Anda di halaman 1dari 3

Proses konversi biomassa ke bioenergi melewati serangkaian proses, hasil konversi dipengaruhi

oleh beberapa variabel, pengaruh variabel berbeda tergantung pada teknologi pemrosesan yang
digunakan. Dalam setiap teknologi, pengamatan untuk menentukan variabel optimun perlu
dilakukan untuk mendapatkan konversi terbaik. Berikut beberapa rangkuman teknologi yang
digunakan beserta variabel optimumnya seperti terlihat pada tabel ....

Jenis Biomassa Produk Energi Proses Variabel Hasil Referensi


Produksi
Limbah CPO Biofuel Cracking Metil Katalis biofuel 66,67% (Latipah et al.,
Ester NI/TIO2, 2017)
T=350 C, t=150
º

menit
CPO Organic Liquid Catalytic Katalis Na2CO3 OLP ± 59% (Mancio et al.,
Product Cracking 15%wt, 2016)
(biofuel) T=450ºC, t=100
menit
Minyak kelapa Biofuel Hydro- Katalis Biofuel 80% (Pratiwi &
sawit conversions : CaO/MgO Wantala, 2021)
hydrocracking 10%w
dan pyrolytic
catalysis T = 525ºC,
cracking t=120 menit

minyak nabati Biofuel perengkahan Katalis MoCo- Biofuel 48,19% (Sri Muryati et
yang (cracking) HZ al., 2018)
terkandung katalitik T=380ºC, t=120
didalam menggunakan menit
limbah Pabrik katalis MoCo-
Minyak HZ
Kelapa
Sawit (PMKS)
empty fruit Bio-oil, biogas, microwave T=500ºC (bio- Bio-oil : RH (Halim et al.,
bunch (EFB) biochar pyrolysis (MP) oil) ±24%w, EFB 2022)
and rice husk and ±28%w
(RH) pellets. conventional
pyrolysis (CP)
limbah serat Bioetanol pretreatment, (Ni’mah et al.,
kelapa sawit hidrolisis 2015)
asam dan
fermentasi
menggunakan
ragi tape
Pelepah kelapa bioethanol Separate Hydrolysis : Bioetanol 7% (Ahmad et al.,
sawit hydrolysis and H2SO4 2M 2012)
fermentation
(SHF) Fermentasi : 96
jam, yeast
Saccharomyces
cerevisiae
Serat Sawit bioethanol pretreatment, Delignifikasi Rendemen (Ahmad et al.,
acid hydrolysis dg H2SO4 2,5%v 5,25%v 2022)
and
fermentation Fermentasi
t=96 jam, yeast
Saccharomyces
cerevisiae
Tabel Proses produksi bioenergi dari limbah sawit serta variabel proses.

Berdasarkan tabel yang disajikan bahwa proses produksi bioenergi (bioetanol dan biofuel) dari
limbah industri sawit dipengaruhi oleh bebrapa variabel pada proses yang berbeda. Proses
produksi biofuel yang menghasilkan gasoline, kerosine, solar umunya dilakukan dengan proses
cracking atau pemutusan rantai karbon (Pratiwi & Wantala, 2021). Pada proses cracking ini
variabel yang berpengaruh meliputi jenis katalis yang diggunakan, waktu reaksi, dan temperatur
proses. Sedangkan pada produksi bioetanol yang umunya dilakukan dengan fermentasi bebrapa
variabel yang berpengaruh meliputi waktu fermentasi, kadar gula, jenis yeast dkk.

Pengaruh variabel pada proses cracking


 jenis katalis
Katalis dalam proses membantu sebagai promotor untuk pemotongan dan delpolimerisasi
pada reaksi (Halim et al., 2022). Katalis yang digunakan pada proses produksi biofuel
umunya berupa katalis asam, alkali, logam dan zeolit. Penggunaan katalis asam
kebanyakan menghasilkan senyawa berkarbon seperti kokas dan senyawa teroksigenisasi
tinggi ((Pratiwi & Wantala, 2021). Menurut (Mancio et al., 2016) penambahan jumlah
katalis dalam reaksi membuat perolehan hasil gas dan air meningkat, sedangkan kondisi
optimum perolehan biofuel terbesar didapat pada penambahan katalis 15%wt.
 waktu reaksi
waktu reaksi memiliki pengaruh yang dominan dimana semakin lama waktu kontak
reaktan dengan katalis akan semakin banyak merubah reaktan menadi hasil proses.
Penentuan waktu optimum dilakukan untuk mencari hasil produk dengan konversi dan
selektivitas tertinggi pada produk yang diharapkan. Menurut (Burimsitthigul et al.,
2021) waktu reaksi yang melebihi optimum akan menghasilkan konversi yang lebih tinggi
namun dengan selektivitas biofuel yang rendah dikarenakan teradinya reaksi yang
menghasilkan pemotongan rantai karbon lebih lanjut menjadi gas.
 suhu proses
Suhu berpengaruh pada proses produksi biofuel melalui cracking, dimana pengaruh suhu
tidak linier, namun merupakan suhu optimum yang bergantung pada jenis katalis yang
digunakan. Dapat dilihat pada tabel bahwa suhu optimum yang digunakan selama proses
berbeda-beda, namun dalam pengamatan pengaruh suhu dibawah optimum menghasilkan
konversi yang lebih rendah dikarenakan adanya coke formation yang menutupi
permukaan katalis ((Pratiwi & Wantala, 2021). sedangkan suhu diatas optimum
memberikan hasil yang lebih rendah karena terjadinya proses cracking lanjutan yang
menghasilkan biogas ((Burimsitthigul et al., 2021).

Pengaruh variabel pada proses fermentasi bioetanol


 waktu fermentasi
 yeast
 hidrolisis
pada jurnal yang dirangkum dalam tabel, proses hidrolisis dilakukan menggunakan asam
sulfat, perbedaan konsentrasi asam sulfat berpengaruh terhadap reaksi berupa .....
Dapus

Ahmad, A., Amri, I., & Nailah, R. (2012). Produksi bioetanol generasi kedua dari pelepah kelapa
sawit dengan variasi pretreatment H2SO4 dan waktu fermentasi Adrianto. Journal of
Bioprocess Chemical and Environmetal Engineering Science, 66, 37–39.
Ahmad, A., Rahmad, Rita, N., & Noorjannah, L. (2022). Effect of acid hydrolysis on bioethanol
production from oil palm fruit bunches. Materials Today: Proceedings, xxxx.
https://doi.org/10.1016/j.matpr.2022.02.461
Burimsitthigul, T., Yoosuk, B., Ngamcharussrivichai, C., & Prasassarakich, P. (2021). Hydrocarbon
biofuel from hydrotreating of palm oil over unsupported Ni–Mo sulfide catalysts. Renewable
Energy, 163, 1648–1659. https://doi.org/10.1016/j.renene.2020.10.044
Halim, S. A., Mohd, N. A., & Razali, N. A. (2022). A comparative assessment of biofuel products
from rice husk and oil palm empty fruit bunch obtained from conventional and microwave
pyrolysis. Journal of the Taiwan Institute of Chemical Engineers, 134, 104305.
https://doi.org/10.1016/j.jtice.2022.104305
Latipah, N., Sundaryono, A., & Elvia, R. (2017). Titanium Oksida dan Implementasinya pada
Pembelajaran Kimia (Biofuel Production of CPO Waste with Ni/Tio 2 and Co/Tio 2 Catalyst
and Implementation Of Chemical Learning ). FKIP Universitas Bengkulu, 2(1), 19–24.
Mancio, A. A., da Costa, K. M. B., Ferreira, C. C., Santos, M. C., Lhamas, D. E. L., da Mota, S. A. P.,
Leão, R. A. C., de Souza, R. O. M. A., Araújo, M. E., Borges, L. E. P., & Machado, N. T. (2016).
Thermal catalytic cracking of crude palm oil at pilot scale: Effect of the percentage of
Na2CO3 on the quality of biofuels. Industrial Crops and Products, 91, 32–43.
https://doi.org/10.1016/j.indcrop.2016.06.033
Ni’mah, L., Ardiyanto, A., & Zainuddin, M. (2015). Pembuatan Bioetanol Dari Limbah Serat Kelapa
Sawit Melalui Proses Pretreatment, Hidrolisis Asam Dan Fermentasi Menggunakan Ragi
Tape. Info Teknik, 16(2), 227–242.
Pratiwi, R. G., & Wantala, K. (2021). Hydro-conversion of palm oil via continuously pyrolytic
catalysis to biofuels over oxide-based catalyst derived from waste blood clamshell: Effect of
magnesium contents. Molecular Catalysis, September 2020, 111468.
https://doi.org/10.1016/j.mcat.2021.111468
Sri Muryati, T., Sundaryono, A., Handayani, D., & Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP, P.
(2018). Pembuatan Biofuel dari Limbah Cair PMKS dengan Katalis MoCo-HZ. ALOTROP, Jurnal
Pendidikan Dan Ilmu Kimia, 2(2), 161–165.

Anda mungkin juga menyukai