Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat, karunia terutama
kesempatan yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
dengan baik. Tanpa adanya kesempatan, mustahil penulis dapat menyelasaikan penulisan
makalah ini secara tuntas, walaupun masih banyak terdapat kekurangan.
Makalah ini membahas tentang Kesetimbangan Fasa. Selama penulisan makalah ini,
penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara
tidak langsung dalam penulisan makalah ini. Untuk itu dari hati yang paling dalam penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan
makalah ini
Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan, baik dari segi isi maupun dari segi penulisanya.
Segala kritikan dan masukan dari semua pihak, akan menjadi pengalaman yang sangat berharga
bagi penulis demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………... i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………… ii
BAB I Pembahasan Umum………………………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah…..………………………………………………………………….. 1
1.3 Tujuan Penulisan..……………………………………………………………………… 2
1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................................................... 2

BAB II Pembahasan……………………………………………………………………....... 3
2.1 Kesetimbangan Fasa…………………………………………………...………………. 3
2.2 Kesetimbangan Fasa pada Proses Pemurl'fian Logam Zirkonium …..………………... 4
2.3 Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap Laju Kenaikan Suhu Larutan …….....……... 6
2.4 Penurunan Titik Beku...................................................................................................... 8
2.5
BAB III Penutup…………………………………………………………………………… 15
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………….. 15
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………... 16

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sifat koligatif adalah sifat-sifat fisis larutan yang hanya bergantung pada konsentrasi
partikel zat terlarut, tetapi tidak pada jenisnya. Sifat koligatif larutan meliputi tekanan uap,
penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan tekanan osmotik. Sifat koligatif terutama
penurunan titik beku dan tekanan osmosis memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan sehari-
hari.

Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat – sifat fisik seragam, yang
terpisah dari bagian sistem lain oleh suatu bidang batas. Pemahaman perilaku fasa mulai
berkembang dengan adanya aturan fasa Gibbs. Untuk sistem satu komponen, persamaan
Clausius dan Clausisus – Clapeyron menghubungkan perubahan tekanan kesetimbangan
dengan perubahan suhu.

Jika campuran dua cairan nyata (real) berada dalam kesetimbangan dengan uapnya
pada suhu tetap, potensial kimia dari masing – masing komponen adalah sama dalam fasa gas
dan cairnya. Sistem biner paling sederhana yang mengandung fasa padat dan cair ditemui bila
komponen – komponennya saling bercampur dalam fas cair tetapi sama sekali tidak bercampur
pada fasa padat, sehingga hanya fasa padat dari komponen murni yang akan keluar dari larutan
yang mendingin.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana cara menjelaskan distilasi cairan yang larut sebaigan dan tidak saling
bercampur?
2. Bagaimana cara menganalisis sistem padat-gas, sistem tiga komponen dan mahasiswa
mampu menjelaskan kesetimbangan cair-cair dan kestimbangan non ideal ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Mahasiswa mampu menjelaskan distilasi cairan yang larut sebaigan dan tidak saling
bercampur;
2. Mahasiswa mampu menganalisis sistem padat-gas, sistem tiga komponen;
3. Mahasiswa mampu menjelaskan kesetimbangan cair-cair dan kestimbangan non ideal.

3
1.4 MANFAAT PENULISAN
1. Mahasiswa mengetahui distilasi cairan yang larut sebaigan dan tidak saling
bercampur;
2. Mahasiswa mengetahui dan menganalisis sistem padat-gas, sistem tiga komponen;
3. Mahasiswa mengetahui kesetimbangan cair-cair dan kestimbangan non ideal.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KESETIMBANGAN FASA

Bagian sesuatu yang menjadi pusat perhatian dan dipelajari disebut sebagai sistem.
Suatu sistem heterogen terdiri dari berbagai bagian yang homogen yang saling bersentuhan
dengan batas yang jelas. Bagian homogen ini disebut sebagai fasa dapat dipisahkan secara
mekanik. Tekanan dan temperatur menentukan keadaan suatu materi kesetimbangan fasa dari
materi yang sama. Kesetimbangan fasa dari suatu sistem harus memenuhi syarat berikut :
a. Sistem mempunyai lebih dari satu fasa meskipun materinya sama
b. Terjadi perpindahan reversibel spesi kimia dari satu fasa ke fasa lain
c. Seluruh bagian sistem mempunyai tekanan dan temperatur sama
Kesetimbangan fasa dikelompokan menurut jumlah komponen penyusunnya yaitu sistem
satu komponen, dua komponen dan tiga komponen Pemahaman mengenai perilaku fasa
berkembang dengan adanya aturan fasa Gibbs. Sedangkan persamaan Clausius dan persamaan
Clausius Clayperon menghubungkan perubahan tekanan kesetimbangan dan perubahan suhu
pada sistem satu komponen.
Menurut Tim dosen kimia fisik (2010), pasangan cairan yang bercampur sebagian dapat
dibagi dalam empat tipe :
1. Tipe I , campuran dengan temperatur kelarutan kritis maksimum,misalnya system
air-fenol.
2. Tipe II , campuran dengan temperatur kelarutan kritis minimum, misalnya system
air - trimetil amin.
3. Tipe III , campuran dengan temperatur kelarutan kritis maksimum dan minimum,
misalnya system air – nikotin.
4. Tipe IV , campuran yang tidak mempunyai temperatur kelarutan kritis.

Istilah-istilah dalam kesetimbangan fasa adalah:


a. Fasa, adalah wujud atau keadaan suatu materi
b. Komponen (C) adalah spesies yang ada dalam sistem, seperti zat terlarut dan pelarut.
Jumlah komponen dalam suatu sistem merupakan jumlah minimum dari spesi yang
secara kimia independen yang diperlukan untuk menyatakan komposisi setiap fasa
dalam sistem tersebut (Petrucci, 1987).

5
c. Derajat Kebebasan, adalah variabel intensif independen yang diperlukan untuk
menyatakan keadaan sistem tersebut.
d. Aturan Fasa adalah, aturan yang mengatur hubungan antara jumlah komponen, jumlah
fasa dan derajat kebebasan suatu sistem.

Temperature kritis atas adalah batas atas temperatur dimana terjadi pemisahan fase.
Diatas temperatur batas atas, kedua komponen benar-benar bercampur.Temperatur ini ada
gerakan termal yang lebih besar menghasilkan kemampuan campur yang lebih besar pada
kedua komponen (Oxtobty, 1998).
Beberapa sistem memperlihatkan temperatur kritis Tlc dimana dibawah temperatur
itu kedua komponen bercampur dalam segala perbandingan dan diatas temperatur itu kedua
komponen membentuk dua fase. Salah satu contohnya adalah air-trietilamina. Dalam hal ini
pada temperature rendah kedua komponen lebih dapat campur karena komponen-komponen
itu membentuk kompleks yang lemah, pada temperature lebih lebih tinggi kompleks itu
terurai dan kedua komponen kurang dapat bercampur.

2.2 Kesetimbangan Fasa pada Proses Pemurl'fian Logam Zirkonium

Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua variabl;l yaitu variabel suhu clan
variabel tekanan. Dari kedua variabel ini dapat ditentukan konstante kesetimbangan
sebagai fungsi dari tekanan dan suhu, selanjutnya dengan variabel gabungan dapat dicari
konstante kesetimbangan sebagai fungsi suhu dan tckanan.

Variabel suhu

Penelitian dengan variasi suhu dilakukan pacta tekanan 0,4 mbar, waktu 17 jam.
Dari gambar 2, hubungan antara ratio penguapan dan suhu dapat dilihat bahwa makin
tinggi suhu ratio penguapan Zr tidak mengalami perubahan, sedangkan untuk Mg clan
MgC12 perubahannya cukup besar. Pertambahan suhu menaikkan ratio penguapan, hat ini
disebabkan dengan bertambah. nya besarnya suhu komponen yang menguap akan
bertambah banyak.

6
Harga konstante kesetimbangan untuk Mg dan MgClz dapat dicari dengan
menggunakan persamaan 3, dan hubungan antara konstante kesetimbangan dengan suhu
dapat dilihat dalam gambar 4. Selanjutnya hubungan antara konstante kesetimbangan
dengan suhu, dengan perhitungan dapat dnyatakan dalam persamaan 5 dan 6, sebagai
berikut

KTMg= 0.1 1 26T-8 1.9676 (5)

KTMSCI2 = 0.012(1.0085)T (6)

Variasi tekanan

Penelitian dengan variasi tekanan dilakukan selama 17 jam, pad a suhu 900°C clan
hasilnya hubungan antara ratio penguapan dengan tekanan dapat dilihat dalam gambar 3.
Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya tekanan ratio penguapan Zr tidak
berubah, sehingga dapat dianggap_O, sehingga Zr tidak mengalami penguapan, tetapi
dengan naiknya tekanan komponen yang menguap, yaitu Mg clan MgCI2, jumlah
komponennya yang mudah menguap juga akan berkurang. Dari hasil penelitian, dapat
dihitung konstante kesetimbangan untuk Mg clan MgCl2 pada masing-masing tekanan
operasi. Dari hasil ini dapat dibuat gambar hubungan antara konstante kesetimbangan
dengan tekanan seperti tertera dalam gambar 5. Setelah dilakukan perhitungan, hubungan
antara konstante kesetimbangan dengan tekanan untuk masing-masing komponen dapat
dinyatakan dalam persamaan 7 clan 8.

KpMg = 75.80 P-16.3329 (7)

KpMgCI2 = 114,71po.224 (8)

7
Harga konstante kesetimbangan Kk dapat dicari dengan cara "multi tinier regrcssi"
(Rudd.dkk,1968), clan setelah dihitung didapatkan untuk masing-masing komponen
sebagai berikut

KMg = 6,0 115P+ 1 ,35256T -6,93912 (9)

KMgCI2=0,901Ipl,37791.06552T (10)

2.3 Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap Laju Kenaikan Suhu Larutan

Zat adalah sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang. Zat tersusun atas
partikel-partikel yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Susunan
dan sifat partikel setiap zat berbedabeda. Susunan dan sifat partikel sangat menentukan
wujud zat. Zat cair mempunyai sifat bentuk berubah-ubah dan volumenya tetap.

Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat dalam
komposisi yang bervariasi. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat)
terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan
disebut pelarut. Sebagai contoh, jika sejumlah gula dilarutkan dalam air dan diaduk dengan
baik, maka campuran tersebut pada dasarnya akan seragam (sama) di semua bagian. Sifat-
sifat suatu larutan sangat dipengaruhi oleh susunan komposisinya. Untuk menyatakan
komposisi larutan tersebut maka digunakan istilah konsentrasi larutan yang menunjukkan
perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut. Untuk jumlah terlarut yang berbeda
pada setiap larutan, maka dibutuhkan energi panas yang berbeda pula, yang nantinya akan
mempengaruhi titik didih larutan tersebut. Titik didih suatu larutan merupakan suhu

8
larutan pada saat tekanan uap jenuh larutan itu sama dengan tekanan udara luar (tekanan
yang diberikan pada permukaan cairan).

Suatu zat cair akan mendidih apabila molekul-molekul mendapat energi yang
cukup untuk membebaskan diri dari sesama molekul yang selanjutnya berubah menjadi
uap. Ketika zat lain terlarut dalam air maka bahan dari zat tersebut akan menjadi partikel-
partikel, yang nantinya partikel ini akan mengikat partikel air dan membebaskan diri
menjadi uap, dengan kata lain molekul-molekul air akan memerlukan energi yang lebih
tinggi untuk mendidih. Waktu yang diperlukan untuk mendidih pada larutan berbeda-beda
tergantung besarnya jenis zat terlarut dan konsentrasinya.

Berdasarkan hasil penelitian dengan pengulangan sebanyak lima kali,


menunjukkan bahwa hasil pengamatan waktu larutan mengalami kenaikan suhu sebesar
50o C dengan konsentrasi larutan 5%, 10%, 15%, 20%, 25% menghasilkan nilai yang
berbeda-beda. Pada persamaan regresi Y = 145,15 - 86,56X didapatkan nilai ketika X = 0
nilai Y = 145,15. Ketika X = 0,05 nilai Y = 140,822, jika X = 0,1 nilai Y = 136,494, X
= 0,15 nilai Y =132,166, X= 0,2 nilai Y =127,838, dan saat X = 0,25 nilai Y = 123,51.
Dari tabel 4.7 dan grafik 4.1 tampak bahwa semakin besar konsentrasi larutan garam maka
semakin rendah waktu larutan mencapai kenaikan suhu 50oC.. Hal ini dikarenakan adanya
pengaruh konsentrasi larutan garam terhadap waktu larutan mencapai kenaikan suhu 50o
C.

Hubungan dari konsentrasi larutan dengan waktu larutan mencapai kenaikan suhu
50o C dalam penelitian ini mempunyai hubungan yang signifikan. Untuk waktu larutan
mencapai kenaikan suhu 50o C besarnya to = 1,587, sedangkan ttabel = 0,727. Dengan
nilai tersebut maka to = 1,587 > tabel = 0,727 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, maka
ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi larutan dengan waktu larutan mencapai
kenaikan suhu 50o C. Secara teoritis semakin besar nilai konsentrasi larutan maka energi
yang digunakan larutan untuk mencapai kenaikan suhu yang ditentukan juga akan semakin
kecil sehingga waktu yang diperlukan larutan untuk mencapai suhu tertentu akan semakin
kecil.

Pada penelitian ini semakin besar nilai konsentrasi larutan maka besarnya nilai
waktu yang diperlukan untuk mencapai kenaikan suhu sebesar 50oC semakin kecil.
Sedangkan menurut teori seharusnya semakin besar nilai konsentrai larutan maka energi
yang digunakan juga akan semakin besar dan waktu yang diperlukan larutan untuk

9
mencapai kenaikan suhu yang ditentukan akan semakin besar. Hal ini dikarenakan air yang
digunakan bukan air murni sehingga memungkinkan adanya zat atau mineral lain yang
terkandung dalam air. Selain itu tekanan udara dan suhu lingkungan diabaikan, sedangkan
menurut teori tekanan udara dan komponen penyusun larutan dapat mempengaruhi
kenaikan suhu pada suatu larutan yang dipanaskan.

Apabila ditinjau secara fisika titik didih larutan akan naik dikarenakan suatu zat
cair akan mendidih apabila molekul-molekul air mendapat energi yang cukup untuk
membebaskan diri dari sesama molekul air yang selanjutnya berubah menjadi uap. Ketika
zat lain terlarut dalam air maka bahan dari zat tersebut akan mengurai menjadi partikel-
partikel yang nantinya partikel ini akan mengikat molekul-molekul air dan akan
mengurangi kemampuan untuk membebaskan diri berubah menjadi uap, dengan kata lain
molekul-molekul air akan memerlukan energi yang lebih tinggi untuk menguap. Sehingga,
apabila kalor yang diberikan akan digunakan sebagai penambahan energi untuk
membebaskan diri dari partikel-partikel zat terlarut. Semakin banyak partikel zat terlarut
semakin besar pula energi yang digunakan untuk membebaskan diri dan waktu ynag
diperlukan larutan untuk mencapai kenaikan suhu yang ditentukan juga akan semakin
besar.

Tinjauan secara kimia ketika garam terlarut dalam air, bahan ini akan terurai
menjadi partikel-partikel Natrium dan Klor yang bermuatan listrik (NaCl merupakan
elektrolit kuat yang nantinyaterurai sempurna). Partikel-partikel bermuatan ini akan
mengerjakan dua hal yaitu yang pertama mereka mengerubungi molekulmolekul air,
sehingga mengurangi kemampuan mereka untuk membebaskan diri lepas ke udara
berubah menjadi uap. Kedua, partikel-partikel Natrium dan Klorida yang bermuatan,
mereka membentuk kelompok-kelompok terpisah bersama molekul-molekul air, sehingga
partikelpartikel bermuatan ini akan menarik molekul-molekul air karena molekulmolekul
air sendiri bermuatan (kutub positif disatu ujung dan kutub negatif diujung lain, dengan
kata lain molekul air bersifat polar).

2.4 Penurunan Titik Beku

Titik beku adalah suhu pada perpotongan garis tekanan tetap pada 1 atm dengan
kurva peleburan. Sedangakn titik didih adalah suhu pada perpotongan garis tekanan tetap
pada 1 atm dengan kurva penguapan. Penurunan titik beku dan peningkatan titik didih,
sama seperti penurunan tekanan uap sebanding dengan konsentrasi fraksi molnya.

10
Jika zat terlarut bersifat tidak mudah menguap, maka tekanan uap dari larutan
selalu lebih kecil daripada pelarut murninya. Jadi hubungan tekanan uap larutan dan
tekanan uap pelarut bergantung pada konsentrasi zat terlarut dalam larutan. Hubungan itu
dimasukkan dalam Hukum Rault,yang menyatakan bahwa tekanan uap suatu komponen
yang menguap dalam larutan sama dengan tekanan uap yang menguap murni yang
dikalikan dengan fraksi mol komponen yang menguap dalam larutan pada suhu yang sama
(Chang, 2004). Larutan yang mengikuti Hukum Rault disebut larutan ideal. Syarat larutan
ideal adalah molekul zat terlarut dan molekul pelarut tersusun sembarang, pada
percampuran tidak terjadi efek kalor dan jumlah volume sebelum percampuran sama
dengan volume campurannya. Larutan yang tidak memenuhi Hukum Roult disebut larutan
tidak ideal.

Dari hasil percobaan penurunan titik beku larutan yang telah dilakukan
dengan berbagai variasi berat zat terlarut diperoleh data sebagai berikut: Larutan B, C, D,
E, dan F adalah larutan yang ditambahkan naftalena dengan jumlah massa naftalena yang
berbeda-beda. Jumlah massa naftalena pada B < C < D < E < F.

Penurunan titik beku zat terlarut naftalena pada larutan B. Titik Beku larutan B =
9°C dan Tf ° = 14°C. Penurunan titik beku larutan B ∆Tf = Tf ° - Tf = 14 – 9 = 5°C.
Penurunan titik beku zat terlarut naftalena pada larutan C, titik beku larutan C = 8°C maka
penurunan titik beku larutan C ∆Tf = Tf ° - Tf = 14 – 8 = 6°C. Penurunan titik beku
zat terlarut naftalena pada larutan D, titik beku larutan D = 6°C maka penurunan titik beku
larutan D ∆Tf = Tf ° - Tf = 14 – 6 = 8°C. Penurunan titik beku zat terlarut naftalena
pada larutan E, titik beku larutan E = 4°C maka penurunan titik beku larutan E ∆Tf =
Tf ° - Tf = 14 – 4 = 10°C. Penurunan titik beku zat terlarut naftalena pada larutan F,
titik beku larutan F = 3°C maka penurunan titik beku larutan D ∆Tf = Tf ° - Tf = 14 – 3
= 11°C.

Percobaan penurunan titik beku zat terlarut dipengaruhi oleh banyaknya zat terlarut
yang ditambahkan. Oleh karena itu jika semakin banyak zat terlarut yang ditambahkan
maka semakin besar penurunan titik beku larutannya. Sebaliknya semakin sedikit zat
terlarut yang ditambahkan dalam pelarut maka semakin kecil penurunan titik bekunya.
Sehingga ∆Tf nya semakin besar jika zat yang ditambahkan semakin banyak, sebaliknya
∆Tf nya akan semaikin kecil jika zat yang ditambahkan semakin sedikit. Pada percobaan
ini juga menunjukkan bahwa titik beku larutan lebih rendah bila dibandingkan dengan titik

11
beku pelarut murni. Hal tersebut dapat dilihat pada data yang menunjukkan titik beku asam
asetat, dan data untuk naftalena. Untuk berat molekul yang diperoleh dari percobaan yaitu
berturut- turut 50,17 gram/mol; 83,91 gram/mol; 94,54 gram/mol; 100,94 gram/mol; dan
115,03 gram/mol untuk zat terlarut naftalena. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan
bahwa semakin banyak konsentrasi yang ditambahkan maka penurunan titik bekunya
semakin rendah. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa penurunan
titik beku akan semakin rendah jika semakian banyak zat yang ditambahkan.

2.5

BAB III

PENUTUP

12

Anda mungkin juga menyukai