Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salmonella typhi (S. typhi) merupakan kuman pathogen penyebab


demam tifoid, yaitu suatu penyakit infeksi sistemik dengan gambaran
demam yang berlangsung lama, adanya bakteremia disertai inflamasi yang
dapat merusak usus dan organ-organ hati. Demam tifoid merupakan
penyakit menular yang tersebar di seluruh dunia, dan sampai sekarang
masih menjadi masalah kesehatan terbesar di negara sedang berkembang
dan tropis seperti Asia Tenggara, Afrika dan Amerika Latin. Insiden
penyakit ini masih sangat tinggi dan diperkirakan sejumlah 21juta kasus
dengan lebih dari 700 kasus berakhir dengan kematian.
Di Indonesia, insiden demam tifoid diperkirakan sekitar 300-810
kasus per 100.000 penduduk per tahun, berarti jumlah kasus berkisar antara
600.000-1.500.000 pertahun. Hal ini berhubungan dengan tingkat higienis
individu, sanitasi lingkungan dan penyebaran kuman dari karier atau
penderita tifoid. Pada daerah endemis yang sanitasi dan kesehatannya
terpelihara baik, demam tifoid muncul sebagai kasus sporadic 4J0'".
Berdasarkan hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 1986
demamtifoidmenyebabkankematian 3% dari seluruh kematian di Indonesia.
Rata-rata kasus kematiandan komplikasi demam tifoid selalu berubah antar
wilayah endemis yang berbeda. S.typhi dapat menyebabkan penyakit yang
parah di suatu wilayah tetapi hanya menimbulkan gejala penyakit yang
ringan pada wilayah yang lain, berarti ada hubungan antara perbedaan
wilayah dengan tingkat keparahan penyakit.
Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang di kawasan
Asia Tenggara dengan konsekuensi pertumbuhan dan perkembangan
ekonomi yang cepat, menimbulkan dampak terjadinya urbanisasi dan
migrasi pekerja antar negara yang berdekatan seperti Malaysia, Thailand

1
dan Filipina. Mobilisasi antar pekerja ini memungkinkan terjadinya
perpindahan atau penyebarang alur (S. typhi) antar Negara endemis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Definisi Demam Tifoid ?


2. Apa Etiologi Patent Demam Tifoid ?
3. Bagaimana Manifestasi Klinis Demam Tifoid ?
4. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Demam Tifoid ?
5. Bagaimana Penatalaksanaan Demam Tifoid ?
6. Masalah yang lazim muncul Demam Tifoid ?
7. Diascharge Planning Demam Tifoid ?
8. Bagaimana Patofisilogi Demam Tifoid ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Definisi Demam Tifoid
2. Untuk mengetahui Etiologi Demam Tifoid
3. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Demam Tifoid
4. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Demam Tifoid
5. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Demam Tifoid
6. Untuk mengetahui Masalah yang lazim Demam Tifoid
7. Untuk mengetahui Diascharge Planning Demam Tifoid
8. Untuk mengetahui Patofisilogi Demam Tifoid

1.4 Metode Penulisan


Metode yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini dengan
menggunakan studi literature untuk mempermudah dalam penyusunan
laporan pendahuluan ini.

2
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika dalam pembuatan makalah ini adalah :

BAB I : Berisi Tentang Pendahuluan

BAB II : Berisi Tentang Tinjauan Teoritis

BAB III : Berisi Tentang Asuhan Keperawatan

BAB III : Berisi Tentang Kesimpulan Dan Saran

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Demam Tifoid

1. Menurut Rahayu ( 2000 )

Proses makanan atau minuman terkontaminasi didukung oleh faktor lain


yakni manusia yang terlibat langsung dengan pengolahan bahan
makanan serta perilaku kebersihan diri perorangan yang baik karena
bakteri sering ditemukan pada tangan.

2. Menurut Dian (2007)

Penularan demam tifoid selain didapatkan dari menelan makanan atau


minuman yang terkontaminasi dapat juga dengan kontak langsung jari
tangan yang terkontaminasi tinja, urin, secret saluran nafas atau dengan
pus penderita yang terinfeksi.

3. Menurut Rakhman ( 2009 )

Kebersihan diri salah satu penularan dari penyakit saluran pencernaan


adalah melalui tangan yang tercemar oleh mikroorganisme yang
merupakan penyebab penyakit. Mencuci tangan sesudah buang air
besar, mencuci tangan sebelum makan akan melindungi seseorang dari
infeksi penyakit kemudian kondisi kuku jari tangan seseorang juga
mempengaruhi terjadinya demam tifoid, mencuci tangan dengan benar
harus menggunakan sabun serta air yang mengalir karena menggosok
sela-sela jari dan kuku dapat mencegah bakteri yang berada di kuku jari
tangan. Pencucian tangan dengan sabun dan diikuti dengan pembilasan
dapat menghilangkan mikroba yang terdapat pada tangan-tangan yang
kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan virus
pathogen dari tubuh, tinja atau sumber lain ke dalam makanan atau
minuman. Kombinasi antara aktivitas sabun sebagai pembersih,

4
penggosokan dan aliran air akan menghanyutkan partikel kotoran yang
banyak mengandung mikroba.

4. Menurut Widoyono ( 2011 )

Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C.
Penularan demam tifoid melalui fecal dan oral yang masuk ke dalam
tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
5. Menurut Kementrian RI ( 2012 )
Demam tifoid merupakan penyakit yang rawan terjadi di Indonesia,
karena karakteristik iklim yang sangat rawan dengan penyakit yang
berhubungan dengan musim. Terjadinya penyakit yang berkaitan
dengan musim yang ada di Indonesia dapat dilihat meningkatnya
kejadian penyakit pada musim hujan. Penyakit yang harus diwaspadai
pada saat musim hujan adalah ISPA, leptosiposis, penyakitkulit, diare,
demam berdarah dan demam tifoid .

6. Menurut Nurvina ( 2013 )

Penyakit demam tifoid termasuk penyakit menular yang tercantum


dalam Undang-undang nomor 6 tahun 1962 tentang wabah. Penyakit
demam tifoid merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat
menyerang banyak orang, sehingga dapat menimbulkan wabah. Pada
daerah endemik penyabab utama penularan penyakit demam tifoid
adalah air yang tercemar sedangkan di daerah non–endemik makanan
yang terkontaminasi oleh carrier merupakan hal yang paling
bertanggung jawab terhadap penularan demam tifoid.

5
2.2 Etiologi Demam Tifoid

Sallmonella typhi sama dengan Sallmonella yang lain adalah bakteri


Gram-negatif, mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk
spora, fakultatif anaerob, mempuntai antigen somatic (O) yang terdiri dari
ologosakarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari protein dan encelope
antigen (K) yang terdiri dari polisakarida. Mempunyai makromolekuler
lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan
dinamakan endotoksin. Sallmonella tyhpi juga dapat memperoleh plasmid
factor-R yang berkaitan dengan retensi terhadap multiple.

Menurut Hornick (1978), transmisi Sallmonella typhi ke dalam


tubuh manusia dapat melalui hal-hal berikut :

1. Transmisi oral

2. Transmisi dari tangan ke mulut

3. Transmisi kotoran

2.3 Manifestasi Klinis Demam Tifoid

Menurut ( Sudoyo Aru, dkk 2009 ), antara lain :

1. Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari

2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama

3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani


akan menyebabkan syok, stupor dan koma

4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari

5. Nyeri kepala

6. Nyeri perut

6
7. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi

8. Pusing, bradikardia, nyeri otot

9. Batuk

10. Epiktasis

11. Lidah yang beselaput ( kotor ditengah, tepi, dan ujung merah serta
tremor )

12. Hepatomegali, Splenomegali, Meteroismus

13. Gangguan mental berupa samnolen

Periode infeksi demam tifoid, gejala dan tanda :

7
Keluhan dan Gejala Demam Tifoid
Minggu Keluhan Gejala Patologi
Minggu Panas Ganggun saluran Bakteremia
pertama berlangsung cerna
insidious, tipe
panas stepladder
yang mencapai
39-40°,
menggigil, nyeri
kepala

Minggu kedua Rash, nyeri Rose sprot, Vaskulitis,


abdomen, diare splenomegali, hyperplasia
ataukonstipasi hepatomegali pada payers
delirium patches, nodul
tifoid pada
limpa dan hati
Minggu ketiga Komplikasi : Melena, illus, Ulserasi pada
perdarahan ketegangan payers patches,
saluran cerna, abdomen, koma nodul tifoid
perforasi, syok pada limpa dan
hati
Minggu Keluhan Tampak sakit Kolilitiasis,
keempat, dst menurun, relaps, berat, kakeksia carrier kronik
penurunan BB

8
2.4 Pemeriksaan Penunjang Demam Tifoid

1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap. Dapat ditemukan leucopenia,


dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal. Leukositosis dapat
terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.

2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT. SGOT dan SGPT sering meningkat,


tetapi akan kembali normal setelah semubh. Peningkatan SGOT dan
SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus.

3. Pemeriksaan Uji Widal. Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya


antibody terhadap bakteri Sallmonella typhi. Uji widal dimaksudkan
untuk menentukan adanya agglutinin typhi maka penderita membuat
antibaodi ( aglutinin )

4. Kultur. Kultur darah ( bisa positif pada minggu pertama ), kultur urin (
bisa postif akhir minggu kedua ), kultur feses ( bisa positif dari minggu
kedua hingga minggu ketiga )

5. Anti Sallmonella tyhpi Ig M. Pemeriksaan ini dilakukan untuk


mendeteksi secara dini infeksi akut Sallmonella typhi, karena antibody
Ig M muncul pada hari ke-3 dan 4 terjadinya demam.

2.5 Penatalaksanaan Demam Tifoid

1. Non Farmakologi

1) Bed rest

2) Diet, berupa makanan rendah serat

2. Farmakologi

Kloramfenikol masih merupakan jenis antibiotika yang digunakan


dalam pengobatan demam tifoid (53,55%) dan merupakan antibiotika
pilihan utama yang diberikan untuk demam tifoid. Berdasarkan
efektivitasnya terhadap Salmonella typhi disamping obat tersebut

9
relative murah. Namun pada penelitian yang lain menunjukkan bahwa
angka relaps pada pengobatan demam tifoid dengan menggunakan
kloramfenikol lebih tinggi bila dibandingkan dengan penggunaan
kotrimoksazol.

2.6 Masalah Yang Lazim Muncul Pada Demam Tifoid


1. Ketidakefektifan termogulasi b.d fluktuasi suhu lingkungan, proses
penyakit
2. Nyeri akut b.d proses peradangan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak
adekuat
4. Resiko kekurangan volume cairan b.d intake yang tidak adekuat dan
peningkatan suhu tubuh
5. Konstipasi b.d penurunan motilitas traktus gastrointestinal ( penurunan
motilitas usus )

2.7 Discharge Planning Demam Tifoid


1. Hindari tempat yang tidak sehat
2. Hindari daerah endemis demam tifoid
3. Cucilah tangan dengan abun dan air bersih
4. Makan makanan yang bernutrisi
5. Gunakan air yang sudah direbus untuk minum dan sikat gigi
6. Lalat perlu dicegah menghinggapi makanan dan minuman
7. Istirahat cukup dan lakukan olahraga secara teratur
8. Vaksin demam tifoid
9. Buang samapah pada tempatnya.

10
2.8 Patofisiologi Demam Tifoid

11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DEMAM TIFOID

Kasus :

Anak perempuan usia 7 tahun datang ke IGD dengan keluhan demam tinggi. Orang
tua klien mengatakan anaknya demam sudah 7 hari. 3 hari yaang lalu dibawa ke
puskesmas diberi obat tapi tidak membaik. Demam cenderung meningkat mulai
sore hingga malam hari. Orang tua klien mengatakan semenjak sakit, anaknya tidak
mau makan, mual (+), muntah kadang-kadang, klien belum BAB sudah 3 hari.
Pemeriksaan fisik didapatkan RR = 28x/menit, Nadi =78x/menit, Suhu = 39oC,
akral dingin, CRT < 3 detik, lidah kotor, perut bawah teraba keras, petechie (-),
batuk (-), pilek (-), turgor kulit baik, klien terlihat kotor dan bau karena tidak
dimandikan semenjak sakit.

Hasil laboratorium :
Hb 14,0 gr/dL
Leukosit 4500 ribu/mm3
Hematokrit 42%
Trombosit 4500 ribu/mm3

Widaloo
S. Tiphy O Negatif
S. Typhi H 1/80
S. Typhi A-O Negatif
S. Paratiphy B-O 1/160

12
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
1. Identitas pasien
Nama : An. B
Umur : 7 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Kedawung, Kab.Cirebon
Tanggal masuk RS : 22 Desember 2018
Tanggal pengkajian : 22 Desember 2018
Diagnose medis : Demam Thypoid

2. Identitas penanggung jawab


Nama : Tn. Y
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Ayah Kandung
Alamat : Kedawung, Kab.Cirebon

3. Keluhan utama : Demam tinggi

4. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Orang tua klien mengatakan anaknya demam sudah 7 hari, Demam
cenderung meningkat mulai sore hingga malam hari. suhunya 39ºC,
akral dingin. Orang tua klien mengatakan semenjak sakit, anaknya tidak
mau makan, mual (+), muntah kadang-kadang, lidah kotor. Klien belum
BAB sudah 3 hari,perut bawah teraba keras. Turgor kulit baik. Klien
terlihat kotor danbau karena tidak dimandikan semenjak sakit.

13
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien 3 hari yang lalu dibawa ke puskesmas diberi obat tapi tidak
membaik.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.

5. Keadaan umum
Tingkat kesadaran : Compos mentis
Eyes: 4 Verbal: 5 Motorik: 6
Tekanan darah :-
Nadi : 78 x/Menit
Respirasi : 28 x/Menit
Suhu : 390C ( Hipertermi )

Pemeriksaan fisik
1.Kulit

Palpasi : Akral teraba dingin

2.Kuku

Palpasi : CRT <3 Detik

3. Mulut

Inspeksi : Lidah tampak kotor

4.Abdomen

Palpasi : Perut bawah teraba keras

14
6. Data Diagnostik dan Laboratorium
1. Pemeriksaan darah rutin
Hb : 14,0 gr/dL
Leukosit : 4500 ribu /mm3
Hematocrit : 42%
Trombosit : 4500 ribu/mm3

2. Pemeriksaan Widal
S. Tiphy O : Negatif
S. Tiphy H : 1/80
S. Tiphy A-O : Negatif
S. Paratiphy B-O: 1/160

15
B. ANALISA DATA
No Data Fokus Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DS : Infeksi Bakteri S.Typhi Ketidakefektifan
- Ibu klien mengatakan ↓ termogulasi b.d
anaknya demam sudah 7 Terjadi inflamasi dan Hipertermi
hari. mengalami bakteria primer
- Demam cenderung ↓
meningkat mulai sore Masuk ke retikulo
hingga malam hari Endothelial (RES)
terutama hati dan limfa
DO : ↓
- Akral teraba dingin Endotoksin
- Suhu 390C ↓
Terjadi kerusakan sel

Merangsang melepast zat
epirogen olrh leukosit

Mempengaruhi pusat
termoregulator di
hipotalamus

Ketidakefektifan
Thermoregulasi

16
2. DS : Infeksi Bakteri S.Typhi Konstipasi b.d
- Klien mengatakan belum ↓ motilitas traktus
BAB sudah 3 hari Kuman Salmonela Typhi gastointestinal
yang masuk kesaluran (penurunan motilitas
DO : gastrointestinal usus)
- Perut bawah teraba keras ↓
- Klien mengatakan belum Lolos dari asam lambung
BAB sudah 3 hari ↓
Bakteri masuk usus halus

Inflamasi

Pembuluh Limfe

Peredaran darah
(bakteremia primer)

Masuk retikulo endoletial
(RSS) terutama hati dan
Limfa

Inflamasi pada hati dan
limfa

Pembesaran Limfa

Splenomegali

Penurunan mobilitas usus

17
Penurunan Peristaltik usus

Konstipasi
3. DS : Orang tua klien Infeksi Bakteri S.Typhi Resiko kekurangan
mengatakan anaknya ↓ volume cairan b.d
semenjak sakit tidak mau Terjadi inflamasi dan intake yang tidak
makan mengalami bakteria primer adekuat dan
↓ peningkatan suhu
DO : Masuk ke retikulo tubuh
- Suhu 390C Endothelial (RES)
- Nadi 78x/Menit terutama hati dan limfa
- RR 28 x/Menit ↓
- Mual (+) Spleenomegali

- Muntah (+) Kadang-kadang
Penurunan permeabilitas
- Tidak BAB sudah 3 hari
usus
- Perut bagian bawah teraba ↓
keras Penurunan peristaltik usus
- Trombosit : 4500 ↓
ribu/mm3 Peningkatan asam
(Normal : 150.000-400.000 lambung
/mm3) ↓
- Leukosit : 4500 /mm Anoreksia dan mual
(Normal : 12.000-18. muntah
200/mm3) ↓
- Hematocrit : 42% Resiko kekurangan
(Normal : 36-40% ) volume cairan b.d intake
- S. Tiphy O : Negatif yang tidak adekuat dan
- S. Tiphy H : 1/80 peningkatan suhu tubuh
- S. Tiphy A-O : Negatif
- S. Paratiphy B-O: 1/160

18
4. DS : Ibu klien mengatakan Infeksi Bakteri S.Typhi Defisit perawatan diri
tidak memandikan anaknya ↓ b.d lemas akibat
semenjak sakit Terjadi inflamasi dan adanya mual muntah
DO : - Lidah tampak kotor mengalami bakteria primer
- Pasien terlihat kotor ↓
dan bau Masuk ke retikulo
Endothelial (RES)
terutama hati dan limfa

Splenomegali

Penurunan permeabilitas
usus

Penurunan peristaltik usus

Peningkatan asam
lambung

Anoreksia dan mual
muntah

Lemas

Defisit perawatan diri

19
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN HARI/TANGGAL PARAF

1. Ketidakefektifan termoregulasi b.d 21 desember 2018


fluktuasi suhu lingkungan dan proses
penyakit

2. Konstipasi b.d motilitas traktus 21 desember 2018


gastointestinal (penurunan motilitas
usus)

3. Resiko kekurangan volume cairan 21 desember 2018


b.d intake yang tidak adekuat dan
peningkatan suhu tubuh

4. Defisit perawatan diri b.d lemas 21 desember 2018


akibat adanya mual muntah

20
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Kriteria Intervensi Rasional


Hasil (NOC) (NIC)
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan - posisikan klien - untuk
termoregulasi b.d asuhan keperawatan senyaman mungkin meningkatkan rasa
fluktuasi suhu selama 3x24 jam - atur suhu ruangan nyaman pada
lingkungan dan diharapkan kondisi - lakukan tapid pasien
proses penyakit klien mencapai sponges - merangsang
batasan normal - anjurkan pasien vasodilatasi
dengan kriteria hasil: memakai pakaian pembuluh darah
- suhu tubuh normal yang tipis dan pelepasan
36,5-37°C - anjurkan pasien panas melalui pori-
- keseimbangan banyak meminum pori kulit
antara produksi air putih - pengaturan suhu
panas, panas yang - monitor TTV dilakukan untuk
diterima dan - monitor suhu menyesuaikan
kehilangan panas. minimal setiap 2 keadaan
jam lingkungan dengan
- kolaborasi dengan suhu tubuh pasien
dokter untuk - memaksimalkan
memberikan pelepasan panas
antipiretik tubuh
- mencegah
terjadinya
dehidrasi
- untuk mengetahui
keadaan umum
pasien
- untuk menurunkan
panas dengan

21
penerapan
farmakoterapi
2. Konstipasi b.d Setelah dilakukan - jelaskan etiologi dan - untuk meningkat
motilitas traktus asuhan keperawatan rasionalisasi pengetahuan
gastointestinal selama 3x24 jam tindakan terhadap mengenai
(penurunan diharapkan kondisi klien konstipasi terhadap
motilitas usus) klien mencapai - monitor tanda dan klien
batasan normal gejala konstipasi - untuk memantau
dengan kriteria hasil: - monitor bising usus agar tidak
- klien mengatakan - monitor feses: terjadinya
sudah BAB 1 hari frekuensi dan konstipasi
1 kali konsistensi - untuk mengetahui
- perut bagian - konsultasi dengan frekuensi bising
bawah klien tidak dokter tentang usus klien
teraba keras penurunan dan - untuk mengetahui
peningkatan bising keadaan feses,
usus konsistensi dan
- kolaborasi volume
pemberian laksatif - berkonsultasi
dengan dokter
dapat mengetahui
keadaan bising
usus apabila terjadi
peningkatan dan
penurunan
- pemberian laktasif
dapat
meminimalisir
terjadinya
konstipasi

22
3 Resiko Setelah dilakukan - kaji frekuensi dan - untuk
kekurangan asuhan keperawatan faktor penyebab mengidentifikasi
volume cairan b.d selama 3x24 jam mual muntah faktor penyebab
intake yang tidak diharapkan kondisi - berikan cairan infus muntah dan
adekuat dan klien mencapai - monitor TTV banyaknya cairan
peningkatan suhu batasan normal - pertahankan catatan yang dikeluarkan
tubuh dengan kriteria hasil: intake output yang melalui oral
- mual (-) akurat - menyeimbangkan
- muntah (-) - monitor hematokrit volume cairan
- hematokrit normal - kolaborasi dengan tubuh
< 40% ahli gizi untuk - untuk mengetahui
- TTV dalam memodifikasi sajian keadaan umum
rentang normal menu makanan yang - sebagai bahan
- N : 60-100x/menit menarik sesuai usia pertimbangan dan
- R : 20x/menit anak validasi terhadap
- S : 36,5-37°C intervensi yang
diberikan kepada
klien
- meningkatnya
kadar hematokrit
menandakan
adanya resiko
dehidrasi pada
klien
- untuk
meningkatkan
nafsu makan pada
klien
4. Defisit perawatan Setelah dilakukan - lakukan penkes - untuk
diri b.d lemas asuhan keperawatan terhadap orang tua meningkatkan
selama 3x24 jam pengetahuan orang

23
akibat adanya diharapkan kriteria mengenai personal tua mengenai
mual muntah hasil : hygine personal hygine
- pengetahuan orang - ajarkan orang tua terhadap anaknya
tua mengenai untuk memfasilitasi - mempertahankan
personal hygine perawatan diri status hygine pada
meningkat pasien klien
- personal hygine - memberikan - untuk
pasien meningkat bantuan sampai menstimulasi
pasien sepenuhnya kemandirian anak
dapat terhadap perawatan
mengasumsikan diri
perawatan diri

24
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penyakit demam tifoid termasuk penyakit menular yang tercantum


dalam Undang-undang nomor 6 tahun 1962 tentang wabah. Penyakit
demam tifoid merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat
menyerang banyak orang, sehingga dapat menimbulkan wabah. Pada daerah
endemik penyabab utama penularan penyakit demam tifoid adalah air yang
tercemar sedangkan di daerah non–endemik makanan yang terkontaminasi
oleh carrier merupakan hal yang paling bertanggung jawab terhadap
penularan demam tifoid.

Mencuci tangan sesudah buang air besar, mencuci tangan sebelum


makan akan melindungi seseorang dari infeksi penyakit kemudian kondisi
kuku jari tangan seseorang juga mempengaruhi terjadinya demam tifoid,
mencuci tangan dengan benar harus menggunakan sabun serta air yang
mengalir karena menggosok sela-sela jari dan kuku dapat mencegah bakteri
yang berada di kuku jari tangan. Pencucian tangan dengan sabun dan diikuti
dengan pembilasan dapat menghilangkan mikroba yang terdapat pada
tangan-tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri
dan virus pathogen dari tubuh, tinja atau sumber lain ke dalam makanan atau
minuman. Kombinasi antara aktivitas sabun sebagai pembersih,
penggosokan dan aliran air akan menghanyutkan partikel kotoran yang
banyak mengandung mikroba.

4.2 Saran

Dengan kasus demam tifoid, semoga bisa menjadi acuan


pemahaman mengenai bagian-bagian yang terkait dengan demam tifoidm,
dan dapat mengetahui cara pencegahan yang benar.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Astuti. 2010. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Demam Tifoid Pada
Anak.. Surabaya: Universitas Airlangga.

2. Buku kuliah ilmu penyakit dalam: Demam Tifoid. Balai Penerbit Fakultas Ilmu
Kedokteran Universitas Indonesia. 32-38,1987.

3. Departemen Kesehatan RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

4. Dian. 2007. Studi Biologi Molekuler Resistensi Salmonella Typhi Terhadap


Kloramfenikol. ADLN Digital Colections.

5. Girgis,N.I.,Butler,T.,Frenk,R. Azithromycin versus Ciprofloxacin for treatment


of uncomplicated typhoid fever in a randomized trial in Egypt that included
patients withmultidrug resistance. Antimicrob. Agents andChemother. 43:
1441-1444, 1999.

6. Huda A., Kusuma H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing
Jogjakarta.

7. Johnson,A.G. Microbiology and Immunology 2ndedition. Harvard Publishing


Company, Malvern,Pennsylvania. 63-66. 1993.

8. Muliawan, Moehario, Sudarmono. 2000. Validitas Pemeriksaan Uji Aglutinin


O dan H, Salmonella Typhi dalam Menegakkan Diagnosis Dini Demam Tifoid.
Jakarta: Universitas Trisakti: 22–26.

26

Anda mungkin juga menyukai