Anda di halaman 1dari 3

TUGAS KULIAH

GEOWISATA

“ERUPSI GUNUNG KRAKATAU 1883”

Dian Abby Yoga


1606895732

Program Studi Geologi


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
2019
Krakatau merupakan kepulauan gunung api yang ada di Selat
Sunda . Gunung ini terbentuk sebagai hasil dari penunjaman lempeng
(subduksi) indo-australia dengan Eurasia. Walaupun ukurannya yang
lebih kecil daripada gunung api lainnya yang ada di Indonesia,
Krakatau merupakan salah satu gunung api yang dapat menghasilkan
letusan yang sangat eksplosif (VEI 6 dengan tipe letusan Surtseyan
dan Ultra-Plinian), salah satunya adalah Erupsi Krakatau pada tahun 1883
Letusan Krakatau menghasilkan shockwave dengan kecepatan 1,086 km/h (675 mph)
dan tekanan tercatat sebesar 8.5 kilopascals 160 km dari daerah letusan. Letusan ini
diperkirakan menghasilkan energy sebesar 400 megaton TNT, atau setara dengan 20.000 bom
Hiroshima. Selain itu gemuruh dari letusan diperkirakan
mencapai 310 desibel, cukup keras untuk didengar dengan
jelas 5.000 kilometer (3.100 mil) jauhnya (Sejauh Perth,
Australia), sehingga memecahkan gendang telinga para
nelayan 64 km (40 mil) jauhnya di Selat Sunda. Tsunami
juga dihasilkan dari letusan tersebut, akibat kombinasi
ledakan hasil erupsi, tanah longsor pada lereng gunung,
runtuhnya kaldera, dan tanah longsor dibawah air. Terbawanya koral seberat 600 ton ke
pesisir daerah Banten menunjukkan besarnya energi tsunami yang dihasilkan dan tsunami ini
menghasilkan gelombang setinggi 46 m menghancurkan kota Merak. Selain itu, hasil letusan
gunung Krakatau seperti aliran awan panas (pyroclastic surge) juga ikut serta menghancurkan
daerah sekitar, seperti pada daerah Ketimbang, dimana hujan abu panas merenggut 1,000
jiwa dan merenggut seluruh nyawa di Pulau Sebesi.
Selain dampak bersifat local, letusan Krakatau 1883
berdampak secara global dari segi iklim dimana rata-rata suhu
musim panas Belahan Bumi Utara turun sebanyak 1,2 ° C. Pola
cuaca terus kacau selama bertahun-tahun hingga 1888,
menghasilkan suhu dingin di bumi karena sinar matahari tidak
menembus awan yang bercampur dengan material vulkanik
Krakatau. Material letusan juga menimbulkan efek optic pada
langit di seluruh dunia, menghasilkan warna langit berwarna
kemerahan dan bulan terlihat berwarna biru atau hijau. Kejadian ini diabadikan dalam lukisan
“The Scream” oleh Edvard Munch pada tahun 1893 yang menggambarkan langit Norwegia
setelah erupsi Krakatau.
DAFTAR PUSTAKA

Winchester, Simon. (2003). Krakatoa: The Day the World Exploded, August 27, 1883.
Penguin/Viking.
Bradley, Raymond S. (1988). "The explosive volcanic eruption signal in northern hemisphere
continental temperature records". Climatic Change. 12(3): 221–243
Pararas-Carayannis, G. (2003). “NEAR AND FAR-FIELD EFFECTS OF TSUNAMIS
GENERATED BY THE PAROXYSMAL ERUPTIONS, EXPLOSIONS, CALDERA
COLLAPSES AND MASSIVE SLOPE FAILURES OF THE KRAKATAU VOLCANO IN
INDONESIA ON AUGUST 26-27, 1883”. The International Journal of The Tsunami Society
Volume 21 Number 4. 191
Gambar diambil dari googleimages.com, diakses pada tanggal 25 Februari 2019. 21:06 WIB

Anda mungkin juga menyukai