Anda di halaman 1dari 4

ALAT REAKTOR PADA INDUSTRI BIODIESEL

OPERASI TEKNIK KIMIA III

Oleh:
YANUAR FASMAWI SA’BAN M1B117002
Dosen Pengampu:
FEBRI JUITA ANGGRAINI, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2020
UJIAN AKHIR SEMESTER
OPERASI TEKNIK KIMIA III

Nama : Yanuar Fasmawi Sa’ban


NIM : M1B117002
Kelompok / Materi : IV / Saponifikasi – Industri Sabun Cair dari Minyak Jelantah
Program Studi : Teknik Kimia

Alat Reaktor Pada Industri Biodiesel


Reaktor merupakan tempat berlangsungnya pembentukan produk melalui reaksi kimia yang
terjadi. Pada industri biodiesel, reaksi yang terjadi pada reaktor adalah reaksi antara trigliserida dan
metanol yang membentuk biodiesel atau FAME (Fatty Acid Methyl Eter). Proses reaksi yang terjadi
adalah reaksi esterifikasi-transesterifikasi.
Reaksi esterifikasi secara istilah merupakan reaksi antara asam karboksilat dengan alcohol
untuk menghasilkan produk ester. Tujuan utama reaksi esterifikasi adalah untuk menurunkan kadar
asam lemak bebas yang terdapat pada bahan baku biodiesel. Reaksi esterifikasi menggunakan katalis
asam seperti asam klorida (HCl) dan asam sulfat (H2SO4). Rasio bahan baku biodiesel dan methanol
yang digunakan biasanya lebih besar metanol yaitu Bahan baku biodesel yang memiliki kadar asam
lemak bebas > 2% akan dilakukan tahap 10 kali lebih besar dari stoikiometri. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan konversi reaksi pada reaktor. esterfikasi terlebih dahulu sedangkan bahan baku
bioediesel yang memiliki kandungan asam lemak bebas < 2% tidak dilakukan tahap esterifikasi, tetapi
langsung transesterifikasi. Transesterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester baru yang
menggunakan alcohol rantai pendek seperti metanol atau etanol. Pada reaksi transesterifikasi terjadi
penukaran posisi lemak dan mengeluarkan gliserin dari minyak. (Murtiningrum dan Firdaus, tanpa
tahun).
Industri biodiesel yang semakin dikembangkan dikarenakan kelebihan biodiesel yang ramah
lingkungan. Selain itu, biodiesel memiliki cetane number yang tinggi yaitu > 50, memiliki titik kilat
yang tinggi, serta tidak mengandung sulfur dan benzena. Bahan bakar biodiesel mudah dicampurkan
dengan bahan bakar solar serta menambah pelumasan mesin yang lebih baik. Dengan kelebihan-
kelebihan tersebut, industri biodiesel akan semakin dikembangkan dan tentunya sangat memerlukan
reaktor yang memadai dan mampu menghasilkan produk bidiesel yang baik dan sesuai dengan tujuan
pendirian pabrik. (Devita, 2015).
Di lain sisi, bahan bakar biodiesel yang memiliki viskositas 20 kali lebih besar dibandingkan
bahan bakar fosil masih sangat memerlukan pengembangan untuk mengurangi tingkat viskosita
tersebut. Sehingga sesuai dengan karakteristik bahan bakar yang biasa digunaka.
Menurut Mehboob et al (2016), terdapat beberapa jenis reaktor transesterifikasi yang dapat
digunakan pada industri biodiesel antara lain yaitu:
1. Reaktor Batch
2. Reaktor Continous Flow
3. Reaktor Ultrasonic/Sanochemical
4. Reaktor Supercritiical
5. Reaktor Membrane
6. Reaktor Helicoid
7. Reaktor Micromixer/Microtube
8. Reaktor Microwave
9. Reaktor Zig Zag
10. Reaktor Static Mixer
11. Reaktor Vegetable Oil
Setiap jenis reaktor tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pada jenis
reaktor batch, kelebihan yang dimilikinya adalah menghasilkan biodiesel yang tinggi namun
memerlukan waktu yang lama. Sedangkan pada reaktor memiliki kemurnian biodiesel yang tinggi
dengan pencampuran dan waktu tinggal yang sebentar namun memerlukan metode pengontrolan dan
pemeriksaan daring yang sangat banyak. Pada ultrasonic reactor, kelebihan yang dimiliki adalah rute
sintesis yang lebih murah dan efektif dalam emulsifikasi dan neraca massa namun reaktor ini
memiliki kekurangan reaktor ini dapat menyebabkan bahaya lingkungan.
Pada reaktor super kritikal menghasilkan gliseril yang berkualitas tinggi dan baik untuk
lingkungan namun memiliki biaya operasi yang tinggi dan tidak menguntungkan. Untuk reaktor
membrane, mampu menghasilkan biodiesel dengan kandungan sabun yang rendah dan waktu tinggal
di reaktor adalah 1 sampai 3 jam, dan kekurangan reaktor membrane adalah nilai asam dan kandungan
FFA yang rendah dalam biodiesel.
Untuk reaktor helicoid, keuntungan yang dimiliki adalah kecepatan reaksi yang meningkat
dengan waktu reaksi yang berkurang namun kelemahan reaktor ini adalah hanya bisa dilakukan untuk
produksi biodiesel dalam skala kecil. Pada reaktor microwive, kelemahan reaktor ini adalah tidak
cocok untuk panas dan waktu reaksi yang lama namun memiliki keunggulan yaitu energi yang
dikunsumsi hanya setengah dari konsumsi energi secara konvensional dan kemurnian ester 99,4%
dan waktu tinggal 1,75 menit.
Pada reaktor zig zag, kelebihan yang dimiliki adalah konsumsi energi yang rendah dan waktu
tinggal hanya 28 detik dengan yield 99,5% sedangkan kelemahan reaktor zig zag adalah hanya bisa
dilakukan pada produksi skala kecil. Reaktor lainnya adalah reaktor static mixer yang memiliki
kelebihan waktu tinggal yang hanya 30 detik dengan biaya operasional yang rendah namun memiliki
kekurangan reaksi yang bergantung pada deliberasi. Sedangkan reaktor vegetable oil memiliki
kelebihan proses yang sederhana dan mudah namun memerlukan biaya yang besar (Mehboob et al,
2016).
Beberapa industri biasanya menggunakan beberapa reaktor dalam proses pembentukan
biodiesel. Sehingga proses produksi biodiesel yang dilakukan akan mengeluarkan banyak biaya.
Beberapa kondisi operasi yang digunakan pada reaktor biodiesel antara lain rasio bahan baku dan
metanol seperti 1:6, rasio metanol lebih besar agar konversi yang dihasilkan tinggi. Selain itu, jumlah
katalis yang digunakan adalah 0,5% volume dan menggunakan katalis kalium hidroksida (KOH)
(Furqon et al, 2018).
Upaya penghematan biaya proses pembuatan bioetanol menggunakan reaktor vegetable oil,
dan dirancang alat reaktor SSR atau Single Stirring Reaktor yang diklaim dapat menghemat energi
pada proses pembutan biodiesel. Reaktor jenis ini memiliki beberapa bagian yaitu, tabung reaktor,
pemanas, motor penggerak, pengaduk dan thermostat.
DAFTAR PUSTAKA

Devita, L. 2015. Biodiesel sebagai Bioenergi Alternatif dan Prospeftif. Agrica Ekstensia. 9(12).
Halaman 23-26.
Furqon, A.M. Ritonga., A. Maksum. 2018. Rancangbangun dan Uji Performansi Single Stirring
Reactor (Ssr) Putaran Searah pada Berbagai Rpm Untuk Produksi Biodiesel. Jurnal Teknik
Lingkungan Lampung. 7(1). Halaman 9-14.
Mehboob, A., S. Nisar., U. Rashied., S.Y. Choong., T. Khalid., H.A. Qadeer. 2016. Reactor Designs
for The Production of Biodiesel. International Journal of Chemical and Biochemical
Sciences. 10. Halaman 87-94.
Murtiningrum dan A. Firdaus. Tanpa tahun. Perkembangan Biodiesel di Indonesia Tinjauan Atas
Kondisi Saat Ini, Teknologi Produksi & Analisis Prospektif. PASTI. IX(1). Halaman 35-45.

Anda mungkin juga menyukai