Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional Royal (SENAR) 2018 ISSN 2622-9986 (cetak)

STMIK Royal – AMIK Royal, hlm. 591 – 596 ISSN 2622-6510 (online)
Kisaran, Asahan, Sumut - 3 September 2018

STEREOTIPE PERAN GENDER KOMUNITAS NELAYAN DALAM MENGHADAPI


KERENTANAN HIDUP DI KOTA BENGKULU

Sri Narti1, Fera Indasari2


1,2
Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Dehasen Bengkulu
email : 1srinarti756@gmail.com, 2Fera.mugh4l@gmail.com

Abstrak:Aktivitas nelayan di Indonesia, menunjukkan bahwa kegiatan melaut semua dilakukan oleh laki-laki,
keterlibatan perempuan hanya pada persiapan bekal makanan, dan kegiatan pasca tangkap yaitu pelelangan,
pengolahan serta pemasaran. Artinya, pembagian kerja gender masih berdasarkan kepantasan pekerjaan
perempuan dan laki-laki, Handayani, dkk (2015). Penelitian ini membahas tentang stereotipe gender dalam
komunitas nelayan ketika menghadapi kerentanan hidup di Kota Bengkulu.Objek penelitian ini adalah komunitas
nelayan Kota Bengkulu. Penelitian dianalisis dengan menggunakan teori stereotipe gender yang menekankan pada
relasi dan peran gender yang tidak sama sehingga menyebabkan tingkat kerentanan terhadap laki-laki dan
perempuan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui stereotipe peran gender wanita dalam komunitas nelayan di
Kota Bengkulu. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa adanya perubahan stereotipe seiring berjalannya waktu,dimana banyak wanita pada komunitas
nelayan ikut membantu suami dalam menjalankan tugas mencari nafkah akan tetapi pergerseran stereotipe ini
masih dikatakan tidak adil, karena banyak dari kaum laki-laki pada komunitas nelayan yang bisa menerima bahwa
perempuan mampu mencari nafkah akan tetapi laki-laki tetap pada stereotipe lama bahwa pekerjaan rumah tangga
merupakan pekerjaan kaum wanita dan anti untuk dilakukan oleh kaum laki-laki.

Kata Kunci : Stereotipe, Gender, Komunitas Nelayan

PENDAHULUAN Ditetapkannya Undang-undang Nomor 7


Tahun 2016 Tentang Perlindungan dan
Nelayan merupakan salah satu pekerja Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan dan
sektor informal yang umumnya kita temukan Petambak Garam 2016 merupakan kabar baik
disekitar kawasan pesisir laut, sebagaimana di bagi komunitas nelayan dalam menghadapi
Pasar Bengkulu (Yessilia Osira etc: 2015). kerentanan hidupnya. Meskipun demikian
Penelitian ini dilakukan pada komunitas nelayan perundang-undangan tersebut harus dilaksanakan
di Kota Bengkulu. Sebagaimana pekerja sektor sesuai dengan situasi dan kondisi kehidupan
informal lain, mereka mengalami berbagai nelayan di wilayah masing-masing.
resiko dan kerentanan – kerentanan dalam Seiring waktu, perempuan dituntut
kehidupannya. Kondisi ini sesuai dengan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan
International Conference of Labour Statisticians sosial sekitar, sehingga ekonomi, budaya dan
(ICLS) 1993 dalam ILO (2002) yang memberi kondisi alam setempat, agro-ekologi serta model
definisi bahwa informal sektor adalah : politik sering mempengaruhi alokasi tenaga kerja
"Unit engaged in the production of goods and dan tanggung jawab antara laki-laki dan
services with the primary objective of generating perempuan di rumah tangga. Aktivitas nelayan di
employment and incomes to the person involved. Indonesia, menunjukkan bahwa kegiatan melaut
This unist typically operate at a low level of semua dilakukan oleh laki-laki, keterlibatan
organization, with little or no division between perempuan hanya pada persiapan bekal
labour and capital as faktors of production and makanan, dan kegiatan pasca tangkap yaitu
on a small scale. Labour relation- where they pelelangan, pengolahan serta pemasaran.
exist- are based mostly on casual employment, Artinya, pembagian kerja gender masih
kinship or personal, and sosial relation rather berdasarkan kepantasan pekerjaan perempuan
than contractual arrangements with formal dan laki-laki, Handayani, dkk (2015).
guarantees."
Seminar Nasional Royal (SENAR) 2018 ISSN 2622-9986 (cetak)
STMIK Royal – AMIK Royal, hlm. 591 – 596 ISSN 2622-6510 (online)
Kisaran, Asahan, Sumut - 3 September 2018

Menurut Bell dan Blaeure dalam Sari domestik maupun masyarakat. Berdasarkan
(2010: 174), Gender didefinisikan sebagai gender terhadap relasi dan peranan gender yang
harapan masyarakat mengenai pria dan wanita timbul di komunitas nelayan dapat dilihat bahwa
yang telah dikonstruksikan. Selain itu Butler peran yang dimainkan oleh laki-laki dan
(2002) menyebutkan bahwa gender sengaja perempuan tidaklah sama. Bahkan perempuan
dibangun disesuaikan dengan budaya yang ada, memainkan peran yang lebih banyak
bukan terjadi secara alamiah. Melalui komunitas dibandingkan laki-laki. Hal ini membuktikan
nelayan ini, muncul lah stereotipe gender. bahwa peran gender ternyata menimbulkan
Menuurt A. Samovar & E. Porter (dalam masalah yakni ketidakadilan gender. Berbagai
Mulyana, 2000: 218) stereotipe adalah persepsi bentuk ketidakadilan yang ditimbulkan oleh
atau kepercayaan yang dianut mengenai adanya asumsi gender meliputi marginalisasi
kelompok atau individu berdasarkan pendapat perempuan, subordinasi perempuan, stereotipe
dan sikap yang lebih dulu terbentuk. Keyakinan terhadap perempuan, kekerasan terhadap
ini menimbulkan penilaian yang cenderung perempuan, dan beban ganda bagi perempuan
negatif bahkan merendahkan orang lain (Fakih, 2013).
Perbedaan tingkat kerentanan dalam Ada beberapa pengertian tentang gender.
Komunitas Nelayan di Kota Bengkulu, dapat Salah satunya adalah menurut Fakih dalam
dilihat dari kemampuan dan keikutsertaan “Gender sebagai alat analisis sosial”, Gender
perempuan dalam melakukan kegiatan produksi adalah interpretasi atau penafsiran masyarakat
mengelola hasil tangkapan ikan milik mereka tentang peranan, fungsi, dan tanggung jawab
sendiri yang hasilnya dapat dijual sedangkan antara perempuan dan laki-laki yang terbentuk
laki-laki bekerja di kapal orang lain. Tidak hanya dalam jangka waktu lama sesuai dengan
itu, perempuan juga bekerja sampingan seperti perkembangan zaman dan lingkungan tempat
berjualan gorengan ataupun makanan lainnya, tinggal masyarakat sehingga menjadi suatu
berjualan baju, bercocok tanam sayur mayur dan kebudayaan yang dapat mempengaruhi interaksi
bahkan ada yang menjadi pembantu rumah antar masyarakat, termasuk interaksi antara laki-
tangga walaupun digaji murah oleh majikannya. laki dan perempuan (Fakih, 2013).
Sehingga perempuan mendapatkan penghasilan Sangatlah menarik bagi peneliti untuk
tambahan guna membantu perekonomian mengkaji perbedaan tingkat kerentanan antara
keluarga dikarenakan faktor ekonomi keluarga laki-laki dan perempuan yang akan dilihat dari
yang menjadi tidak menentu akibat dari perspektif stereotipe gender. Penelitian ini
perubahan iklim. Perubahan iklim mengasumsikan adanya kekerasan personal dan
mempengaruhi produktifitas hasil nelayan struktural tertentu terhadap perempuan pada
sehingga berdampak pada penurunan pendapatan komunitas nelayan dalam menghadapi
keluarga. Adanya keyakinan masyarakat bahwa kerentanan hidup. Berdasarkan latar belakang di
laki-laki adalah pencari nafkah (breadwinner) atas, maka penelitian ini memfokuskan
menyebabkan setiap pekerjaan yang dikerjakan penelitian tentang “Bagaimana stereotipe peran
oleh perempuan dinilai hanya sebagai tambahan gender wanita komunitas nelayan di Kota
sehingga boleh dibayar rendah (Fakih, 2013). Bengkulu.”
Untuk itu, Yohana Yembise selaku Menteri
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak (PPPA). Melalui kerangka konvensi PBB METODOLOGI
untuk Perubahan Iklim (UNFCCC), Yohana
menambahkan, Indonesia juga sudah secara aktif Penelitian ini dirancang bersifat deskriptif,
menyampaikan pentingnya pemberdayaan dengan pendekatan kualitatif. Metode Penelitian
perempuan dalam berbagai kebijakan perubahan ini menggunakan analisis gender. Menurut
iklim (www.news.republika.co.id). Namun, Nawawi (2012: 63) bahwa metode deskriptif
realitanya masih saja kaum perempuan diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah
khususnya komunitas nelayan di Kota Bengkulu yang diselidiki dengan menggambarkan atau
masih kurang dilibatkan baik di lingkungan obyek yang diteliti, seperti individu, lembaga,
Seminar Nasional Royal (SENAR) 2018 ISSN 2622-9986 (cetak)
STMIK Royal – AMIK Royal, hlm. 591 – 596 ISSN 2622-6510 (online)
Kisaran, Asahan, Sumut - 3 September 2018

masyarakat dan lain-lain, pada saat sekarang tersebut dan merasa bahwa dengan melakukan
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau pekerjaan tersebut setidaknya perempuan dapat
sebagaimana adanya. memberikan bantuan dalam pemenuhan
Pengumpulan data dilakukan dengan cara kebutuhan ekonomi keluarga. Komunitas
wawancara dengan para informan terpilih, nelayan di Kota Bengkulu khususnya para laki-
observasi dan dokumentasi sehingga data yang laki sudah mulai berfikir untuk mengizinkan
peneliti peroleh benar-benar data baik yang istrinya untuk membantu dalam kegiatan nelayan
diperoleh dari lapangan secara langsung. Teknik meskipun tidak seutuhnya. Namun kegiatan
analisa data dalam penelitian ini adalah analisis nelayan masih dibatasi karena masyarakat
mengumpulkan model interaktif. Dalam model setempat masih merasa bahwa nelayan
ini terdapat 3 (tiga) komponen analisis, yaitu: merupakan pekerjaan yang berat dan berbahaya
reduksi, sajian data dan penarikan kesimpulan bagi kaum perempuan. Hampir seluruh informan
(Miles & Hubberman, 2014: 16), selanjutnya laki-laki yang berprofesi sebagai nelayan
analisis memadukan cara interaktif terhadap mengaku bahwa mereka menyetujui apabila
ketiga komponen utama yang dimaksud. istrinya membantu dalam mencari nafkah akan
tetapi pada praktiknya, para nelayan tidak pernah
mengizinkan istrinya untuk benar-benar terjun ke
PEMBAHASAN lapangan seperti melakukan pelayaran. Berikut
hasil kutipan wawancara penulis dengan
Dalam kehidupan sehari-hari, beberapa informan yaitu:
pesisir/pantai dan laut merupakan pusat kegiatan Pak Adi, “... istri ikut membantu, bantu
bagi masyarakat di lokasi penelitian. Laut jual ikan dipasar minggu, kalo sisa idak laku
merupakan tempat sumber penghidupan untuk ibuk membelah ikan dan dikeringkan,
memperoleh penghasilan sebagai nelayan adalah pendapatan nelayan ko pas-pasan,.”
melaut mencari ikan. Pak Adi mengizinkan istrinya karena
Kelurahan Pasar Bengkulu merupakan beliau beranggapan bahwa kehidupan yang
wilayah Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu rentan seperti saat ini maka ada baiknya apabila
yang merupakan Kawasan Kampung nelayan istri membantu dalam mencari nafkah. Tetapi
Pasar Bengkulu yang memiliki luas wilayah tetap saja pak Adi tidak mengizinkan
lebih kurang 30,03 Ha. Kelurahan ini sangat sepenuhnya istrinya untuk benar-benar terlibat
mudah dicapai lewat jalan darat dengan kondisi dalam kegiatan nelayan seperti mengikuti
jalan yang sangat baik. kegiatan penangkapan ikan dilaut.
Peran gender selalu terjadi pada semua Ibu X “.... saya tidak ikut melaut, cuma
kalangan dan kehidupan manusia dalam bantu jual ikan keliling, kadang nunggu ikan di
bermasyarakat tanpa atau dengan disadari. lapak. Sejauh ini capeklah kerjo. Kalo diturut-
Masing-masing gender akan memiliki perannya turut pekerjaan wanita lah yang lebih berat
dengan persepsi bahwa gender terdiri dari belum bantu cari uang belum lagi ngurus anak”.
perempuan dan laki-laki. Dengan demikian Menurut ibu X suami beliau mengizinkan
diketahui bahwa dalam melakukan aktivitas beliau untuk membantu mencari nafkah untuk
maka manusia akan memerankan perannya mengatasi kerentanan perekonomian yang ada
sebagai laki-laki atau perempuan dan hal dengan adanya dua penghasilan baik ibu X
tersebut juga terjadi dikalangan nelayan yang maupun suaminya, akan tetapi beliau masih
ada di Kota Bengkulu. menganggap bahwa dalam keluarga ibu X masih
Mengetahui bahwa pekerjaan nelayan ada perbedaan gender. Terlihat dari
diidentifikasi merupakan pekerjaan yang ketidakmauan suami untuk mengurus pekerjaan
dilakukan oleh gender laki-laki, sehingga akan rumah tangga dan menyerahkan seluruh
terlihat janggal apabila perempuan yang pekerjaan rumah tangga kepada istri.
melakukan kegiatan sebagai nelayan. Padahal Ibu Lina “... kalo idak di bantu pacak dak
diketahui bahwa banyak dari perempuan yang makan, mano cuaca buruk lah lamo caiko jadi
merasa mampu untuk melakukan pekerjaan suami idak bisa melaut dan idak bisa ngapo-
Seminar Nasional Royal (SENAR) 2018 ISSN 2622-9986 (cetak)
STMIK Royal – AMIK Royal, hlm. 591 – 596 ISSN 2622-6510 (online)
Kisaran, Asahan, Sumut - 3 September 2018

ngapo. Cuma di rumah ajo paling ngandalkan Tetapi tindakan para nelayan masih tidak
simpanan tabungan selamo koh kalau habis cari membuktikan ucapannya karena para nelayan
pinjaman kek tetanggo, tulah makonya ibu jugo masih menunjukkan sisi kepercayaan yang
kerjo.” berakar dari budaya yang ada, dimana laki-laki
Ibu Lina menggambarkan bahwa tidak melakukan pekerjaan rumah karena
rentannya kehidupan nelayan mau tidak mau pekerjaan rumah merupakan pekerjaan yang
mamaksa ibu Lina untuk melakukan pekerjaan memang harus dilakukan oleh perempuan.
untuk menghasilkan uang demi keluarganya, dan Komunitas nelayan merasa bahwa pekerjaannya
cara yang digunakan oleh ibu Lina untuk sebagai nelayan dan kegiatannya dalam
membantu perekonomian adalah dengan menangkap ikan di tengah laut sudah cukup
membantu suami dalam memasarkan produk membuatnya letih sehingga nelayan enggan
tangkapannya di pasar itupun kalau pekerjaan di untuk membantu para istri untuk melaksanakan
rumah sudah selesai dan anak-anak sudah diantar pekerjaan rumah dan seluruh pekerjaan rumah
ke sekolah tapi kalau musim badai bu Lina selalu dibebankan kepada istri. Seperti hasil
berjualan baju kadang bantu nyetrika dirumah wawancara penulis dengan informan berikut ini:
orang yang penting dapat menghasilkan uang. Ibu Lina “... mano pernah suami bantu,
Dengan demikian ibu Lina dan suami dapat sayo ngurus anak sendiri, masak sendiri, belum
menafkahi keluarga dan mencukupi kebutuhan lagi kalo mintak jatah tapi cak mano pulo lah
keluarganya dalam menghadapi kerentanan yang tugas istri. Double jadinyo kerjo ko cari duit iyo
terjadi. ngurus rumah tanggo jugo iyo.”
Dari seluruh pemaparan yang di Menurut Ibu Lina meskipun ia membantu
sampaikan oleh seluruh informan diketahui dalam memasarkan produk tangkapan dari
bahwa pada intinya laki-laki dan perempuan suaminya untuk memenuhi kebutuhan hidup
masih memiliki batas-batas dalam melaksanakan akibat kerentanan hidup nelayan saat ini, akan
sesuatu, begitupula dengan pekerjaan nelayan. tetapi berbanding terbalik dengan apa yang
Hasil penelitian menjelaskan bahwa peran dilakukan suaminya, suaminya beranggapan
gender memang ada dalam pembagian tugas bahwa pekerjaannya sangatlah berat sehingga
kerja kegiatan nelayan. Dan mayoritas bahkan tidak mampu lagi untuk melaksanakan pekerjaan
hampir seluruh kegiatan inti nelayan masih rumah. Dan menugaskan seluruh pekerjaan
dilakukan oleh laki-laki saja, meskipun sebagian rumah pada sang istri. Hal ini, senada dengan
informan mengatakan bahwa gender tidaklah hasil wawancara dengan ibu Nopi.
berpengaruh akan tetapi pada realitasnya masih Penerapan streotype mengenai pekerjaan
sulit menemukan nelayan dengan jenis kelamin yang harus dilakukan oleh laki-laki dan
perempuan. perempuan tetaplah ada. Akan tetapi berdasarkan
Sebagian besar nelayan baik laki-laki hasil wawancara pada informan ketidakadilan
maupun perempuan yang di wawancarai merasa selalu ada pada diri perempuan. Meskipun
bahwa stereotipe yang berkembang akan perempuan tidak merasa keberatan akan
perbedaan antara laki-laki dan perempuan pekerjaan yang sudah menjadi rutinitasnya akan
tidaklah terlalu signifikan. Kegiatan nelayan tetapi perempuan tetap merasa bahwa pekerjaan
memang tidak dilakukan oleh perempuan yang dibebankan olehnya justru lebih berat
seutuhnya terutama dalam hal penangkapan daripada pekerjaan laki-laki, karena mayoritas
ikan, akan tetapi hampir seluruh informan dari laki-laki masih bertindak egois dan
mengatakan bahwa perempuan memiliki beranggapan bahwa pekerjaan perempuan lebih
kesempatan untuk membantu perekonomian ringan dan tidak harus di bantu. Sebenarnya,
dalam keluarga dengan berbagai cara baik itu pekerjaan akan terasa ringan apabila dikerjakan
membantu suami dalam memasarkan produk secara bersama-sama. Namun, karena budaya
tangkapan maupun pekerjaan lain yang dianggap yang sudah melekat dalam kehidupan mereka
baik untuk menambah pendapatan ekonomi bagi menjadikan bahwa urusan rumah tangga
keluarga nelayan. sepenuhnya tanggung jawab perempuan dan
masalah perempuan ingin membantu suami itu
Seminar Nasional Royal (SENAR) 2018 ISSN 2622-9986 (cetak)
STMIK Royal – AMIK Royal, hlm. 591 – 596 ISSN 2622-6510 (online)
Kisaran, Asahan, Sumut - 3 September 2018

tidak jadi masalah tetapi suami membantu mencari nafkah dalam sebuah keluarga membuat
pekerjaan istri di rumah itu dianggap tidak wajar. kaum perempuan menjadi terintimidasi.
Pak Adi “.... yo sayo kan lah cari duit Pengolah dan pemasar hasil perikanan
maso pulo pekerjaan rumah sayo lakukan pulo”. perempuan belum terakomodasi dalam peraturan
Pak Adi menegaskan bahwa tidak ada perundangan yang berlaku. Khususnya di Kota
kewajiban bagi kaum pria untuk membantu Bengkulu belum ada peraturan daerah yang
perempuan dalam pekerjaan rumah tangga, mengatur tentang usaha hasil tangkapan nelayan
karena pada dasarnya pembagian kerja sudah dan perikanan. Oleh sebab itu penelitian
dilakukan dimana laki-laki bekerja mencari berupaya untuk perlindungan bagi perempuan
nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup dan usaha mikro kecil, yang dapat memberikan
perempuan mengerjakan pekerjaan rumah dan sumbangan materi bagi penyusunan peraturan
pekerjaan rumah tidak bisa di bagi kepada perundangan dan kebijakan mengenai usaha
suami. perikanan dan perlindungan nelayan
Pak Edison “... Mano sempat kito bantu kecil/tradisional yang responsif gender dan
istri balik ajo kadang dak tentu, kalo balik ndak berwawasan lingkungan., dengan demikian
istirahat pulo”. diharapkan dapat memberikan sumbangan
Pak Edison merasa bahwa pekerjaannya pemikiran untuk menyelesaikan masalah-
lebih berat daripada pekerjaan wanita tanpa masalah strategis bangsa baik pada level daerah
mengindahkan seberapa besar perempuan harus maupun nasional, utamanya berkaitan dengan
menyelesaikan tugas-tugasnya. Stereotipe masih upaya pengentasan kerentanan dan kemiskinan
sangat kental dalam kehidupan bermasyarakat pada masyarakat pesisir.
dalam kalangan komunitas nelayan khususnya. Pak Sutikno “... sayo idak rela kalo bini
Karena wanita secara tidak langsung tertindas bekerjo sebagai nelayan, tapi kalo dirumah cak
terlebih lagi karena kerentanan hidup yang jual kue, atau kerajinan rumah tangga lainnya
memaksanakan perempuan juga turut membantu dak papo, karena dengan demikian pemenuhan
suami dalam mencari nafkah, akan tetapi nafkah dapat terbantu”.
perempuan tetap harus melaksanakan pekerjaan Terakhir merupakan pemaparan yang
rumah yang seharusnya dapat dilakukan berdua dilakukan oleh Pak Sutikno, beliau mengatakan
dengan suami. bahwa istrinya tidak apa-apa untuk mencari
Seiring dengan berjalannya waktu nafkah tetapi tidak dalam pekerjaan nelayan,
stereotipe mengenai peran gender bahwa laki- karena masih banyak pekerjaan yang
laki adalah bertugas untuk mencari nafkah sudah diperkirakan cocok untuk perempuan terutama
mulai berubah, perempuan sudah diikutsertakan bagi ibu rumah tangga yang memiliki kewajiban
untuk membantu mencari nafkah dengan untuk mengurus rumah dan anak karena
membantu berjualan dan hal tersebut tidak pembagian tugas yang sudah diklasifikasikan
membuat perempuan di komunitas nelayan Pasar sebelumnya.
Bengkulu keberatan, akan tetapi ketidakadilan
masih dirasakan dimana stereotipe mengenai
pekerjaan rumah tangga yang harus dilaksanakan SIMPULAN
oleh perempuan tidak seharusnya dikerjakan
oleh laki-laki, dan ketidakadilan mengenai Peran gender komunitas nelayan dalam
stereotype ini membuat kesenjangan nilai kerja menghadapi kerentanan hidup di Kota Bengkulu
dimana perempuan masih dititikberatkan dalam pada dasarnya laki-laki dan perempuan masih
semua hal sedangkan laki-laki dipercaya tidak memiliki batas-batas dalam melaksanakan
pantas untuk mengerjakan pekerjaan rumah pekerjaan sebagai nelayan. Peran gender
karena pekerjaan rumah merupakan pekerjaan memang ada dalam pembagian tugas kerja
perempuan dan laki-laki tidak layak untuk kegiatan nelayan dan hampir seluruh kegiatan
mengerjakan pekerjaan rumah tersebut. inti nelayan masih dilakukan oleh laki-laki saja,
Peran dan kedudukan perempuan sebagai meskipun sebagian informan mengatakan bahwa
sebagai soerang istri sekaligus membantu gender tidaklah berpengaruh akan tetapi pada
Seminar Nasional Royal (SENAR) 2018 ISSN 2622-9986 (cetak)
STMIK Royal – AMIK Royal, hlm. 591 – 596 ISSN 2622-6510 (online)
Kisaran, Asahan, Sumut - 3 September 2018

realitasnya masih sulit menemukan nelayan laki. Jadi, peran gender wanita dalam komunitas
dengan jenis kelamin perempuan. nelayan sangatlah kuat dan berpengaruh sekali
Berdasarkan hasil penelitian diketahui dalam menghadapi kerentanan hidup akibat
bahwa adanya perubahan stereotipe seiring faktor iklim dan kurangnya keterampilan lain
berjalannya waktu, dimana banyak wanita pada yang dimiliki oleh suami sehingga memaksa
komunitas nelayan ikut membantu suami dalam wanita harus mampu bekerja dan mencari
menjalankan tugas mencari nafkah akan tetapi alternatif lain demi bertahan hidup untuk
pergerseran stereotipe ini masih dikatakan tidak keluarga mereka. Sedangkan suami dinilai
adil, karena banyak dari kaum laki-laki pada kurang kreatif ketika menghadapi kerentanan
komunitas nelayan yang bisa menerima bahwa karena kurangnya keterampilan dan skill lain
perempuan mampu mencari nafkah akan tetapi yang dimiliki kecuali melaut yang memang
laki-laki tetap pada stereotipe lama bahwa sudah diwariskan oleh nenek moyang mereka
pekerjaan rumah tangga merupakan pekerjaan selama ini.
kaum wanita dan anti untuk dilakukan oleh laki-

DAFTAR PUSTAKA

A. Samovar & E. Porter dalam Mulyana (2000), Sage Publications. Terjemahan Tjetjep
h.218 Rohindi, UI Press.
Bell dan Blaeure dalam Sari, Dyah Nurlita. Nawawi, Hadari, (2012), Metode Penelitian
(2010). “Konstruksi Gender dalam Film Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada
Indonesia (Konstruksi Relasi Gender University Press,
dalam Film Perempuan Berkalung Ossira, Yessilia and Desy, Afrita and Novi,
Sorban),” CommLine 1 hal. 171-188. Hendrika Jayapura (2015).” INDUK
Butler, Judith .(2002). Gender Trouble: SEMANG”. Sebuah Model
Feminism anh the Subversion of Identify. Perlindungan Sosial Bagi Kelompok
Taylor & Francis e-Library. Nelayan Jakat Makmur Kota Bengkulu,
Fakih, M (2013). Analisis Gender dan Journal PEKSOS, 13 (1).PP. 1-14.ISSN
Transformasi Sosial. Pustaka Pelajar, 1412-5153.
Jogyakarta Ollenburger, C.Jane dan Helen A. Moore,
Handayani, T dan Sugianti (2015). Konsep dan (2002). Sosiologi Wanita. Jakarta; Bina
Teknik Penelitian Gender. Malang, Aksara
Universitas Muhammadiyah Malang. Richmond-Abbott, Marie, (2008). Masculine &
[ILO] International Labor Organization. 2002. Feminine: Gender Roles Over The Life
Globla report under the fellow-up to the Cycles (2nd ed.), McGraw-Hill, Ind,
ILO decleration on fundemantal principles New York.
and right at work: a future without a Sunarto, (2010). Stereotipasi Peran Gender
child labour. Geneva: Labour Conference. Wanita dalam Program Televisi Anak di
Mahanani, S. (2003). Keadilan Agraria Bagi Indonesia. Jurnal Ilmu Komunikasi,
Petani dalam Konteks Perempuan Petani Volume 8, Nomor 3, September –
dan Pengaturan Sumber Agraria (Tanah). Desember 2010, halaman 233 – 245.
Jurnal Analisis Sosial, Vol. 8, Edisi 2 UU RI NO. 7 Tahun 2016 Tentang
Oktober 2003. Perlindungan dan Pemberdayaan
Miles, M.B, Hubberman, A.M, dan Saldana, J. Nelayan, Pembudiyaaan Ikan dan Petani
(2014) Qualitative Data Analysis, A Garam.
Methods Sourcebook, Edition 3. USA:

Anda mungkin juga menyukai