2.BRUNNER
Teori belajar bruner dikenal oleh tiga tahapan belajarnya yang terkenal, yaitu enaktif,
ikonik dan simbolik. Pada dasarnya setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal
peristiwa yang ada di dalam lingkungannya dapat menemukan cara untuk menyatakan kembali
peristiwa tersebut di dalam pikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa yang
dialaminya. Hal tersebut adalah proses belajar yang terbagi menjadi tiga tahapan, yakni:
1. Tahap enaktif;
Dalam tahap ini peserta didik di dalam belajarnya menggunakan atau memanipulasi
obyek-obyek secara langsung.
2. Tahap ikonik;
Pada tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulai menyangkut mental yang
merupakan gambaran dari obyek-obyek. Dalam tahap ini, peserta didik tidak memanipulasi
langsung obyek-obyek, melainkan sudah dapat memanipulasi dengan menggunakan gambaran
dari obyek. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep
(Sugandi, 2004:37).
3. Tahap simbolik;
Tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya
dengan objek-objek. Anak mencapai transisi dari pengguanan penyajian ikonik ke penggunaan
penyajian simbolik yang didasarkan pada sistem berpikir abstrak dan lebih fleksibel. Dalam
penyajian suatu pengetahuan akan dihubungkan dengan sejumlah informasi yang dapat disimpan
dalam pikiran dan diproses untuk mencapai pemahaman.
3. Bagaimana cara bapak/ibu mengaplikasikan teori belajar kognitif dalam
kegiatan pembelajaran
1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya.
Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik,
terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena dengan
hanya mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan
pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan
pengalaman atau informasi baru dengan setruktur kognitif yang telah dimiliki si
belajar.
5. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
6. Belajar memahami akan lebih bermaknsa daripada belajar menghafal. Agar
bermakna, informasi baru harus disesuaikan dandihubungkan dengan pengetahuan
yang telahdimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukkan hubungan antara apa
yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa.
7. Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini
sangat mempengaruhi keberhasilan belajra siswa. Perbedaan tersebut misalnya
pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal, dan sebagainya.