Nomor : 8
Dikerjakan Oleh :
Pembimbing :
Muslikhin Hidayat, S.T.,M.T.,Ph.D.
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan tugas PPK tahap T3
(Preliminary Process Design) ini disusun setelah melalui proses konsultasi sesuai
aturan Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, dan
karenanya menyetujui untuk dikumpulkan.
Dosen Pembimbing,
BAB I
PEMILIHAN PROSES
Reaksi yang terjadi antara metanol dan minyak sawit termasuk dalam
kategori reaksi intereterifikasi. Reaksi Interesterifikasi adalah reaksi pengaturan
kembali ikatan ester yang terjadi antara minyak/lemak atau bahan lain, reaksi ini
disusun oleh ester asam lemak dengan asam lemak, alkohol, atau ester lain
menyebabkan terjadinya interchange gugus asam lemak untuk menghasilkan ester
baru. Reaksi interesterifikasi dapat dilakukan dengan katalis kimia misalnya NaOH
dan NaOCH (Marno 2008) .
2.1. Jenis Proses
Terdapat dua metode untuk memproduksi metil ester ( biodiesel ), yaitu:
1. Esterifikasi asam lemak dengan metanol.
Asam lemak + metanol -> metil ester + air
Esterifikasi asam lemak dilakukan dengan menggunakan katalis asam
mineral (HCl atau H2SO4). Katalis asam sulfat dan asam klorida pada proses
pembuatan biodiesel akan bercampur dengan methanol sehingga sulit untuk
dipisahkan. Asam lemak diperoleh dari hidrolisa minyak (fat Splitting), sehingga
bila lewat jalur ini diperlukan usaha pendahuluan yakni memproduksi asam
lemak dari minyak. Faktor yang mempengaruhi reaksi esterifikasi adalah jumlah
pereaksi, waktu reaksi, suhu, konsentrasi katalis dan kandungan air pada minyak
(Erry 2013).
2. Transesterifikasis Natural fat/oil
Minyak + metanol -> metil ester + gliserol
Dengan cara ini diperoleh hasil metil ester langsung dari minyak dengan
hasil samping gliserol. Transesterifikasis mengkonversi lemak ( trigliserida )
menjadi biodiesel. Reaksi Transesterifikasis dengan katalisator basa. Tanpa
katalisator, reaksi akan berlangsung sangat lambat dan kondisi yang ekstrim.
Sebagai contoh untuk minyak sawit, minyak jarak, minyak kelapa dan minyak
manhadan, dengan perbandingan molar metanol/minyak adalah 24 berbanding 1,
reaksi berlangsung suhu 175 – 3000C, tekanan 800 psl g dan membutuhkan
waktu 5,5 sampai 16 jam (Pratiwi and Prihatiningtyas 2016)
Ada beberapa proses utama yang dapat dilakukan untuk memproduksi biodiesel
yaitu :
1. Batch
Katalis :NaOH, KOH Suhu operasi : sekitar 25- 85oC
Uraian proses : Reaktor batch berpengaduk dalam waktu 20 menit hingga 1
jam konversi yang dihasilkan 85-95 % minyak berubah menjadi metil ester.
Kelebihan proses yaitu pencampuran bahan baku mudah, pengumpanan
bahan kimia efisien, dan kontrol kualitas mudah. Sementara kelemahannya
adalah susah disesuaikan menjadi otomatis dan memerlukan sumber daya
manusia yang banyak.
2. Kontinu
Uraian proses : Kelebihannya adalah meminimalkan biaya pemisahan dan
pemurniaan, reaksi tidak memerlukan waktu terlalu lama dan mampu
menghasilkan biodiesel dengan kualitas yang lebih tinggi setiap unitnya.
2.1.1. CSTR
Katalis : NaOH, KOH
Suhu operasi : sekitar 60oC
Uraian Proses : Waktu tinggal dalam CSTR ditunjukan dengan distribusi waktu
tinggal. Produksi biodiesel dengan bahan bakar minyak sawit dan katalis KOH,
biodiesel yang dihasilkan mempunyai yield sebesar 58,8-97,3 %. Kecepatan
produksi FAME tiap satuan volume reaktor sebesar 25,2-27,8 mol/(ml menit).
slurry batch reactor pada kondisi optimum memberikan yield sebesar 90,9%.
Keunggulan penggunaan fixed bed adalah meminimalisasi kerusakan mekanis
katalis seperti yang terjadi pada reaktor slurry dan produk lebih mudah
dipisahkan. Kelemahan fixed bed reactor adalah waktu reaksi untuk mencapai
konversi pada kondisi ekuilibrium lebih lama jika dibandingkan dengan slurry
reactor. Kondisi optimum reaktor RPB yaitu waktu reaksi selama 0,72 menit,
kecepatan pengadukan sebesar 900 rpm, konversi maksimal yang dihasilkan
sebesar 97,3 %.
BAB II
SPESIFIKASI BAHAN
2.2.2. Metanol
Sifat fisis:
Rumus molekul : CH3OH
Berat molekul : 32,04 g/mmol
Wujud, (30 ºC, 1atm) : Cair
Kenampakan : Tidak berwarna
Densitas : 792 kg/m3
Viskositas : 0.5410 cP
Boiling point : 64,5 OC
Melting piont : -97 OC
Critical point : 239 OF ; 463 0F
Flash Point : 54 OF
Ratna Pujianjani Kartikasari (16/395213/TK/44505)
Suksma Sotya Paramitha (16/395220/TK/44512)
Nada Razzaq (16/400161/TK/45175)
Prarancangan Pabrik Biodiesel dari CPO dan Metanol dengan Kapasitas
600.000 Ton/Tahun
BAB III
PROCESS FLOW DIAGRAM
Gambar 1. Process Flow Diagram Pabrik Biodiesel dari CPO dan Methanol
Ratna Pujianjani Kartikasari (16/395213/TK/44505)
Suksma Sotya Paramitha (16/395220/TK/44512)
Nada Razzaq (16/400161/TK/45175)
Prarancangan Pabrik Biodiesel dari CPO dan Metanol dengan Kapasitas
600.000 Ton/Tahun
Arus 1
NaOH Arus 8 Arus 10
Methanol Metil Ester
Arus 7 Air
Arus 2 Methanol
Methanol Mixer COI
303 K Metil Ester Dekanter 2
Evaporator
1 atm Air 313 K
Arus 6 373 K
Arus 9 1 atm
Air 1 atm Arus 17
Arus 4 Metil Ester Arus 11
Methanol
Methanol CPO CPO
Air
NaOH
Arus 3 Reaktor 1 Dekanter 1 Menara
CPO 333 K 333 K Arus 13 Distilasi
Arus 5 Arus 15
1 atm 1 atm H3PO4 352 K
NaOH Methanol 1 atm
Air
Methanol Air
CPO Tangki KO Drum
Gliserol Arus 18
Netralisasi 340,78 K
Metil Ester Arus 12 333 K 1 atm Methanol
NaOH Arus 14 Air
Air 1 atm
Methanol Na3PO4
Gliserol Methanol
Arus 16
Air Gliserol
Na3PO4
Air
Gliserol
Gambar 2. Diagram Blok Kualitatif Pabrik Biodiesel dari CPO dan Methanol
Arus 1
NaOH = 161,1381 Arus 8 Arus 10
Methanol = 95,7708 Metil Ester = 76901,6606
Arus 7 Air = 14,4600
Arus 2 Methanol = 95,7708
Methanol = CPO = 4028,4537 Arus 17
8950,8263 Mixer Metil Ester = 76901,6606 Methanol = 9291,2187
303 K Air = 14,4600 Dekanter 2 Air = 14,6922
Evaporator
1 atm 313 K
373 K
Arus 6 1 atm
Arus 4 Air = 1427.5984 1 atm Arus 9 Arus 11
Methanol = 8950,8263 Metil Ester = 76901,6606 CPO = 4028,4537
NaOH = 161,1381 CPO = 4028,4537
BAB IV
URAIAN PROSES
Secara umum, proses pembuatan Biodiesel dari CPO dan metanol dibagi menjadi 3
tahapan yaitu persiapan bahan baku, proses sintesis dan pemurnian produk.
1. Tahap Persiapan Bahan.
Baku Bahan baku yang digunakan dalam proses ini adalah CPO dan
metanol yang berfase cair. Bahan baku berupa Metanol bersuhu 30°C dialirkan
dari tangki penyimpanan menuju tangki pencampur untuk dicampur dengan
katalis NaOH bersuhu 30°C. Setelah semua Metanol dan katalis tercampur
dengan homogen, campuran ini diumpankan menuju reaktor transeseterifikasi.
2. Tahap Sintesis Bahan
Pada proses sintesis bahan digunakan reaktor CSTR yang masing-masing
dilengkapi dengan pengaduk dan koil pemanas untuk menjaga agar suhu
konstan. Pada Reaktor ini dialirkan bahan baku lainnya berupa CPO bersuhu
30°C. Sebelum masuk reaktor transesterifikasi, umpan dipanaskan oleh Heat
Exchanger hingga suhu mencapai 60°C, kemudian ditambahkan dengan recycle
metanol yang diperoleh dari proses distilasi. Umpan masuk reaktor
transesterifikasi adalah CPO dan Metanol dengan rasio mol 1:6 (Kawahara et al,
1979). Reaksi yang berjalan bersifat endotermis dan dijalankan secara isotermal
pada suhu 60°C dan tekanan 1 atm. Konversi CPO dapat mencapai 98%. Reaksi
transesterifikasi yang terjadi di dalam reaktor adalah sebagai berikut :
R1COOR
NaOH
+ (3)
+ CH3OH +
R2COOR
+
R3COOR
Trigliserida Metanol Gliserol Campuran metil ester
NaOH
+ CH3OH R1COOR
(1)+ (4)
NaOH (5)
+ CH3OH + R2COOR
NaOH (6)
+ CH3OH R3COOR +
3. Tahap Pemisahan
Pada waktu yang bersamaan, air diumpankan ke dekanter sebagai pencuci
hasil dari reaktor dan mempermudah dalam proses pemisahan. Pada dekanter-01,
suhu dijaga tetap 60oC dengan tekanan 1 atm dan terjadi pemisahan fasa ringan
yang terdiri dari sebagian besar Metil ester dan CPO dan fasa berat yang terdiri
dari sebagian besar NaOH, Metanol, Gliserol, dan air. Fasa ringan akan dialirkan
ke Evaporator, sementara fasa berat akan dialirkan ke Tangki Netralisasi.
Pada Evaporator suhu naik menjadi 100oC dan pada tekanan tetap 1 atm,
terjadi pemisahan metil ester dengan metanol yang masih tersisa dari hasil
pemisahan dengan dekanter. Hasil atas dari Evaporator berupa metanol dan air
akan dialirkan menuju pengolahan limbah, sedangkan hasil bawah dari
Evaporator berupa metil ester dan cpo akan dialirkan menuju decanter-02
dengan fase ringan berupa metal ester yang kemudian dialirkan menuju Tangki
Penampung Biodiesel dan fase berat berupa CPO yang dialirkan menuju Unit
Pengolahan Limbah.
Pada unit netralisasi, fasa berat dari dekanter akan dicampur dengan H3PO4
dengan perbandingan molar 1:3 dengan NaOH pada suhu 60oC dan tekanan 1
atm. Hal ini bertujuan untuk menetralkan excess NaOH agar tidak terjadi reaksi
saponifikasi di proses selanjutnya. Reaksi netralisasi ini berlangsung secara
spontan sehingga seluruh NaOH terkonversi menjadi Na3PO4. Setelah itu output
dari tangki netralisasi akan dipisahkan padatannya dengan menggunakan KO
Drum.
Sebelum masuk ke KO Drum, umpan dialirkan menuju heat exchanger
supaya suhu umpan juga meningkat menjadi 68oC karena. Pada kondisi tersebut
Na3PO4 akan menguap dan terpisah dengan komponen lainya. Hasil atas dari
Flash Drum berupa campuran yang terdiri Metanol dan air akan diumpankan
menuju Menara Distilasi Sedangkan hasil bawah KO Drum berupa Gliserol
dengan sedikit campuran metanol dan air akan dialirkan menuju Tangki
Penampung Gliserol.
Pada Menara Distilasi terjadi proses distilasi untuk memisahkan Metanol
dengan air. Distilat akan didinginkan menggunakan kondenser total, dimana
Ratna Pujianjani Kartikasari (16/395213/TK/44505)
Suksma Sotya Paramitha (16/395220/TK/44512)
Nada Razzaq (16/400161/TK/45175)
Prarancangan Pabrik Biodiesel dari CPO dan Metanol dengan Kapasitas
600.000 Ton/Tahun
hasil atas kondenser ini berupa methanol dan hasil bawah berupa air. Kondensor
kemudian mengirimkan aliran recycle metanol ke reaktor transesterifikasi.
BAB IV
PEMILIHAN ALAT DAN PERTIMBANGAN
Pada proses pembuatan biodiesel dari crude palm oil dan metanol,
pemilihan alat merupakan hal yang penting agar proses berjalan dengan lebih
optimal. Pemilihan alat dan pertimbangannya dijelaskan pada uraian berikut.
1. Tangki Penyimpanan
Tangki penyimpaan berfungsi untuk menyimpan bahan berfase cair yang
dibutuhkan oleh proses ( raw material ), bahan pendukung maupun produk dari
proses tersebut. Hal yang perlu diperhatikan ketika memilih tangki penyimpanan
adalah tangki dapat menyimpan bahan pada kondisi yang sesuai untuk menghindari
perubahan fisis maupun kimiawi dan memiliki kapasitas untuk menjaga produk
atau bahan baku dari kontaminan yang dapat menurunkan kualitas produk atau
bahan baku. Berikut merupakan beberapa jenis tangki penyimpanan fluida (Lloyrd
and Edwin 1959)
a. Tangki Terbuka ( Open Tank )
Tangki terbuka adalah jenis tangki penyimpanan tanpa penutup. Tangki
terbuka lebih murah jika dibandingkan dengan tangki tertutup dengan
kapasitas yang sama. Tangki terbuka biasanya digunakan untuk menyimpan
bahan yang tidak beracun, tidak mudah menguap dan tidak perlu digunakan
dalam kemurnian yang tinggi. Kelemahan dari tangki terbuka adalah bahan
yang disimpan dapat dengan mudah terkontaminasi sehingga dapat
mengurangi kualitas bahan dan juga rentan untuk hilang melalui penguapan
oleh sinar matahari.
b. Tangki Tertutup ( Closed Tank )
Tangki tertutup adalah jenis tangki yang memiliki penutup. Bahan yang
biasanya disimpan pada tangki tertutup adalah bahan yang mudah terbakar,
beracun, dan bahan dalam bentuk gas. Bahan kimia yang berbahaya seperti
asam atau basa akan menjadi less hazardous apabila disimpan dalam tangki
tertutup. Tangki tertutup dapat berupa tangki silinder fat bottom dengan
atap berbentuk kerucut (conical roof) atau kubah (domed roof). Tangki
tertutup beralas datar dengan atap berbentuk kerucut merupakan desain
yang paling ekonomis. Tangki ini pada umumnya digunakan untuk
meyimpan cairan pada tekanan atmosferis. Sementara itu, tangki dengan
atap berbentuk kubah dapat digunakan untuk menyimpan bahan cairan yang
volatil, mudah terbakar, dan korosif pada tekanan 2,5-15 psig. Selain tangki
beralas datar, tangki tertutup juga ada dalam bentuk tangki silinder dengan
kedua ujung yang berbentuk. Tangki ini biasanya digunakan untuk
menyimpan cairan yang membutuhkan tangki penyimpanan dengan desain
yang lebih kuat terkait dengan tekanan uapnya. Ujung tangki dapat
berbentuk hemi-spherical, elliptical-dished, torispherical, standard-dished,
conical, dan toriconical. Selain itu, tangki tertutup juga dapat berupa tangki
berbentuk bola. Tangki dengan bentuk bola dapat digunakan untuk
menyimpan bahan dengan kapasitas 1000-25000 bbl pada tekanan 10-200
psig.
Bahan baku, bahan penunjang dan produk akhir dapat disimpan dalam kondisi
tekanan atmosferis maka berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tangki
penyimpanan metanol, Cpo, Metil Ester, Gliserol dan Asam Pospat akan dibuat
dengan konstruksi tangki tertutup jenis silinder tegak dengan flat bottom dan atap
berbentuk conical roof. Adapun dalam proses ini, digunakan tangki-tangki
penyimpanan berikut
1.1 Tangki Penyimpanan Metanol (TP-01)
Tugas : Menyimpan bahan baku Metanol pada tekanan 1 atm dan suhu 30oC
Jenis : Vertical Tank, Flat Bottom, Conical Roof
Bahan Konstruksi : Carbon Steel
1.2 Tangki Penyimpanan Cpo (TP-02)
Tugas : Menyimpan bahan baku CPO pada tekanan 1 atm dan suhu 30oC
Jenis : Vertical Tank, Flat Bottom, Conical Roof
Bahan Konstruksi : Carbon Steel
1.3 Tangki Penyimpanan Metil Ester (TP-03)
Tugas : Menyimpan Metil ester pada tekanan 1 atm dan suhu 30oC
Jenis : Vertical Tank, Flat Bottom, Conical Roof
Bahan Konstruksi : Carbon Steel
1.4 Tangki Penyimpanan Gliserol (TP-04)
Tugas : Menyimpan Gliserol pada tekanan 1 atm dan suhu 30oC
Jenis : Vertical Tank, Flat Bottom, Conical Roof
Bahan Konstruksi : Carbon Steel
1.5 Tangki Penyimpanan Asam Pospat (TP-05)
Tugas : Menyimpan larutan Asam pospat pada tekanan 1 atm dan suhu
30oC
Jenis : Vertical Tank, Flat Bottom, Conical Roof
Bahan Konstruksi : Carbon Steel
2. Alat Penyimpanan Zat Padat
Ada beberapa jenis alat penyimpanan zat padat, yaitu Bin, Silo, dan Hopper
yang ditujukan untuk menyimpan zat padat yang bisa terpengaruh cuaca, cepat
rusak terkena udara, bisa larut dalam air, atau zat lainnya yang berbahaya. Tempat
penyimpanan ini berupa wadah dengan material berbahan baja dan memiliki
penutup yang kuat. Perbedaan dari ketiganya dapat dilihat dari ukuran dan diameter
tangki. Untuk jenis Bin biasanya berukuran kecil, sedangkan Silo adalah tempat
penyimpanan yang diameternya luas dan tinggi, biasanya digunakan pada skala
industri, pada umumnya struktur silo dipergunakan untuk penyimpanan bahan-
bahan padat yg mengalir seperti serbuk atau butir. Hopper adalah jenis
penyimpanan yang mirip Silo namun desain tabung untuk penempatan zat berada di
bagian atas dengan bentuk lancip kebawah. Hal ini dikarenakan bagian bawah dapat
digunakan untuk proses pengambilan isi tabung.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa digunakan alat
penyimpanan zat padat jenis silo untuk menyimpan Natrium Hidroksida. Adapun
untuk proses ini digunakan silo dengan kontruksi tertutup dengan pertimbangan
untuk menjaga sifat padatan yang bersifat higroskopis. Silo berbentuk silinder dasar
konis dengan bahan stainless steel karena natrium hidroksida bersifat korosif.
kelemahan dari pompa rotary adalah tidak dapat digunakan untuk cairan
yang mnegandung padatan dan biaya konstruksi yang cukup mahal.
c. Pompa Sentrifugal
Pompa sentrifugal terdiri dari sebuah impeler yang di tengah - tengahnya
terdapat saluran inlet. Pada saat impeler berputar, fluida mengalir menuju
casing di sekitar impeler sebagai dampak dari gaya sentrifugal. Casing ini
berfungsi untuk menurunkan kecepatan fluida sementara kecepatan putar
impeler tetap tinggi. Kecepatan fluida dikonversikan menjadi tekanan oleh
casing sehingga fluida dapat keluar melalui outlet. Pompa sentrifugal
digunakan untuk menambah kecepatan aliran cairan dan meningkatkan
tekanan cairan (Lloyrd and Edwin 1959). Kelebihan dari pompa sentrifugal
adalah menghasilkan aliran keluar pompa yang stabil, konstruksi pompa
sederhana, dan dapat dioperasikan dalam kecepatan tinggi. Sementara itu,
kelemahan dari pompa sentrifugal adalah tidak cocok digunakan untuk
cairan yang kental dan cairan dengan volume kecil. Pompa ini juga bukan
tipe pompa self priming sehingga pompa perlu dipicu dengan cara diisi
cairan terlebih dahulu pada penggunaan awal.
Berdasarkan uraian di atas dan dengan mempertimbangan kelebihan dan
kekurangan dari masing-masing jenis pompa, jenis dari masing-masing pompa yang
digunakan dalam pabrik biodiesel dipilih sebagai berikut.
3.1 Pompa-01 (P-01)
Tugas : Mengalirkan Metanol dari Tangki TP-01 menuju ke Mixer (M-01).
Tipe : Centrifugal Pump
3.2 Pompa-02 (P-02)
Tugas : Mengalirkan CPO ke dalam reaktor (R-01)
Tipe : Centrifugal Pump
3.3 Pompa-03 (P-03)
Tugas : Mengalirkan hasil keluaran reaktor (R-01) ke Dekanter (D-01)
Tipe : Centrifugal Pump
3.4 Pompa-04 (P-04)
endodermis. Tipe koil yang digunakan adalah tipe koil helical tunggal, pemanas
yang digunakan adalah steam karena biayanya yang lebih murah dan dapat
beroperasi pada kebutuhan reactor. Konstruksi yang digunakan adalah badan
berbentuk silinder vertikal beratap kubah torospherical karena sifat cairan dalam
reactor bersifat reaktif volatile dan tekanan operasi berada pada tekanan realatif
rendah. Dipilih material stainless steel karena tahan korosi, sesuai dengan kondisi
operasi reactor dan harganya yang tergolong cukup murah.
5.1 Reaktor-01 (R-01)
Tugas : Mereaksikan CPO dan Metanol sehingga menjadi metil ester
Tipe : Reaktor alir tangki berpengaduk
Kondisi Operasi : Isotermal pada T = 60oC, P = 1 atm
5.2 Tangki Netralisasi (TNR-01)
Tugas : Menetralkan serta mencampurkan hasil bawah dari Dekanter-01
dengan H3PO4 Tipe : Silinder tegak berpengaduk dengan torispherical
head.
Kondisi Operasi : T = 30oC, P = 1 atm
6. Dekanter
Dekanter adalah alat yang digunakan untuk memisahkan liquid-liquid dengan
prinsip perbedaan densitas dan kelarutan yang rendah. Proses pemisahan
menggunakan decanter diusahakan pada temperature rendah karena pada
temperatur yang tinggi densitas akan semakin kecil dan kelarutan akan semakin
tinggi, sehinga campuran sulit dipisahkan. Pada pabrik biodiesel digunakan
dekanter berikut
6.1 Dekanter (DC-01)
Tugas : Memisahkan fasa ringan yang terdiri dari sebagian besar Metil
ester dan CPO dan fasa berat yang terdiri dari sebagian besar NaOH,
Metanol, Gliserol, dan air dari Reaktor-02 (R-02)
Tipe : Horizontal Cylindrical Vessel
Kondisi Operasi : T = 60oC, P = 1 atm
6.2 Dekanter (DC-02)
Tugas : Memisahkan fasa ringan yang terdiri dari sebagian besar Metil
ester dan dan fasa berat yang terdiri dari sebagian besar CPO dari
Evaporator 01
Tipe : Horizontal Cylindrical Vessel
Kondisi Operasi : T = 40oC, P = 1 atm
7. Evaporator
Evaporator digunakan untuk memekatkan larutan yang mengandung non-
volatile solute dan volatile solvent dengan cara menguapkan sebagian pelarutnya.
Evaporasi didasarkan perbedaan titik didih antara solute dan solven yang sangat
besar Diinginkan produk evaporasi berupa larutan pekat, sedangkan uapnya
diembunkan dan dibuang. Ada beberapa jenis evaporator yang digunakan oleh
industri, yaitu : (Coulson and Richardson J. F. 2003)
a. Horizontal Tube Evaporator.
b. Basket Evaporator
c. Standard Vertical-Tube Evaporator
d. Long Tube Vertical Evaporator
e. Vertical Tube Evaporator with Forced Circulation
f. Forced Circulation Evaporator with External Heater
g. Climbing Film, Long Tube Vertical Evaporator with External Heater
h. Falling Film Evaporator
i. Agitated Film Evaporator
j. Direct Contact Evaporator
k. Stirred, Discontinuous Evaporator
Pada Pabrik Biodiesel ini dipilih Horizontal Tube Evaporator karena harga
evaporator ini relative murah dengan konstruksi design yang memudahkan
penggantian tube-tubenya. Alat ini cocok untuk larutan yang tidak mengandung
endapan atau difosit dan larutan yang tidak terjadi endapan kristal.
7.1 Evaporator-1 (EVP-01)
Tugas : Menguapkan sisa air dan Metanol dari arus atas Dekanter-01
yang diperlukan lebih kecil, laju turunnya cairan lebih rendah, sehingga
meningkatkan de-gassing dan pemecahan buih.
Berdasarkan uraian prinsip kerja di atas maka jenis separator uap - cair yang
dipilih pada pabrik biodiesel adalah vertikal knock out drum. Hal ini dikarenakan
hold up time cairan yang relatif lama. Pada tekanan 0,1 atm metanol akan berubah
fasa menjadi uap dengan lama akibat penurunan tekanan sehingga hold up time
yang dibutuhkan untuk pemisahan uap dengan cairan membutuhkan waktu lama.
8.1 Knock Out Drum-1 (KO-01)
Tugas : Memisahkan campuran uap-cair yang keluar Tangki Netralisasi
Tipe : Tangki silinder horizontal dengan eliptical dished head
Kondisi Operasi : T = 68oC, P = 1 atm
9. Menara Distilasi
Distilasi didasarkan pada perbedaan volatilitas antara komponen-komponen
yang dipisahkan. Semakin besar relatif volatilitasnya maka pemisahan akan
semakin mudah. Uap mengalir keatas sedangkan cairan mengalir ke bawah secara
counter-current. Sebagian condensate dari condenser dikembalikan ke bagian atas
kolom untuk memberikan aliran cairan di atas titik umpan, sedangkan sebagian
cairan dari outlet bawah kolom diuapkan di reboiler utnuk menyediakan arus uap.
Bagian kolom diatas titik umpan disebut stripping section sedangkan bagian atas
kolom diatas titik umpan disebut enriching section (Coulson and Richardson J. F.
2003). Jenis jenis tray pada menara distilasi adalah (McCabe, W. L., Smith, J. C., &
Harriott 1993),
a. Bubble cap tray
Lubang dalam tray memiliki riser atau cerobong yang dipasang di setiap
lubang, dan cap yang menutupi riser. Cap terpasang sehingga ada ruang
antara riser dan cap yang memungkinkan untuk lewatnya uap. Uap naik
melalui cerobong dan diarahkan ke bawah oleh cap, menembus melalui slot
di yang berada di cap, dan akhirnya terbentuk gelembung melalui cairan di
tray.
Kelebihan dari bubble cap tray yaitu:
- Fleksibel, dapat beroperasi pada laju alir fluida yang rendah maupun
tinggi
Kekurangannya dari bubble cap tray yaitu:
- Rawan terjadi entrainment: cairan yang terbawa hingga plate di atasnya
karena laju uap yang terlalu tinggi
- Mahal
- Performa tidak terlalu baik
b. Sieve tray
Berupa pelat logam dengan lubang di dalamnya. Di tray, uap melewati
genangan cairan tegak lurus ke atas. Parameter desain adalah jumlah dan
ukuran lubang.
Kelebihan dari sieve tray adalah:
- Mudah disusun
- Murah
- Informasi desain mudah diperoleh
- Efisiensi tinggi
- Cocok untuk proses dengan fouling
Kekurangan dari sieve tray adalah:
- Tidak fleksibel terhadap kondisi operasi
- Turndown rendah (efisiensi turun cukup jauh jika kondisi berada di
bawah kondisi desain)
c. Valve tray
Lubang dalam tray di tutup dengan valve, sehingga dapat terjadi luas aliran
uap. Valve terangkat mengarahkan uap bisa mengalir secara horizontal ke
dalam cairan, sehingga memberikan pencampuran yang lebih baik daripada
yang mungkin terjadi dalam sieve tray Kelebihan valve tray yaitu:
- Rasio turndown lebih baik
- Fleksibel terhadap kondisi operasi
- Kekurangan dari valve tray yaitu:
- Pressure drop lebih tinggi daripada sieve tray
Reboiler merupakan suatu alat yang digunakan untuk merubah fasa cair
menjadi fasa uap, dimana uap tersebut berfungsi sebagai media
untuk proses pemisahan. Reboiler identik dengan heat exchanger, Shell and Tube.
Reboiler ialah Heat exchanger yang secara tipikal dipasang pada
kolom distilasi. Rebolier menghasilkan uap untuk separasi distilasi
fraksional seperti condenser menghasilkan refluks liquid yang mana dikembalikan
ke kolom distilasi. Beberapa jenis pemanas yang digunakan sebagai reboiler
menara distilasi adalah sebagai berikut (McCabe, W. L., Smith, J. C., & Harriott
1993) :
a. Kettle reboiler
Prinsip kerja dari kettle reboiler ini yaitu fluida dari kolom distilasi (cairan
pada bagian bawah menara) masuk ke dalam kettle pada shell side. Didalam
kettle terjadi kontak antara cairan tersebut dengan steam atau fluida panas
pada tube side sehingga terjadi pertukaran panas yang menyebabkan cairan
tersebut menguap, kemudian uap akan mengalir melalui tube dan keluar
sebagai bundle condensate.
Kelebihan dari kettle reboiler yaitu:
- Dapat digunakan pada tekanan bervariasi (tekanan vakum ataupun
tinggi).
- Efisiensi cukup baik meskipun selisih suhu fluida kecil.
- Kekurangan dari kettle reboiler yaitu:
- Rawan fouling akibat laju sirkulasi yang rendah.
b. Vertical Termosyphon reboiler
Dari semua jenis reboiler yang ada, vertical thermosyphon reboiler adalah
yang paling banyak digunakan di industri kimia. Reboiler ini memiliki
karakteristik laju perpindahan panas yang tinggi dan kecenderungan fouling
yang rendah. Pada reboiler ini cairan dari kolom menara distilasi mengalir
ke tube di dalam reboiler. Cairan pemanas akan mengalir di reboiler shell.
Campuran uap dan cairan yang telah dipanaskan akan kembali ke menara
distilasi dimana uap akan naik ke atas sedangkan cairan akan kembali ke
liquid pool di bagian bawah menara distilasi.
Kelebihan reboiler jenis ini adalah:
- Lebih aman terhadap fouling karena laju aliran yang cukup tinggi
Kekurangan dari reboiler ini yaitu:
- Panjang pipa terbatas oleh tinggi fluida dalam kolom dan tekanan
operasi
- Tidak cocok untuk beban kerja yang besar (harga menjadi sangat mahal)
- Proses maintenance sulit
c. Horizontal Termosyphon reboiler
Prinsip kerja Horizontal Termosyphon reboiler sama dengan Vertical
Termosyphon reboiler, namun pada tipe ini reboiler dibangun secara
horizontal. Cairan dari kolom menara distilasi akan mengalir akan mengalir
seacara crossflow di dalam reboiler tube. Kelebihan dari reboiler jenis ini
adalah:
- Lebih aman terhadap fouling.
- Lebih cocok untuk proses dengan beban kerja besar.
- Kekurangan dari reboiler ini adalah
- Butuh tambahan alat seperti pompa.
d. Internal Reboiler
Pada internal reboiler tube-nya disisipkan didalam kolom distilasi, yaitu
dibagian bawah kolom. Dimana bagian bawah kolom merupakan shell side-
nya dan bagian pemanasnya terdapat dalam tube side.
Kelebihan dari reboiler ini adalah:
- Tidak menggunakan shell ataupun pipa penghubung sehingga
komponennya lebih sederhana.
- Tidak adanya shell membuat harga reboiler yang murah.
Kekurangan dari reboiler ini adalah:
- Transfer panas yang terjadi terbatas.
- Dapat terbentuk buih yang akan mengganggu proses operasi.
Chain conveyor merupakan conveyor dengan rantai yang tidak terputus untuk
melakukan tarikan dari unit penggerak. Chain conveyor atau mesin kompayer
rantai merupakan cocok untuk menahan debu, penyilangan kecil, kombinasi
garis horizontal dan vertikal, dan temperatur tinggi.
d. Screw Conveyor
Screw conveyor adalah alat angkut bahan yang paling tepat untuk bahan padat
yang bertekstur bubur dan halus. . seperti namanya screw conveyor dilengkapi
dengan alat terbuat dari pisau berpilin disebut flight yang mengelilingi sumbu
sehingga bentuknya terlihat seperti sekrup. Biasanya wadah conveyor terbuat
dari lempeng baja, berbentuk setengah lingkaran, dengan sisi lurusnya terbuat
dari kayu.
e. Pheumatic Conveyor
Pheumatic conveyor atau disebut juga dengan mesin kompayer aliran udara
merupakan conveyor yang cocok digunakan untuk mengangkut bahan-bahan
ringan berbentuk bongkahan-bongkahan kecil melalui aliran udara.
Berdasarkan uraian diatas maka jenis conveyor yang digunakan adalah :
11.1 Belt Conveyor-1 (BC-01)
Tugas : Mengangkut padatan natrium hidroksida dari Silo-01 (SL-01) menuju
Mixer-01 (M-01).
Jenis Alat : Belt conveyor, continuous
Kondisi Operasi : T = 30oC, P = 1 atm.
Pemilihan ini dengan pertimbangan akan fleksibilitas belt conveyor daripada
yang lain (dapat mengangkut dengan kemiringan tertentu) dan konsumsi daya
yang relative kecil. Selain itu belt conveyor biasa digunakan untuk
mengangkut padatan natrium hidroksida dalam industri karena kesesuaian
dengan bentuk fisik padatan NaOH.
11.2 Bucket Elevator-1 (BE-01)
Tugas : Mengangkut natrium hidroksida menuju ke Silo.
Tipe : Chain Conveyor , Continous Bucket Elevator
Kondisi Operasi : T = 30oC, P = 1 atm
hanya baik digunakan untuk luas perpindahan panas yang relatif kecil
(kurang dari 200 ft).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semua heat exchanger
yang digunakan pada pabrik ini merupakan
13.1 Heat Exchanger-01 (HE-01)
o
Tugas : Memanaskan CPO dari 30 C hingga 60 oC dengan menggunakan
steam jenuh.
Tipe : Shell and Tube Heat Exchanger
Kondisi Operasi : T = 30oC, P = 1 atm
13.2 Heat Exchanger-02 (HE-02)
Tugas : Memanaskan umpan masuk R-01 dari 30 oC hingga 60 oC dengan
menggunakan steam jenuh.
Tipe : Shell and Tube Heat Exchanger
Kondisi Operasi : T = 30oC, P = 1 atm
13.3 Heat Exchanger-03 (HE-03)
Tugas : Menurunkan suhu keluaran EV-01 dari 95 oC hingga 40 oC
Tipe : Shell and Tube Heat Exchanger
Kondisi Operasi : T = 95oC, P = 1 atm
13.4 Heat Exchanger-04 (HE-04)
Tugas : Memanaskan campuran keluar tangki netralisasi sebelum masuk
knock out drum dari suhu 60 oC hingga 68 oC
Tipe : Shell and Tube Heat Exchanger
Kondisi Operasi : T = 60oC, P = 1 atm
13.5 Heat Exchanger-05 (HE-05)
Tugas : Menurunkan suhu hasil bawah Knock out drum dari 68 oC hingga 40
o
C dengan menggunakan air pendingin.
Tipe : Shell and Tube Heat Exchanger
Kondisi Operasi : T = 60oC, P = 1 atm
Untuk HE-01, HE-03, HE-04, HE-5 menggunakan jenis shell and tube
exchanger karena memiliki kapasitas perpindahan panas yang lebih besar
memiliki luas permukaan pepindahan panas yang lebih besar. Bahan yang
digunakan adalah stainless steel karena harga yang ekonomis dan tahan
terhadap korosi.
BAB V
NERACA MASSA
Output,
Input, kg/jam
Komponen kg/jam
Arus 1 Arus 2 Arus 4
NaOH 161,1381 0 161,1381
CH3OH 0 8.950,8263 8.950,8363
CPO 0 0 0
H2O 0 0 0
Metil Ester 0 0 0
Gliserol 0 0 0
H3PO4 0 0 0
Na3PO4 0 0 0
161,1381 8.950,8263
Total 9.111,9644
9.111,9644
Arus 4 Reaktor 1
Arus 4
Arus 3
Arus 6
Arus 7
Arus 5 Dekanter 1
Arus 12
Arus 8
Arus 7 Evaporator 1
Arus 9
Input,
Output,kg/jam
Komponen kg/jam
Arus 7 Arus 8 Arus 9
CH3OH 95,7707623 95,77076226 0
CPO 4.028,4537 0 4.028,4537
Metil Ester 76.901,6606 0 76.901,661
H2O 14,46 14,46 0
81.040,345 110,2307623 80.930,114
Total
81.040,34502
81.040,345
5. Dekanter (DC-02)
Arus 10
Arus 9 Decanter 2
Arus 11
Input,
Output,kg/jam
Komponen kg/jam
Arus 9 Arus 10 Arus 11
Metil Ester 76.901,66056 76.901,66056 0
CPO 4.028,4537 0 4.028,4537
80.930,11426 76.901,66056 4.028,4537
Total 80.930,11426 80.930,11426
6. Tangki Netralisasi
Arus 13
7. KO Drum
Arus 15
Arus 14 KO Drum
Arus 16
8. Menara Distilasi
Arus 17
Arus 18
BAB VI
NERACA PANAS
Output, kJ/jam
Komponen Input, kJ/jam
Tref = 298 K
Input
Output (kJ/jam)
Komponen (kJ/jam)
Arus 14 Arus 15 Arus 16
NaOH 0 0 0
CH3OH 1.537.588,806 1.277.173,309 15.605,49268
CPO 0 0 0
H2O 416.183,9932 404.634,4441 14.774,52298
Metil Ester 0 0 0
Gliserol 1.533.616,812 0 1.533.616,812
H3PO4 (303 K) 0 0 0
Na3PO4 58.043,29434 0 58.043,29434
241.585,0303
Qloss
1.681.807,753 1.863.625,153
Total
3.545.432,906 3.545.432,906
DAFTAR PUSTAKA
Supranto 2002. The Biodiesel Process Production from Vegetable Oil. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Suherman, Dr.-Ing. 2009. “Materi Teknik Kimia Universitas DIponegoro : Knock-
out Drum” 1 (2).
Yaws, Carl L. 1999. Chemical Properties Handbook: Physical, Thermodynamic,
Environmental, Transport, Safety, and Health Related Properties for Organic
and Inorganic Chemicals.
LAMPIRAN
A. NERACA MASSA
Data yang diperlukan dalam perhitungan neraca massa adalah berat molekul dari
masing-masing komponen yang disajikan dalam Tabel 1.
95% pada reaksi. Umpan masuk berupa CPO, air, kemudian Metanol dan
Natrium Hidroksida yang merupakan hasil keluaran dari mixer dengan
komposisi seperti pada tabel berikut.
R1COOR
NaOH +
+ 3 CH3OH + R2COOR (7)
+
R3COOR
Input,
Output,kg/jam
Komponen kg/jam
Arus 7 Arus 8 Arus 9
CH3OH 95,7707623 95,77076226 0
CPO 4.028,4537 0 4.028,4537
Metil Ester 76.901,6606 0 76.901,661
H2O 14,46 14,46 0
110,2307623 80.930,114
Total 81.040,345
81.040,34502
Tabel 7. Data Hasil Perhitungan Tiap Arus pada Decanter-2 ( DC-02 ) dalam
kg/jam
Input,
Output,kg/jam
Komponen kg/jam
Arus 9 Arus 10 Arus 11
Metil Ester 76.901,66056 76.901,66056 0
CPO 4.028,4537 0 4.028,4537
80.930,11426 76.901,66056 4.028,4537
Total 80.930,11426 80.930,11426
D = 9.291,2187
B = 93,8602
B. NERACA PANAS
Basis perhitungan = 1 jam operasi
Satuan operasi = kJ/jam
Temperature basis = 25oC atau 298 K
Neraca Panas ini menggunakan rumus-rumus perhitungan sebagai berikut:
Perhitungan panas yang masuk dan keluar
(11)
Panas Penguapan
(12)
Senyawa A B C D E
NaOH 87,6390 -0,0005 0,0000 0,0000 -
CH3OH (l) 40,1520 0,3105 -0,0010 0,0000 -
Metil Ester 183,5629 2,9000 -0,0063 0,0000 -
CPO 1.864,0160 0,0000 0,0000 0,0000 -
Gliserol 132,1450 0,8601 -0,0020 0,0000 -
H2O(l) 92,0530 -0,0400 -0,0002 0,0000 -
H3PO4 55,2096 301,3204 -0,0952 0,0423 -
Na3PO4 665,0000 - - - -
Hvap
Senyawa
(J/mol)
Methanol 35,1506
H2O 39,5095
(Yaws 1999)
Beban pemanas
Output,
Komponen Input, kJ/jam
kJ/jam
Sehingga dengan cara yang sama panas masuk dan keluar diperoleh
Output,
Komponen Input, kJ/jam
kJ/jam
Dengan cara yang sama untuk methanol, maka didapat beban pemanas
sebagai berikut
Beban pemanas
Dengan :
Masuk Keluar
Komponen Hf, kJ/mol M.del Hf Kj/jam M.del Hf Kj/jam
(kmol/jam) (kmol/jam)
CH3OH -201,9395 570,0642 -115.118.479,5159 299,2837 -60.437.201,7601
CPO -1.908,4825 95,0107 -181.326.258,2628 4,7505 -9.066.312,9581
H2O -286,9331 0,8033 -230.502,9237 0,8033 -230.502,9237
Metil Ester -636,1886 0,0000 0,0000 270,7805 -172.267.463,9763
(17)
Komponen Cp,kJ/kmolK
NaOH 87,1278
CPO 1.864,0160
Metil Ester 642,6923
Gliserol 261,4011
H2O(l) 75,6571
Dengan cara yang sama maka akan diperoleh perhitungan panas masuk
dan keluar setiap komponen,
Maka,
Qin total komponen = 9.697.794,6469 kJ/jam
Qout total komponen = 9.946.345,6479 kJ/jam
Qloss = Qout – Qin (18)
Qloss = 248.551,0009 kJ/jam
Qout total = Qout komponen + Qloss
Qout total = 10.194.896,6487 kJ/jam
Beban Pemanas = Qout total – Qin total komponen (19)
Komponen Cp,kJ/kmolK
NaOH 87,1278
CPO 1.864,0160
Metil Ester 642,6923
Gliserol 261,4011
H2O(l) 75,6571
Perhitungan :
Sehingga dengan cara yang sama panas masuk dan keluar diperoleh
Output, kJ/jam
Komponen Input, kJ/jam
Dengan data Cp :
= 8.362,9518 kJ/jam
= 3.288,659788 kg/jam
Qsteam in = msteam x Hv (24)
= 3.288,659788 kg/jam x 2.676 kJ/kg = 8.800.453,5918 kJ/jam
Qsteam out= msteam x Hc (25)
= 3.288,659788 kg/jam x 419,1 kJ/kg = 1.378.277,3170 kJ/jam
Sehingga didapatkan neraca panas Evaporator pada tabel berikut
b. Output
T = 60oC = 333 K
Panas arus output dihitung dengan persamaan (26)
c. Panas Reaksi
Reaksi yang terjadi di neutralizer merupakan reaksi antara sodium
hidroksida dan asam fosfat membentuk trisodium fosfat dan air.
(26)
Panas reaksi pada suhu 25oC (298 K) dihitung dengan menggunakan
persamaan :
Entalpi untuk flow massa dalam fasa uap dihitung dengan persamaan
berikut.
(27)
Dengan,
HV : entalpi fasa uap, kJ/kmol
λ : panas penguapan, kJ/kmol
CpG : kapasitas panas gas, kJ/kmol/K
Suhu referensi yang digunakan untuk perhitungan adalah sebesar
298 K.
Sementara itu, panas reaksi dapat dihitung dengan persamaan
berikut.
(28)
Dengan,
Qr : panas reaksi, kJ
nr : jumlah mol reaktan, kmol
nrx : jumlah mol reaktan yang bereaksi, kmol
np : jumla mol produk, kmol
ΔHf : panas pembentukan, kJ/kmol
ΔHf dari masing-masing komponen didapatkan dari Yaws (1999).
Dengan hasil perhitungan panas arus input, arus output dan panas reaksi pada
neutralizer N-01, maka besarnya Qpendingin dapat dihitung.
(29)
Dengan hasil perhitungan panas arus input dan arus output pada HE-04,
maka besarnya Qpemanas dapat dihitung.
Qpemanas = Qout – Qin (30)
Qpemanas = 3545432,906 – 1909079,257
Qpemanas = 1636353,649
Input
Arus 14
Komponen n cp (kJ/kg) Qin (kJ/jam)
(kmol/jam)
NaOH 0 0 0
CH3OH 296,2909 79,8378 1.537.588,806
CPO 0 0 0
H2O 84,6296 75,6571 416.183,9932
Metil Ester 0 0 0
Gliserol 90,2601 261,4011 1.533.616,812
H3PO4 0 0 0
Na3PO4 1,34282 665 58.043,29434
Total 3.545.432,906
Dengan hasil perhitungan panas arus input dan arus output pada HE-04,
maka besarnya Qpemanas dapat dihitung.
Qpendingin = Qin – Qout (32)
Qpendingin = 1622040,122 – 374316,9513
Qpendingin = 1247723,171
(33)
Komponen A B C
air 8,07131 1.730,63 233,426
methanol 8,08097 1.582,27 239,7
Ki = (34)
Flow, Ps,
Komponen yi T (oC) Ki xi
kmol/jam mmHg
Metanol 290,3506 0,9972 64,7972 766,7144 1,0088 0,9885
air 0,8162 0,0028 64,7972 185,4273 0,2440 0,0115
Total 291,1668 1,0000
Flow,
Komponen yi T (oC) Ps, mmHg Ki xi
kmol/jam
Metanol 293,2837 0,7823 79,2037 1.316,3728 1,6159 0,4841
air 81,6233 0,2177 79,2037 343,2357 0,4213 0,5167
Total 374,9070 1,0008
flow,
Komponen xi T (oC) Ps, mmHg Ki yi
kmol/jam
Metanol 2,9331 0,0350 102,3373 2.850,7136 3,1781 0,1113
air 80,8071 0,9650 102,3373 826,0263 0,9209 0,8886
Total 83,7402 0,9999
Flow,
Komponen kmol/jam CpdT Qin, kJ/jam
Metanol 293,2837 4.327,5083 1.269.188,2461
Air 81,6233 4.100,8975 334.729,3828
Total 1.603.917,6289
Distilat Bottom
Komponen Flow, Qout, Flow, Qout,
Cpdt Cpdt
Kmol/Jam kJ/Jam Kmol/Jam kJ/Jam
Metanol 290,3506 1.792,5844 520.478,9214 2,9331 6.174,4374 18.110,9603
Air 0,8162 1.254,2493 1.024,7599 80,8071 5.851,1117 472.811,8055
Total 521.503,6813 490.922,7658
0,38
=Hvap
(36)
Input,
Komponen kmol/jam Hv, kJ/kmol Q, kJ/jam
Metanol 444,2364 38.937,7806 17.297.579,3020
Air 1,2488 46.221,0863 57.722,5909
Total 17.355.301,8930
Ratna Pujianjani Kartikasari (16/395213/TK/44505)
Suksma Sotya Paramitha (16/395220/TK/44512)
Nada Razzaq (16/400161/TK/45175)
Prarancangan Pabrik Biodiesel dari CPO dan Metanol dengan Kapasitas
600.000 Ton/Tahun
Dengan hasil perhitungan panas arus input, arus output dan beban
pendinginan pada MD-01, maka besarnya Qreboiler dapat dihitung.
= -
= 521.503,6813 + 490.922,7658 + 17.355.301,8930 –
1.603.917,6289
= 16.763.810,7112 kJ/jam