Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS PROFITABILITAS DITINJAU DARI

PERPUTARAN KAS, PIUTANG, PERSEDIAAN DI


PERUSAHAAN OPERATOR TELEKOMUNIKASI SELULER
(BEI)

Septian Ragil Anggita, Syafi’I, Nova Retnowati


Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bhayangkara Surabaya
septian.anggita@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis profitabilitas ditinjau dari
perputaran kas, piutang dan persediaan di perusahaan operator telekomunikasi
seluler (BEI). Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.
Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dan
metode dokumentasi. Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa profitabilitas
di perusahaan operator telekomunikasi berbanding terbalik apabila ditinjau dari
perputaran kas. Apabila ditinjau dari perputaran piutang, profitabilitas mengalami
peningkatan apabila perputaran piutang meningkat dan mengalami penurunan
apabila perputaran piutang menurun. Sedangkan ditinjau dari perputaran
persediaan, perputaran persediaan yang meningkat tidak selalu membuat
profitabilitas juga meningkat.

Kata Kunci: Profitabilitas, Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran


Persediaan

ABSTRACT
This research aims to analyze profitability observed by cash turnover,
receivable turnover and inventory turnover in Cellular Operator Company (BEI).
The method used is a qualitative method. While data collection techniques this
research is literature study and documentation methods. From the analysis we
concluded that the profitability in the telecommunications operator inversely when
viewed from the cash turnover. When viewed from the accounts receivable
turnover, profitability increased if the receivable turnover increased and
decreased when the receivable turnover decreased. While looking at the inventory
turnover, inventory turnover increased not always make profitability also
increased.

Keywords: Profitability, Cash Turnover, Receivable Turnover, Inventory


Turnover

278
PENDAHULUAN
Di era globalisasi ini, telekomunikasi merupakan sarana yang sangat
dibutuhkan dalam berkomunikasi oleh masyarakat luas tanpa harus bertemu
bertatap muka secara langsung. Perkembangan industri telekomunikasi di
Indonesia pun berkembang begitu pesat. Seiring dengan perkembangan pesatnya,
industri telekomunikasi saat ini juga sedang dalam proses adaptasi dengan era
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Belum lama ini, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo)
Rudiantara berencana untuk merampingkan dan memangkas jumlah operator
layanan telekomunikasi dari 7 operator menjadi 4 operator pada 5 tahun yang akan
datang. Menilik wacana konsolidasi antara operator telekomunikasi dan
perampingan jumlah operator telekomunikasi di Indonesia pada 5 tahun kedepan,
maka para perusahaan operator telekomunikasi harus bersiap-siap dan mengatur
strategi untuk rencana konsolidasi dan kerjasama dengan operator telekomunikasi
lainnya. Tentunya manajemen masing-masing perusahaan akan mengambil
keputusan yang paling menguntungkan bagi kedua belah pihak yang akan
berkonsolidasi. Dalam hal ini rekam kinerja keuangan perusahaan dalam mencapai
laba (profitabilitas) menjadi salah satu tolak ukur pertimbangan dalam
pengambilan keputusan untuk berkonsolidasi.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui
semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal,
jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya (Harahap, 2008:304). Dalam
ilmu manajemen keuangan, profitabilitas erat kaitannya dengan penggunaan modal
dalam badan usaha sehari-hari. Modal yang dipergunakan untuk kegiatan usaha ini
disebut modal kerja. Komponen modal kerja tersebut adalah kas dan bank, piutang
dan persediaan. Semakin pendek periode perputaran modal kerja berarti semakin
cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputaran. Lamanya periode
perputaran tergantung sifat atau kegiatan operasi suatu perusahaan, lama atau
cepatnya perputaran ini juga akan menentukan besar atau kecilnya kebutuhan
modal kerja. Perputaran modal kerja yang rendah bisa disebabkan karena
rendahnya perputaran persediaan, perputaran piutang dan saldo kas yang terlalu

279
besar (Munawir, 2002 : 80). Saldo kas yang terlalu besar, berarti menunjukkan
perputaran kas yang rendah.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan
operator telekomunikasi seluler yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2012-2013, diketahui bahwa laba bersih Indosat (ISAT), Smartfren Telecom
(FREN) danXL Axiata (EXCL)mengalami penurunan. SedangkanTelkom
(TLKM) dan Bakrie Telecom (BTEL)danlabanya mengalami peningkatan,
walapun untuk Bakrie Telecom posisi laba dalam keadaan minus. Dari data
tersebut dapat diketahui bahwa laba bersih perusahaan mengalamipenurunan
sebesar 60% dan kenaikan sebesar 40%, hal ini dapat berdampak kurang baik bagi
pengelolaan aset lancar khususnya kas, piutang dan persediaan dalam
mengevaluasi volume penjualan dan investasi tertentu perusahaan.
Dari data yang diperoleh, jumlah kas yang dimiliki olehSmartfren Telecom
(FREN), XL Axiata (EXCL) dan Telkom (TLKM) mengalami kenaikan.
SementaraIndosat (ISAT) danBakrie Telecom (BTEL) mengalami penurunan.Dari
data tersebut dapat diketahui bahwa total kas dan setara kas perusahaan mengalami
kenaikan 60% dan penurunan sebesar 40%. Hal ini menunjukkan total kas lebih
besar daripada periode sebelumnya. Seharusnya dengan dana kas yang bertambah,
maka perusahaan dapat lebih maksimal dalam mendapatkan laba, namun yang
terjadi laba perusahaan operator telekomunikasi seluler turun.
Begitu juga halnya dengan piutang Indosat (ISAT), Smartfren Telecom
(FREN), Telkom (TLKM) dan XL Axiata (EXCL) mengalami kenaikan sedangkan
Bakrie Telecom (BTEL) mengalami penurunan. Dari data tersebut diketahui
bahwa piutang perusahaan mengalami kenaikan sebesar 80% dan penurunan
sebesar 20%. Dengan kata lain investasi perusahaan dalam piutang cukup besar
sehingga perusahaan harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi
dikarenakan piutang yang lumayan tinggi.
Mengenai data persediaan, data yang diperoleh menunjukkan bahwa
persediaan Indosat (ISAT), Smartfren Telecom (FREN), Telkom (TLKM) dan XL
Axiata (EXCL) mengalami penurunan sedangkan Bakrie Telecom (BTEL)
mengalami kenaikan. Dari data tersebut, diketahui bahwa persediaan perusahaan
mengalami penurunan sebesar 80% dan kenaikan sebesar 20%. Hal ini berarti

280
persediaan perusahaan tidak menumpuk lebih banyak daripada tahun sebelumnya.
Persediaan yang tidak menumpuk menunjukkan bagusnya perputaran persediaan
namun seharusnya dengan bagusnya perputaran persediaan juga diiringi dengan
peningkatan laba.
Perputaran kas, piutang dan persediaan yang kurang optimal, dapat
mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Dari fenomena tersebut, maka peneliti
tertarik untuk
melakukan penelitian analisis profitabilitas ditinjau dari perputaran kas, piutang
dan persediaan di perusahaan operator telekomunikasi seluler (BEI).
Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba
(keuntungan) dari kegiatan bisnis yang dilakukannya dalam suatu periode tertentu.
Profitabilitas menunjukkan efektivitas manajemen perusahaan dalam
memanfaatkan sumber daya perusahaan secara maksimal untuk mencapai
keuntungan yang maksimal pula. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti
kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya
(Harahap, 2008:304).
Pengukuran Tingkat Profitabilitas
Menurut Hanafi, mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba, ada tiga rasio yang sering digunakan, yaitu profit margin, return on asset
(ROA) dan return on equity (ROE):
1. Profit Margin
Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan
laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa juga
diinterprestasikan sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya
(ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu (Hanafi, 2013:42).
Rumus profit margin dihitung sebagai berikut :

281
Laba Bersih
Profit Margin =
Penjualan

Profit margin yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan


laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Secara umum, rasio yang
rendah menunjukkan ketidakefisenan manajemen. Rasio ini cukup bervariasi
dari satu industri ke industri lainnya. Sebagai contoh, industri ritel cenderung
mempunyai profit margin yang lebih rendah dibandingkan dengan industri
manufaktur.
2. Return On Assets (ROA)
ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
berdasarkan tingkat aset yang tertentu (Hanafi, 2013:42). Rumus menghitung
ROA adalah sebagai berikut:

Laba Bersih

ROA =
Total Asset

Pada ROA, rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi dan efektivitas


pengelolaan
aset, yang berarti semakin baik.
3. Return Of Equity (ROE)
ROE mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
berdasarkan modal tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dilihat
dari sudut pandang pemegang saham (Hanafi, 2013:42). Rumus menghitung
ROE adalah sebagai berikut:

282
Laba Bersih
ROE
=
Modal Saham

Angka yang tinggi untuk ROE menunjukkan tingkat profitabilitas yang tinggi.
Rasio ROE tidak memperhitungkan dividen maupun capital gain untuk pemegang
saham. Karena itu rasio ini bukan pengukur return (tingkat pengembalian) yang
diterima pemegang saham yang sebenarnya. ROE dipengaruhi oleh ROA dan
tingkat penggunaan utang (leverage keuangan) perusahaan.
Kas
Menurut Atmaja, kas merupakan aktiva yang tidak memberikan penghasilan
(non earning asset). Kas dibutuhkan untuk membayar gaji dan bahan baku,
membeli aktiva tetap, membayar pajak, melunasi utang, membayar dividen, dan
lain-lain (Atmaja, 2008:385). Menurut Hanafi, kas merupakan aset yang paling
tidak produktif dibandingkan aset lainnya. Karena itu ditinjau dari sisi
produktivitas, memegang aset seminimal mungkin merupakan pilihan yang baik
untuk perusahaan (Hanafi, 2013:537). Menurut Zaki Baridwan, kas merupakan
suatu alat pertukaran dan juga digunakan sebagai ukuran dalam akuntansi. Dalam
neraca, kas merupakan aktiva yang paling lancar, dalam arti paling sering berubah
(Baridwan, 2008:83).
Perputaran Kas
Perputaran kas (cash turnover) adalah perbandingan antara sales dengan
jumlah kas rata-rata (Riyanto, 2012:95). Perputaran kas adalah perputaran
sejumlah modal kerja yang tertanam dalam kas dan bank dalam satu periode
akuntansi. Perputaran kas.
Diketahui dengan membandingkan antara jumlah pendapatan dan pemberian
pinjaman dengan jumlah kas rata-rata. Dengan demikian tingkat perputaran kas
menunjukkan kecepatan kembalinya modal kerja yang tertanam pada kas atau
setara kas menjadi kas kembali melalui penjualan atau pendapatan. Pengertian
perputaran kas menurut Riyanto apabila dirumuskan adalah sebagai berikut:

283
Penjualan
Perputaran kas =

Rata-rata kas

Piutang
Menurut Prastowo dan Julianty, piutang berisikan pemberian kredit yang
diberikan perusahaan kepada konsumennya ketika menjual barangnya. Mereka
mengambil setiap bentuk penjualan kredit dimana perusahaan meneruskannya
kembali kepada perusahaan lain (Prastowo dan Juliaty, 2002:147). Sedangkan
menurut Martono, piutang merupakan tagihan perusahaan kepada
pelanggang/pembeli atau pihak lain yang menjual produk perusahaan secara kredit
(Martono, 2010:95).
Perputaran Piutang
Piutang dalam suatu perusahaan hendaknya harus selalu dalam keadaan
berputar. Makin cepat perputaran piutang makin baik pula kondisi keuangan
perusahaan. Tingkat perputaran piutang dapat diketahui dari jumlah penjualan
kredit selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata piutang (Riyanto, 2012:90).
Persediaan
Menurut Rangkuti, persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-
barang milik perusahaan dengan tujuan untuk dijualdalam suatu periode tertentu
atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses produksi,
ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu
proses produksi (Rangkuti, 2007:1). Sedangkan menurut Riyanto, persediaan
merupakan elemen utama dari modal kerja yang merupakan aktiva dalam keadaan
selalu berputar dan terus-menerus mengalami perubahan (Riyanto, 2010:70).
Perputaran Persediaan
Menurut Sudana (2009:24), inventory turnover ratio mengukur perputaran
persediaan dalam menghasilkan penjualan, dan semakin tinggi rasio ini berarti
semakin efektif dan efisien pengelolaan persediaan yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan untuk menghasilkan penjualan, dan sebaliknya.

284
METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang digunakan lebih bersifat kualitatif karena lebih
mengutamakan analisis perputaran kas, piutang, persediaan terhadap profitabilitas.
Dalam analisisnya, peneliti akan membandingkan hasil perputaran kas, piutang
dan persedian perusahaan terhadap profitabilitas dan menginterpretasikan hasil
perbandingan tersebut untuk mengetahui hubungan perputaran kas, piutang dan
persediaan terhadap profitabilitas.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang diperoleh secara tidak langsung atau data yang diperoleh dari pihak lain
diluar perusahaan. Adapun data yang diperoleh merupakan data kuantitatif dan
data kualitatif Peneliti menggunakan sumber data yang diperoleh dari Bursa Efek
Indonesia. Data diperoleh dari Bursa Efek Indonesia melalui situs website-nya di
www.idx.co.id.
Dalam mengumpulkan data yang diperlukan penulis menggunakan beberapa
tehnik yaitu: 1. Studi Kepustakaan. 2. Metode Dokumentasi. Dalam mengadakan
penilaian atau perhitungan, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:
1. Menghitung perputaran kas berdasarkan rumus Riyanto (2012:95) sebagai
berikut:

Penjualan

Perputaran kas = = … kali


Rata-rata Kas

2. Menghitung perputaran piutang berdasarkan rumus Riyanto (2012:90) sebagai


berikut:

Penjualan kredit

Perputaran Piutang = = … kali


Piutang Rata-rata

285
3. Menghitung perputaran persediaan berdasarkan rumus Sudana (2009:24)
sebagai berikut:

Penjualan
Perputaran Persediaan
= = … kali
Persediaan

4. Menghitung profitabilitas berdasarkan rumus rasio yang sering digunakan


oleh Hanafi (2013:42) sebagai berikut:

Laba Bersih

Profit margin =
Penjualan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Laporan keuangan perusahaan operator telekomunikasi seluler di Bursa Efek
Indonesia untuk periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 yang tersaji
sebagai berikut:

286
Tabel 1 Laporan Keuangan Perusahaan Operator Telekomunikasi Seluler
2011-2014
Nominal (Dalam Jutaan
Rupiah)
Perusahaan Rekening
2011 2012 2013 2014
Kas 2.224.206 3.917.236 2.233.532 3.480.011
Piutang 1.505.756 2.061.160 2.284.633 2.101.127
Persediaan 75.890 52.556 36.004 49.408
Indosat
Penjualan 20.529.292 22.418.812 23.855.272 24.085.101
EBIT 1.331.357 461.618 (3.333.837) (1.935.901)
EAT (Laba Bersih) 1.066.744 487.416 (2.666.459) (1.858.022)
Kas 227.343 141.301 915.087 721.857
Piutang 59.298 80.885 200.550 245.086
Persediaan 186.592 350.893 343.822 419.187
Smartfren
Penjualan 954.331 1.649.166 2.428.857 2.954.410
EBIT (2.649.495) (1.811.605) (2.708.059) (1.405.211)
EAT (Laba Bersih) (2.400.247) (1.563.090) (2.534.463) (1.379.003)
Kas 9.634.000 13.118.000 14.696.000 17.672.000
Piutang 5.250.000 5.409.000 6.421.000 6.848.000
Persediaan 758.000 579.000 509.000 474.000
Telkom
Penjualan 71.253.000 77.143.000 82.967.000 89.696.000
EBIT 20.857.000 24.228.000 27.149.000 28.784.000
EAT (Laba Bersih) 15.470.000 18.362.000 20.290.000 21.446.000
Kas 998.113 791.805 1.317.996 6.951.316
Piutang 669.978 527.621 1.332.444 1.187.665
Persediaan 66.595 49.807 49.218 77.237
XL Axiata
Penjualan 18.260.144 20.969.806 21.265.060 23.460.015
EBIT 3.864.643 3.751.421 1.389.667 (1.069.786)
EAT (Laba Bersih) 2.830.101 2.764.647 103.287 (891.063)

Analisis Perputaran Kas


Kas merupakan aset yang paling lancar di dalam neraca, dalam arti paling
sering berubah. Hampir pada setiap transaksi dengan pihak luar selalu
mempengaruhi kas. Saldo kas yang besar maupun kecil belum dapat digunakan
sebagai tolak ukur bahwa pengelolaan kas dalam perusahaan sudah efisien.
Untuk mengetahui seberapa efisien pengelolaan kas dapat dilihat dari tingkat
perputaran kas dalam perusahaan. Hasil perputaran kas pada perusahaan yang

287
diteliti untuk periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 tersaji dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel 2
Perputaran Kas Perusahaan-Perusahaan Operato Telekomunikasi
Seluler Tahun 2011-2014
Perputaran Kas Perusahaan (dalam
satuan kali)
Perusahaan
2011 2012 2013 2014

Indosat 10 7 8 8
Smartfren 8 9 5 4
Telkom 8 7 6 6

XL Axiata 27 23 20 6
Bakrie Telecom 13 14 16 49
Sumber: Peneliti (2016)
Data tersebut diatas adalah data untuk masing-masing perusahaan operator
telekomunikasi seluler yang terdaftar di BEI Tahun 2011-2014. Untuk mengetahui
perputaran kas perusahaan operator telekomunikasi seluler, maka peneliti
menghitung perputaran kas rata-rata setiap tahun untuk dapat mewakili perputaran
kas perusahaan operator telekomunikasi seluler yang terdaftar di BEI sebagai
berikut:
Perputaran Kas = (10 + 8 + 8 + 27 + 13)/5 = 66/5 = 13,2
2011 kali
Perputaran Kas = (7 +
2012 9 + 7 + 23 + 14)/5 = 60/5 = 12 kali
Perputaran Kas = (8 +
2013 5 + 6 + 20 + 16)/5 = 55/5 = 11 kali
Perputaran Kas = (8 +
2014 4 + 6 + 6 + 49)/5 = 73/5 = 14,6 kali

Hasil perhitungan peneliti, perputaran kas pada perusahaan operator


telekomunikasi seluler pada tahun 2011-2013 mengalami penurunan dan
meningkat kembali di tahun 2014.
Analisis Perputaran Piutang
Piutang merupakan salah satu unsur aktiva lancar dalam neraca yang
memiliki perputaran yang cepat (kurang dari 1 tahun). Sebagai salah satu bentuk
investasi yang tak berbeda dengan investasi kas, persediaan dan lain-lain, maka

288
dengan adanya piutang perusahaan harus menyediakan dana untuk diinvestasikan
ke dalam piutang. Tingkat perputaran piutang dapat diketahui dari jumlah
penjualan kredit selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata piutang. Hasil
perputaran piutang pada perusahaan yang diteliti untuk periode tahun 2011 sampai
dengan tahun 2014 tersaji dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3
Perputaran Piutang Perusahaan-Perusahaan Operator Telekomunikasi
Seluler Tahun 2011-2014
Perputaran Piutang (Dalam Satuan
Kali)

Perusahaan
2011 2012 2013 2014

Indosat 13 13 11 11
Smartfren 20 24 17 13
Telkom 15 14 14 14
XL Axiata 30 35 23 19
Bakrie Telecom 31 30 28 21
Sumber: Peneliti (2016)
Data tersebut diatas adalah data untuk masing-masing perusahaan operator
telekomunikasi seluler yang terdaftar di BEI Tahun 2011-2014. Untuk mengetahui
perputaran piutang perusahaan operator telekomunikasi seluler, maka peneliti
menghitung perputaran piutang rata-rata setiap tahun untuk dapat mewakili
perputaran piutang perusahaan operator telekomunikasi seluler yang terdaftar di
BEI sebagai berikut:

Perputaran Piutang 2011 = (13 + 20 + 15 + 30 + 31)/5 = 109/5 = 21,8


kali
Perputaran Piutang 2012 = (13 + 24 + 14 + 35 + 30)/5 = 116/5 = 23,2
kali
Perputaran Piutang 2013 = (11 + 17 + 14 + 23 + 28)/5 = 93/5 = 18,6
kali
Perputaran Piutang 2014 = (11 + 13 + 14 + 19 + 21)/5 = 78/5 =
15,6kali

Dari hasil perhitungan perputaran piutang, perusahaan operator


telekomunikasi seluler mengalami kenaikan perputaran piutang hanya pada tahun
2012. Sedangkan pada tahun 2013 dan 2014 mengalami penurunan perputaran
piutang.

289
Analisis Perputaran Persediaan
Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang penting sekali, karena
berpengaruh langsung terhadap kemampuan perusahaan dalam memperoleh
pendapatan. Karena itu, persediaan harus dikelola dengan biak dan dicatat dengan
baik, agar perusahaan dapat menjual produknya dan memperoleh pendapatan yang
maksimal. Perputaran persediaan dihitung dengan cara membagi penjualan dengan
persediaan. Hasil perputaran persediaan pada perusahaan yang diteliti untuk
periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 tersaji dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4
Perputaran Persediaan Perusahaan-Perusahaan Operator
Telekomunikasi Seluler
Tahun 2011-2014
Perputaran Persediaan Perusahaan (dalam
satuan kali)
Perusahaan
2011 2012 2013 2014

42 66
Indosat 271 7 3 487
Smartfren 11 5 7 7
13 16
Telkom 94 3 3 189
42 43
XL Axiata 274 1 2 304
25 20
Bakrie Telecom 152 5 8 119
Sumber: Peneliti
Data tersebut diatas adalah data untuk masing-masing perusahaan operator
telekomunikasi seluler yang terdaftar di BEI Tahun 2011-2014. Untuk mengetahui
perputaran persediaan perusahaan operator telekomunikasi seluler, maka peneliti
menghitung perputaran persediaan rata-rata setiap tahun untuk dapat mewakili
perputaran persediaan perusahaan operator telekomunikasi seluler yang terdaftar di
BEI.

Dari perhitungan perputaran persediaan pada perusahaan operator


telekomunikasi seluler diperoleh hasil bahwa perputaran persediaan perusahaan
mengalami peningkatan pada tahun 2011-2013 dan mengalami penurunan pada

290
tahun 2014. Perputaran persediaan yang meningkat menunjukkan bagusnya
pengelolaan persediaan, produk cepat terjual, produk selalu dalam keadaan baru
dan tidak menumpuk lama di gudang sehingga tidak memerlukan investasi modal
kerja yang berlebihan untuk persediaan.
Analisis Profitabilitas
Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi
suatu perusahaan dalam pengukuran efektifitas manajemen berdasarkan hasil
pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi.Profitabilitas juga
mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha
tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan
demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya,
karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan usaha maka
kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin. Hasil
profitabilitas pada perusahaan untuk periode tahun 2011 sampai dengan
tahun 2014 tersaji dalam tabel sebagai berikut:

Tabel. 5
Profitabilitas Perusahaan-Perusahaan Operator
TelekomunikasiSeluler
Tahun 2011-2014
Profitabilitas
Perusahaan
2011 2012 2013 2014
Indosat 5% 2% -11% -8%
Smartfren -252% -95% -104% -47%
Telkom 22% 24% 24% 24%
XL Axiata 15% 13% 0% -4%
Bakrie Telecom -30% -133% -128% -243%
Sumber: peneliti
Data tersebut diatas adalah data untuk masing-masing perusahaan operator
telekomunikasi seluler yang terdaftar di BEI Tahun 2011-2014. Untuk mengetahui
profitabilitas perusahaan operator telekomunikasi seluler, maka peneliti
menghitung profitabilitas rata-rata setiap tahun untuk dapat mewakili profitabilitas
perusahaan operator telekomunikasi seluler yang terdaftar di BEI.
Data hasil perhitungan profitabilitas diatas menunjukkan bahwa rasio

291
profitabilitas perusahaan operator telekomunikasi seluler cenderung menurun.
Bahkan profit margin perusahaan bernilai minus yang berarti perusahaan
mengalami kerugian. Rasio profitabilitas turun menunjukkan bahwa kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba menurun.
Profitabilitas Ditinjau dari Perputaran Kas
Untuk mengetahui hubungan perputaran kas dan profitabilitas, maka peneliti
membuat grafik perbandingan perputaran kas terhadap profitabilitas pada
perusahaan operator telekomunikasi seluler sebagai berikut: Dari gambar 1
diketahui bahwa profitabilitas perusahaan operator telekomunikasi seluler
meningkat tajam pada tahun 2012 namun berbanding terbalik dengan perputaran
kas yang mengalami sedikit penurunan. Di tahun 2013, perputaran kas mengalami
sedikit penurunan dan profitabilitas mengalami penurunan yang tajam. Di tahun
2014, perputaran kas yang meningkat juga berbanding terbalik dengan
profitabilitas yang mengalami penurunan tajam. Hal ini menunjukkan bahwa
perputaran kas yang menurun tidak diikuti oleh penurunan profitabilitas, begitu
juga sebaliknya apabila perputaran kas meningkat tidak pula diikuti oleh
peningkatan profitabilitas. Hal ini dapat saja terjadi karena penjualan yang
menurun sedangkan dari sisi kas juga mengalami penurunan saldo yang lebih
tajam sehingga perputaran kas mengalami peningkatan. Walaupun perputaran kas
mengalami peningkatan, dikarenakan penjualan yang menurun, maka profitabilitas
juga ikut menurun.
Profitabilitas Ditinjau dari Perputaran Piutang
Untuk mengetahui hubungan perputaran piutang dan profitabilitas, maka
peneliti membuat grafik perbandingan perputaran piutang terhadap profitabilitas
pada perusahaan operator telekomunikasi seluler. Diketahui bahwa perputaran
piutang pada tahun 2012 mengalami peningkatan demikian juga dengan
profitabilitas yang mengalami peningkatan. Pada tahun 2013-2014 perputaran
piutang dan profitabilitas sama-sama mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan
bahwa peningkatan perputaran piutang akan diikuti oleh peningkatan profitabilitas
dan penurunan perputaran piutang juga akan membuat profitabilitas pada
perusahaan operator telekomunikasi seluler menurun.

292
Profitabilitas Ditinjau dari Perputaran Persediaan
Untuk mengetahui hubungan perputaran persediaan dan profitabilitas, maka
peneliti membuat grafik perbandingan perputaran persediaan terhadap
profitabilitas pada perusahaan operator telekomunikasi seluler sebagai berikut:
400
300
Profitabilit
as
200
100 Perputar
an
persedia
0 an
2011 2012 2013 2014
-100

Gambar 1
Perbandingan perputaran persediaan terhadap profitabilitas pada
perusahaan operator telekomunikasi seluler tahun 2011-
2014
Dari gambar 1 diketahui bahwa pada tahun 2012, perusahaan operator
telekomunikasi seluler mengalami peningkatan perputaran persediaan dan
profitabilitas. Pada tahun 2013, perputaran persediaan terus meningkat namun
profitabilitas menurun. Sedangkan pada tahun 2014, perputaran persediaan
mengalami penurunan begitu pula dengan profitabilitas. Hal ini menunjukkan
bahwa meningkatnya perputaran persediaan tidak selalu membuat profitabilitas
pada perusahaan operator telekomunikasi seluler meningkat. Hal ini dapat
disebabkan oleh penjualan yang menurun, namun persediaan juga menurun lebih
tajam sehingga perputaran persediaan mengalami peningkatan. Namun
dikarenakan dengan penjualan yang menurun, maka laba yang diperoleh
perusahaan berkurang sehingga profitabilitas perusahaan menurun.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat mengambil
simpulan sebagai berikut:

293
1. Profitabilitas berbanding terbalik apabila ditinjau dari perputaran kas di
perusahaan operator telekomunikasiseluler (BEI). Penurunan perputaran kas
tidak membuat profitabilitas perusahaan menurun, profitabilitas tetap
menunjukkan peningkatan. Sedangkan pada saat perusahaan mengalami
peningkatan perputaran kas, profitabilitas perusahaan mengalami penurunan.
2. Profitabilitas mengalami peningkatan apabila ditinjau dari perputaran piutang
yang juga mengalami peningkatan di perusahaan operator telekomunikasi
seluler (BEI). Hal yang sama terjadi pada penurunan perputaran piutang yang
akan membuat profitabilitas perusahaan juga menurun.

3. Profitabilitas tidak selalu mengalami peningkatan apabila ditinjau dari


perputaran persediaan yang juga mengalami peningkatan di perusahaan operator
telekomunikasiseluler (BEI). Terkadang peningkatan perputaran persediaan
membuat profitabilitas perusahaan menurun.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat peneliti kemukakan
adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya pihak perusahaan memperhatikan dan meningkatkan kualitas
manajemen kas sehingga kas yang tersedia dapat berputar secara optimal dan
laba yang diperoleh semakin maksimal.
2. Sebaiknya pihak perusahaan lebih memperhatikan dan meningkatkan kualitas
manajemen piutang supaya dapat segera berubah menjadi kas untuk dapat
diputar kembali sehingga laba perusahaan semakin bertambah.
3. Sebaiknya pihak perusahaan memperhatikan dan meningkatkan kualitas
manajemen persediaan sehingga perputaran persediaan benar-benar optimal.

DAFTAR PUSTAKA
Atmaja, L.S, 2008, Teori & Praktek Manajemen Keuangan, CV. Andi Offset,
Yogyakarta.

Baridwan, Z, 2008, Intermediate Accounting, EdisiKedelapan, BPFE, Yogyakarta.

Hanafi, M.M, 2013, Manajemen Keuangan, EdisiSatu, Cetakan Keenam,

294
BPFE, Yogyakarta.

Harahap, S.S, 2008, Analisis Kritisatas Laporan Keuangan, Edisi Kesatu, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.

Martono, 2010, Akuntansi Keuangan Menengah, Edisi Kesatu, Cetakan Kesatu,


BPFE, Yogyakarta.

Munawir, 2002, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempatbelas, Liberty,


Yogyakarta.

Prastowo, D dan Juliaty 2005, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua, UPP
AMP YKPN, Yogyakarta.

Rangkuti, Freddy, 2007, Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis, PT.


Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Riyanto, Bambang, 2010, Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan, Edisi


Keempat, Cetakan Kesepuluh, BPFE, Yogyakarta.

Riyanto, Bambang, 2012, Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan,


EdisiKeempat, CetakanKeduabelas, BPFE, Yogyakarta.

Sudana, I Made, 2009, Manajemen Keuangan Teori dan Praktik, Cetakan Pertama,
AUP, Surabaya.

295

Anda mungkin juga menyukai