PENDAHULUAN
1
dan Filipina. Mobilisasi antar pekerja ini memungkinkan terjadinya
perpindahan atau penyebarang alur (S. typhi) antar Negara endemis.
2
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika dalam pembuatan makalah ini adalah :
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
4
penggosokan dan aliran air akan menghanyutkan partikel kotoran yang
banyak mengandung mikroba.
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C.
Penularan demam tifoid melalui fecal dan oral yang masuk ke dalam
tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
5. Menurut Kementrian RI ( 2012 )
Demam tifoid merupakan penyakit yang rawan terjadi di Indonesia,
karena karakteristik iklim yang sangat rawan dengan penyakit yang
berhubungan dengan musim. Terjadinya penyakit yang berkaitan
dengan musim yang ada di Indonesia dapat dilihat meningkatnya
kejadian penyakit pada musim hujan. Penyakit yang harus diwaspadai
pada saat musim hujan adalah ISPA, leptosiposis, penyakitkulit, diare,
demam berdarah dan demam tifoid .
5
2.2 Etiologi Demam Tifoid
1. Transmisi oral
3. Transmisi kotoran
1. Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari
5. Nyeri kepala
6. Nyeri perut
6
7. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi
9. Batuk
10. Epiktasis
11. Lidah yang beselaput ( kotor ditengah, tepi, dan ujung merah serta
tremor )
7
Keluhan dan Gejala Demam Tifoid
Minggu Keluhan Gejala Patologi
Minggu Panas Ganggun saluran Bakteremia
pertama berlangsung cerna
insidious, tipe
panas stepladder
yang mencapai
39-40°,
menggigil, nyeri
kepala
8
2.4 Pemeriksaan Penunjang Demam Tifoid
4. Kultur. Kultur darah ( bisa positif pada minggu pertama ), kultur urin (
bisa postif akhir minggu kedua ), kultur feses ( bisa positif dari minggu
kedua hingga minggu ketiga )
1. Non Farmakologi
1) Bed rest
2. Farmakologi
9
relative murah. Namun pada penelitian yang lain menunjukkan bahwa
angka relaps pada pengobatan demam tifoid dengan menggunakan
kloramfenikol lebih tinggi bila dibandingkan dengan penggunaan
kotrimoksazol.
10
2.8 Patofisiologi Demam Tifoid
11
BAB III
Kasus :
Anak perempuan usia 7 tahun datang ke IGD dengan keluhan demam tinggi. Orang
tua klien mengatakan anaknya demam sudah 7 hari. 3 hari yaang lalu dibawa ke
puskesmas diberi obat tapi tidak membaik. Demam cenderung meningkat mulai
sore hingga malam hari. Orang tua klien mengatakan semenjak sakit, anaknya tidak
mau makan, mual (+), muntah kadang-kadang, klien belum BAB sudah 3 hari.
Pemeriksaan fisik didapatkan RR = 28x/menit, Nadi =78x/menit, Suhu = 39oC,
akral dingin, CRT < 3 detik, lidah kotor, perut bawah teraba keras, petechie (-),
batuk (-), pilek (-), turgor kulit baik, klien terlihat kotor dan bau karena tidak
dimandikan semenjak sakit.
Hasil laboratorium :
Hb 14,0 gr/dL
Leukosit 4500 ribu/mm3
Hematokrit 42%
Trombosit 4500 ribu/mm3
Widaloo
S. Tiphy O Negatif
S. Typhi H 1/80
S. Typhi A-O Negatif
S. Paratiphy B-O 1/160
12
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
1. Identitas pasien
Nama : An. B
Umur : 7 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Kedawung, Kab.Cirebon
Tanggal masuk RS : 22 Desember 2018
Tanggal pengkajian : 22 Desember 2018
Diagnose medis : Demam Thypoid
4. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Orang tua klien mengatakan anaknya demam sudah 7 hari, Demam
cenderung meningkat mulai sore hingga malam hari. suhunya 39ºC,
akral dingin. Orang tua klien mengatakan semenjak sakit, anaknya tidak
mau makan, mual (+), muntah kadang-kadang, lidah kotor. Klien belum
BAB sudah 3 hari,perut bawah teraba keras. Turgor kulit baik. Klien
terlihat kotor danbau karena tidak dimandikan semenjak sakit.
13
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien 3 hari yang lalu dibawa ke puskesmas diberi obat tapi tidak
membaik.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
5. Keadaan umum
Tingkat kesadaran : Compos mentis
Eyes: 4 Verbal: 5 Motorik: 6
Tekanan darah :-
Nadi : 78 x/Menit
Respirasi : 28 x/Menit
Suhu : 390C ( Hipertermi )
Pemeriksaan fisik
1.Kulit
2.Kuku
3. Mulut
4.Abdomen
14
6. Data Diagnostik dan Laboratorium
1. Pemeriksaan darah rutin
Hb : 14,0 gr/dL
Leukosit : 4500 ribu /mm3
Hematocrit : 42%
Trombosit : 4500 ribu/mm3
2. Pemeriksaan Widal
S. Tiphy O : Negatif
S. Tiphy H : 1/80
S. Tiphy A-O : Negatif
S. Paratiphy B-O: 1/160
15
B. ANALISA DATA
No Data Fokus Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DS : Infeksi Bakteri S.Typhi Ketidakefektifan
- Ibu klien mengatakan ↓ termogulasi b.d
anaknya demam sudah 7 Terjadi inflamasi dan Hipertermi
hari. mengalami bakteria primer
- Demam cenderung ↓
meningkat mulai sore Masuk ke retikulo
hingga malam hari Endothelial (RES)
terutama hati dan limfa
DO : ↓
- Akral teraba dingin Endotoksin
- Suhu 390C ↓
Terjadi kerusakan sel
↓
Merangsang melepast zat
epirogen olrh leukosit
↓
Mempengaruhi pusat
termoregulator di
hipotalamus
↓
Ketidakefektifan
Thermoregulasi
16
2. DS : Infeksi Bakteri S.Typhi Konstipasi b.d
- Klien mengatakan belum ↓ motilitas traktus
BAB sudah 3 hari Kuman Salmonela Typhi gastointestinal
yang masuk kesaluran (penurunan motilitas
DO : gastrointestinal usus)
- Perut bawah teraba keras ↓
- Klien mengatakan belum Lolos dari asam lambung
BAB sudah 3 hari ↓
Bakteri masuk usus halus
↓
Inflamasi
↓
Pembuluh Limfe
↓
Peredaran darah
(bakteremia primer)
↓
Masuk retikulo endoletial
(RSS) terutama hati dan
Limfa
↓
Inflamasi pada hati dan
limfa
↓
Pembesaran Limfa
↓
Splenomegali
↓
Penurunan mobilitas usus
↓
17
Penurunan Peristaltik usus
↓
Konstipasi
3. DS : Orang tua klien Infeksi Bakteri S.Typhi Resiko kekurangan
mengatakan anaknya ↓ volume cairan b.d
semenjak sakit tidak mau Terjadi inflamasi dan intake yang tidak
makan mengalami bakteria primer adekuat dan
↓ peningkatan suhu
DO : Masuk ke retikulo tubuh
- Suhu 390C Endothelial (RES)
- Nadi 78x/Menit terutama hati dan limfa
- RR 28 x/Menit ↓
- Mual (+) Spleenomegali
↓
- Muntah (+) Kadang-kadang
Penurunan permeabilitas
- Tidak BAB sudah 3 hari
usus
- Perut bagian bawah teraba ↓
keras Penurunan peristaltik usus
- Trombosit : 4500 ↓
ribu/mm3 Peningkatan asam
(Normal : 150.000-400.000 lambung
/mm3) ↓
- Leukosit : 4500 /mm Anoreksia dan mual
(Normal : 12.000-18. muntah
200/mm3) ↓
- Hematocrit : 42% Resiko kekurangan
(Normal : 36-40% ) volume cairan b.d intake
- S. Tiphy O : Negatif yang tidak adekuat dan
- S. Tiphy H : 1/80 peningkatan suhu tubuh
- S. Tiphy A-O : Negatif
- S. Paratiphy B-O: 1/160
18
4. DS : Ibu klien mengatakan Infeksi Bakteri S.Typhi Defisit perawatan diri
tidak memandikan anaknya ↓ b.d lemas akibat
semenjak sakit Terjadi inflamasi dan adanya mual muntah
DO : - Lidah tampak kotor mengalami bakteria primer
- Pasien terlihat kotor ↓
dan bau Masuk ke retikulo
Endothelial (RES)
terutama hati dan limfa
↓
Splenomegali
↓
Penurunan permeabilitas
usus
↓
Penurunan peristaltik usus
↓
Peningkatan asam
lambung
↓
Anoreksia dan mual
muntah
↓
Lemas
↓
Defisit perawatan diri
19
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
20
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
21
penerapan
farmakoterapi
2. Konstipasi b.d Setelah dilakukan - jelaskan etiologi dan - untuk meningkat
motilitas traktus asuhan keperawatan rasionalisasi pengetahuan
gastointestinal selama 3x24 jam tindakan terhadap mengenai
(penurunan diharapkan kondisi klien konstipasi terhadap
motilitas usus) klien mencapai - monitor tanda dan klien
batasan normal gejala konstipasi - untuk memantau
dengan kriteria hasil: - monitor bising usus agar tidak
- klien mengatakan - monitor feses: terjadinya
sudah BAB 1 hari frekuensi dan konstipasi
1 kali konsistensi - untuk mengetahui
- perut bagian - konsultasi dengan frekuensi bising
bawah klien tidak dokter tentang usus klien
teraba keras penurunan dan - untuk mengetahui
peningkatan bising keadaan feses,
usus konsistensi dan
- kolaborasi volume
pemberian laksatif - berkonsultasi
dengan dokter
dapat mengetahui
keadaan bising
usus apabila terjadi
peningkatan dan
penurunan
- pemberian laktasif
dapat
meminimalisir
terjadinya
konstipasi
22
3 Resiko Setelah dilakukan - kaji frekuensi dan - untuk
kekurangan asuhan keperawatan faktor penyebab mengidentifikasi
volume cairan b.d selama 3x24 jam mual muntah faktor penyebab
intake yang tidak diharapkan kondisi - berikan cairan infus muntah dan
adekuat dan klien mencapai - monitor TTV banyaknya cairan
peningkatan suhu batasan normal - pertahankan catatan yang dikeluarkan
tubuh dengan kriteria hasil: intake output yang melalui oral
- mual (-) akurat - menyeimbangkan
- muntah (-) - monitor hematokrit volume cairan
- hematokrit normal - kolaborasi dengan tubuh
< 40% ahli gizi untuk - untuk mengetahui
- TTV dalam memodifikasi sajian keadaan umum
rentang normal menu makanan yang - sebagai bahan
- N : 60-100x/menit menarik sesuai usia pertimbangan dan
- R : 20x/menit anak validasi terhadap
- S : 36,5-37°C intervensi yang
diberikan kepada
klien
- meningkatnya
kadar hematokrit
menandakan
adanya resiko
dehidrasi pada
klien
- untuk
meningkatkan
nafsu makan pada
klien
4. Defisit perawatan Setelah dilakukan - lakukan penkes - untuk
diri b.d lemas asuhan keperawatan terhadap orang tua meningkatkan
selama 3x24 jam pengetahuan orang
23
akibat adanya diharapkan kriteria mengenai personal tua mengenai
mual muntah hasil : hygine personal hygine
- pengetahuan orang - ajarkan orang tua terhadap anaknya
tua mengenai untuk memfasilitasi - mempertahankan
personal hygine perawatan diri status hygine pada
meningkat pasien klien
- personal hygine - memberikan - untuk
pasien meningkat bantuan sampai menstimulasi
pasien sepenuhnya kemandirian anak
dapat terhadap perawatan
mengasumsikan diri
perawatan diri
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Astuti. 2010. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Demam Tifoid Pada
Anak.. Surabaya: Universitas Airlangga.
2. Buku kuliah ilmu penyakit dalam: Demam Tifoid. Balai Penerbit Fakultas Ilmu
Kedokteran Universitas Indonesia. 32-38,1987.
26