Anda di halaman 1dari 20

Laporan Kasus

KATARAK SENILIS IMATUR

Oleh:
Indri Devita
NIM 1708436416

Pembimbing :
dr. Handoko Pratomo, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU
2019

0
BAB I

PENDAHULUAN

Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang

menghalangi sinar masuk kedalam mata.1 Katarak atau kekeruhan karna lensa

merupakan masalah kesehatan global yang harus segera diatasi. 2

Katarak merupakan penyebab kebutaan diseluruh dunia sekitar 50%,

seiring dengan peningkatan usia harapan hidup dan banyaknya jumlah orang

terkena katarak.2 World Heart Organization ( WHO, 2013), penyebab gangguan

pengelihatan terbanyak adalah gangguan refraksi yang tidak terkoreksi.2

Prevalensi katarak di Indonesia menurut hasil pemeriksaan petugas

enumerator tahun 2013 sebesar 1,8%, sedangkan prevalensi katarak di Provinsi

Riau sebesar 1,9 %, dan prevalensi tertinggi terlihat di indra giri hilir (3,1%) di

ikuti pelalawan (3,0%) dan Kuantan Singingi (2,7%).

Katarak merupakan suatu penyakit sesuai dengan perkembangan usia,

lensa kristalin bersifat jenih selama masa pertumbuhan hingga usia kurang dari

45 tahun, setelah itu akan terjadi progresifitas kekeruhan lensa kristalina oleh

karena kerusakan protein dan sel lensa. Katarak dapat terjadi pada semua umur

tergantung pada faktor pencetusnya, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

kejadian penyakit katarak adalah proses penuaan seperti katarak senilis.

Sedangkan beberapa faktor yang terkait dengan kejadian katarak antara lain jenis

kelamin, penyakit diabetes mellitus, merokok, dan pekerjaan.2 Dengan

mengetahui faktor – faktor yang dapat mempengaruhi penyakit katarak penulis

dapat meningkatkan pencegahan dalam penurunan jumlah penderita penyakit k

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
2.1.1 Lensa
Lensa berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa menyumbang kekuatan
refraksi sebanyak 15-20 dioptri dalam penglihatan. Kutub anterior dan posterior

lensa dihubungkan oleh garis khayal yang disebut axis, sedangkan equator

merupakan garis khayal yang mengelilingi lensa. Lensa merupakan struktur yang

tidak memiliki pembuluh darah dan tidak memiliki pembuluh limfe. Di dalam

mata, lensa trfiksir pada serat zonula yang berasal dari badan silier. Serat zonula

tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior

dari kapsul lensa. Kapsul ini merupakan membran dasar yang melindungi

nukleus, korteks dan epitel lensa. 3


1. Kapsul
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparan

tersusun dari kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul

ini mengandung isi lensa serta mempertahankan bentuk lensa pada saat
akomodasi. Bagian paling tebal kapsul berada di bagian anterior dan

posterior zona pre- equator dan bagian paling tipis berada di bagian

tengah kutub posterior.

2. Serat Zonula
Lensa terfiksir oleh serat zonula yang berasal dari lamina basal pars Plana

dan pars plikata badan silier. Serat-serat zonula ini menyatu dengan lensa

pada bagian anterior dan psterior kapsul lensa


3. Epitel Lensa
Tepat di belakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel.

Sel - sel epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan sel-

2
sel lainnya, seperti sintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel tersebut

juga dapat membentuk ATP untuk memenuhi kebutuhan energi lensa. Sel-

sel epitel yang baru terbentuk akan menuju equator lalu berdiferensiasi

menjadi serat lensa.


4. Nukleus dan Korteks
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akan
menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa. Serat-

serat paling tua yang terbentuk merupakan lensa fetus yang diproduksi

pada fase embrionik dan masih menetap hingga sekarang. Serat-serat

yang baru akan membentuk korteks dari lensa. Palpebra superior maupun

inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan

melindungi bola mata bagian anterior. Fungsinya adalah melindungi dari

benda asing dan cahaya yang berlebihan serta membantu menyebarkan

lapisan tipis air mata. Ketika mata terbuka, palpebra superior menutupi

1/6 bagian kornea dan palpebra inferior hanya menutupi bola mata

sampai batas limbus saja.

2.1.2 Fisiollogi Lensa


Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk

memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot – otot siliaris relaksasi,

menegangkan serat zonula dan memeperkecil diameter anteroposrterior lensa

sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas

cahaya paralelel atau focus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda

dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul

lensa yang elastic kemudian mempengaruhi lensa mnjadi lebih sferis diirtingi

oleh peningkatan daya biasnya. Kerja sama fisiologik tersebut antara korpus

siliaris, zonula dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal

3
sebagai akomodasi. Seiiring dengan bertambahnya usia, kemampuan refraksi

lensa perlahan – lahan berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang

mana sebagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bitnik kuning. 5,6

Gambar 1 Anatomi lensa

2.1.3 Akomodasi Lensa


Mekanisme yang dilakukan mata untuk merubah fokus dari benda jauh ke
benda dekat disebut akomodasi. Akomodasi terjadi akibat perubahan lensa oleh
aksi badan silier terhadap serat-serat zonula. Setelah umur 30 tahun, kekakuan
yang terjadi di nukleus lensa secara klinis mengurangi daya akomodasi.Saat
otot silier berkontraksi, serat zonular relaksasi mengakibatkan lensa menjadi

lebih cembung. Ketika otot silier berkontraksi, ketebalan axial lensa meningkat,

kekuatan dioptri meningkat, dan terjadi akomodasi. Saat otot silier relaksasi,

serat zonular menegang, lensa lebih pipih dan kekuatan dioptri menurun.3

Tabel 2.1 Perubahan yang terjadi saat akomodasi

Terjadinya akomodasi dipersarafi oleh saraf simpatik cabang nervus III

(okulomotorius).
2.2 Katarak Senilis

2.2.1 Definisi

4
Katarak Senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia

lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Pada katarak senilis terjadi penurunan

penglihatan secara bertahap dan lensa mengalami penebalan secara progresif. 7

2.2.2 Etiologi

Penyebab sebenarnya dari katarak senilis adalah proses degenerasi, yang

menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengaruh lensa dapat

diperberat oleh faktor resiko lain seperti bahan toksik khusus ( kimia dan fisik),

keracunan beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan katarak seperti

kortikosteroid, serta kelainan sistemik atau metabolik seperti diabetes melityus,

hipertensi. 7

2.2.3 Klasifikasi

Klasifikasi katarak senilis secara klinis dibagi dalam 4 stadium, yaitu :

1. Katarak Insipien

Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak

seperti bercak bercak yang membentuk gerigi dangan dasar di

perifer dan daerah jernih di antaranya. Kekeruhan biasanya

terletak di korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini pada

awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium ini

terdapat keluhan poliopia yang disebabkan oleh indeks refraksi

yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang

menetap untuk waktu yang lama.

5
Gambar 1 . katarak insipiens 7

2. Katarak Imatur

Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi

belum mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat

bagian-bagian yang jernih pada lensa. Terjadi penambahan

volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa

yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung akan

dapat menimbulkan hambatan pupil, mendorong iris ke depan,

mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga terjadi glaukoma

sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau sahadaw test,

maka akan terlihat bayangn iris pada lensa, sehingga hasil uji

shadow test (+).

Gambar 2 katarak imatur7

6
3. Katarak Matur

Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa.

Proses degenerasi yang berjalan terus maka akan terjadi

pengeluaran air bersama hasil disintegrasi melalui kapsul,

sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata depan akan

berukuran kedalaman normal kembali. Tidak terdapat bayangan

iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negative.

Gambar 3 katarak matur 7

4. Katarak Hipermatur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa

lensa yang mengalami degenerasi akan mencair dan keluar

melalui kapsul lensa. Lensa menjadi mengecil dan berwarna

kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang

tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat

keluar, maka korteks akan memperlihatkan sekantong susu

dengan nukleus yang terbenam di korteks lensa. Keadaan ini

disebut sebagai katarak Morgagni.Uji bayangan iris memberikan

gambaran pseudopositif. Cairan/protein lensa yang keluar dari

lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata

karena di anggap sebagai benda asing. Akibatnya dapat timbul

7
komplikasi uveitis dan glaukoma karena aliran melalui COA

kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan

cairan/protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan

bola mata.

Tabel 1 Perbedaan stadium katarak senilis.7

2.2.4 Patofisiologi

Komponen terbanyak dalam lensa adalah air dan protein. Dengan tuanya

seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa

akan menjadi padat di bagian tengahnya, sehingga kemampuan fokus untuk

melihat benda dekat berkurang. Pada usia tua akan terjadi pembentukan lapisan

kortikal yang baru pada lensa yang mengakibatkan nukleus lensa terdesak dan

mengeras (sklerosis nuklear). Pada saat ini terjadi perubahan protein lensa yaitu

terbentukanya protein dengan berat molekul yang tinggi dan mengakibatkan

perubahan indeks refraksi lensa sehingga memantulkan sinar masuk dan

mengurangi transparansi lensa. Perubahan kimia ini juga diikut dengan

8
pembentukan pigmen pada nuklear lensa.Pada keadaan normal lensa mata

bersifat bening. Seiring dengan pertambahan usia lensa mata dapat mengalami

perubahan warna menjadi kuning keruh atau coklat keruh. Proses ini dapat

menyebabkan gangguan penglihatan (pandangan kabur/buram) pada seseorang.

Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil berwarna

putih dan abu-abu. Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi

di lensa seperti korteks dan nukleus. Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat

seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa bahkan reaksi fundus bisa

hilang sama sekali.

2.2.4 Diagnosis

Diagnosis Katarak Katarak didiagnosa melalui anamnesis, pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan penunjang yang lengkap. Keluhan yang membawa

pasien datang antara lain:7,8

1. Pandangan kabur

Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang

progresif atau berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak

mengalami kemajuan dengan pin-hole.

2. Penglihatan silau

Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau,

dimana tigkat kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontras

yang menurun dengan latar belakang yang terang hingga merasa silau di

siang hari atau merasa silau terhadap lampu mobil yang berlawanan arah

atau sumber cahaya lain yang mirip pada malam hari. Keluhan ini sering

kali muncul pada penderita katarak kortikal.

9
3. Sensitifitas terhadap kontras

Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien

dalam mengetahui perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang

berbeda warna, penerangan dan tempat. Cara ini akan lebih menjelaskan

fungsi mata sebagai optik dan uji ini diketahui lebih bagus daripada

menggunakan bagan Snellen untuk mengetahui kepastuian fungsi

penglihatan; namun uji ini bukanlah indikator spesifik hilangnya

penglihatan yang disebabkan oleh adanya katarak.

5. Miopisasi

Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan

kekuatan dioptri lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang

ringan hingga sedang. Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata

bacanya akan berkurang karena pasien ini mengalami penglihatan kedua.

Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan memburuknya kualitas

lensa,rasa nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti dengan

terjadinya katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang

asimetris pada kedua mata bisa menyebabkan anisometropia yang tidak

dapat dikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi

katarak.

6. Variasi Diurnal

Penglihatan Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita

mengeluhkan penglihatan menurun pada siang hari atau keadaan terang

dan membaik pada senja hari, sebaliknya paenderita katarak kortikal

10
perifer kadang-kadang mengeluhkan pengelihatan lebih baik pada sinar

terang dibanding pada sinar redup.

7. Distorsi

Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam

menjadi tampak tumpul atau bergelombang.

8. Diplopia monokule

Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi

ireguler dari lensa yang keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang

dibedakan dengan diplopia binocular dengan cover test dan pin hole. 9.

Perubahan persepsi warna Perubahan warna inti nucleus menjadi

kekuningan menyebabkan perubahan persepsi warna, yang akan

digambarkan menjadi lebih kekuningan atau kecoklatan dibanding warna

sebenarnya.

Pemeriksaan Fisik Untuk menegakkan diagnosa katarak dilakukan

pemeriksaan sebagai berikut :

 Pemeriksaan tajam penglihatan

 Pemeriksaan refleks pupil .

 Pemeriksaan oftalmoskop.

 Pemeriksaan Tekanan Intra Okuler.

2.2.5 Tata laksana

Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan

apabila tajam penglihatan sudah menurun dan mengganggu kehidupan sosial

sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila katarak ini menimbulkan

penyulit. Terdapat dua jenis pembedahan pada katarak yaitu Intracapsular

11
Cataract Extraction (ICCE) atau ekstraksi intrakapsular dan Extracapsular

Cataract Extraction (ECCE) atau ekstraksi ekstrakapsular.

1. Intracapsular Cataract Extraction (ICCE) atau ekstraksi intrakapsular

Jenis pembedahan yang sudah jarang dilakukan ini adalah mengangkat

lensa intoto, yakni mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsulnya,

melalui insisi limbus superior 140 hingga 160 derajat. Pembedahan ini

dapat dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi

dan mudah putus. Pada ekstraksi ini tidak akan terjadi katarak sekunder.

2. Extracapsular Cataract Extraction (ECCE) atau ekstraksi

ekstrakapsular. Ekstraksi ini adalah tindakan pembedahan pada lensa

katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau

merobek kapsul lensa anterior sehingga masa lensa dan korteks lensa

dapat keluar melalui robekan tersebut. Jenis pembedahan ini sejak

beberapa tahun silam telah menjadi operasi pembedahan katarak yang

paling sering dilakukan karena apabila kapsul posterior utuh, maka lensa

intraokuler dapat dimasukkan ke dalam kamera posterior.Insidensi

komplikasi pasca-operatif lebih kecil terjadi jika kapsul posteriornya

utuh. 10

3. Fakoemulsifikasi

Fakoemulsifikasi dengan irigasi atau aspirasi (atau keduanya) adalah

teknik ekstrakapsular yang menggunakan getaran - getaran ultrasonik

untuk mengangkat nukleus dan korteks melalui insisi limbus yang kecil

(2-5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca operasi. 10

Prognosis

12
Katarak senilis biasanya berkembang lambat. Jika katarak dapat dengan

cepat terdeteksi serta mendapatkan pengobatan dan pembedahan katarak yang

tepat maka 95 % penderita dapat melihat kembali dengan normal.

RAHASIA

STATUS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU

13
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. An Pekerjaan :-


Umur : 73 tahun Pendidika :-
Jenis kelamin : Perempuan MR : 01006721
Alamat : jl. Gurita ujung Tanggal pemeriksaan :24/01/2019

Keluhan Utama :
Kedua mata kabur tanpa mata merah sejak 3 bulan SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang:


Kedua mata kabur sejak 3 bulan, pandangan kedua mata mulai terasa
kabur perlahan, pandangan seperti melihat asap, awalnya pasien agak kesulitan
untuk melihat jauh. Pandangan semakin lama semakin kabur dan silau pada siang
hari sehingga mengganggu pengelihatan pasien, pasien sebelumnya tidak pernah
jatuh, sakit kepala tidak ada, pasien belum pernah berobat sebelumnya.Oleh
karena keluhan semakin memberat, akhirnya berobat ke poli mata RSUD Arifin
Ahmad.

Riwayat penyakit dahulu :


Riwayat DM (-)
Hipertensi (+) sudah 15 tahun

Riwayat pengobatan :
Pasien mengkonsumsi amlodipine 1 x 10 mg sejak 15 tahun
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
Tanda – tanda vital : TD : 140/90mmHg
Nadi : 88x/menit
Nafas : 20x/menit
Suhu : 36,60C

STATUS OPTHALMOLOGI

14
OD OS
20/50 Visus tanpa 20/60
koreksi
PH (-) Visus dengan PH (-)
koreksi
Normal Posisi bola mata Normal
Gerakan bola
mata

Baik, kesegala arah Baik, kesegala arah


14 Tekanan bola 13
mata
Tenang Palpebra Tenang

Normal Konjungtiva Normal


Jernih Kornea Jernih
Tenang Sklera Tenang
Dalam COA Dalam
Bulat, sentral, Ø 2 mm, Iris/pupil Bulat, sentral, Ø 2 mm,
refleks cahaya langsung dan
refleks cahaya langsung
tidak langsung +/+
dan tidak langsung +/+

Keruh, Shadaw test (+) Lensa Keruh, Shadaw test (+)


Funduskopi
refleks (+) Refleks fundus refleks (+)
Jernih Vitreus Jernih
Bulat, batas tegas CDR 0,3 Papil Bulat,batas tegas CDR 0,3
mm, mm,
Dalam batas normal Retina Dalam batas normal
Edema (-), refleks (+) Makula Edema (-), refleks (+)

RESUME :
Ny. An 73 tahun, Kedua mata kabur sejak 3 bulan, pandangan kedua mata
mulai terasa kabur perlahan, pandangan seperti melihat asap, awalnya pasien
agak kesulitan untuk melihat jauh. Pandangan semakin lama semakin kabur dan
silau pada siang hari sehingga mengganggu pengelihatan pasien Pemeriksaan
ofthalmologi pada mata kiri visus 20/50 dan mata kanan visus 20/60 mata kanan

15
dan mata kiri didapatkan shadaw test positif, pada pemeriksaan funduskopi
dalam batas normal.

Pemeriksaan anjuran :

Diagnosis Kerja:
Katarak senilis imatur ODS
Hipertensi grade 1
Penatalaksanaan
Nonfarmakologi :
- Katarak senilis imatur ODS
Anjuran Operasi Fekoemulsifikasi dan pemasangan intra ocular lens (IOL)
- Hipertensi grade 1 terkontrol
Amlodipin 1 x 10 mg

Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad kosmetikum : bonam

16
Daftar Pustaka

1. Hamidi S. faktor faktor yang berhubungan dengan terjadinya katarak


senilis pada pasien di poli mata RSUD bangkinang . Vol 1. No.1. 2017
2. Hadini M.A, Eso. A, Wicaksono S. analisis faktor resio yang
berhubungan dengan kejadian katrak senilis pkdi RSUD bahtaramas Vo.
3 No. 2. 2016
3. Amrican academy of opthamology lens and cataract 1997-1998.
Sanfranssisco. AAO
4. World health organization blindness and vision impairment prevention
[ dikutip tanggal : 7 juli 2018]. Tersedia dari URL :
http//www.who.int/blindness/causes/priority/en/index1.html.
5. Majumder PD. Anatomy of lens .[dikutip tanggal 7 juli 2018]. Tersedia dari
URL http//www.eophtha.com/eeoptha/anatomy/anatomyflens.html.
6. Ilyas S, yuliati SR. ilmu penyakit mata. Edisi ke 5. Jakarta FKUI 2014.
7. Victor VD, et al. senile cataract in Medscape refrance. 2012. Download
http.// emidicine Medscape.com/ article
8. American academi of opthamologi. Basic clinical lens and cataract.
Sactionall. 1999-2000
9. Voughan DG, Asbury T, Riordan p. oftalmologi umum. Jakarta. 2000

17
18
19

Anda mungkin juga menyukai