.
Antara lain : DCIS (ductal carcinoma in situ), hiperplasia atipikal.
4. Kanker payudara.

13
14
15
No. KELAINAN KETERANGAN GAMBAR
MAMMAE
Bukan merupakan kanker dan tidak meningkatkan risiko terkena kanker.
1. Adenosis Adenosis adalah temuan
yang sering didapat pada
wanita dengan kelainan
fibrokistik. Adenosis adalah
pembesaran lobulus
payudara, yang mencakup
kelenjar-kelenjar yang lebih
banyak dari biasanya.
Apabila pembesaran lobulus
saling berdekatan satu sama
lain, maka kumpulan lobulus
dengan adenosis ini
kemungkinan dapat diraba.
Banyak istilah lain yang
digunakan untuk kondisi ini,
di antaranya adenosis
agregasi, atau tumor
adenosis. Sangat penting
untuk digarisbawahi
walaupun merupakan tumor,
namun kondisi ini termasuk
jinak dan bukanlah kanker.
Adenosis sklerotik adalah
tipe khusus dari adenosis di
mana pembesaran lobulus
disertai dengan jaringan
parut seperti jaringan

16
fibrous. Apabila adenosis
dan adenosis sklerotik cukup
luas sehingga dapat diraba,
akan sulit membedakan
tumor ini dengan kanker
melalui pemeriksaan fisik
payudara. Kalsifikasi dapat
terbentuk pada adenosis,
adenosis sklerotik, dan
kanker, sehingga makin
membingungkan diagnosis.
Biopsi melalui aspirasi
jarum halus biasanya dapat
menunjukkan apakah tumor
ini jinak atau tidak.
2. Kista Sebuah massa agak
membulat, benjolan dapat
digerak , terasa agak lunak
pada penekanan,
menunjukkan kemungkinan
adanya kista. Kista adalah
kantung berbentuk buat atau
oval berisi cairan , berada
dalam payudara. Umumnya
paling sering ditemukan
pada wanita di usia 40-an ,
tetapi mereka dapat terjadi
pada wanita dari segala usia.
Perubahan hormon bulanan
sering menyebabkan kista
menjadi lebih besar dan

17
terasa nyeri dan lebih terasa
dibandingkan saat sebelum
masa menstruasi.
Timbulnya kista diawali
dari terkumpulnya cairan di
dalam kelenjar payudara.
Mikrokista (kista
mikroskopis) memiliki
ukuran yang terlalu kecil
untuk dapat dirasakan dan
hanya ditemukan ketika
jaringan dilihat di bawah
mikroskop. Jika cairan terus
tertimbun, makrokista (kista
besar) dapat terbentuk. Hal
ini dapat dirasakan dengan
mudah dan dapat mencapai
ukuran sebesar 1-2 inci .
Ketika mereka bertambah
besar, jaringan payudara di
sekitar kista dapat
meregangkan dan
menimbulkan rasa sakit.
3. Nekrosis lemak Nekrosis lemak terjadi
bila jaringan payudara yang
berlemak rusak, bisa terjadi
spontan atau akibat dari
cedera yang mengenai
payudara. Nekrosis lemak
dapat juga terjadi akibat
terapi radiasi. Ketika tubuh

18
berusaha memperbaiki
jaringan payudara yang
rusak, daerah yang
mengalami kerusakan
tergantikan menjadi jaringan
parut.
Nekrosis lemak berupa
massa keras yang sering
agak nyeri tetapi tidak
membesar. Kadang terdapat
retraksi kulit dan batasnya
tidak rata. Karena
kebanyakan kanker payudara
berkonsistensi keras, daerah
yang mengalami nekrosis
lemak dengan jaringan parut
sulit untuk dibedakan
dengan kanker jika hanya
dari pemeriksaan fisik
ataupun mammogram
sekalipun. Dengan biopsi
jarum atau dengan tindakan
pembedahan eksisi sangat
diperlukan untuk
membedakan nekrosis lemak
dengan kanker. Secara
histopatologik terdapat
nekrosis jaringan lemak
yang kemudian menjadi
fibrosis.
Menurut American

19
Cancer Society, beberapa
area dari nekrosis dapat
berespon berbeda-beda
terhadap cedera. Disamping
pembentukan jaringan parut,
sel-sel lemak akan mati dan
mengeluarkan isi sel, yang
membentuk kumpulan
seperti kantong-kantong
berisi cairan berminyak dan
disebut kista minyak. Kista
minyak dapat ditemukan
melalui aspirasi jarum halus,
yang sekaligus merupakan
tindakan untuk terapinya.
4. Fibroadenoma Fibroadenoma
simpel merupakan tumor payudara
jinak yang terkadang terlalu
kecil untuk dapat teraba oleh
tangan, walaupun
diameternya bisa saja
meluas beberapa inchi.
Fibroadenoma dibentuk baik
itu oleh jaringan payudara
glandular maupun stroma
jaringan ikat, dan biasanya
terjadi pada wanita muda
antara usia 20-30 tahun,
tetapi dapat ditemukan pada
wanita dari segala usia.
Setelah menopause,

20
umumnya tumor tidak lagi
ditemukan.
Fibroadenoma teraba
sebagai benjolan bulat atau
berbenjol-benjol, dengan
simpai licin dan konsistensi
kenyal padat. Tumor ini
tidak melekat ke jaringan
sekitarnya dan amat mudah
digerakkan kesana kemari.
Biasanya fibroadenoma
tidak nyeri bila ditekan.
Kadang-kadang
fibroadenoma tumbuh
multipel. Pada masa
adolescen fibroadenoma bisa
terdapat dalam ukuran yang
besar. Pertumbuhan bisa
cepat sekali selama
kehamilan dan laktasi atau
menjelang menopause, saat
rangsangan estrogen
meninggi. Fibroadenoma
dapat dengan mudah
didiagnosa melalui aspirasi
jarum halus atau biopsi
jarum dengan diameter yang
lebih besar (core needle
biopsi).
Pada umumnya
penatalaksanaan

21
fibroadenoma dilakukannya
pengangkatan fibroadenoma
terutama jika pertumbuhan
terus berlangsung atau
terjadi perubahan bentuk
payudara. Terkadang
(terutama pada usia
petengahan atau wanita usia
dewasa) tumor ini akan
berhenti tumbuh atau bahkan
mengecil dengan sendirinya
tanpa terapi apapun. Dalam
hal ini, selama diyakinkan
massa tersebut adalah benar-
benar fibroadenoma dan
bukan merupakan suatu
keganasan, pembedahan
untuk mengangkat
fibroadenoma mungkin tidak
diperlukan. Pendekatan ini
berguna untuk wanita
dengan fibroadenoma yang
multipel yang tidak berlanjut
pertumbuhannya.
Pada beberapa kasus,
pengangkatan fibroadenoma
multipel berarti mengangkat
sejumlah besar jaringan
payudara sekitar yang
normal, sehingga
menyebabkan jaringan parut

22
yang akan mengubah bentuk
dan tekstur payudara. Sangat
penting bagi wanita yang
tidak melakukan
pengangkatan fibroadenoma
tersebut untuk
memeriksakan payudaranya
secara teratur untuk
meyakinkan bahwa massa
tersebut tidak berlanjut
pertumbuhannya. Terkadang
satu atau lebih fibroadenoma
akan tumbuh setelah salah
satu fibroadenoma diangkat.
Hal ini berarti bahwa
fibroadenoma baru telah
terbentuk dan bukanlah
fibroadenoma yang lama
yang tumbuh kembali.
5. Galactocele Payudara responsif
terhadap interaksi kompleks
dari hormon yang
menyebabkan jaringan
tersebut berkembang,
membesar, dan
menghasilkan susu. Tiga
hormon utama yang
mempengaruhi payudara
adalah estrogen,
progesteron, dan prolaktin.
Setiap payudara berisi 15

23
sampai 20 lobus tersusun
melingkar . Lemak (jaringan
adiposa subkutan) yang
menutupi lobus memberikan
payudara ukuran dan bentuk
pada payudara. Setiap lobus
terdiri dari banyak lobulus,
yaitu menyerupai bola kecil
seperti kelenjar, atau
kantung, di mana susu
diproduksi di dalamnya
akibat respon dari sinyal
hormonal.
Galaktokel adalah kista
retensi yang mengandung
susu atau zat susu yang
biasanya terletak di kelenjar
susu yang disebabkan oleh
plug protein yang
memblokir jalan keluar
saluran kelenjar susu;
sehingga asi menjadi
tertahan dan stagnan pada
kelenjar payudara. Seperti
kista lainnya, galaktokel
tidak bersifat ganas. Hal ini
sering ditemukan pada
wanita hamil atau menyusui,
berhubungan dengan masa
penyapihan atau penghentian
laktasi dan galaktocele dapat

24
juga ditemukan pada bayi
dan anak-anak dengan
prevalensi yang jarang. Pada
pemeriksaan fisik,
galaktocele berupa suatu
benjolan berukuran besar,
lunak, dan berfluktuasi pada
bagian bawah payudara.
Apabila diagnosis masih
diragukan atau galaktokel
menimbulkan rasa tidak
nyaman, maka dapat
dilakukan drainase dengan
aspirasi jarum halus.
6. Papilloma Papilloma intraduktal
intraduktal adalah pertumbuhan
soliter menyerupai kutil dengan
disertai tangkai yang tumbuh
dari dalam payudara yang
berasal dari jaringan
glandular dan jaringan
fibrovaskular. Papilloma
seringkali melibatkan
sejumlah besar kelenjar
susu. Lesi jinak yang berasal
dari duktus laktiferus dan
75% tumbuh di bawah
areola mamma ini
memberikan gejala berupa
sekresi cairan berdarah dari
puting susu. Papilloma dapat

25
juga ditemukan di duktus
yang kecil di daerah yang
jauh dari puting. Keadaan ini
seringkali tumbuh dalam
jumlah banyak dan juga
mungkin disertai hiperplasi
epitelial.
Perubahan payudara jinak
yang menyebabkan
keluarnya sekresi cairan dari
puting, hampir setengahnya
adalah papilloma, dan
sisanya adalah campuran
perubahan fibrokistik
ataupun ektasia duktus.
Apabila papilloma cukup
besar, biopsi jarum bisa
dilakukan. Papilloma dapat
juga di diagnosa melalui
pemeriksaan pencitraan pada
duktus payudara yaitu
dengan duktogram atau
galaktogram.
Terapi untuk papilloma
adalah dengan mengangkat
papilloma serta bagian
duktus dimana papilloma
tersebut ditemukan, dimana
biasanya dengan melakukan
insisi pada tepi sekeliling
areola.

26
7. Tumor sel Tumor sel granular
granuler biasanya terdapat pada
mulut atau kulit, namun
dalam jumlah yang jarang
dapat ditemukan juga di
payudara. Kebanyakan
tumor sel granular pada saat
perabaan dapat digerakkan,
konsistensi keras,
berdiameter antara ½ sampai
1 inchi. Konsistensi keras
terkadang mengacaukan
diagnosisnya dengan kanker,
namun aspirasi jarum halus
atau biopsi jarum dapat
dilakukan untuk
membedakannya.
Tumor ini diatasi dengan
cara mengangkat tumor
beserta sedikit jaringan
normal disekelilingnya.
Tumor sel granular tidak
akan meningkatkan resiko
pada wanita untuk terjadinya
kanker payudara di
kemudian hari.

27
8. Mastitis Mastitis adalah infeksi
yang sering menyerang
wanita yang sedang
menyusui atau pada wanita
yang mengalami kerusakan
atau keretakan pada kulit
sekitar puting. Kerusakan
pada kulit sekitar puting
tersebut akan memudahkan
bakteri dari permukaan kulit
untuk memasuki duktus
yang menjadi tempat
berkembangnya bakteri dan
menarik sel-sel inflamasi.
Sel-sel inflamasi melepaskan
substansi untuk melawan
infeksi, namun juga
menyebabkan
pembengkakan jaringan dan
peningkatan aliran darah.
Perubahan ini menyebabkan
payudara menjadi merah,
nyeri, dan terasa hangat saat
perabaan.
Gambaran klinisnya
sukar dibedakan dengan
karsinoma, yaitu massa
berkonsistensi keras, bisa
melekat ke kulit, dan
menimbulkan retraksi puting
susu akibat fibrosis

28
periduktal, dan bisa terdapat
pembesaran kelenjar getah
bening aksila. Kondisi ini
diterapi dengan antibiotik.
Pada beberapa kasus,
mastitis berkembang
menjadi abses atau
kumpulan pus yang harus
dikeluarkan melalui
pembedahan.
9. Ectasia duktus Ektasia duktus
merupakan pelebaran dan
pengerasan dari duktus,
dicirikan dengan sekresi
puting yang berwarna hijau
atau hitam pekat, dan
lengket. Pada puting serta
daerah disekitarnya akan
terasa sakit serta tampak
kemerahan. Ektasia duktus
adalah kondisi yang
biasanya menyerang wanita
usia sekitar 40 sampai 50
tahun. Ektasia duktus adalah
kelainan jinak yang
walaupun begitu dapat
mengacaukan diagnosis
dengan kanker dikarenakan
benjolan yang keras di
sekitar duktus yang
abnormal akibat

29
terbentuknya jaringan parut.
Kondisi ini umumnya
tidak memerlukan tindakan
apapun, atau dapat membaik
dengan melakukan
pengkompresan dengan air
hangat dan obat-obat
antibiotik. Apabila keluhan
tidak membaik, duktus yang
abnormal dapat diangkat
melalui pembedahan dengan
cara insisi pada tepi areola.
Bukan merupakan kanker namun meningkatkan risiko terkena kanker
1. Multiple Papilloma intraduktal
papilloma adalah pertumbuhan
menyerupai kutil dengan
disertai tangkai yang tumbuh
dari dalam payudara yang
berasal dari jaringan
glandular dan jaringan
fibrovaskular. Papilloma
seringkali melibatkan
sejumlah besar kelenjar
susu. Lesi jinak yang berasal
dari duktus laktiferus dan
75% tumbuh di bawah
areola mamma ini
memberikan gejala berupa
sekresi cairan berdarah dari
puting susu. Papilloma dapat
juga ditemukan di duktus

30
yang kecil di daerah yang
jauh dari puting. Keadaan ini
seringkali tumbuh dalam
jumlah banyak dan juga
mungkin disertai hiperplasi
epitelial.
Papillomatosis
didefinisikan sebagai
minimal lima papiloma yang
jelas terpisah dalam segmen
lokal dari jaringan payudara.
Papillomatosis terjadi pada
sekitar 10% kasus papiloma
intraductal, cenderung
terjadi pada pasien yang
lebih muda daripada
papilloma soliter, dan
biasanya lokasi di perifer.
Beberapa papillomatosis
muncul di lobular duktal
terminal dan lebih sering
dikaitkan dengan
hiperplasia, atypia, DCIS,
sclerosing adenosis, dan
bekas luka radial (Debnath
et al., 2010) .
Secara klinis, pada pasien
teraba massa multipel.
Nipple discharge jarang
terlihat, terjadi sebagai
keluhan utama hanya dalam

31
sekitar 20% dari pasien.
Pada mammografi multiple
papilloma tampak bervariasi,
dapat bulat, oval, atau
lobulated berbatas tegas atau
spiculated masses dengan
atau tanpa kalsifikasi, dan
kelompok nodul (Debnath et
al., 2010).
Multiple papilloma
biasanya terjadi bilateral dan
sering terjadi rekurensi
pasca tindakan pembedahan.
Multiple papilloma sering
dikaitkan dengan karsinoma
in situ, sebanyak 10%-
37,5%. Namun meskipun
begitu, multiple papilloma
memiliki prognosis yang
baik (Debnath et al., 2010).
2. Adenosis Kelainan utama yang
sklerotik tampak ialah dominasi dari
hiperplasi epitel, tetapi dapat
Nama lain: juga ditemukan fibrosis dan
hiperplasi kelainan kistik. Kelainan ini
duktus, sering ditemukan pada usia
papillomatosis 35 - 45 tahun (Santen dan
duktus, Mansel, 2014).
sclerosing Makroskopik tampak
adenosis, suatu daerah yang
adenomatosis konsistensinya keras, tidak

32
berbatas jelas, pada
penampang dapat ditemukan
kista-kista. Gambaran tumor
dengan konsistensi keras ini
harus dibedakan dengan
karsinoma (Santen dan
Mansel, 2014).
Pada penampang karsinoma
payudara dapat ditemukan
chalk streaks, yaitu daerah
keputih-putihan yang terjadi
karena nekrosis sel-sel.
Chalk streaks tidak
ditemukan pada adenosis
(Santen dan Mansel, 2014).
Gambaran mikroskopik
menun-jukkan: Hiperplasi
intraduktus, papilomatosis
intraduktus, reduplikasi dan
proliferasi kelenjar,
pertambahan stroma (Santen
dan Mansel, 2014).
Jaringan ikat dapat
menekan duktus sehingga
lumennya menghilang dan
yang tampak hanya gencel-
gencel epitel di antara
stroma yang padat, dinamai
sclerosing adenosis.
Gambaran ini menyerupai
infiltrasi sel karsinoma.

33
Gambaran serupa, sehingga
sukar dibedakan antara
hiperplasi epitel duktus dan
karsinoma duktus,
menyebabkan adanya
pendapat bahwa jenis
mammary dysplasia
golongan ini mempunyai
insidensi yang lebih tinggi
ke arah perubahan menjadi
ganas (Santen dan Mansel,
2014).
Berbagai gambaran
patologik pada mammary
dysplasia secara klinik
penting karena 2 hal, yaitu:
- Kelainan ini
mengakibatkan
tonjolan yang harus
dibedakan dengan
karsinoma
- Predisposisi untuk
terjadinya karsinoma
Adenosis sklerosa
ditandai dengan fibrosis
intralobuler dan proliferasi
saluran epitelial kecil dan sel
myoepitel. Lesi tersebut
dapat disangka karsinoma
invasif, tetapi
kecenderungannya untuk

34
mempertahankan posisi sel
epitel dan sel myoepitel
yang saling berhadapan dan
pola pertumbuhan
lobulernya merupakan kunci
untuk mengenali sifat
jinaknya.
Apabila adenosis dan
adenosis sklerotik cukup
luas sehingga dapat diraba,
dokter akan sulit
membedakan tumor ini
dengan kanker melalui
pemeriksaan fisik payudara.
Perubahan histologis berupa
proliferasi (proliferasi
duktus) dan involusi
(stromal fibrosis, regresi
epitel). Adenosis sklerosis
dengan karakteristik lobus
payudara yang terdistorsi
dan biasanya muncul pada
mikrokista multipel, tetapi
biasanya muncul berupa
massa yang dapat terpalpasi.
Biopsi melalui aspirasi
jarum halus biasanya dapat
menunjukkan apakah tumor
ini jinak atau tidak. Namun
dengan biopsi melalui
pembedahan dianjurkan

35
untuk memastikan tidak
terjadinya kanker (Santen
dan Mansel, 2014).
3. Tumor Tumor filodes atau
phylloides dikenal dengan sistosarkoma
filodes adalah tumor
fibroepitelial yang ditandai
dengan hiperselular stroma
dikombinasikan dengan
komponen epitel. Tumor
filodes umum terjadi pada
dekade 5 atau 6. Benjolan ini
jarang bilateral (terdapat
pada kedua payudara), dan
biasanya muncul sebagai
benjolan yang terisolasi dan
sulit dibedakan dengan
FAM. Ukuran bervariasi,
meskipun tumor filodes
biasanya lebih besar dari
FAM, mungkin karena
pertumbuhannya yang cepat.
Berdasarkan pemeriksaan
histologi, diketahui bahwa
tumor filodes jinak berkisar
10%, dimana tumor filodes
ganas berkisar 40% (Cohen,
2002).
Tumor filoides
merupakan suatu neoplasma
jinak yang bersifat

36
menyusup secara lokal dan
mungkin ganas (10-15%).
Pertumbuhannya cepat dan
dapat ditemukan dalam
ukuran yang besar. Tumor
ini terdapat pada semua usia,
tapi kebanyakan pada usia
sekitar 45 tahun.
Tumor filoides adalah
tipe yang jarang dari tumor
payudara, yang hampir sama
dengan fibroadenoma yaitu
terdiri dari dua jaringan,
jaringan stroma dan
glandular. Perbedaan antara
tumor filoides dengan
fibroadenoma adalah bahwa
terdapat pertumbuhan
berlebih dari jaringan
fibrokonektif pada tumor
filoides.
Sel yang membangun
jaringan fibrokonektif dapat
terlihat abnormalitasnya di
bawah mikroskop. Secara
histologis, tumor filoides
dapat diklasifikasikan
menjadi jinak, ganas, atau
potensial ganas (perubahan
tumor ke arah kanker masih
diragukan). Tumor filoides

37
pada umumnya jinak namun
walaupun jarang dapat juga
berubah menjadi ganas dan
bermetastase (Cohen, 2002).
Tumor filoides jinak diterapi
dengan cara melakukan
pengangkatan tumor disertai
2 cm (atau sekitar 1 inchi)
jaringan payudara sekitar
yang normal. Sedangkan
tumor filoides yang ganas
dengan batas infiltratif
mungkin membutuhkan
mastektomi (pengambilan
jaringan payudara).
Mastektomi sebaiknya
dihindari apabila
memungkinkan. Apabila
pemeriksaan patologi
memberikan hasil tumor
filodes ganas, maka reseksi
komplit dari seluruh area
harus dilakukan agar tidak
ada sel keganasan yang
tersisa (Cohen, 2002).
Bukan merupakan kanker namun dapat menjadi suatu kanker
1. Ductal Ductal carcinoma in situ,
carcinoma in juga disebut intraductal
situ (DCIS) cancer, adalah proliferasi
neoplastik sel epitel duktus
yang terbatas di dalam

38
membran basalis. DCIS
murni tidak bermetastasis,
namun umumnya
berhubungan dengan
karsinoma duktus infiltratif.
Saluran menjadi tersumbat
dan membesar seiring
bertambahnya sel kanker di
dalamnya. Kalsium
cenderung terkumpul dalam
saluran yang tersumbat dan
terlihat dalam mammografi
sebagai kalsifikasi terkluster
atau tak beraturan atau
disebut kalsifikasi mikro
pada hasil mammogram
seorang wanita tanpa gejala
kanker.
DCIS dapat
menyebabkan keluarnya
cairan puting atau
munculnya massa yang
secara jelas terlihat atau
dirasakan, dan terlihat pada
mamografi. DCIS muncul
dengan dua tipe sel yang
berbeda, dimana salah satu
sel cenderung lebih invasif
dari tipe satunya. Tipe
pertama, dengan
perkembangan lebih lambat,

39
terlihat lebih kecil
dibandingkan sel normal. Sel
ini disebut solid, papillary
atau cribiform. Tipe kedua,
disebut comedeonecrosis,
terlihat sebagai sel yang
lebih besar dengan bentuk
tak beraturan. Meski tidak
dikategorikan sebagai
kanker karena masih
bersifatin situ, namun bila
kondisi ini dibiarkan tanpa
penanganan yang tepat,
kemungkinan menyebar
dapat terjadi, dan akhirnya
menjadi kanker-invasif.
DCIS sering terlihat
sebagai satu pola kalsifikasi
(penumpukan kalsium)
mikro dalam hasil
mammogram. Meski bentuk
dan ukuran kalsifikasi yang
ada diduga sebagai DCIS
oleh ahli radiology,
pemeriksaan lebih lanjut
masih diperlukan dengan
teknik core needle biopsy
atau biopsy operasi terbuka.
Pengobatan DCIS
bergantung dari kondisi tiap
wanita. Penanganan yang

40
sering dilakukan adalah
mengangkat area DCIS
dengan sedikit jaringan
disekitarnya yang belum
terserang. Selanjutnya,
pengobatan secara radiologi
disarankan untuk mematikan
sel kanker yang diduga
masih tersisa. Setelah
operasi pengangkatan
sempurna dilaksanakan,
dengan atau tanpa terapi
radiasi, tetap ada risiko
munculnya kembali DCIS.
Kadang tetap bersifat in situ,
namun tidak jarang justru
menjadi kanker payudara
yang bersifat invasif.
Untuk beberapa wanita,
dianjurkan untuk menjalani
mastektomi. Tidak ada
penanganan lebih lanjut
setelah mastektomi dan
risiko ke depan terkena
kanker payudara juga hanya
berkisar satu persen.
Payudara yang sehat harus
diperiksakan secara teratur
dengan mammografi dan uji
fisik.

41
2. Hipeplasia Kondisi ini menunjukkan
Atipikal adanya pertumbuhan
berlebihan dari sel-sel di
dalam saluran atau lobulus
dari jaringan payudara,
dengan beberapa sel tidak
lagi normal. Kondisi ini
memberikan efek yang lebih
kuat pada risiko kanker
payudara 3½ - 5 kali lebih
tinggi dari normal (Kumar,
2007). Kondisi payudara
yang termasuk dalam
kelompok ini antara lain
hiperplasia duktus atipikal
(Atypical ductal
hyperplasia/ADH) dan
hiperplasia lobular atipikal
(Atypical lobular
hyperplasia/ALH).
Perempuan dengan
riwayat keluarga kanker
payudara dengan hiperplasia
atau hiperplasia atipikal
memiliki risiko lebih tinggi
terkena kanker payudara.
Hiperplasia biasanya
didiagnosa melalui biopsi
jarum atau biopsi melalui
pembedahan. Apabila telah
didiagnosis menderita

42
hiperplasia terutama
hiperplasia atipikal, berarti
diperlukan pemantauan yang
lebih oleh dokter, misalnya
pemeriksaan fisik payudara
yang rutin dan mammografi
setiap setahun sekali. Hal ini
dikarenakan mengalami
hyperplasia akan
meningkatkan kemungkinan
untuk berkembang menjadi
kanker payudara di masa
yang akan datang.
Kanker
Kanker Kanker payudara adalah
Payudara karsinoma yang berasal dari
epitel duktus atau lobulus
payudara (Suyatno &
Pasaribu, 2014). Kanker
adalah proses penyakit yang
bermula ketika sel abnormal
diubah oleh mutasi genetik
dari DNA seluler. Sel
abnormal ini membentuk
klon dan mulai berpoliferasi
secara abnormal,
mengabaikan sinyal
mengatur pertumbuhan
dalam lingkungan sekitar sel
tersebut (Smeltzer & Bare,
2002). Kanker payudara

43
merupakan tumor malignan
yang muncul di dalam sel
pada payudara. Tumor
malignan adalah sekelompok
sel-sel kanker yang tumbuh
di dalam (terinvasi) di
seluruh jaringan atau
menyebar (metastasis) di
beberapa area pada tubuh
(American Cancer Society,
2015).
Penyakit ini adalah
penyakit heterogen yang
kemungkinan besar
berkembang sebagai hasil
dari banyak faktor (Newton
et. al., 2009). Faktor risiko
kanker payudara adalah jenis
kelamin wanita, usia dekade
keempat kehidupan, riwayat
keluarga tingkat pertama
(ibu dan saudara kandung)
menderita kanker, usia
melahirkan anak pertama
lebih dari 30 tahun berisiko
2 kali dibanding wanita yang
melahirkan usia kurang dari
20 tahun, riwayat menderita
kanker payudara, dan
predisposisi genetikal, risiko
ini berjumlah kurang dari

44
10% kanker payudara.
Menurut Otto (2005),
gambaran klinis pada kanker
payudara adalah gejala
berupa massa (terutama jika
keras, irregular, tidak nyeri
tekan) atau penebalan pada
payudara atau daerah aksila,
retraksi atau inversi puting
susu, perubahan ukuran,
bentuk atau tekstur payudara
(asimetris), pengerutan atau
pelekukan kulit disekitarnya,
kulit yang bersisik di
sekeliling putting susu.
Sedangkan gejala
penyebaran lokal atau
regional tampak kemerahan,
ulserasi, edema, atau
pelebaran vena, perubahan
peau d’orange (seperti kulit
jeruk), pembesaran kelenjar
getah bening aksila. Bukti
metastasis berupa
pembesaran kelenjar getah
bening supraklavikula dan
servikal, hasil rontgen toraks
abnormal dengan atau tanpa
efusi pleura, peningkatan
alkali fosfatase, kalsium,
dan/atau nyeri tulang

45
berkaitan dengan
penyebaran ke tulang, tes
fungsi hati abnormal, nyeri
kepala yang hebat, muntah
proyektil, kesadaran
menurun, serta penurunan
berat badan tanpa sebab
yang jelas.
Prosedur diagnosis pada
kanker payudara terdiri dari
anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan
penunjang (Suyatno &
Pasaribu, 2014). Anamnesis
bertujuan untuk
mengidentifikasi penderita,
faktor risiko, perjalanan
penyakit, tanda dan gejala
kanker payudara, riwayat
pengobatan dan riwayat
penyakit yang pernah
diderita. Pemeriksaan fisik
ditujukan untuk menentukan
karakter dan lokasi lesi.
Inspeksi dilakukan pada
kedua payudara, aksila dan
sekitar klavikula yang
bertujuan untuk identifikasi
tanda dan gejala tumor
primer dan kemungkinan
metastasis ke kelenjar getah

46
bening ataupun metastasis
jauh.
Mamografi memegang
peranan mayor dalam
deteksi dini kanker
payudara, sekitar 75%
kanker terdeteksi paling
tidak satu tahun sebelum ada
gejala atau tanda. Tipe
pemeriksaan mamografi
adalah skrining dan
diagnostik. Skrining
mamografi dilakukan pada
wanita yang asimptomatik.
Skrining mamografi
direkomendasikan setiap 1-2
tahun untuk usia 50 tahun
atau lebih. Pada kondisi
tertentu direkomendasikan
sebelum usia 40 tahun (misal
wanita yang keluarga tingkat
pertama menderita kanker
payudara). Mamografi
diagnostik dilakukan pada
wanita yang simptomatik,
tipe ini lebih rumit dan
digunakan untuk
menentukan ukuran yang
tepat, lokasi abnormalitas
payudara, untuk evaluasi
jaringan sekitar dan getah

47
bening sekitar payudara.
Modalitas terapi kanker
payudara secara umum
meliputi: operasi
(pembedahan), kemoterapi,
radioterapi, terapi hormonal
dan terapi target (Suyatno &
Pasaribu, 2014).

48
DAFTAR PUSTAKA

America Cancer Society. 2015. Breast cancer facts and figures. Diakses 16
September 2016 dari
http://www.cancer.org/research/cancerfactsstatistics/cancerfactsfigures20
15/index.
Cohen S.M, Aft R.L, and Eberlein T.J. 2002. Breast Surgery. In: Doherty G.M et
all, ed. The Washington Manual of Surgery. Third edition. Philadelphia:
Lippincott Williams and Wilkins. p 40.
Debnath D, Al-Okati D, Ismail W. 2010. Multiple papillomatosis of breast and
patient’s choice of treatment. Patholog Res Int. 2010; 2010: 540590.
Guray M, Sahin AA. 2006. Benign Breast Diseases: Classification, Diagnosis, and
Management. The Oncologist. 2006;11:435–449.
Hughes LE, Mansel RE, Webster DJT. Infection of the breast. Benign disorders

and diseases of the breast. London, Baillière Tindal, 1989:143­149. 
Jabari M. 2015. Galactocele: A rare case of breast enlargement among children.
Curr Pediatr Res. 2015; 19: 33-35.
Kumar, V., Cotran R.S., Robbins S.L., 2007. Sistem Genetelia Perempuan dan
Payudara. Dalam: Hartanto ,H. Darmaniah, Wulandari.(eds). Buku Ajar
Patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC. 788-801.
Newton, Susan, Hickey, Margaret, Marrs, Joyce. 2009. Oncology nursing advisor.
Canada: Elsevier.
Otto, SE. 2005. Buku saku keperawatan onkologi. Jakarta: EGC.
Santen R, Mansel R. 2005. Benign breast disorder. The New England Journal of
Medicine, 353: 275-85.
Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2002. Buku ajar keperawatan medikal
bedah edisi 8. Jakarta: EGC.
Suyatno, Pasaribu ET. 2014. Kanker Payudara. Dalam : Bedah Onkologi
Diagnosis dan Terapi Edisi 2. Sagung Seto Jakarta 2014: 39-86.

49

Anda mungkin juga menyukai