Anda di halaman 1dari 10

PSIKOTIK

KLASIFIKASI GANGGUAN PSIKOTIK

1. Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya

a.Skizofrenia

Memenuhi criteria umum diagnosis skizofrenia, dimana adanya gejala-gejala khas tersebut
telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
non psikotik prodromal).

b.Gangguan Skizotipal

Tidak terdapat onset yang pasti dan perkembangan serta perjalanannya biasanya menyerupai
gangguan kepribadian.

c.Gangguan Waham Menetap

Kelompok ini meliputi gangguan dengan waham-waham yang berlangsung lama (paling
sedikit selama 3 bulan) sebagai satu-satunya gejala klinis yang khas atau yang paling mencolok
dan tidak dapat digolongkan sebagai gangguan mental organic, skizofrenia atau gangguan
efektif.

d.Gangguan Psikotik Akut dan Sementara

Memiliki onset yang akut (dalam masa 2 minggu), kesembuhan yang sempurna biasanya
terjadi dalam 2-3 bulan, sering dalam beberapa minggu atau bahkan beberapa hari, dan hanya
sebagian kecil dari pasien dengan gangguan ini berkembang menjadi keadaan yang menetap
dan berhendaya.

e.Gangguan Waham Induksi

Dua orang atau lebih mengalami waham atau system waham yang sama, dan saling
mendukung dalam keyakinan waham itu. Yang menderita waham orisinil (gangguan psikotik)
hanya satu orang, waham tersebut terinduksi (mempengaruhi) lainnya, dan biasanya
menghilang apabila orang-oarang tersebut dipisahkan. Hampir selalu orang-orang yang terlibat
mempunyai hubungan yang sangat dekat.

Jika ada alasan untuk percaya bahwa duaorang yang tinggal bersama mempunyai gangguan
psikotik yang terpisah, maka tidak satupun diantaranya boleh dimasukkan dalam kode
diagnosis ini.

f.Gangguan Skizoafektif

Merupakan gangguan yang bersifa episodic dengan gejala afektif dan skizofrenik yang sama-
sama menonjol dan secara bersamaan ada dalam episode yang sama.

g.Gangguan Psikotik Non-Organik Lainnya

Gangguan psikotik yang tidak memenuhi criteria untuk skizofrenia atau untuk gangguan afektif
yang bertipe psikotik, dan gangguan-gangguan yang psikotik yang tidak memenuhi kriteria
gejala untuk gangguan waham menetap.

2. Gangguan Suasana Perasaan (Mood {Afektif})

a.Episode Manik

Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan
kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan.

b.Gangguan Afektif Bipolar

Gangguan ini bersifat episode berulang (sekurang-kurangnya 2 episode) dimana afek pasien
dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada wktu tertentu terdiri dari peningkatan afek
disertai penembahan energy dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa
penurunan afek disertai pengurangan energy dan aktivitas (depresi)

c. Episode Depresi

Gejala utama berupa afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya
energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas. Pada
episode depresi, dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan sekurang-kurangnya 2
minggu untuk menegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika
gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.

d.Gangguan Depresif Berulang

Terbagi atas episode depresi ringan, episode depresi sedang dan episode depresi berat. Masing-
masing episode tersebut rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi frekuensinya lebih jarang
dibandingkan dengan gangguan bipolar.

e.Gangguan Suasana Perasaan Menetap

Terbagi atas

1. Skilotimia : ciri esensialnya adalah ketidak-stabilan menetap dari afek(suasana perasaan),


meliputi banyak periode depresi ringan dan hipomania ringan,diantaranya tidak ada yang
cukup parah atau cukup lama untuk memenuhi criteria gangguan afektif bipolar.
2. Distimia: cirri esensialnya ialah afek depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak
pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi criteria gangguan depresif berulang
ringan atau sedang.

f.Gangguan Suasana Perasaan Lainnya

Kategori sisa untuk gangguan suasana perasaan menetap yang tidak cukup parah atau tidak
berlangsung lama untuk memenuhi criteria skilotimia dan distimia.

GEJALA- GEJALA PSIKOTIK

A. Gangguan/ gejala Psikotik Akut


Gambaran Utama Perilaku
 Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :
 Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
 Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
 Kebingungan atau disorientasi
 Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan
berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa
serta marah-marah atau memukul tanpa alasan.

Pedoman Diagnostik

Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai berikut :

 Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya,


mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada
bendanya)
 Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh
kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh
tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang
lain).
 Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
 Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
 Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)

B. Gangguan Psikotik kronik


Gambaran Perilaku
Untuk menetapkan diagnosa medik psikotik kronik data berikut merupakan perilaku utama
yang secara umum ada.
 Penarikan diri secara social
 Minat atau motivasi rendah, pengabaian diri
 Gangguan berpikir (tampak dari pembicaraan yang tidak nyambung atau aneh)
 Perilaku aneh seperti apatis, menarik diri, tidak memperhatikan kebersihan yang
dilaporkan keluarga

Perilaku lain yang dapat menyertai adalah :

 Kesulitan berpikir dan berkonsentrasi


 Melaporkan bahwa individu mendengar suara-suara
 Keyakinan yang aneh dan tidak masuk akal seperti : memiliki kekuatan supranatural,
merasa dikejar-kejar, merasa menjadi orang hebat/terkenal
 Keluhan fisik yang tidak biasa/aneh seperti : merasa ada hewan atau objek yang tak
lazim di dalam tubuhnya
 Bermasalah dalam melaksanakan pekerjaan atau pelajaran Untuk lebih jelasnya
mengenai psikotik kronik, disini dapat dijelaskan melalui skizofrenia Dimana
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang kronik, pada orang yang mengalaminya
tidak dapat menilai realitas dengan baik dan pemahaman diri buruk. Gejala klinis dari
skizofrenia dapat dilihat di bawah ini:
 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda ; atau
“thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari
luar dirinya (withdrawal); dan
“thought broadcasting”= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya;
b. “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
“delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk
kepergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus);
“delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifat mistik atau mukjizat;
c. Halusinasi auditorik:
- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
- jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
mahluk asing dan dunia lain)
 Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a. halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-
valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus;
b. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
c. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan
stupor;
d. gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
danrespons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
 Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overallquality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.

GANGGUAN PSIKOTIK ATIPIKAL LAIN

Psikosis Autoskopik

Penjelasan klasik mengenai fenomena menyatakan bahwa pada sebagian besar kasus
sindroma tidak progresif maupun tidak menimbulkan ketidakmampuan.

Sindroma Capgras

Gejala sindroma ini berespon terhadap terapi. Tetapi jika pasien memiliki gejala
sindroma Capgras sebagai gejala tunggal dari gangguan psikotiknya, klinis harus melakukan
pemeriksaan neuropsikologis yang luas untuk mengidentifikasi adanya lesi organik yang
mungkin menyebabkan sindroma.

Sindroma Cotard

Sindroma biasanya berlangsung hanya beberapa hari sampai minggu dan berespon
terhadap pengobatan yang diarahkan pada gangguan dasar. Bentuk sindroma jangka panjang
biasanya berhubungan dengan sindroma yang menyebabkan demensia, seperti demensia tipe
Alzheimer.

GANGGUAN PSIKOTIK LAIN YANG TIDAK DITENTUKAN

Psikosis Pascapersalinan

Perjalanannya mirip dengan orang pada gangguan mood. Secara spesifik, gangguan mood
biasanya merupakan gangguan episodik, dan pasien dengan psikosis pasca persalinanmengalami
episode gejala lainnya dalam satu atau dua tahun setelah persalinan. Kehamilan selanjutnya
adalah berhubungan dengan peningkatan resiko menderita episode lainnya.

Gangguan Skizofreniform

Prognosis gangguan skizofreniform adalah bervariasi, sesuai kenyataan yang dijawab


didalam DSM-IV dengan membedakan pasien dengan dan tanpa ciri prognostik yang baik. Ciri
prognostik baik yang dinyatakan di DSM-IV digali dari literatur. Tetapi keabsahan ciri tersebut
telah dipertanyakan. Konfusi atau kebingungan pada puncak episode psikotik adalah ciri yang
paling baik dihubungkan dengan hasil akhir yang baik. Keabsahan ciri lain masih tidak pasti.

Di samping itu, semakin singkat episode penyakit, semakin baik prognosisnya. Terdapat resiko
bunuh diri yang bermakna. Mereka kemungkinan memiliki suatu periode depresi ringan setelah
periode psikotik, san psikoterapi ditujukan untuk membantu pasien mengerti episode psikotik
tampaknya memperbaiki prognosis dan kecepatan pemulihan pasien. Perawatan di rumah sakit
seringkali diperlukan dalam pengobatan pasien dengan gangguan skizofreniform.

Perawatan di rumah sakit memungkinkan pemeriksaan, pengobatandan pengawasan yang efektif


terhadap perilaku pasien. Gejala psikotik biasanya dapat diobati oleh pemberian obat antipsikotik
selama tiga sampai enam bulan. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pasien dengan
gangguan skizofreniform berespon secara jauh lebih cepat terhadap terapi antipsikotik
dibandingkan dengan pasien skizofrenik. Satu penelitian telah menemukan bahwa kira-kira
tigaperempat dari pasien dengan gangguan skizofreniform, dibandingkan dengan hanya
seperlima pasien skizofrenik, berespon terhadap medikasi antipsikotik dalam delapan hari.
Terapi elektrokonvulsif (ECT;electroconvulsive therapy) mungkin diindikasikan untuk beberapa
pasien, khususnya pasien yang dengan ciri katatonik atau terdepresi yang nyata. Percobaan
pemberian lithium (Eskalith), atau valproate (Depakene) mungkin diperlukan untuk pengobatan
dan pencegahan (profilaksis) jika pasien memiliki episode yang rekuren. Psikoterapi biasanya
diperlukan untuk membantu pasien mengintegrasikan pengalaman psikotik ke dalam
pengertiannya tentang pikiran, otak dan kehidupan.

Gangguan Skizoafektif

Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis di


pertengahan antara prognosis pasien skizofrenia dan prognosis pasien dengan gangguan mood.

Prognosisnya jauh lebih buruk daripada pasien dengan gangguan depresif, lebih buruk dari pada
pasien dengan gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik dari pada pasien
dengan skizofrenia. Insidensi bunuh diri di antara pasien dengan gangguan skizoafektif
diperkirakan sekurangnya 10%.
Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah perawatan di rumah sakit,
medikasi, dan intervensi psikososial. Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk
gangguan psikoafektif adalah bahwa protokol anti depresan dan antimanik diikuti jika semuanya
diindikasikan dan bahwa antipsikotik digunakan hanya jika diperlukan untuk pengendalian
jangka pendek. Jika protokol thymoleptic tidak efektif di dalam mengendalikan gejala atas dasar
berkelanjutan, medikasi antipsikotik dapat diindikasikan. Pasien dengan gangguan skizoafektif,
tipe bipolar, harus mendapatkan percobaan lithium, carbamazepine (Tegretol), valproate
(Depakene), atau suatu kombinasi obat-obat tersebut jika satu obat saja tidak efektif. Pasien
dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif, harus diberikan percobaan antidepresan dan terapi
elektrokonvulsif (ECT) sebelum mereka diputuskan tidak responsif terhadap terapi antidepresan.

Gangguan Delusional

Gangguan delusional diperkirakan merupakan diagnosis yang cukup stabil. Kurang dari
25% dari semua pasien gangguan delusional menjadi skizofrenia, kurang dari 10% menjadi
gangguan mood. Kira-kira 50% pasien pulih pada follow-up jangka panjang, 20% lainya
mengalami penurunan gejalanya dan 30% lainnya tidak mengalami perubahan. Pasien dengan
waham kejar, somatik dan erotik diperkirakan memiliki prognosis yang lebih baik daripada
pasien dengan waham kebesaran dan cemburu.

Pada umumnya, pasien dengan gangguan delusional dapat diobati atas dasar rawat jalan. Tetapi,
klinis harusi harus mempertimbangkan perawatan di rumah sakit karena sejumlah alas an
tertentu. Pertama, diperlukan pemeriksaan medis dan neurologis yang lengkap pada diri pasien
untuk menentukan apakah terdapat kondisi medis nonpsikiatrik yang menyebabkan gangguan
delusional. Kedua, pasien perlu diperiksa tentang kemampuannya mengendalikan impuls
kekerasan, seperti bunuh diri dan membunuh, hal tersebut mungkin berhubungan dengan
material waham. Ketiga, perilaku pasien tentang waham mungkin secara bermakna telah
mempengaruhi kemampuannya untuk berfungsi di dalam keluarga atau pekerjaannya, dengan
demikian memerlukan intervensi professional untuk menstabilkan hubungan sosial atau
pekerjaan Jika dokter yakin bahwa pasien akan paling baik jika diobati di rumah sakit, harus
diusahakan untuk membujuk pasien supaya menerima perawatan di rumah sakit; jika hal tersebut
gagal, komitmen hukum mungkin diindikasikan. Seringkali, jika dokter meyakinkan pasien
bahwa perawatan di rumah sakit adalah diperlukan, pasien secara sukarela masuk ke rumah sakit
untuk menghindari komitmen hukum.

Gangguan Psikotik Singkat

Pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik singkat memiliki prognosis yang cukup
baik. Kecil kemungkinannya untuk menderita episode selanjutnya dan skizofrenia atau suatu
gangguan mood.

Jika seorang pasien psikotik secara akut, perawatan singkat di rumah sakit mungkin diperlukan
untuk pemeriksaan dan perlindungan pasien. Pemeriksaan pasien membutuhkan monitoring ketat
terhadap gejala dan pemeriksaan tingkat bahaya pasien terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
Di samping itu, lingkungan rumah sakit yang tenang dan terstruktur dapat membantu pasien
memperoleh kembali rasa realitasnya. Sambil klinisi menunggu lingkungan dan obat
menunjukkan efeknya, pengurungan, pengikatan fisik, atau monitoring berhadap-hadapan
dengan pasien mungkin diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai