Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat
dan karunia-Nya saya telah dapat menyelesaikan makalah ini dalam rangka
melengkapi tugas mata kuliah Fisika Kesehatan.

Pada makalah ini saya akan membahas mengenai fisika telinga dan
pendengaran, yang saya susun dari berbagai sumber dan saya rangkum dalam
makalah ini.

Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu baik berupa ide-ide maupun yang terlibat langsung dalam pembuatan
makalah ini. Saya juga berharap agar makalah ini bisa bermanfaat bagi semua untuk
dijadikan penunjang dalam mata kuliah Fisika Kesehatan.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, apabila ada kesalahan atau


kekurangan saya mohon maaf. Kritik dan saran masih sangat terbuka supaya
makalah ini dapat diperbaiki dan menjadi lebih baik lagi untuk berikutnya.

Jambi, Maret 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................ 4
BAB II ................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 5
2.1Telinga....................................................................................................................... 5
2.1.1Telinga Luar ...................................................................................................... 5
2.1.2Telinga Tengah .................................................................................................. 6
2.1.3Telinga Dalam ................................................................................................... 8
2.2 Sensitivitas Telinga ................................................................................................. 9
2.3 Ketulian dan alat bantu dengar ........................................................................... 11
BAB III............................................................................................................................. 14
PENUTUP........................................................................................................................ 14
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 15

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bicara dan mendengar adalah cara terpenting yang dengannya kita dapat
berkomunikasi dengan sesama manusia. Pendengaran merupakan salah satu indera
manusia yang luar biasa. Indera pendengaran meliputi (1) sistem mekanis yang
merangsang sel-sel rambut di koklea; (2) sensor yang menghasilkan potensial aksi
di saraf pendengaran; dan (3) auditory cirtex, bagian dari otak yang menerjemahkan
dan menafsirkan sinyal dari saraf pendengaran. Melalui pendengaran kita menerima
suara ucapan dari orang lain dan juga mendengarkan diri kita sendiri.

Pada manusia alat indera pendengaran adalah telinga, Telinga adalah


konverter yang dirancang dengan cerdik dari gelombang mekanis yang sangat
lemah di udara menjadi pulsa listrik di saraf pendengaran. Ketulian atau gangguan
pendengaran terjadi jika salah satu dari bagian ini mengalami kegagalan fungsi.
Sementara ganggaun pendengaran melibatkan fisika.

Pada makalah ini membahas tentang anatomi telinga yaitu telinga bagian luar,
telinga bagian tengah dan telinga baguan dalam serta sensitivitas dan kelainan dan
alat bantu pendengaran. Telinga luar terdiri dari saluran telinga sampai gendang
telinga (membran timpani). Telinga tengah termasuk tiga tulang kecil (ossicles) dan
lubang ke mulut (tabung Eustachius). Telinga bagian dalam terdiri dari koklea
berisi cairan berbentuk spiral yang mengandung organ Corti. Sel-sel rambut di
organ Corti mengubah getaran gelombang suara yang memukul gendang telinga
menjadi pulsa saraf berkode yang menginformasikan otak tentang gelombang
suara.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana bagian dari telinga yang berfungsi pada proses pendengaran?
2. Bagaimana sensitivitas telinga?
3. Bagaimana menguji pendengaran?
4. Bagaimana ketulian dan alat bantu dengar pada telinga?

3
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah dapat :
1. Mengetahui bagian telinga yang berfungsi pada proses pendengaran.
2. Mengetahui sensitivitas dari telinga.
3. Mengetahui cara menguji pendengaran.
4. Mengetahui ketulian dan alat bantu dengar pada telinga.

1.4 Manfaat Penulisan


Dalam penulisan makalah, dengan selesainya penulisan makalah ini serta
pembahasan makalah ini diharapkan mempunya manfaat bagi pribadi maupun
rekan-rekan mahasiwa.
1. Menambah ilmu dan wawasan penulis khususnya, pembaca umumnya
mengenai fisika telinga dan pendengaran.
2. Sebagai penambah acuan bagi kita sebagai calon guru fisika dalam
memberikan materi pelajaran

4
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Telinga
Telinga merupakan organ yang berperan terhadap pendengaran kita akan
suara atau bunyi, hal ini dapat terjadi karena telinga memiliki reseptor khusus
yang berfungsi untuk mengenali getaran suara. Namun Telinga memiliki batasan
frekuensi suara yang dapat didengar, yaitu yang frekuensinya 20 Hz – 20.000 Hz.
Telinga terdiri atas tiga bagian dasar, yaitu telinga bagian luar, telinga bagian
tengah dan telinga bagian dalam. Setiap bagian telinga bekerja dengan tugas
khusus untuk mendeteksi dan menginterpretasikan bunyi.

Gambar1. Cross-bagian telinga. Perhatikan sambungan dari telinga tengah ke


tabung Eustachian

2.1.1Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari pinna (daun telinga), kanal saluran
pendengaran dan membran timpani (gendang telinga). Pinna (daun telinga)
adalah struktur menonjol yang merupakan kartilago terbalut kulit. Fungsi
utamanya adalah mengumpulkan dan menghubungkan suara menuju kanal
saluran pendengaran. Dan telinga hanya membantu sedikit dalam
menyalurkan gelombang suara ke kanal saluran pendengaran. Manusia bisa
mendapatkan keuntungan 6 hingga 8 dB dengan menangkupkan tangan di
belakang telinganya.
Kanal pendengaran eksternal, selain menjadi tempat penyimpanan
lilin telinga(sarumen), berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas telinga di
wilayah 3000 hingga 4000 Hz. Panjang kanal sekitar 2,5 cm. Gendang

5
telinga, atau membran timpani, memiliki ketebalan sekitar 0,1 mm (kertas
tipis) dan memiliki luas sekitar 65 mm2. Gendang ini menyalurkan getaran
di udara ke tulang-tulang kecil telinga tengah.
Membran timpani berada pada perbatasan telinga luar dan tengah.
Area tekanan tinggi dan rendah pada gelombang suara akan menyebabkan
membran timpani bergetar ke dalam dan keluar. Supaya membran tersebut
dapat secara bebas bergerak kedua arah, tekanan udara istirahat pada kedua
sisi membran timpani harus sama. Membran sebelah luar terekspos pada
tekanan atmosfer yang melewati saluran pendengaran ekternal sedangkan
bagian dalam menghadapi tekanan atmosfer dari tuba eustachius yang
menghubungkan telinga tengah ke faring. Secara normal, tuba ini tertutup
tetapi dapat dibuka dengan gerakan menguap, mengunyah dan menelan.

2.1.2Telinga Tengah
Telinga tengah terdiri dari 3 buah tulang (ossicle) yaitu malleus,
incus dan stapes. Malleus menempel pada membran timpani sedangkan
stapes menempel pada oval window yang merupakan gerbang menuju
koklea yang berisi cairan. Suara yang masuk 99,9% mengalami refleksi dan
hanya 0,1% saja yang di transmisi/diteruskan (30 dB). Telinga dirancang
untuk mengurangi kehilangan ini dengan pencocokan impedansi. Impedansi
di telinga cukup cocok dari sekitar 400 hingga 4000 Hz; di bawah 400 Hz
akan terlalu kaku dan di atas 4000 Hz massa gendang telinga terlalu besar.
Telinga tengah membantu pencocokan impedans dengan memperkuat
tekanan oleh tuas dan aksi piston yang dijelaskan di atas.
Ossicles memainkan peran penting dalam mencocokkan impedansi
gelombang suara di gendang telinga dengan ruang berisi cairan dari telinga
bagian dalam. Saat membran timpani bergetar, tulang-tulang tersebut
bergerak dengan frekuensi yang sama, mentransmisikan frekuensi tersebut
menuju oval window. Tiap-tiap getaran menghasilkan pergerakan seperti
gelombang pada cairan di telinga dalam dengan frekuensi yang sama dengan
gelombang suara aslinya. Ossicles memperkuat tekanan gelombang suara di
pintu masuk ke telinga bagian dalam.

6
Sistem ossicle mengamplifikasikan tekanan dari gelombang suara
pada udara dengan dua mekanisme untuk menghasilkan getaran cairan pada
koklea. Pertama adalah karena permukaan area dari membran timpani lebih
besar dari oval window, tekanan di tingkatkan ketika gaya yang
mempengaruhi membran timpani disampaikan oleh ossicle ke oval window
(tekanan = gaya/area). Kedua adalah kerja dari ossicle memberikan
keuntungan mekanis lainnya. Kedua hal tersebut meningkatkan gaya pada
oval window sampai 20 kali. Tambahan tekanan tersebut penting untuk
menghasilkan pergerakan cairan pada koklea.
Ossicles dan ligamen sensorik mereka memainkan peran penting
dalam melindungi telinga terhadap suara keras. Suara keras menyebabkan
otot-otot di telinga tengah menarik ke samping pada tulang pendengaran dan
mengurangi intensitas suara mencapai telinga bagian dalam. Penurunan 15
dB dimungkinkan dengan cara ini. Namun, dibutuhkan sekitar 15 msec lebih
lama untuk otot-otot ini bereaksi, dan kerusakan dapat dilakukan dalam
periode singkat ini. Orang yang tinggal atau bekerja di lingkungan suara
keras secara permanen kehilangan sebagian sensitivitas pendengarannya.
Polusi suara bukan hanya tidak menyenangkan, tetapi juga dapat
menyebabkan kerusakan fisiologis permanen pada mekanisme
pendengaran.
Struktur lain di telinga tengah memainkan peran pelindung yaitu
tabung Eustachius. Tuba Eustachius menghubung-kan telinga tengah ke
bagian belakang mulut kita. Telinga tengah mengandung udara, dan penting
agar tekanan udara di kedua sisi gendang telinga tipis pada dasarnya sama;
tabung Eustachio berfungsi untuk menyamakan tekanan. Udara di telinga
tengah secara bertahap diserap ke dalam jaringan, menurunkan tekanan pada
sisi bagian dalam gendang telinga. Pergerakan otot-otot di wajah selama
menelan, menguap, atau mengunyah biasanya akan menyebabkan
pembukaan sesaat dari tabung Eustachius yang menyamakan tekanan di
telinga tengah dengan tekanan atmosfer. Perbedaan tekanan biasanya
terlihat dalam situasi di mana tekanan luar berubah dengan cepat dalam
periode waktu yang singkat, seperti ketika terbang, mengendarai di negara

7
berbukit, atau mengendarai di ketinggian bangunan tinggi. Anda biasanya
lebih menyadarinya saat turun, ketika tekanan eksternal meningkat. Ketika
karena suatu alasan tabung Eustachius tidak terbuka, perbedaan tekanan
yang dihasilkan membelokkan gendang telinga ke dalam dan menurunkan
sensitivitas telinga; sekitar 60 mmHg di gendang telinga, perbedaan tekanan
menyebabkan rasa sakit. Alasan umum untuk kegagalan sistem penyamaan
ini adalah penyumbatan tabung Eustachius oleh cairan kental dari dingin
kepala dan pembengkakan jaringan di sekitar pintu masuk tabung.

2.1.3Telinga Dalam
Telinga bagian dalam, tersembunyi jauh di dalam tulang tengkorak
yang keras, adalah organ indera manusia yang paling terlindungi. Telinga
bagian dalam terdiri dari struktur spiral berbentuk cairan kecil yang disebut
koklea. Koklea adalah sebuah struktur yang menyerupai siput yang
merupakan bagian dari telinga dalam yang merupakan sistem tubular
terkurung yang berada didalam tulang temporalis. Ossicles telinga tengah
berkomunikasi dengan koklea melalui membran fleksibel (jendela oval);
stapes mentransmisikan variasi tekanan gelombang suara yang masuk
melintasi membran ini ke koklea. Koklea berkomunikasi dengan otak
melalui saraf pendengaran-bundel sekitar 8000 konduktor yang
menginformasikan stimulasi oleh gelombang suara yang masuk. Saraf
pendengaran memberikan informasi tentang frekuensi dan intensitas suara
yang kita dengar.
Koklea berukuran kecil jika spiralnya diluruskan, panjang koklea
sekitar 3 cm (~ 1,23 in). Ini dibagi menjadi tiga kamar kecil berisi cairan
yang panjangnya penuh. Jendela oval berada di ujung ruang vestibular,
ruang tengah adalah saluran koklea, dan ruang ketiga adalah ruang timpani.
Ruang vestibular dan timpani saling berhubungan di ujung spiral. Tekanan
yang dihasilkan di jendela oval oleh stapes ditransmisikan melalui ruang
vestibular ke ujung spiral dan kemudian kembali melalui ruang timpani.
Gelombang suara yang masuk di jendela oval menghasilkan
gelombang seperti gelombang di membran basilar pada saluran koklea,

8
saluran berisi sensor yang mengubah suara menjadi sinyal saraf. Gerakan
membran ini sekitar 10 kali lebih kecil dalam amplitudo daripada gerakan
gendang telinga. Stimulasi saraf di saluran koklea dekat jendela oval
menunjukkan suara frekuensi tinggi. Suara frekuensi rendah menyebabkan
gerakan "besar" di membran basilar dan stimulasi saraf di saluran koklea
menanggung ujung spiral.
Organ corti, Organ corti terletak diatas membran basilaris yang
berfungsi mengubah getaran suara menjadi implus saraf terletak di
pangkalan sel rambut halus di organ Corti. Sel rambut pada organ korti
berhubungan dengan bagian pendengaran dri saraf otak. Rupanya gaya
geser kecil di sel-sel rambut ini menginduksi impuls saraf. Ketika suara dari
10.000 Hz terdengar, saraf terletak di bagian organ Corti yang dirangsang
tidak mengirim sinyal 10.000 Hz ke otak, melainkan mengirimkan
serangkaian pulsa yang menunjukkan bagian mana dari spektrum terdengar
adalah yang diterima. Di bawah sekitar 1.000 Hz frekuensi pulsa saraf
disinkronkan dari gelombang suara sinusoidal.

2.2 Sensitivitas Telinga


Telinga paling sensitif dalam kisaran 2-5.000 Hz. Telinga dalam
kondisi baik memerlukan intensitas tambahan kira-kira 30 dB untuk
mendeteksi suara berfrekuensi 100 Hz dibanding suara berfrekuensi 1.000
Hz. Sensitivitas berubah dengan bertambahnya usia. Frekuensi tertinggi
yang dapat Anda dengar akan berkurang seiring bertambahnya usia, dan
tingkat suara harus lebih besar agar Anda dapat mendeteksinya. Seseorang
yang berusia 45 tahun biasanya tidak dapat mendengar frekuensi di atas 12
kHz dan membutuhkan intensitas 10 dB lebih banyak daripada yang dia
lakukan pada usia 20 tahun untuk dapat mendengar nada 4000 Hz.
Hilangnya sensitivitas 25 dB pada frekuensi di atas 2000 Hz biasanya telah
terjadi pada usia 65 tahun. Kehilangan ini tidak serius untuk sebagian besar
aktivitas. Pendengaran memburuk lebih cepat jika telinga mengalami suara
keras terus menerus. Beberapa anak muda yang bermain di band rock
mengalami gangguan pendengaran yang serius. Pekerja pabrik yang bekerja

9
dalam kondisi yang sangat bising juga menunjukkan kerugian pendengaran
yang dapat diukur.

Sifat suara yang kita sebut kenyaringan adalah respons mental


terhadap sifat fisik yang disebut intensitas. Kerasnya suara secara
proporsional sebanding dengan logaritma intensitasnya dan ini secara
efektif memadatkan berbagai intensitas suara yang ditanggapi oleh telinga
(~ 1012: 1). Selain itu, kenyaringan suara sangat bergantung pada
frekuensinya. Suara 30 Hz yang nyaris tidak terdengar memiliki
kenyaringan yang sama dengan suara hampir tidak terdengar 4000 Hz,
meskipun intensitasnya berbeda dengan faktor sekitar 1.000.000 atau 60 dB.
Unit khusus telah dirancang untuk kenyaringan yaitu phon. Satu phon
adalah kenyaringan suara 1 dB, 1000 Hz; 10 phon adalah kenyaringan suara
10 dB, 1000 Hz; Dan seterusnya. Kerasnya suara pada frekuensi lain
diperoleh dengan menyesuaikan intensitas hingga muncul sekencang suara
yang dikenal intensitas 1000 Hz.

2.2 Menguji Pendengaran


Jika Anda memiliki masalah pendengaran dan berkonsultasi dengan
"dokter telinga" - otolog atau otolaryngologist - ia dapat mengirim Anda ke
audiologis untuk menjalani tes pendengaran. Jika Anda memiliki gangguan
pendengaran, audiolog akan dapat menentukan kapan itu dapat
disembuhkan; jika tidak, kemampuan Anda untuk menggunakan alat bantu
dengar akan dinilai.
Tes ini biasanya dilakukan di ruang pengujian kedap suara yang
dibangun khusus. Setiap telinga diuji secara terpisah; suara uji dapat dikirim
ke salah satu telinga melalui headset yang nyaman. Subjek diminta untuk
memberikan tanda ketika dia mendengar suara. Frekuensi yang dipilih dari
250 hingga 8000Hz digunakan. Pada setiap frekuensi, operator menaikkan
dan menurunkan volume hingga ambang pendengaran yang konsisten
diperoleh.

10
Gambar2 Ambang mendengar ditentukan oleh tes pendengaran dan diplot pada grafik pendengaran
standar. O ini mewakili ambang batas untuk konduksi udara di telinga kanan; yang Xs adalah untuk
telinga kiri. (A) respon khas orang dengan pendengaran normal. (B) noise-induced gangguan
pendengaran khas di wilayah 4000 Hz. Segitiga hitam menunjukkan ambang batas untuk konduksi
tulang.

Ambang pendengaran kemudian diplot pada grafik dan dapat


dibandingkan dengan ambang pendengaran normal (Gbr.2a). Ambang
pendengaran normal pada setiap frekuensi dianggap 0 dB. Biasanya
gangguan pendengaran tidak seragam pada semua frekuensi. Gambar (2b)
menunjukkan ambang pendengaran seseorang dengan pendengaran tidak
sempurna. Perhatikan kehilangan pendengaran yang tajam di kedua telinga
sekitar 4 kHz. Dalam hal ini, kehilangan itu disebabkan oleh kerusakan saraf
jika itu bagian frekuensi koklea.

2.3 Ketulian dan alat bantu dengar


Pada tahun 1972 diperkirakan 13 juta orang di Amerika Serikat tuli
atau sulit mendengar. Rentang frekuensi yang paling penting untuk
memahami percakapan percakapan adalah dari sekitar 300 sampai 3000 Hz.
Seseorang yang “tuli” di atas 4000 Hz tetapi yang memiliki pendengaran
normal dalam frekuensi bicara tidak dianggap tuli atau bahkan sulit
mendengar. Cacat pendengaran diklasifikasikan menurut ambang
pendengaran rata-rata pada 500, 1000, dan 2000 Hz di telinga yang lebih
baik. Seseorang dengan ambang pendengaran 30 dB di atas normal mungkin
tidak akan memiliki masalah pendengaran.

11
Orang dengan ambang batas pendengaran 90 dB dianggap tuli atau
tuli total. Sekitar 1% dari populasi memiliki ambang batas untuk frekuensi
bicara yang lebih besar dari 55 dB dan harus menggunakan alat bantu
pendengaran; mereka memiliki masalah dengan ucapan normal tetapi tidak
memiliki kesulitan dengan ucapan keras. Masalah pendengaran meningkat
dengan bertambahnya usia. Level suara rata-rata bicara adalah sekitar 60
dB. Level suara bicara di ruangan yang sunyi mungkin serendah 45 dB.
Terdapat dua jenis penurunan pendengaran (tuli) yaitu Penurunan
pendengaran hantaran (tuli konduksi) dan penurunan pendengaran saraf
(tuli saraf). Tuli Konduksi yaitu Getaran suara tidak mencapai telinga
dalam, Gangguan pendengaran konduksi mungkin bersifat sementara
karena sumbatan lilin yang menghalangi gendang telinga atau cairan di
telinga tengah. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan operasi yang disebut
stapedektomi. Apabila tidak dapat disembuhkan maka dapat menggunakan
alat bantu pendengaran. Tuli Saraf yaitu jika suara mencapai telinga dalam
tetapi tidak ada sinyal listrik yang dikirim ke otak. Penurunan pendengaran
akibat gangguan saraf dapat mengenai rentang frekuensi tertentu saja atau
dapat juga mengenai semua frekuensi. Saat ini tidak ada obat yang diketahui
atau bantuan untuk gangguan pendengaran saraf.
Ambang pendengaran yang mengharuskan seseorang untuk
menggunakan alat bantu dengar cukup bervariasi. Beberapa orang membaca
bibir untuk membantu mereka memahami pembicaraan. Alat bantu dengar
yang paling sederhana, yang cukup efektif jika gangguan pendengaran Anda
tidak besar, adalah menangkupkan tangan Anda di belakang telinga. Ini
mencerminkan sekitar 6 hingga 8 dB suara tambahan ke saluran telinga
Anda. Selain itu, Anda biasanya akan mendapatkan 10 dB lagi ketika
pembicara memperhatikan Anda dan mengangkat suaranya.
Alat bantu dengar artifisial paling awal adalah terompet telinga.
Bukaan besar menangkap gelombang suara dan corong memusatkan energi
di telinga. Ukuran dan bentuk terompet telinga memengaruhi efisiensinya.
Kanal pendengaran memiliki resonansi di wilayah 2000 hingga 4000 Hz, di

12
ujung atas frekuensi bicara. Terompet telinga yang baik akan menurunkan
ambang pendengaran sebesar 10 sampai
15 dB. Sangkakala tidak pernah umum, mungkin karena kecenderungan
manusia untuk menyembunyikan cacat.
Alat bantu dengar elektronik sudah umum digunakan saat ini. Alat
bantu dengar elektronik awalnya berukuran besar, dan baterainya cepat
habis. Pengembangan amplifier transistor dan komponen electrial miniatur
menyebabkan pengembangan alat bantu dengar yang dapat disembunyikan
di belakang telinga atau dalam bingkai kacamata. Alat bantu dengar
elektronik terdiri dari mikrofon untuk mendeteksi suara, amplifier untuk
meningkatkan energinya, dan pengeras suara untuk mengirimkan energi
yang meningkat ke telinga. Dimungkinkan untuk mendapatkan amplifikasi
sebesar 90 dB atau peningkatan level suara 1 miliar. Meskipun orang tuli
mungkin memiliki ambang pendengaran 70 hingga 80 dB, ambang
ketidaknyamanannya sama dengan orang dengan pendengaran normal, atau
sekitar 100 hingga 200 dB. Dengan demikian ada batas atas praktis pada
output suara dari alat bantu dengar elektronik.
Alat bantu dengar tidak dapat mengembalikan pendengaran menjadi
normal. Mereka hanya dapat membantu mengkompensasi gangguan
pendengaran. Sebagai contoh, gangguan pendengaran yang tiba-tiba di atas
3000 Hz tidak dapat sepenuhnya diperbaiki dengan alat bantu dengar.
Sebagian besar alat bantu dengar memiliki kontrol nada yang
memungkinkan pemakai untuk menyesuaikan respons frekuensi, tetapi
jangkauan penggunaannya sangat terbatas. Respons frekuensi alat bantu
dengar akan dianggap mengerikan. Namun, alat bantu dengar meningkatkan
tingkat suara frekuensi bicara hingga di atas ambang batas pendengaran.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Berbicara dan mendengar adalah cara terpenting untuk berkomunikasi
dengan orang lain. Melalui pendengaran, kita menerima suara
percakapan orang lain dan juga mendengar suara kita sendiri. Setiap
anak yang tidak dapat mendengar suara dari pita suaranya sendiri tidak
dapat belajar berbicara dengan kata lain anak yang tuli sejak lahir juga
akan bisu.
2. Ada tiga bagian telinga yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga
dalam yang mana penting untuk proses pendengaran.
3. Suara yang masuk ke telinga 99,9% mengalami refleksi dan hanya
0,1% saja yang di transmisi/diteruskan.
4. Alat bantu dengar tidak dapat menyembuhkan penderita tuna rungu
hanya dapat membantu mendengar saja.

14
DAFTAR PUSTAKA

Cameron, Jhon R, dkk. 1978. Medical Physics. Florida:Wisconsin Tallahansee.


Irawati, Lili. 2012. Fisika Medik Proses Pendengaran. Majalah Kedokteran
Andalas No.2. Vol.36: Universitas Andalas

15

Anda mungkin juga menyukai