Anda di halaman 1dari 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 46 tahun keatas. Lansia
merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang
disebut Aging Process atau proses penuaan.

Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan


menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya
tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian
misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan,
endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia
sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan
psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan social lansia. Sehingga
secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living.

2.2. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.15

Terdapat dua macam hipertensi, yaitu hipertensi esensial (primer) dan sekunder.
Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui etiologinya.1 Tidak ada
penyebab yang jelas tentang hipertensi primer, sekalipun ada beberapa teori yang
menunjukkan adanya faktor-faktor genetik, perubahan hormon, dan perubahan
simpatis. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diakibatkan dari penyakit atau
gangguan tertentu. Sebanyak 90% dari semua kasus hipertensi adalah primer.15

7
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Hipertensi ini sering ditemukan pada lansia. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang
mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan
diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan
menurun drastis. Hal ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di tubuh yang mempengaruhi
jantung, pembuluh darah dan hormon.15,16

2.3. Etiologi dan Patogenesis Hipertensi


Hipertensi primer merupakan penyakit yang bukan hanya disebabkan oleh satu macam mekanisme,
akan tetapi bersifat multi-faktorial, yang timbul akibat dari interaksi dari berbagai macam faktor risiko.
Berbagai faktor dan mekanisme tersebut antara lain : faktor genetik dan lingkungan, mekanisme neural,
renal, hormonal dan vaskular. Faktor risiko tersebut antara lain : diet dan asupan garam, stres, ras,
obesitas, merokok, dan genetik.15

 Mekanisme neural.
Aktivitas berlebih dari sistim saraf simpatis mempunyai peranan yang penting pada awal
terjadinya hipertensi primer. Pada awalnya terjadi peningkatan denyut jantung, curah jantung, kadar
norepinefrin (NE) plasma dan urin, berlebihnya NE ditingkat regional, rangsangan saraf simpatis post
ganglion dan reseptor α-adrenergik menyebabkan vasokonstriksi di sirkulasi perifer. Meningkatnya
aktivitas saraf simpatis ini sulit diukur secara klinis. Pengukuran kadar NE plasma dan denyut jantung
tidak dapat dipakai untuk mengukur aktivitas saraf simpatis yang meningkat. Untuk mengukur
aktivitas ini dapat dipakai dengan mengukur kadar NE yang berlebih di tingkat regional dengan
radiotracer dan microneurography.15
 Mekanisme renal.
Ginjal merupakan salah satu faktor yang ikut berperan dalam patogenesis terjadinya hipertensi.
Sebaliknya, hipertensi dapat menyebabkan terjadinya kelainan pada ginjal. Dasar dari semua kelainan
yang ada pada hipertensi adalah menurunnya kemampuan ginjal untuk mengekskresikan kelebihan
natrium yang pada diet tinggi garam. Retensi natrium dapat meningkatkan tekanan darah melalui
dua cara, yaitu :
- Volume-dependent mechanism : autoregulasi dan produksi dari endogenous quabain-like
steroids.
- Volume-independent mechanism : angiotensin memberikan efek pada sistim saraf pusat,
peningkatan aktivitas saraf simpatis, peningkatan kontraktilitas sel otot polos pembuluh darah

8
Universitas Muhammadiyah Jakarta
dan hipertrofi mioblast jantung, peningkatan produksi nuclear factor (NF)-β, peningkatan
ekspresi AT1R di ginjal serta peningkatan transforming growth factor (TGF)-β.
 Mekanisme vaskular.
Perubahan struktur dan fungsi pembuluh darah kecil dan besar memegang peranan penting saat
mulai terjadinya dan progresifitas hipertensi. Pada beberapa keadaan didapatkan peningkatan
tahanan pembuluh darah perifer dengan curah jantung yang normal. Terjadi gangguan keseimbangan
antara faktor yang menyebabkan terjadinya dilatasi dan konstriksi pembuluh darah.15
- Mekanisme vasokonstriksi ditingkat seluler : mekanisme ditingkat seluler juga berperan pada
patogenesis hipertensi primer, meskipun tidak didapatkan kelainan pada ginjal. Meningkatnya
cytosolic calcium pathway menyebabkan terjadinya kontraksi pada otot polos pembuluh darah.
- Disfungsi endotel : lapisan endotel pembuluh darah merupakan faktor yang sangat berperan
dalam menjaga kesehatan pembuluh darah, dan merupakan lapisan utama pertahanan terhadap
aterosklerosis dan hipertensi. Keseimbangan tonus pembuluh darah diatur oleh modulator
vasodilatasi dan vasokonstriksi. Gangguan pada keseimbangan tonus ini juga ikut berperan pada
patogenesis hipertensi primer. Adanya disfungsi endotel merupakan penanda yang khas dari
suatu hipertensi dan risiko dari suatu kejadian kardiovaskuler. Keadaan ini ditandai dengan
menurunnya faktor yang menyebabkan relaksasi pembuluh darah yang dihasilkan oleh endotel,
seperti Nitric Oxide (NO), dan meningkatnya faktor yang menyebabkan terjadinya vasokonstriksi
seperti faktor proinflamasi, protrombotik dan growth factors.
- Remodeling vaskular : seiring dengan berjalannya waktu, disfungsi endotel, aktivasi
neurohormonal, inflamasi vaskular dan meningkatnya tekanan darah akan menyebabkan
perubahan pada pembuluh darah/remodeling vaskular yang makin memperberat hipertensi.
Gambaran khas dari keadaan ini adalah menebalnya dinding media arteri, sehingga terjadi
peningkatan ratio antara media dan lumen, pada arteri besar dan kecil. Sistim renin angiotensin
aldosteron (RAA) merupakan faktor yang dominan yang berperan dalam remodeling ini.

9
Universitas Muhammadiyah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai