Anda di halaman 1dari 10

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK I

KELAS (T)

NAMA KELOMPOK :
1. EVA ALIFAH RACHMAH (1221600004)
2. SUCI NUR ROHMA I (1221600026)
3. LIDYA OKTAVIANA D (1221600073)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan adanya reformasi dibidang keuangan negara seperti terbitnya UU RI No. 17

Tahun 2003 tentang keuangan negara, dan UU lainnya seperti Tersebut di atas dan termasuk

juga pengaturan sistem pengelolaan keuangan daerah yang telah tergabung di dalam sistem

keuangan negara.

Setelah peraturan perundang-undangan dibidang keuangan negara dilaksanakan,

kurang lebih lima tahunan, maka sudah pasti ditemukan kendala dan permasalahan. sebagai

contoh, dimana keberadaan keuangan daerah dalam sistem keuangan negara, seperti tidak

termuatnya pengertian, lingkup dan hubungannya dengan keuangan negara. akibat kekurang

jelasan pengertian ini, dapat berdampak juga pada sistem dan kewenangan pemeriksan

keuangan negara yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BAPAK).

Oleh karena itu, sudah waktunya setiap permasalahan yang timbul sebagai akibat dari

pelaksanaan, dapat dijadikan bahan pertimbangan guna dicari pemecahan dan solusinya,

yakni dengan melakukan penelitian, pengkajian, pengevaluasian secara komprehensif. hasil

penelitian dijadikan saran dan usulan dalam rangka penyempurnaan kembali peraturan

perundang-undangan dibidang keuangan negara yang telah berjalan selama ini.


B. Rumusan Masalah

1. Keuangan Negara dan ruang lingkupnya

2. APBN dan APBD

3. Keuangan daerah, menjamin keuangan daerah

4. Akuntansi Keuangan Daerah

C. Tujuan Masalah

1. Untuk memahami Keuangan Negara dan ruang lingkupnya ?

2. Untuk memahami APBN dan APBD ?

3. Untuk memahami Keuangan daerah, menjamin keuangan daerah ?

4. Untuk memahami Akuntansi Keuangan Daerah ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Keuangan Negara dan ruang lingkupnya

1. Pengertian Keuangan Negara

Definisi keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dalam
penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dinyatakan
bahwa pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan Negara adalah dari sisi
objek, subjek, proses, dan tujuan. Dari sisi objek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara
meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh subjek
yang memiliki/menguasai objek sebagaimana tersebut di atas, yaitu: pemerintah pusat,
pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan
keuangan negara.
Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan objek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan
kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban.
Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan
hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek sebagaimana tersebut di
atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.

2. Ruang Lingkup Keuangan Negara

Ruang lingkup keuangan negara meliputi:


a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan
pinjaman;
b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan
membayar tagihan pihak ketiga;
c. penerimaan negara;
d. pengeluaran negara;
e. penerimaan daerah;
f. pengeluaran daerah;
g. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah;
h. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
i. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah; dan
j. kekayaan pihak lain sebagaimana dimaksud meliputi kekayaan yang dikelola oleh orang
atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di lingkungan
kementerian negara/lembaga, atau perusahaan negara/daerah.

Bidang pengelolaan Keuangan Negara yang demikian luas secara ringkas dapat
dikelompokkan dalam sub bidang pengelolaan fiskal, sub bidang pengelolaan moneter, dan
sub bidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.
Sub bidang pengelolaan fiskal meliputi enam fungsi, yaitu:
a. Fungsi pengelolaan kebijakan ekonomi makro dan fiskal. Fungsi pengelolaan kebijakan
ekonomi makro dan fiskal ini meliputi penyusunan Nota Keuangan dan RAPBN, serta
perkembangan dan perubahannya, analisis kebijakan, evaluasi dan perkiraan perkembangan
ekonomi makro, pendapatan negara, belanja negara, pembiayaan, analisis kebijakan, evaluasi
dan perkiraan perkembangan fiskal dalam rangka kerjasama internasional dan regional,
penyusunan rencana pendapatan negara, hibah, belanja negara dan pembiayaan jangka
menengah, penyusunan statistik, penelitian dan rekomendasi kebijakan di bidang fiskal,
keuangan, dan ekonomi.
b. Fungsi penganggaran. Fungsi ini meliputi penyiapan, perumusan, dan pelaksanaan
kebijakan, serta perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, prosedur dan pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang APBN.
c. Fungsi administrasi perpajakan.
d. Fungsi administrasi kepabeanan.
e. Fungsi perbendaharaan.
Fungsi perbendaharaan meliputi perumusan kebijakan, standard, sistem dan prosedur di
bidang pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara, pengadaan barang dan jasa instansi
pemerintah serta akuntansi pemerintah pusat dan daerah, pelaksanaan penerimaan dan
pengeluaran negara, pengelolaan kas negara dan perencanaan penerimaan dan pengeluaran,
pengelolaan utang dalam negeri dan luar negeri, pengelolaan piutang, pengelolaan barang
milik/kekayaan negara (BM/KN), penyelenggaraan akuntansi, pelaporan keuangan dan
sistem informasi manajemen keuangan pemerintah.
f. Fungsi pengawasan keuangan.

Sementara itu, bidang moneter meliputi sistem pembayaran, sistem lalu lintas devisa,
dan sistem nilai tukar. Adapun bidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan meliputi
pengelolaan perusahaan negara/daerah.

B. APBN dan APBD

1. APBN

APBN merupakan nama lain dari Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara, yakni suatu rencana
perekonomian dalam suatu pemerintahan. Bentuknya serupa daftar yang sudah di sesuaikan dengan
skala prioritas yang memuat dari berbagai sumber sumber pendapatan dalam bentuk keuangan dan
infestasi suatu negara. Selain itu juga di muat beberapa pengeluaran yang sudah di rancang sesuai
dengan skala prioritas serta kisaran anggaran yang akan di hasilkan. Biasanya rancangan ini di susun
selama dalam waktu pemerintahan satu tahun terhitung dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
Semua yang sudah di tulis dalam APBN tidak semata mata sesuai dengan kebutuhan presiden,
namun sesuai dengan kebutuhan rakyat negara.

APBN negara memiliki sifat luas, jangkauannya makro sehingga memiliki banyak fungsi
yang bisa di tinjau dari sisi mana pun. Berikut adalah ulasannya :

1. Fungsi alokasi

Dana yang ada dalam APBN bisa di pakai untuk mengatur dana yang ada dari seluruh
pendapatan negara pada pos pos belanjaan yang berguna untuk mengadakan barang-barang
serta berbagai jasa public yang sudah beroperasi. Selain itu juga berguna untuk pembiayaan
adanya pembangunan yang bersifat milik pemerintah

2. Fungsi distribusi
Berguna untuk mencapai sama rasa dan sama rata antar wilayah dan daerah, sehingga kelas
social dan geps antara rakyat satu dengan lainnya akan terkurangi. Selain itu, dana juga di
gunakan untuk kepentingan bersama seperti pembangunan sarana pemerintahan yang
nantinya akan kembali ke tangan rakyat dalam bentuk lain, misalnya subsidi, beasiswa, dana
pension, serta yang lainnya. Bentuk dana dari bagian ini akan bersifat seperti payment
transfer, yakni pengalihan pembiayaan yang berasal dari satu sector ke pada sector lainnya.

3. Fungsi stabilitas

Sedangkan di tinjau dari fungsi stabilitas negara, seperti ketika terjadi ketidak seimbangan
antara masyarakat yang bersifat ekstrem karena pengaruh globalisasi, maka pemerintahlah
yang akan menangani. Yakni dengan mengembalikan melalui intervensi sehingga keadaan
akan kembali ke posisi semula atau normal. Kemudian APBN dalam menjaga stabilitas juga
termasuk sebagai alat yang berguna untuk mencegah jika nantinya terjadi inflasi dan deflasi
negara yang tinggi.

4. Fungsi Regulasi

APBN yang sudah ada dan di laksanakan berguna sebagai alat yang mampu mendorong
kebutuhan ekonomi negara, yang mana dalam jangka akhirnya bisa meningkatkan
kemakmuran rakyat. Bagaimana caranya? Yakni dengan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang ada di dalam masyarakat.

5. Fungsi pengawasan

Dana APBN yang di jalankan oleh pemerintah juga berguna sebagai bentuk pengawasan. Hal
ini berkaitan dengan control pihak legislative pada pihak eksekutif mengenai dana yang di
gunakan karena banyak politik luar negeri Indonesia yang menggunakan APBN. Sebab jika
perhitungan dana yang keluar tidak sesuai dengan anggaran yang sudah di rencanakan, di
khawatirkan terjadi korupsi.

6. Fungsi perencanaan

Perencanaan yang berguna untuk mengatur dan merencanakan dana yang akan di gunakan ke
depannya. Rencana ini di gunakan pula sebagai acuan nantinya negara ke depan akan
berfokus pada bagian mana. Misalnya saja ingin lebih memajukan bagian pendidikan, maka
pemerintah bisa mencanangkan anggaran beasiswa lebih besar dari sebelumnya.

7. Fungsi otorisasi

Kewenangan pemerintah mengalokasikan sumber daya sesuai dengan apa yang sudah di
rencanakan saat tahun itu. Maka jika tahun 2015, pemerintah akan membuat anggaran dana
sesuai dengan tahun 2016, yang mana seluruh hak dan kewenangannya berdasarkan apa yang
sudah di tulis di APBN tahun 2016.

8. Pedoman pemerintah

Sedangkan dalam sisi menejemen, APBN yang sudah ada menjadi pedoman pemerintah
ketika hendak menyusun APBN untuk tahun ke depannya. Bagaimana yang di rasa harus di
kurangi sumber dananya, dan bagian mana yang sebaiknya mendapatkan perhatian khusus
jadi di lakukan penambahan dana. Pedoman ini di harapkan agar alokasi dana yang ada bisa
di tingkatkan efektifitasnya.

9. Tolak ukur pemerintah

Kemudian pemerintah bisa mengukur seberapa pas strategi dan kebijakan yang sudah di
ambil. Pengalokasian dana ini bisa menjadi barometer apakah sekiranya dana yang sudah di
anggarkan mendapatkan tempat yang sesuai dengan kebutuhan negara atau belum. Bisa juga
di rencanakan untuk tahun-tahun ke depannya agar lebih baik dan lebih maju.

2. APBD

APBD adalah rencana keuangan tahunan daerah yang dibahas dan disetujui bersama
oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Permendagri
No.13 Tahun 2006). Dengan demikian APBD merupakan alat/wadah untuk menampung
berbagai kepentingan publik yang diwujudkan melalui berbagai kegiatan dan program
dimana pada saat tertentu manfaatnya benar-benar akan dirasakan oleh masyarakat.

Peraturan menteri dalam Negeri No: 13 Tahun 2006 menyebutkan bahwa APBD
memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi otorisasi. Anggaran daerah menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan
belanja daerah pada tahun bersangkutan
2. Fungsi perencanaan. Anggaran daerah menjadi pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
3. Fungsi pengawasan. Anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah
kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan.
4. Fungsi alokasi. Anggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja
atau mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan
efesiensi efektifitas perekonomian.
5. Fungsi distribusi. Anggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi stabilitasi. Anggaran daerah menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.

C. Keuangan daerah, menjamin keuangan daerah


Akuntansi keuangan daerah merupakan suatu proses pengidentifikasian, pengukuran,
pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah –
Pemda (kabupaten, kota, atau provinsi) yang dijadikan sebagai informasi dalam ranka
pengambilan keputusan ekonomi yang diperlukan oleh pihak-pihak eksternal entitas
pemda.
Pihak-pihak eksternal entitas pemda yang memerlukan informasi yang dihasilkan oleh
akuntansi keuangan daerah tersebut antara lain adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD); badan pengawas keuangan; investor, kreditur, dan donatur; analisis ekonomi
dan pemerhati pemda; rakyat; pemda lain; dan pemerintah pusat yang seluruhnya berada
dalam lingkungan akuntansi keuangan daerah.
Akuntansi keuangan daerah menggunakan sistem pencatatan dan dasar akuntansi tertentu
pada era pra dan pasca reformasi. Selain itu, dasar atau basis akuntansi merupakan salah
satu asumsi dasar yang penting dalam akuntansi. Hal ini disebabkan karena
asumsi ini menentukan kapan pencatatan suatu transaksi dilakukan, yang dikenal
dalam tata buku keuangan daerah selama era pra reformasi keuangan daerah.
Dari definisi menurut American Accounting Association yang mendefinisikan
akuntansi sebagai suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan
pelaporan transaksi ekonomi, maka dapat diketahui bahwa akuntansi terdiri atas
beberapa tahap. Setelah tahap terakhir selesai, maka selanjutnya akan berputar
kembali ke tahap pertama, dan terus seperti itu. dengan kata lain, akuntansi adalah
suatu siklus atau urutan tahap-tahap yang terus berulang. Tahap-tahap yang ada dalam
siklus akuntansi lebih rinci dari keempat tahap yang ada dalam definisi di atas, karena
tahap-tahap dalam definisi akuntansi merupakan garis besar dari tahap-tahap yang ada
dalam siklus
BAB III
PENUTUP

Dalam upaya penyempurnaan peraturan perundang-undangan dibidang keuangan

negara, maka peran BAPAK sangat diharapkan dapat menjadi sponsor dan mediator berbagai

pihak baik pemerintah pusat, departemen keuangan, departemen dalam negeri atau instansi

lainnya, maupun pemerintah-pemerintah daerahnya.karena BAPAK sudah dan lebih

mengetahui dinamika lapangan saat pelaksanaan pengelolaan keuangan negara dan keuangan

daerah dengan berbagai permasalahan yang ditemukannya

Maksud diterbitkannya pengaturan keuangan negara ini adalah menyatukan sistem

keuangan negara yang dikelola pemerintah pusat dengan sistem keuangan daerah yang

dikelola pemerintah daerah. karena itu, dalam UU RI No. 17 Tahun. 2003 sebenarnya sudah

dimuat materi-materi keuangan daerah, seperti tentang APBD, penerimaan, pengeluaran,

pendapatan, dan belanja daerah, termasuk adanya istilah keuangan daerah.

Anda mungkin juga menyukai