Anda di halaman 1dari 31

ASKEP PERILAKU KEKERASAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul terhadap kecemasan yang dirasakan
sebagai ancaman.Perasaan marah berfluktuasi sepanjang rentang adaptif
dan maladaptif.Bila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku agresif dan
menantang, biasanya dilakukan individu karena merasa kuat. Cara demikian dapat
menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dan menimbulkan tingkah laku yang
destruktif, sehingga menimbulkan perilaku kekerasan yang ditujukan pada orang lain
maupun lingkungan dan bahkan akan merusak diri sendiri.
Respon melawan dan menentang merupakan respon yang maladaptif, yang timbul
sebagai akibat dari kegagalan sehingga menimbulkan frustasi. Hal ini akan memicu
individu menjadi pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menentang. Perilaku
kekerasan yang ditampakkan dimulai dari yang rendah sampai tinggi yaitu agresif
memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain dengan
ancaman, memberikan kata-kata ancaman tanpa niat melukai sampai pada perilaku
kekerasan atau gaduh gelisah.
Perilaku kekerasan dengan resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan ini
sebagian besar mudah dilihat di ruang Elang, karena ruang Elang merupakan ruang
akut, ruang pertama klien rawat inap, semua gejala skizofrenia dapat jelas diobservasi.
Karakteristik masalah klien di ruang Elang dari Januari –februari 2009 didapatkan data
yang mengalami perilaku kekerasan terdiri dari 31 orang (20,6%). Halusinasi terdiri dari
102 orang (68%), isolasi sosial terdiri dari 12 orang (8%), HDR terdiri dari 1 orang
(0,8%) dan waham terdiri dari 4 orang (2,6%).
Perawat harus mampu memutuskan tindakan yang tepat dan segera, terutama jika klien
berada pada fase amuk.Kemampuan perawat berkomunikasi secara terapeutik dan
membina hubungan saling percaya, sangat diperlukan dalam penanganan klien marah
pada semua fase amuk / perilaku kekerasan. Dengan dasar ini perawat akan
mempunyai kesempatan untuk menurunkan emosi dan perilaku amuk agar klien
mampu merubah perilaku marah yang destruktif menjadi perilaku marah yang
konstruktif.
Berdasarkan uraian diatas, kami tertarik mengangkat masalah dengan judul makalah
“Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan”.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa konsep dasar medis perilaku kekerasan?
2. Apa konsep dasar asuhan kaeperawatan perilaku kekerasan?
3. Bagaimana Mengaplikasikan proses keperawatan pada pasien dengan perilaku
kekerasan?
C. TUJUAN PENULISAN
4. Agar dapat memahami konsep dasar medis perilaku kekerasan?
5. Agar dapart memahami konsep dasar asuhan kaeperawatan perilaku kekerasan?
6. Mengetahui bagaimana Mengaplikasikan proses keperawatan pada pasien dengan
perilaku kekerasan?
BAB II
PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

A. KONSEP DASAR MEDIS

1. Pengertian Perilaku Kekerasan


Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif.(Stuart dan Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993).
Tanda dan Gejala :
1. Muka merah
2. Pandangan tajam
3. Otot tegang
4. Nada suara tinggi
5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak
6. Memukul jika tidak senang
2. Penyebab perilaku kekerasan
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.Dimana gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
merasa gagal mencapai keinginan.
Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang
diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika
ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan
orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama
untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin
akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan
sebagainya.
Tanda dan gejala :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit
(rambut botak karena terapi)
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien akan mengakiri kehidupannya. (Budiana Keliat, 1999)
3. Akibat dari Perilaku kekerasan
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri,
orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang
kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :
a) Memperlihatkan permusuhan
b) Mendekati orang lain dengan ancaman
c) Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
d) Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
e) Mempunyai rencana untuk melukai

B. Asuhan Keperawatan Prilaku Kekerasan

1. Pengkajian

a. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap
sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil
melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan
seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan
dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan
saat marah bertambah.
b, Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi,
dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati,
menyalahkan dan menuntut.
c. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran
panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya
diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji
cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi
diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.
d. Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi
marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan
kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit
hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses
tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak
mengikuti aturan.
e. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan.
Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan
yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
2. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan/ amuk.
a. Data subjektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin
membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
b. Data objektif

Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan


kekerasan pada orang-orang disekitarnya.

2. Perilaku kekerasan / amuk dengan gangguan harga diri: harga diri rendah.

a. Data Subjektif :
a) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal
atau marah.
c) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
b. Data Objektif
a) Mata merah, wajah agak merah.
b) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
c) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d) Merusak dan melempar barang barang.
3. Intervensi Keperawatan

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan/ amuk

Tujuan Umum :
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya
Tujuan Khusus :

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Tindakan :
a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi.
b) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
d) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.
e) Beri rasa aman dan sikap empati.
f) Lakukan kontak singkat tapi sering.
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

Tindakan :
a) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
b) Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
c) Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap
tenang.
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan.

Tindakan :
a) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
b) Observasi tanda perilaku kekerasan.
c) Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Tindakan:
a) Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
b) Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
c) Tanyakan “apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

Tindakan:
a) Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
b) Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
c) Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
f. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.

Tindakan :
a) Tanyakan kepada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat
b) Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
c) Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat, yaitu:
a. Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal /
kasur atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.
b. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal/ tersinggung.
c. Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara – cara marah yang sehat, latihan
asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan.
d. Secara spiritual : berdo’a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi
kesabaran.
g. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.

Tindakan:
a) Bantu memilih cara yang paling tepat.
b) Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
c) Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
d) Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
e) Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
h. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan

Tindakan :
a) Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan
keluarga selama ini.
b) Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
c) Jelaskan cara – cara merawat klien
i. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).

Tindakan:
a) Jelaskan jenis – jenis obat yang diminum klien pada klien dan keluarga.
b) Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin
dokter.
c) Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).
d) Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
e) Anjurkan klien melaporkan pada perawat / dokter jika merasakan efek yang tidak
menyenangkan.
f) Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah

a. Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
b. Tujuan khusus :
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
1) Bina hubungan saling percaya,
2) Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.
3) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
4) Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung
jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

Tindakan :
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2) Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif
3) Utamakan memberi pujian yang realistis.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Tindakan :
a) Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit
b) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah.
4. Klien dapat menetapkan/ merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.

Tindakan :
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan ( mandiri, bantuan sebagian, bantuan total ).
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya
Tindakan :
a) Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
b) Beri pujian atas keberhasilan klien.
c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

Tindakan :
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga
diri rendah.
b) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
d) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

BAB III
KASUS

“ SEORANG PASIEN MASUK RUMAH SAKIT JIWA DI MAKASSAR DI RUANG RAWAT


MAHONI, KLIEN MASUK DI RSJ PADA TANGGAL 27 JANUARI 2012, KARENA
MEMECAHKAN BARANG-BARANG DI DAPUR DAN HAMPIR MENIKAM SUAMINYA,
KLIEN MENGATAKAN DIA MENGAMUK DAN MARAH KEPADA SUAMINYA KARENA
SUAMINYA MENIKAH LAGI.
SAAT INTERAKSI DENGAN KLIEN, KLIEN NAMPAK TEGANG, NADA SUARA TINGGI
KETIKA DITANYA TENTANG SUAMINYA, DI RUANGAN BERTERIAK-TERIAK DAN
HASIL DARI WAWANCARA MENUNJUKKAN KEBENCIAN TERHADAP LAKI-LAKI.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

1. Faktor predisposisi
Klien memecahkan barang-barang di dapur dan hampir menikam suaminya.

2. Faktor presipitasi
Klien marah karena suaminya ternyata menikah lagi
B. Klasifikasi data

a. Data subjektif:
1) Nada suara klien tinggi ketika ditanya tentang suaminya.
2) Klien sering berteriak di ruangan.

b. Data objektif
1) Klien nampak tegang ketika berinteraksi dengan perawat.
2) Klien menunjukkan kebencian terhadap laki-laki.
C. pohon masalah
Resiko mencederai
Orang lain/ lingkungan

Perilaku Kekerasan (CP)

Gangguan harga diri: harga diri rendah

D. diagnosa keperawatan
Resiko mencederai orang lain berhubungan dengan perilaku kekerasan
Di tandai dengan:
Data subjektif:
a. Nada suara klien tinggi ketika ditanya tentang suaminya.
b. Klien sering berteriak di ruangan.

Data objektif
a. Klien nampak tegang ketika berinteraksi dengan perawat.
b. Klien menunjukkan kebencian terhadap laki-laki.

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien: Dx. Medis :
Ruang: No. CM. :
TGL

NO
DX
DIAGNOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN
INTERVENSI

TUJUAN KRITERIA EVALUASI


123456
Resiko mencederai diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan
berhubungan dengan perilaku
kekerasan. TUM:
Klien tidak mencederai dengan
melakukan manajemen perilaku
kekerasan.
TUK 1:
Klien dapat membina hubungan
saling percaya 1.1 Klien mau membalas salam
2.1 Klien mau menjabat tangan
3.1 Klien mau menyebutkan nama
4.1 Klien mau tersenyum
5.1 KLien mau kontak mata
6.1 KLien mau mengetahui nama perawat. 1.1.1 Beri salam/ panggil nama
1.1.2 Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan
1.1.3 Jelaskan maksud hubungan interaksi
1.1.4 Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
1.1.5 Beri rasa aman dan sikap empati
1.1.6 Lakukan kontak singkat tapi sering
TUK 2:
Klien dapat
mengidentifikasikan penyebab
perilaku kekerasan. Klien mengungkapkan
perasaannya
Klien dapat mengungkapkan
penyebab perasaan jengkel/
kesal (dari diri sendiri, dari
lingkungan/ orang lain). Beri kesempatan untuk mengungkapkan
perasaannya
2.2.1 Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab
perasaan jengkel/ kesal
TUK 3:
Klien dapat
mengindentifikasikan tandatanda
perilaku kekerasan 3.1 Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah/ jengkel
3.2 Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel/ kesal yang dialami 3.1.1 Anjurkan
klien untuk mengungkapkan yang dialami dan rasakan saat jengkel/ kesal
3.1.2 Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien
3.1.3 Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/ kesal yang dialami klien
TUK 4:
Klien dapat mengindentifikasi
perilku kekerasan yang biasa
dilakukan.

Klien dapat mengungkapkan


perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
Klien dapat bermain peran
dengan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan
Klien dapat dilakukan cara
yang biasa dapat
menyelesaikan masalah atau
tidak. 4.1.1 Anjurkan klien untuk men gungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan klien
4.1.2 Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
4.1.3 Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya
selesai
TUK 5:
Klien dapat mengidentifikasi
akibat perilaku kekerasan 5.1 Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan
klien 5.1.1 Bicarakan akibat/ kerug ian dari cara yang dilakukan klien
5.1.2 Bersama klien menyimpu lkan akibat dari cara yang digunakan oleh klien
5.1.3 Tanyaka n pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat?”

TUK 6:
Klien dapat medefisinisikan
cara konatruktif dalam berespon
terhadap kemarahan 5.1 Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan
secara konstruktif 6.1.1 Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru
yang sehat?”
6.1.2 Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat
6.1.3 Diskusikan dengn klien cara lain yang sehat:
a. Secara fisik: tarik napas dala m, jika sedang kesal/ memukul bantal/ kasur atau olah
raga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga
b. Secara verbal: katakan bahwa a nda sedang kesal/ tersinggung/ jengkel (saya kesal
anda berkata seperti itu , saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya)
Secara sosial: lakukan dalam kelompok cara-cara yang sehat, latihan asertif.
c. Latihan manajemen perilaku kekerasan
d. Secara spiritual: anjurkan kli en sembahyang, berdoa/ ibadah lai n, meminta pada
Tuhan, untuk diberi kesabaran, mengadu pada Tuhan tentang kekerasan/ kejengkelan.
TUK 7:
Klien dapat mendemonstrasikan
cara mengontrol perilaku
kekerasan 7.1 Kien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
• Fisik: tarik napas dalam, olah raga, pukul kasur dan bantal.
• Verbal: mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti
• Spiritual: sembahyang, berdoa atau ibadah klien 7.1.1 Bantu klien mengidentifikasi
manfaat cara yang telah diplih
7.1.2 Bantu klien menstimulasikan tersebut (role play)
7.1.3 Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut
7.1.4 Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau
marah
7.1.5 Susun jadual melakukan cara yang telah Dipelajari
TUK 8:
Klien dapat menggunakan obat
dengan benar (sesuai program
pengobatan) 8.1 Klien dapat menyebutkan obatobat yang diminum dan kegunaannya
(jenis, waktu, dosis, dan efek)
8.2 Klien dapat minum obat sesuai dengan program pengelolaan 8.1.1 Jelaskan jenis-
jenis obat yang diminum klien
8.1.2 Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizing
dokter
8.1.3 Jelaskan prinsip benar minum obat (baca nama yang tertera pada botol o bat,
dosis obat, waktu dan cara minum)
8.1.4 Jelaskan manfaat minum obat dan efek obta yang perlu diperhatikan
8.1.5 Anjurkan klien minta ob at dan minum obat tepat waktu
8.1.6 Anjurkan klien melapork an pada perawat/dokter jika merasakan efek yang tidak
menyenangkan
8.1.7 Beri pujian jika klien minum obatdengan benar


E. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
a. Masalah: Perilaku kekerasan
b. Pertemuan: Ke 1 (satu)
a. Proses Keperawatan
1. Kondisi : Klien datang ke rumah sakit diantar keluarga karena klien memecahkan
barang di dapur dan hampir menikam suaminya.
2. Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3. TUK : 1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi penyebab marah
b. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. Orientasi
1. Salam terapeutik
Selamat pagi, nama saya Anna. Panggil saya suster Anna.Namanya
siapa, senang dipanggil apa? Saya akan merawat ibu.
2. Evaluasi/ validasi
Ada apa di rumah sampai dibawa kemari?
3. Kontrak
1) Topik : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang hal-hal yang menyebabkan ibu
marah
2) Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di kamar perawat?
3) Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit
2. Kerja
1) Apa yang membuat ibu membanting piring dan gelas?
2) Apakah ada yang membuat ibu kesal?
3) Apakah sebelumnya ibu pernah marah?
4) Apa penyebabnya? Sama dengan yang sekarang?
5) Baiklah, jadi ada ……. (misalnya 3) penyebab ibu marah-marah.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap?
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan 3 penyebab ibu marah.Bagus sekali.
c. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah, waktu kita sudah habis. Nanti coba ibu ingat lagi, penyebab ibu
marah yang belum kita bicarakan.
d. Kontrak
a) Topik: Nanti akan kita bicarakan perasaan ibu pada saat marah dan caramarah yang
biasa ibu lakukan.
b) Tempat: Mau dimana kita bicara? Bagaimana kalau kita disini?
c) Waktu: Kira-kira 30 menit lagi ya. Sampai nanti.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
a. Masalah: Perilaku kekerasan
b. Pertemuan: Ke 2 (dua)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi : Klien dapat menyebabkan penyebab marah.
2. Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3. TUK : 1. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
2. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
3. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan klien
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat siang ibu.
b. Evaluasi/ validasi
a) Bagaimana perasaan ibu saat ini?
b) Apakah masih ada penyebab kemarahan ibu yang lain?
b. Kontrak
a) Topik : Baiklah kita akan membicarakan perasaan ibu saat sedang marah
b) Tempat : Mau di mana? Bagaimana kalau dikamar perawat?
c) Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit saja?
2. Kerja
a. ibu pada saat dimarahi Ibu (salah satu penyebab marah), apa yang ibu
rasakan?
b. Apakah ada perasaan kesal, tegang, mengepalkan tangan, mondar-mandir?
c. Lalu apa biasanya yang ibu lakukan?
d. Apakah sampai memukul? Atau marah-marah?
e. ibu, coba dipraktekkan cara marah ibu pada suster Anna. Anggap suster Anna adalah
yang membuat ibu jengkel. Wah bagus sekali.
f. Nah, bagaimana perasaan ibu setelah memukul meja?
g. Apakah masalahnya selesai?
h. Apa akibat perilaku ibu?
i. Betul, tangan jadi sakit, meja bisa rusak, masalah tidak selesai dan akhirnya dibawa
ke rumah sakit
j. Bagaimana ibu, maukah belajar cara mengungkapkan marah yang benar dan sehat?
k. Baiklah, waktu kita sudah habis.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap?
b. Evaluasi Obyektif
a) Apa saja yang kita bicarakan?
b) Benar, perasaan marah. Apa saja tadi? Ya betul, lagi, lagi, oke.
c) Lalu cara marh yang lama, apa saja tadi? Ya betul, lagi, oke.
d) Dan akibat marah apa saja? Ya betul, sampai dibawa ke rumah sakit.
c. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah, sudah banyak yang kita bicarakan. Nanti coba diingat-ingat lagi perasaan ibu
sewaktu marah, dan caraibu marah serta akibat yang terjadi. Kalau di runah sakit ada
yang membuat ibu marah, langsung beritahu suster.
d. Kontrak
a) Waktu: Besok kita bertemu lagi jam 09.00, bagaimana cocok?
b) Tempat: Bagaimana kalau disini lagi?
c) Topik: Besok kita mulai latihan cara marah yang baik dan sehat. Sampai besok.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


a. Masalah: Perilaku kekerasan
b. Pertemuan: Ke 3 (tiga)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi : Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala marah, cara marah yang biasa
dilakukan serta akibat yang terjadi.
2. Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3. TUK : 1. Memilih satu cara marah yang konstruktif
2. Mendemonstrasikan satu cara marah yang konstruktif
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. Orientasi
a) Salam terapeutik
Selamat pagi ibu.
b) Evaluasi/ validasi
Bagaimana perasaan ibu saat ini?Wah bagus.
Apakah ada yang membuat ibu marah sore dan malam kemarin?
Bagaimana dengan perasaan, cara marah, dan akibat marahnya ibu, masihada
tambahan (jika perlu ulang satu-satu).
2. Kontrak
a) Topik :ibu masih ingat apa yang akan kita latih sekarang? Betul kita akanlatihan cara
marah yang sehat.
b) Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Baik disini saja seperti biasa
c) Waktu :Mau berapa lama? 15 menit ya ibu.
3. Kerja
a) ibu ada beberapa cara marah yang sehat, hari ini kita pelajari 1 cara
b) Nah, ibu boleh pilih mau latihan nafas dalam atau pukul kasur dan bantal?
c) Baiklah, kita latihan nafas dalam
d) Jadi, kalau ibu kesal dan perasaan sudah mulai tidak enak segera nafas dalamagar
cara marah yang lama tidak terjadi.
e) Caranya seperti ini, kita bisa berdiri atau duduk tegak.hidung dan keluarkan dari
mulut.
f) Coba ikuti suster, tarik dari hidung. Ya bagus, tahan sebentar, dan tiup dari mulut.
Oke, ulang sampai 5 kali.
4. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan ibu setelah latihan, ada perasaan plong atau lega?
b. Evaluasi Obyektif
a. Coba apa yang sudah kita pelajari?
b. Bagus, berapa kali tarik napas dalam?
c. Ya benar, 5 kali.
c. Rencana Tindak Lanjut
a) Nah, berapa kali sehari ibu mau latihan? Bagaimana kalau 3 kali?
b) Mau kapan saja? Bagaimana kalau pagi bangun tidur, lalu siang sebelum makan dan
malam sebelum tidur
c) Juga lakukan kalau ada yang membuat kesal

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif.(Stuart dan Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
merasa gagal mencapai keinginan
Diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada kasus ini adalah :
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan/ amuk.
b. Perilaku kekerasan / amuk dengan gangguan harga diri: harga diri rendah
B. Saran
Melihat kasus di atas marilah kita saling mengoreksi diri masing-masing untuk tidak
terlalu larut dalam kesedihan dan kekecewaan yang akhirnya akan membawa kita ke
tahap depresi dan akan mengakibatkan diri kita mengalami gangguan jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G.W. dan Sunden,S J (1995). Principles and practice of psychiatric nursing (7th
ed). St Louis: Mosby Year Book
Stuart, G.W. dan Sunden,S J (1995). Gangguan konsep diri : St Louis: Mosby Year
Book
Keliat Budi Ana,Proses Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Jakarta : EGC,1999
prilaku kekerasan

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

a. Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati
secara langsung maupun tidak langsung ( Sunaryo, 2004 )

b. Kekeraan adalah kekuaan fisik yang digunakan untuk meyerang atau merusak orang lain. Tindakan
ini merupakan tindakan yang tidak adil dan sering mengakibatkan cedera fisik ( Ann Isaacs, 2005 )

c. Menurut Iyus Yosep (2007) Perilaku kekeraan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain

2. Etiologi ( Penyebab )

Menurut Iyus Yosep (2007) faktor penyebab perilaku kekerasan meliputi faktor predisposisi. Faktor
predisposisi terjadinya masalah perilaku kekerasan adalah faktor biologis, psikologis, sosial budaya, dan
presipitasi.

a. Faktor psikologis

1. Psychoanalytical theori

Teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan akibat dari instinctual drives

2. Frustasi-agresion theori

Teori di kembangkan oleh pengikut Freud yang mengatakan bahwa bila usaha seseorang mengalami
hambatan maka akan timbul dorongan agresif yang pada gilirannya akan memotivasi perilaku yang
dirancang untuk melukai orang atau objek yang menyebutkan frustasi.

b. Faktor sosial budaya


Sosial-learning theori, teori yang dikembangkan oleh Bandura (1977) mengemukakan bahwa agresi tidak
berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresi daat dipelajarari melalui observasi atau imitasi, dan
semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkian untuk terjadi. Jadi seseorang
akan berespon terhadap emosionalnyasecara agresif seuai dengan respon yang dipelajarinya.

c. Faktor presipitasi

Secara umum, seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya terancam. Ancaman
tersebut dapat berupa injuri secara psikis, atau atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap
konsep diri seseorang ketika sseorng merasa terancam, maka dia tidak menyadari sama sekali apa yang
menjadi sumber kemarahannya.

Bila dilihat dari sudut perawat-klien, maka faktor yang mencetuskan perilaku kekerasan terbagi dua,
yakni:

ü Klien : kelemahan fisik,keputusasaan, ketidakberdayaan, kurang percaya diri.

ü Lingkungan : ribut, kehilangan orang atau objek yang berharga, konflik interaksi sosial.

d. Faktor-faktor yang mendukung:

ü Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan,

ü sering mengalami kegagalan,

ü kehidupan yang penuh tindakan agresif

3. Rentan respon marah

Menurut Iyus Yosep, 2007 bahwa respons kemarahan berfluktuasi dalam rentang adaptif maladaptif.

Skema 1.1. Rentang Respon Kemarahan

Respon adaptif Respons maladaptif

I-------------------I------------------I----------------------I-------------------I

Asertif frustasi pasif agresif kekerasan

Sumber Iyus Yosep, 2007

a. Perilaku asertif yaitu mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan atau
meyakiti orang lain, hal ini dapat menimbulkan kelegaan pada individu

b. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang tidak realistis atau
hambatan dalam proses pencapaian tujuan.
c. Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk engungkapkan perasaan marah yang
sekarang dialami, dilakukan dengan tujuan menghindari suatu tuntunan nyata.

d. Agresif merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau ketakutan / panik. Agresif
memperlihatkan permusuhan, keras dan mengamuk, mendekati orang lain dengan ancaman, memberi
kata-kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai
orang lain.

e. Kekerasan sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan
menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman, melukai pada tingkat ringan
sampa pada yang paling berat. Klien tidak mampu mengendalikan diri.

4. Tanda dan Gejala

Menurut Tim Keperawatan jiwa FIK-UI 1999 dalam buku kumpulan proses keperawatn jiwa dinyatakan
bahwa tanda dan gejala yang diperlihatkan klien dengan perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :

1) Muka marah, pandangan tajam, mata melotot dan dipertahankan

2) Otot tegang

3) Nada suara tinggi, suara keras dan ngotot

4) Berdebat

5) Sering nampak klien memaksakan kehendak

6) Merampas makanan

7) Memukul jika tidak senang

8) Isi pembicaraan bisanya menyombongkan diri, merendakan orang lain

9) Posisi badan kaku, condong ke depan

10) Siap dengan jarak akan menyerang orang lain

11) Penampilan mengancam, posisi menyerang.

5. Penatalaksanaan Medik

Dalam pandangan psikiatri (Ilmu Kedokteran Jiwa), jika seseorang mengalami suatu gangguan atau
penyakit, maka yang sakit atau terganggu itu bukan terbatas pada aspek jiwanya saja atau raganya saja,
tetapi keduanya sebagai kebutuhan manusia itu sendiri . menurut pandanga holistik, manusia juga tidak
terlepas dari lingkungannya, karena itu pengobatan yang dilakukan juga harus memperlihatkan ketiga
aspek tersebut sebagai suatu kesatuan.

Adapun penalaksanaan medik menurut MIF Baihaqi, dkk, 2005 sebagai berikut :
a. Somatoterapi

Dengan tujuan memberikan pengaruh-pengaruh langsung berkaitan dengan badan, biasanya dilakukan
dengan :

1) Medikasi psikotropik

Medikasi psikotropik berarti terapi langsung dengan obat psikotropik atau psikofarma yaitu oabnat-obat
yang mempunyai efek terapeutik langsung pada proses mental pasien karena efek obat tersebut pada
otak

2) Terapi Elektrokonvulsi (ECT)

Terapi ini dilakukan dengan cara mengalirkan listrik sinusoid ke tubuh penderita menerima aliran listrik
yang terputus-putus.

3) Somatoterapi yang lain

a) Terapi konvulsi kardiasol, dengan menyuntikkan larutan kardiazol 10% sehingga timbul konvulsi

b) Terapi koma insulin, dengan menyuntikkan insulin sehingga pasien menjadi koma, kemusian
dibiarkan 1-2 jam, kemudian dibangunkan dengan suntikan gluk

b. Psikoterapi

Psikoterapi adalah salah satu pengobatan atau penyembuhan terhadap suatu gangguan atau
penyakit, yang pada umumnya dilakukan melalui wawancara terapi atau melalui metode-metode
tertentu misalnya : relaksasi, bermain dan sebagainya. Dapat dilakukan secara individu atau kelompok,
tujuan utamanya adalah untuk menguatkan daya tahan mental penderita, mengembankan mekanisme
pertahanan diri yang baru dan lebih baik serta untuk mengembalikan keseimbangan adaptifnya.

c. Manipulasi lingkungan

Manipulasi llingkunagan adalah upaya untuk mempengaruhi lingkungan pasien, sehingga bisa
membantu dalam proses penyembuhannya. Teknis ini terutama diberikan atau diterapkan kepada
lingkungan penderita, khususnya keluarga.

Tujuan utamanya untuk mengembangkan atau merubah / menciptakan situasi baru yang lebih
kondusif terhadap lngkungan. Misalnya dengan mengalihkan penderita kepada lingkunmgan baru yang
dipandang lebih baik dan kondusif, yang mampu mendukung proses penyembuhan yang dilakukan.

C. Konsep Dasar Proses Keperawatan Perilaku Kekerasan


Proses keperawatan menurut Budi Anna Keliat, 2006 merupakan metode ilmiah yang digunakan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang terdiri dari 5 tahap yang meliputi : pengkajian, rumusan diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Kegiatan yang perlu
dilakukan perawat adalah mengkaji data dari klien dan keluarga tentang tanda dan gejala serta faktor
penyebab.

1. Faktor biologis

2. Faktor psikologis

3. faktor sosial budaya

Klien mengalami gangguan pada otak atau abnormalitas otak yang dapat menyebabkan gangguan
p[ada pertumbuhan dan perkembangan

Beberapa faktor yang perlu dikaji pada klien perilaku kekerasan menurt Budi Anna Keliat, 2006 adalah
sebagai berikut :

b. Klien dibawa ke rumah sakit jiwa dengan alasan amuk, membanting barang-barang, gelisah, tidak
bia tidur, berendam dikamar mandi selama berjam-jam.

c. Klien biasanya amuk karena ditegur atas kesalahannya

d. Klien mengatakan mudah kesal dan jengkel

e. Merasa semua barang tidak ada harganya

f. Klien kelihatan sangat bersemangat, wajah tegang

g. Muka merah tidak menceritakan masalahnya

h. Klien merasa minder bila berada dilingkungan keluarga

i. Klien mudah marah dan cepat tersinggung

j. Klien selalu merusak lingkungan

k. Klien nampak kotor, rambut kusut dan kotor, gigi kotor dan kuning

l. Kuku panjang dan kotor, kulit banyak daki dan kering


m. Klien mengatakan malas mandi

n. Klien tidak mau mandi bila tidak disuruh dan mandi kalau perlu saja

o. Sehabis mandi klien masih tampak kotor.

2. Masalah Keperawatan

Menurut Kelait BA, 2006 masalah keperawatan yangs sering terjadi pada klien perilaku
kekerasan adalah :

a. Resiko perilaku mencederai diri sendiri, orang lain dan linkungan

b. Perilaku kekerasan

c. Ganguan konsep diri harga diri rendah

d. Gangguan pemeliharaan kesehatan

e. Defisit perawatan diri, mandi dan berhias

f. Ketidakefektifan koping keluarga ; ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah

g. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik

3. Pohon Masalah

Menurut Budi Anna Keliat, 2006 pohon masalah klien dengan masalah utama perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut :
Etiologi

Sumber : Kelliat, BA, 2006

4. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan masalah klien yang mencakup baik
respon sehat adaptif atau maladaptif serta stressor yang menunjang ( Stuart dan sundeen, 1995 ).

Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan pada klien perilaku kekerasan menurut Budi Anna Kelia,
2006 adalah sebagai berikut ;

a. Resiko perilaku mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan.

b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri kronis

c. Gangguan pemeliharaan berhubungan dengan defisit perawatan diri; mandi dan berhias.
d. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik berhubungan denganketidakmampuan
keluarga merawat klien di rumah

5. Rencana Tindakan Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan terdiri dari 3 aspek yaitu : tujuan umum, tujuan khusus dan rencana
tindakan keperawatan.

Tujaun umum berpokus pada penyelesaian permasalahan (P) dari diagnosa keperawatan dan dapat
dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah tercapai.

Tujuan khusus berpokus pada penyelesaian penyebab diagnosa keperawatan. Kamampuan pada
tujuan khusus terdiri dari 3 aspek yaitu : kemampuan kognitif, psikomotor, dan afekti yang perlu dimiliki
klien untuk menyelesaikan permasalahan.

Menurut Budi Anna Keliat, 2006 bahwa rencana tindakan keperawatan pada perilaku kekerasan
yaitu :

a. Perilaku Kekerasan

1) Tujaun Umum (TUM)

Tujuan umum pada diagnosa keperawatan ini adalah : klien tidak melakukan perilaku kekerasan.

3) Tujuan Khusus (TUK) :

a) Tuk 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya

b) Tuk 2 : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

c) Tuk 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan

d) Tuk 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

e) Tuk 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan

f) Tuk 6 : Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan

g) Tuk 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah perilaku kekerasan

h) Tuk 8 : Klien dapat mendemonstrasikan cara spritual untuk mencegah perilaku kekerasan

i) Tuk 9 : Klien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah perilaku
kekerasan

j) Tuk10 : Klien dapat mengikuti TAK : stimulasi persepsi penceganhan perilaku kekerasan

k) Tuk 11 : Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam melakukan cara pencegahan perilaku
kekerasan
4) Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan dirumuskan berdasarkan dengan tujuan khusus (TUK) yang akan dicapai oileh
klien untuk mengatasi masalah utama, maka berdasakan pedoman proses keperawatan kesehatan jiwa
menurut Budi Anna Keliat (2006) dapat dirumuskan intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa
keperawatan diatas yaitu :

a) TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya :

Intervensi keperawatan :

1). Beri salam dan panggil nama

2). Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan

3). Jelaskan maksud hubungan interaksi

4). Jelaskan tentang kontrak yang akan diambil

5). Beri rasa aman dan sikap empati

6). Lakukan kontak singkat tapi sering

b) TUK 2 : Klien dapat mengeidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

Intervensi keperawatan :

1). Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya

2). Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau kesal

c)TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan :

Intervensi keperawatan :

1). Anjurkan klien untuk mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakannya saat jengkel / marah

2). Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien

3). Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel / marah yan dialami klien

d) TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dlakukan :

1). Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien ( verbal, pada orang
ain, pada lingkungan, dan pada diri sendiri )
2). Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

3). Bicarakan bersama klien apakah cara yang klien lakukan masalahnya selesai.

e)TUK 5 : Klien dapat menngidentifikasi akibat perilaku kekerasan :

1). Bicarakan akibat / kerugian dari cara yang dilakukan klien

2). Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang dilakukan oleh klien

3). Tanyakan kepada klien ”apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.

f) TUK 6 : Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan

Intervensi keperawatan :

1). Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dlakukan klien

2). Beri pujian atas kegiatan fisik yang dlakukan

3). Disksian dua cara fisik yang paling mudah dilakukan untuk mencegah perilaku
kekerasan yaitu; tarik napas dalam dan pukul kasur serta bantal.

4). Diskusikan cara melakukan napas dalam dengan klien

5). Beri contoh kepada klien tentang cara menarik napas dalam

6). Minta klien mengikuti contoh yang diberikan sebanyak 5 (lima) kali.

7). Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemonstrasikan cara menarik napas dalam

8). Tanyakan perasaan klien setelah selesai

9). Anjurkan klien untuk menggunakan cara yan telah dipelajari saat marah/jengkel

10). Lakukan hal yang sama untuk cara fisik lain di pertemuan lain

11). Diskusikan dengan klien menegenai frekuensi latihan yang akan dilakukan sendiri oleh klien

12). Susun jadwal kegiatan untuk melatihcara yang telah dipelajari

13). Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan, cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dilakukan
dengan mengisi jadwal kegiatan harian ( self evaluation )

14). Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan

15). Berikan pujian atas keberhasilan klien

16). Tanyakan kepada klien ”apakah kegiatan cara pencegahan perilaku kekerasan dapat mengurangi
parasaan marah”
g) TUK 7 : Klien dapat mendemonstasikan cara sosial untuk mencegah perilaku kekerasan

Intervensi keperawatan :

1). Diskusikan cara bicara yang baik dengan klien

2). Beri contoh cara bicara yan baik

a). Meminta dengan baik

b). Menolak dengan baik

c). Mengungkapkan perasaan dengan baik

3). Meminta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik

a). Meminta dengan baik : ”saya minta uang untuk beli makanan

b). Menolak dengan baik : ” maaf, saya tidak dapat melakukannya kerena ada kegiatan lain

c). Mengungkapkan perasaan dengan baik : ”saya kesal karena permintaan saya tidak dikabulkan ”disertai
nada suara yang rendah

4). Meminta klien mengulang sendiri

5). Beri pujian atas keberhasilan klien

6). Diskusikan dengan klien waktu dan kondisi cara bicara yang dapat dilatih di ruangan, misalnya:
meminta obat, baju,dll; menolak ajakan merokok, tidur pada waktunya, menceritakan kekesalan kepada
perawat

7). Susun jadwal kegiatan melatih cara yang telah dipelajari

8). Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan cara bicara yang baik dengan mengisi jadwal kegiatan ( self
evaluation )

9). Validasi kemampuan klien melaksanakan latihan

10). Berikan pujian atas keberhasilan klien

11). Tanyakan kepada klien : ”Bagaimana perasaannya setelah latihan bicara yang baik? Apakah
keinginan marah berkurang?”

h) TUK 8 : Klien dapat mendemonstrasikan cara spritual untuk mencegah perilaku kekerasan

Intervensi keperawatan :

1). Diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang pernah dilakukan


2). Bantu klien menilai kegiatan yang dapat dilakukan di ruang rawat

3). Bantu klien memilih kegiatan ibadah yang dapat dilakukan

4). Minta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih

5) Diskusikan dengan klien tentang waktu pelaksanaan kegiatan ibadah

6). Susun jadwal kegiatan untuk melatih kegiatan ibadah

7). Klien mengevaluasi pelaksanaan ibadah dengan mengisi jadwal kegiatan harian ( self evaliation )

8). Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan

9). Berikan pujian atas keberhailan klien

10). Tanyakan kepada klien ”bagaimana perasannya setelah teratur melakukan ibadah? Apakah
keinginan marah berkuran?”

i) TUK 9 : Klien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah perilaku
kekerasan

Intervensi keperawatan :

1) Diskusikan dengan klien tengtang jenis obat yang diminumnya ( nama, warna, besarnya ), waktu
minum obat ( jika 3 kali pkl.07.00,13.00,19.00 ), cara minum obat.

2). Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat secara teratur:

a) Beda perasaan sebelum minum obat dan sesudah minum obat

b) Jelaskan bahwa dosis hanya boleh diubah oleh dokter

c) Jelaskan mengenai akibat minum obat yang tidak teratur,

misalnya, penyakitnya kambuh.

3). Diskusikan tentang proses minum obat :

a. Klien meminta obat kepada perawat (jika di rumah sakit), kepada keluarga (jika di rumah).

b. Klien memeriksa obat sesuai dosisnya.

c. Klien meminum obat pada waktu yang tepat

5) Susun jadwal minum obat bersama klien.

6) Klien mengevaluasi pelaksanaan minum obat dengan mengisi jadwal kegiatan harian (self-
evaluation).
7) Validasi pelaksanaan minum obat klien.

8) Beri pujan atas keberhasilan klien

9) Tanyakan kepada klien :’’Bagaimana perasaannya dengan minum obat secara teratur ? Apakah
keinginan untuk marah berkurang?

j) TUK 10 : Klien dapat mengikuti TAK: Stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan

Intervensi keperawatan :

1) Anjurkan klien untuk ikut TAK : Stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan

b. Klien mengikuti TAK : Stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan( kegiatan sendiri ).

c. Diskusikan dengan klien tentang kegiatan selama TAK

d. Fasilitasi klien untuk mempraktikan hasil kegiatan TAK dan beri pujian atas keberhasilanya.

e. Diskusikan dengan klien tentang jadwal TAK

f. Masukkan jadwal TAK ke jadwal kegiatan harian klien

g. Klien mengevaluasi pelaksanaan TAK dengan mengisi jadwal kegiatan harian ( self-evaluation)

h. Validasi kemampuan klien dengan mengikuti TAK

i. Beri pujian atas kemampuan klien mengikuti TAK

j. Tanyakan kepada klien : ’’ Bagaimana perasaan klien setelah mengikuti TAK.

k) TUK 11 : Klien mendapat dukungan keluarga dalam melakukan cara pencegahan perilaku kekerasan

Intervensi keperawatan :

1) Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien sesuai dengan yang telah dilakukan keluarga
terhadapklien selama ini

2) Jelaskan keuntungan peran serta keluarga dalam merawat klien

3) Jelaskan cara-cara merawat klien :


a). Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif

b) Sikap dan cara bicara

c)Membantu klien mengenal penyebab marah dan pelaksanaan cara pencegahan perilaku kekerasan.

4). Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien

5). Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.

6). Anjurkan keluarga mempraktikkannya pada klien selama di rumah sakit dan melanjutkannya setelah
pulang ke rumah

b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

1) Tujuan umum ( TUM) : klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan
dengan orang lain.

2) Tujuan khusus (TUK) :

Tujuan khusus berdasarkan diagnosa keperawatan di atas adalah klien dapat :

a) TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya

b)TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang positif yang dimiliki

c) TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki

d) TUK 4 : Klien dapat merencanakan kemampuan yang dimiliki

e) TUK 5 : Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit-sakit sesuai dengan kemampuannya

f) TUK 6 : Klien dapat melakukan sistem pendukung

3) Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan dirumuskan dengan tujuan khusus ( TUK) yang akan dicapai oleh
klien untuk mengatasi masalah utama, maka dapat dirumuskan intervensi keperawatan sesuai dengan
diagnosa keperawatan diatas yaitu :

a) TUK 1 : Klien mampu membina hubungan saling percaya

Intervensi keperawatan

1) Salam terapeutik

2) Salam perkenalan
3) Jelaskan tujuan interaksi

4) Ciptakan lingkungan yang terapeutik

5) Buat kontrak yang jelas (topik, waktu, dan tempat)

b) TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Intervensi keperawatan :

1) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasannya tentang penyakit yang


diderita

2) Sediakan waktu mendengarkan klien

3) katakan pada klienbahwa ia adalah seorang yang berharga dan bertanggung


jawab serta mampu menolong dirinya sendiri

4) Diskusikan kemampuan dab aspek positif yang dimilki klien, dapat dimulai dari
bagian tubuh yang masih berfungsi dengan baik, kemampuan lain yang dimilik klien. Jika klien tidak
mampu mengidentifikasi maka dimulai oleh perawat memberi ”reinforcement”

5) Siap bertemu klien hindarkan memberi penilaian negatif, utamakan memberi


penilaian yang realistis

c) TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

Intervensi keperawatan :

1) Diskusikan dengan klienkemempuan yang masih dapat digunakan selam sakit,


misalnya penampilan klien dan self care, latihan fisik dan ambulasi serta aspek asuhan terkait dengan
gangguan yang dialami klien

2) Diskusikan pada kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya setelah pulang


sesuai dengan kondisi sakit klien

d) TUK 4 : Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki

Intervensi keperawatan :

1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap harisesuai


kemampuan kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total

2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi klien

3) Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan (sering klien takut
melaksanakannya)
e) TUK 5 : Klien dapat melakukan kegiatansesuai kondisi sakit dan kemampuannya

Intervensi keperawatan :

1) Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan

2) Beri pujian atas keberhasilan klien

3) Diskusikan kemungkinan di rumah

f) TUK 6 : Klien dapat memamfaatkan sisitem pendukung

Intervensi keperawatan :

1) Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga diri
rendah

2) Bantu keluarga memberikan dukungan selam klien dirawat

3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

c. Defisit perawatan diri : mandi dan berhias

1) Tujuan Umum (TUM) : Klien melakukan perawatan diri yang sesuai dan mengembnanmkan
kebiasaan hidup yang sehat

2) Tujuan khusus

Tujuan khusus berdasarkan diagnosa keperawaan diatas petunjuk oleh Linda Carman Copel,
2007 terdiri atas :

a) TUK 1 : Klien mendapatkan kembali kemampuan untuk melakukan aktuitas perawatan diri

b) TUK 2 : Klien membentuk rutinitas perawatan diri yang menjadi kebiasaan dan silakukan secar
konsisten

4) Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan dirumuskan dengan tujuan khusus ( TUK) yang akan dicapai oleh klien untuk
mengatasi masalah utama, maka dapat dirumuskan intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa
keperawatan diatas yaitu :

a)TUK 1 : Klien dapat mendapatkan kembali kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri

Intervensi keparawatan

1) Supervisi saat klien mandi dan berhias


2) Berikam instruksi setahap demi setahap dan anjurkan aktivita perawatan diri

3) Awasi klien dalam memilih pakaian, perlengkapan berhias

4) Ajari klein tentang cara melakukan dan mempertahankan aktivitas perawatan diri

b) TUK 2 : Klien mem,bentuk rutinitas perawatan diri yang menjadi kebiasaan dan dilakukan secara
konsisten

1) Minta klien membuat dan melakukan rutinitas sehari-haru misalnya melkukan rutinitas sdi pagi hari
unmtuk melakukan mandi, menyisir rambut

2) Jelaskan bagaiman kepatuhan menggunakan obat secara teratur dapat memfasilitasi kemampuan
klien untuk melakukan perawatan diri

3) Dorong klien mencari seorang penolong untuk merawat dirinya atau untuk memenuhi kebutuhan
klien lain yang mempengaruhi kemampuan fungsi klien

6. Evaluasi

Dari apa yang telah dipaparkan diatas untuk mengukur apakah tujuan Dan criteria sudah tercapai,
perawat dapat mengobservasi perilaku klien. Menurut iyus Yosep ada beberapa perilaku yang dapat
diindikasikan sebagai evaluasi yang positif yaitu :

1. Identifikasi sesuatu yang dapat membangkitkan kemarahan klien.

2. Bagaimana keadaan klien saat marah Dan benci panda orang lain.

3. Sudahkan klien menyadari akibat dari marah Dan pengaruhnya pada orang lain

4. Buatlah komentar yang kritikal

5. Apakah klien sudah mampu mengespresikan sesuatu yang berbeda.

6. Klien mampu menggunakan aktifitas secara fisik untuk mengurangi perasaan marahnya.

7. Mampu mentoleransi rasa marahnya.

8. Konsep diri klien sudah meningkat.

9. Kemandirian dalam berfikir dan aktivitas.

Anda mungkin juga menyukai