Ruang Bedah
“SELULITIS”
Nama Kelompok :
Arizal
Siti Fatimah
Khairun Nisa
Rinda Farlina
1
KASUS PEMICU:
Tn. L berusia 50 tahun datang ke rumah sakit dengan keluuhan awalnya terkena
knalpot motor saat dia bekerja 2 hari yang lalu, klien mengatakan tangannya
membengkak dan terasa nyeri. Klien mengeluhkan demam, mual, dan muntah 2 kali
berisi makanan, klien mengatakan sebelum masuk ke RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang
dirinya berobat di RS Pemangkat.
Saat di RS. Ruangan bedah RS. Sultan Syarif Mohamad Alkadrie, klien
mengatakan adanya pembengkakan pada tangan kanannya, yang meluas disertai nyeri
terasa panas, dengan skala nyeri 6, nyeri yang dirasa hilang datang, klien mengatakan
tidak ada demam selama di rumah sakit, klien mengatakan tidak ada mual dan muntah
lagi dan klien mengatakan sudah mau makan. pasien terpasang infus RL 20 tpm. Pasien
mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit sebelumnya, saat dilakukan pemeriksaan
di dapatkan hasil TD : 100/60 mmHg, RR : 20x/menit, N : 100x/menit, dan S : 36,8
derajat celsius.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 18 Februari 2019 yang menunjukkan hasil
sebagai berikut:
- Hemoglobin (HB) : 13.0 gr/dl (11.0-15.0 gr/dl)
Step 1
Clarify Unfamiliar Terms
Tidak ada
Step 2
Define the Problems
1. Gejala awal penyakit selulitis?
2. Klasifikasi Selulitis adalah ?
3. Pemeriksaan penunjang apa saja yang dapat dilakukan untuk menunjang pengobatan?
4. Jelaskan penatalaksanaan yang dapat dilakukan ?
5. Komplikasi apa yang dapat terjadi jika luka ini dibiarkan?
Step 3
Brainstrom Possible Hypothesis or Explanation
Berdasarkan diskusi kami, maka kasus ini adalah kasus Diabetic Foot Ulcer (DFU)
Step 4
Skema
Luka/ cedera sebagai jalan masuk mikroorganisme
Streptococus pyogenes
Peradangan Hipertermi
Selulitis
Operasi
Step 5
Learning Objective
A. Gambaran Umum Selulitis
kelainan tersebut.
Sistem organ tubuh yang paling luas kulit tidak bisa terpisah dari
banyak fungsi tubuh yang vital. Kulit tersambung dengan membran mukosa
a. Epidermis
keratinosit, keratin adalah bahan yang kuat dan memiliki daya tahan
tinggi, serta tidak larut dalam air. Keratin mencegah hilangnya air tubuh
b. Dermis
suatu komponen dari jaringan ikat dermis juga tersusun dari pembuluh
darah dan limfe, serabut saraf kelenjar keringat dan sebasea, serta akar
rambut.
c. Lapisan Subkutis
antara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang, serta
2. Pengertian Selulitis
Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana proses
Selulitis adalah infeksi infeksi dermis dan jaringan subkutan akut yang
gigitan atau luka, progonosis biasanya baik dengan terapi yang teratur,
Gambar 2.2Anatomy of Skin and Soft Tissues and Different Types of Skin and Soft-Tissue
Infection
.
3. Etiologi Selulitis
macam bakteri, baik bakteri aerob maupun anaerob mempunyai fungsi yang
erupsi gigi molar tiga rahang bawah, ekstraksi gigi yang mengalami infeksi
/ mandibula, laserasi mukosa lunak mulut serta infeksi sekunder dari oral
campuran antara kokus gram positif dan gram negatif aerob maupun
the Condition
4. Patofisiologi Selulitis
berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, kejemuan atau orang tua pikun
Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan system vena dan limfatik pada
jika luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial yang pasti
sulit ditentukan, untuk absses lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi
kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. meskipun etiologi abses
campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. bau busuk dan
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. lesi ini dangkal dan
semua bentuk ditandai dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan
sekitar luka atau ulkus disertai dengan demam dan lesu. Pada keadaan akut,
peradangan yaitu rubor (eritema), color (hangat), dolor (nyeri) dan tumor
(pembengkakan). Lesi tampak merah gelap, tidak berbatas tegas pada tepi
lesi tidak dapat diraba atau tidak meninggi. Pada infeksi yang berat dapat
nyeri tekan. Jika tidak diobati, gejala akan menjalar ke sekitar lesi terutama
elefantiasis.
Kulit merupakan organ luas yang dapat bertindak sebagai jalan masuk
yang terlokalisasi. Kulit tampak merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan
dan teraba hangat.Ruam kulit muncul secara tiba-tiba dan memiliki batas
yang tegas. Bisa disertai memar dan lepuhan-lepuhan kecil (Stephen, 2009)
6. Komplikasi
(Kimberly, 2012)
akibat infeksi.
radang.
c. Perburukan Selulitis
vena sebagian.
8. Penatalaksanaan
(Kimberly, 2012)
2.1 PENGKAJIAN
2.1.1 Biodata
Nama : Tn. l No. Reg 0429**
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Budha
Alamat : Dusun Harapan Pemangkat
Pendidikan : Tidak Sekolah
Pekerjaan : Swasta
Diagnosa Medis : Celulitis antebrachis
Tanggal MRS : 16 Februari 2018
Tanggal Pengkajian : 18 Februari2018
Keterangan :
= laki-laki meninggal = hubungan keturunan
= pasien = tinggal 1 rumah
= hubungan pernikahan
DS -Klien mengatakan
tangan kanan nya Invasi bakteri ke Kerusakan integritas
bengkak dermis dan subkutis jaringan
-klien mengatakan
adanya luka di tangan
sebelah kanan akibat dari
knalpot
DO - Tampak adanya luka
pada tangan kanan
- Adanya
hiperpigmentasi di area
kulit yang terkena
knalpot
- Luka teraba panas,
kemerahan dan
membengkak
- Klien tampak gelisah
-Menunjukan pemahaman
dalam proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya cidera
berulang
20 Februari
1. Memonitor TTV
2019 08.00 WIB 1. TTV: TD : 110/70 mmHg, N : 80x/menit,
Nyeri Akut 2. mengobservasi tingkat nyeri RR 22x/menit, S : 36,5 C
3. Mendorong penggunaan teknik relaksasi 2. P : Akibat terkena Knalpot
Q: Terasa Panas
nafas dalam R : Tangan Kanan
4. Memberi tindakan kenyamanan, yakinkan S :Skala Nyeri 3
T : Hilang datang ±15 menit sekali
pasien bahwa perubahan posisi tidaka akan
Bengkak berkurang
menyebabkan cidera selama pasien berhati- 3. Klien tampak bisa mempraktekan
hati relaksasi nafas dalam
4. Klien tampak duduk sesuai dengan
5. berkolaborasi dalam pemberian analgesik kenyamanan yang dirasa klien
sesuai indikasi 5. Klien mendapat injeksi ketorolak
Kerusakan 08.10 1. Observasi luka : lokasi , jaringan nekritik, tanda 1. Lokasi luka di tangan kanan, terdapat
Integritas infeksi lokal hiperpigmentasi, kemerahan dan
jaringan 2. Jaga kulit dalam keadaan kering pembengkakakn pada area luka daerah
kulit disekitar luka berkurang teraba
3. Ajarkan keluarga mengenai peangan luka sedikit hangat
4. Kolaborasi pemberian terapo farmakologi 2. Balutan luka dibersihkan 1 kali sehari
3. Luka tampak kering
4. Klien mendapat injeksi ketorolak 1 gr/8
jam (iv)
Tanggal No. DX SOAP
18 Feb 2019 Nyeri Akut
S : Klien mengatakan masih nyeri pada tangan kananya
Senin
P : Akibat terkena Knalpot
Q: Terasa Panas
R : Tangan Kanan
S :Skala Nyeri 6
T : Hilang datang ±15 menit sekali
O : Klien tampak bisa mempraktekan relaksasi nafas dalam
Klien tampak duduk sesuai dengan kenyamanan yang dirasa klien
Klien mendapat injeksi ketorolak
TTV: TD : 100/60 mmHg, N : 100x/menit, RR 20x/menit, S : 36,8 C
A : Nyeri Akut
P : Lanjutkan Intervensi
1. Memonitor TTV
2. mengobservasi tingkat nyeri
3. Mendorong penggunaan teknik relaksasi nafas dalam
4. Memberi tindakan kenyamanan, yakinkan pasien bahwa perubahan posisi
tidaka akan menyebabkan cidera selama pasien berhati-hati
5. berkolaborasi dalam pemberian analgesik sesuai indikasi
20 Feb 2019 Nyeri Akut S : Klien mengatakan nyeri pada tangan kananya sudah berkurang
P : Akibat terkena Knalpot
Q: Terasa Panas
R : Tangan Kanan
S :Skala Nyeri 3
T : Hilang datang ±15 menit sekali
O : Klien tampak bisa mempraktekan relaksasi nafas dalam
Klien tampak duduk sesuai dengan kenyamanan yang dirasa klien
Klien mendapat injeksi ketorolak
TTV: TD : 110/70 mmHg, N : 80x/menit, RR 22x/menit, S : 36,5 C
A : Nyeri Akut
P : Masalah Teratasi (STOP INTERVENSI)
Adhi, Djuanda. 2001. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 3. FKUI : Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Atau Aplikasi Pada Praktis Klinis. Universitas Padjajaran : Bandung.
Saavedra A, Weinberg AN, Swartz MN, Johnson RA. Soft tissue infections: Erysipelas,
cellulitis, gangrenous cellulitis, and myonecrosis. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ,
editors.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine (Eight Edition). New York: McGraw Hill; 2012; p. 1720- 31. 2.
Hay RJ, Adriaans BM. Bacterial infections. In: Burn T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rook’s Textbook of Dermatology
(Eight
Edition). Singapore:
Willey-Blackwell Publishing; 2010; p. 30.1-30.82. 3. Rogers RL, Perkins J. Skin and soft tissue infections. Prim Care Clin Office Pract.
2006; 33:697-710. 4. McNamara DR, Tleyjeh IM, Berbari EF, Lahr BD, Martinez JW,
Mirzoyev SA. Incidence of lower-extremity cellulitis: a population-based study in Olmsted county, Minnesota.
Mayo Clin Proc. 2007;82(7): 817-21. 5. James WD, Berger TG, Elston DM. Bacterial infections. In: James WD, Berger TG, Elston DM.
Andrew’s Disease of the Skin (Tenth Edition). Philadelphia: Saunders Elsevier; 2006. p. 251-95. 6. Sularsito SA. Ulkus kruris. In:
Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, penyunting. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (Edisi ke 6). Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2010. p. 245-
52.
7.
Blume JE, Levine EG, Heymann WR. Bacterial infectionss. In: Bolognia JL, Jorizzo JL, Schaffer JU, editors. Dermatology (Third
Edition).
Edinburgh; Elsevier; 2012; p. 1124-4. 8. Wingfield C. Diagnosing and managing lower limb cellulitis. Nursing times. 2012; 108(27): 18-
21. 9.
Sjarial. Infeksi bakteri stafilokok dan streptokok. In: Harahap M, penyunting. Ilmu Penyakit
Kulit, Jakarta: Hipokrates: 1998. p. 53-5. 10. Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S,
penyunting.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (Edisi ke 6). Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2010. p. 129-53. 11.
Shai A, Maibach HI. Wound healing and ulcers of the skin: Diagnosing and therapy-The Practical Approach. Heidelberg: Springer-
Verlag
Berlin Heidelberg; 2005. 12.
The Clinical Resource efficiency Support Team (CREST). Guidelines on the management of cellulitis in adults. Belfast-North Ireland;
2005. 13.
Limb SL, Wood RA. Antihistamines. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, editors.