A. Tujuan Kegiatan
Mahasiswa dapat mempelajari variabilitas diantara individu dan
membandingkan sifat-sifat bervariasi tersebut pada 2 spesies yang berbeda
B. Kajian Pustaka
Suatu populasi terdiri atas kumpulan individu yang sejenis, oleh karena
sejenis maka individu-individu tersebut haruslah memiliki ciri yang sama atau
dalam bahasa biologi haruslah memiliki karakteristik taksonomi yang sama.
Karakter-karakter tersebut ada yang bersifat kuantitatif dan ada pula yang
kualitatif. Karakter kuantitatif adalah karakter yang dapat diukur misalnya berat,
panjang, usia, dan sebagainya; sedangkan karakter kualitatif adalah karakter yang
tidak dapat diukur secara objektif, misalnya baik, buruk, warna, dan sebagainya
(Harianto, dkk., 2008: 63).
Karakter kuantitatif biasanya tidak selalu 100% sama, misalnya panjang, lebar
tubuh, berat tubuh, boleh dikatakan tidak pernah sama antar individu dari suatu
populasi alam. Karakter kuantitatif tersebut biasanya dipengaruhi oleh kombinasi
factor genetik, faktor lingkungan dan fisiologi ataupun jenis kelamin. Tetapi
faktor tersebut tidak pernah sama 100%, maka individu-individu dalam satu
populasi juga tidak dapat pernah 100% sama. Walaupun demikian tetap saja
terdapat kisaran normalnya, yaitu ukuran yang biasa ditemui. Ukuran di luar batas
tersebut bila terlalu jauh dari kisaran normal dianggap sebagai ukuran yang tidak
biasa, artinya individu yang memiliki ukuran tersebut dapat dianggap tidak
normal (tetapi bukan berarti tidak baik). Individu di luar batas normal tersebut
dikatakan memiliki nilai ekstrem. Karena tidak 100% sama, maka dikatakan
bahwa terdapat berbagai variasi dalam suatu populasi (Harianto, dkk., 2008: 63).
2
Adanya variasi karakter dalam suatu populasi atau disebut juga variabilitas di
antara individu dapat digambarkan dengan berbagai cara, salah satunya adalah
dengan deskripsi statistik. Pada cara statistic ini karakter parametrik individu
tersebut diukur dan dianalisis dengan menggunakan metode statistik. Beberapa
karakter yang sering digunakan dalam penelitian ekologi adalah panjang, lebar,
berat, usia, dan jenis kelamin. Untuk membuat karakter populasi maka karakter
kuantitatif dibandingkan antara jantan dan betina, dan antar populasi (Harianto,
dkk., 2008: 63-64).
Pada manusia dan organisme lain yang dipelihara biasanya usia dapat dengan
mudah diketahui. Tidak demikian halnya dengan organisme liar, usia biasanya
digambarkan secara tidak langsung dengan karakter kuantitatif. Hal ini
berdasarkan asumsi bahwa dengan bertambahnya usia maka tubuh juga semakin
berkembang, termasuk bertambahnya ukuran tubuhnya (Harianto, dkk., 2008:
64).
Variabilitas merupakan variasi dalam suatu populasi yang dimiliki oleh setiap
individu. Dalam suatu populasi terdapat kumpulan individu sejenis yang memiliki
karakter taksonomi yang sama. Setiap individu memiliki karakteristik bawaan dan
karakteristik yang dipengaruhi oleh lingkungan. Adanya ciri yang bervariasi dapat
diidentifikasi secara morfologi. Variabilitas antar individu memiliki dua karakter
yaitu karakter kuantitatif (sesuatu yang dapat diukur secara objektif) dan karakter
kualitatif (sesuatu yang tidak dapat diukur secara objektif). Karakter ini
dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, fisiologi, dan jenis kelamin. Namun,
terdapat kisaran normal yang bias ditemui (Muttaqin, dkk., 2015: 1).
Pada variabilitas di antara individu, karakter kuantitatif dapat digambarkan
dengan pengukuran panjang, lebar, berat, usia, dan jenis kelamin setiap individu.
Pada kelompok pisces, untuk usia dan jenis kelamin tidak mudah diketahui
sehingga jarang digunakan sebagai asumsi percobaan. Untuk organisme yang sulit
diketahui usianya berdasar pada asumsi bahwa dengan bertambahnya usia maka
tubuh juga akan semakin berkembang, termasuk bertambahnya ukuran tubuh.
3
genetik dalam pemuliaan tanaman menempati posisi yang sangat penting dalam
peningkatan kemampuan genetik tanaman (Nur, dkk., 2013: 34).
Variabilitas genetik adalah suatu besaran yang megukur variasi penampilan
yang disebabkan oleh faktor genetik. Variabilitas suatu penampilan tanaman
dalam populasi dapat disebabkan oleh genetic penyusun populasi, lingkungan dan
interaksi genetik x lingkungan. Jika variabilitas karakter tanaman disebabkan
peranan genetic maka variabilitas tersebut akan dapat diwariskan pada generasi
berikutnya. Jika seleksi diterapkan pada karakter ini, maka pada generasi
selanjutnya dapat diharapkan terjadi perubahan susunan genetik tanaman yang
mengarah pada kemajuan genetik (Nur, dkk., 2013: 35).
Informasi mengenai variabilitas suatu populasi seleksi penting untuk
diketahui. Luas atau sempitnya variabilitas suatu populasi seleksi akan
menentukan keberhasilan proses seleksi. Variabilitas merupakan tingkat atau
ukuran keragaman dari suatu populasi, variabilitas yang sempit akan
mengakibatkan kesulitan bagi pemulia untuk melakukan seleksi, karena tingkat
keseragaman dari populasi yang tinggi. Lain halnya bila variabilitas suatu
populasi luas, maka pemulia dapat melakukan seleksi secara efektif karena tingkat
keseragaman yang rendah. Dalam usaha perbaikan kultivar, diperlukan adanya
plasma nutfah dengan variabilitas genetik yang cukup luas agar tujuan yang
hendak diraih dapat dicapai dalam waktu yang lebih cepat (Khomaeni, 2011: 73).
6
D. Cara Kerja
1. Daun ke 1, 2, dan 3 diukur panjangnya, lebar (bagian yang terlebar) serta
panjang petiolus (tangkai daun) dari individu suatu spesies
2. Daun yang diukur tersebut juga dihitung nervinya. Jumlah nervi, serta data
lebar dan panjang daun dianggap tetap untuk individu dalam satu spesies.
Tetapi panjang dan lebar daun bervariasi
3. Kemudian data ditabulasikan dengan membuat kelas interval lalu dibuat
grafik data frekuensinya. Serta dianalisa dengan frekuensi linier, adakah
hubungan antara panjang dan lebar daun, juga panjang petioles.