Air Bersih
Air Bersih
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sarana Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperoleh
dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air pada
setiap daerah berbeda-beda, tergantung pada keadaan alam dan kegiatan manusia yang
terdapat di daerah tersebut. Penduduk yang tinggal di daerah dataran rendah dan berawa
seperti di Sumatera dan Kalimantan menghadapi kesulitan memperoleh air bersih untuk
keperluan rumah tangga, terutama air minum. Hal ini karena sumber air di daerah tersebut
adalah air gambut yang berdasarkan parameter baku mutu air tidak memenuhi persyaratan
kualitas air bersih.
Menurut laporan MDGs tahun 2007 terdapat beberapa kendala yang menyebabkan
masih tingginya jumlah orang yang belum terlayani fasilitas air bersih dan sanitasi dasar. Di
antaranya adalah cakupan pembangunan yang sangat besar, sebaran penduduk yang tidak
merata dan beragamnya wilayah Indonesia, keterbatasan sumber pendanaan. Pemerintah
selama ini belum menempatkan perbaikan fasilitas sanitasi sebagai prioritas dalam
pembangunan. Faktor lain yang juga menjadi kendala adalah kualitas dan kuantitas sumber
air baku sendiri terus menurun akibat perubahan tata guna lahan (termasuk hutan) yang
mengganggu sistem siklus air. Selain itu, meningkatnya kepadatan dan jumlah penduduk di
perkotaan akibat urbanisasi.
Masalah kemiskinan juga ikut menjadi penyebab rendahnya kemampuan penduduk
mengakses air minum yang layak. Terakhir adalah buruknya kemampuan manajerial
operator air minum itu sendiri. Sedangkan dari sisi sanitasi, selain masih rendahnya
kesadaran penduduk tentang lingkungan, kendala lain untuk terjadinya perbaikan adalah
karena belum adanya kebijakan komprehensif yang sifatnya lintas sektoral, rendahnya
kualitas bangunan septic tank, dan masih buruknya sistem pembuangan limbah.
Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat dapat
menjadi faktor resiko terhadap penyakit diare dan kecacingan. Diare merupakan penyebab
kematian nomor 4 sedangkan kecacingan dapat mengakibatkan produktifitas kerja dan
dapat menurunkan kecerdasan anak sekolah, disamping itu masih tingginya penyakit yang
dibawa vektor seperti DBD, malaria, pes, dan filariasis (Pedoman Teknis Penilaian Rumah
Sehat, Depkes RI, 2007)
Menurut data Bank Pembangunan Asia tahun 2005 hanya terdapat 69 persen penduduk
perkotaan dan 46 persen penduduk pedesaan (atau rata-rata 55,43) terlayani fasilitas
sanitasi yang layak. Hal ini lebih rendah bila dibandingkan dengan dengan Singapura (100
persen), Thailand (96 persen), Filipina (83,06 persen), Malaysia 74,70 persen) dan Myanmar
(64,48 persen).
B. Tujuan Umum
· Untuk mengetahui kondisi sarana perlindungan mata air dan kualitas bakteriologis air
· Untuk mengetahui kondisi sarana Penyediaan sarana air bersih serta aspek konstruksi
pencemaran kebersihan lingkungan
· Untuk mengetahui tingkat resiko pencemaran sarana perlindungan air bersih
· Untuk mengetahui kandungan bakteri E. coli dan Coliform dalam air.
C. Perumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sarana air bersih dan tujuannya?
2. Apa saja jenis-jenis sarana air bersih?
3. Bagaimana persyaratan air bersih?
4. Bagaimana dampak terhadap kesehatan?
BAB II
PEMBAHASAN
a. Filariasis, dikenal juga sebagai penyakit kaki gajah. Penyebabnya adalah cacing bulat
kecil, yang disebut filaria. Sebagai pembawa atau vector penyakit ini adalah nyamuk jenis
culex fatigans. Manusia yang menderita penyakit kaki gajah akan menjadi reservoir cacing
filaria. Larva cacing ini akan menuju ke peredaran darah periferi pada malam hari sehingga
jika penderita digigit nyamuk, maka nyamuk tersebut akan membawa larva filaria. Gigitan
nyamuk berikutnya akan memindahkan microfilaria kepada korban baru. Selanjutnya
microfilaria tersebut akan mengikuti peredaran darah manusia dan masuk ke dalam saluran
limfatik dan menjadi dewasa. Filaria ini dapat menyebabkan penyumbatan saluran limfatik
sehingga mengakibatkan cairan tubuh tidak bisa mengalir seperti biasanya sehingga
kemudin terjadi pembengkakkan yang semakin lama semakin membesar dan mengeras.
b. Demam Berdarah disebut juga Dengue Haemorrahagic Fever (DHF) karena disertai gejala
demam dan pendarahan. Penyakit ini terus menyebar diantara masyarakat melalui vector
berupa nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini suka bersarang di air bersih.
Untuk mencegah terjadinya penyakit yang diakibatkan penggunaan air, kualitas
badan air harus dijaga sesuai dengan baku mutu air. Baku mutu air adalah ukuran batas
atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Untuk mengetahui hal
tersebut, perlu dilakukan pengukuran atau pengujian kualitas (mutu) air berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan metode tertentu. Dalam Peraturan Pemerintah No. 82
tahun 2001, mutu air ditetapkan melalui pengujian parameter fisika, kimia, mikrobiologi, dan
radioaktivitas. Pengujian parameter fisika meliputi pengukuran temperature air, pengukuran
kadar residu dalam air dan kadar residu tersuspensi dalam air. Pengujian parameter kimia
dilakukan melalui pengukuran kadar zat kimia anorganik dan zat kimia organic dalam air.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mewujudkan sarana air bersih dan sanitasi yang berkesinambungan
dibutuhkan pengelola sarana yang mampu mengelola, mengoperasikan dan memelihara
sarana tersebut dengan baik. Pengelola tersebut berasal dari masyarakat itu sendiri.
Pada proses penyediaan air bersih di Indonesia sudah memiliki aturan yang berlaku tetapi
belum sepenuhnya dapat dilaksanakan dengan baik ketika dilapangan ,karena banyak
factor yang dapat mempengaruhinya,baik dari segi SDM nya,kesadaran
pelaksana,situasi,dan sumber dana yang ada
B. Saran
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan, diperlukan
sumber informasi yang baik, dan hal ini dapat dicapai dengan melaksanakan penyuluhan
kesehatan. Penyuluhan kesehatan bagi masyarakat merupakan kewajiban dan tanggung
jawab dari Puskesmas sesuai dengan wilayah kerja masing-masing. Menilik pada masih
kurang memuaskannya pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat Kelurahan Sukawarna
mengenai sarana air bersih yang sesuai dengan syarat-syarat kesehatan, kepemilikan dan
pemanfaatan sarana air bersih, dan penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui air,
maka penulis menyarankan agar dilakukan penyuluhan mengenai hal-hal tersebut diatas
secara berkesinambungan hingga mencakup seluruh wilayah kerja Puskesmas
Sukawarna.Penyuluhan dapat dilakukan setiap 6 bulan sekali,dengan metode penyuluhan
dalam bentuk ceramah dengan gambar dan dilakukan pada sore hari 58 Diharapkan dengan
penyuluhan dapat dicapai peningkatan pengetahuan masyarakat, yang selanjutnya dapat
meningkatkan pula sikap dan perilakumasyarakat sehingga lebih sesuai dengan prinsip-
prinsip hidup sehat, demi mencapai tingkat kesehatan masyarakat yang lebih baik.