STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. M
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Umur : 62 tahun
d. Pekerjaan : Pedagang
e. Alamat : RT 36 Lebak Bandung
1
3. Aspek Perilaku dan Psikologis dalama Keluarga :
Pasien tinggal hanya berdua bersama istri. Tidak ada masalah
psikologis dalam keluarga, hubungan pasien dengan anggota keluarga
lainnya cukup baik.
4. Keluhan Utama :
Sesak nafas sejak ± 1 minggu sebelum datang ke Puskesmas.
2
Riwayat diabetes mellitus (-)
Riwayat sakit ginjal (-)
9. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Suhu : 36,8°C
4. Tekanan darah : 130/80 mmHg
5. Nadi : 82 x/menit
6. Pernafasan : 28 x/menit
7. Berat Badan : 52 kg
8. Tinggi Badan : 160 cm
9. IMT : 20,3 (normal)
3
Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
2. Mata Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
3. Hidung : tak ada kelainan
4. Telinga : tak ada kelainan
5. Mulut Bibir : lembab
Pursed lips breathing : (-)
6. Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
JVP 5-1 mmHg
7. Jantung :
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula kiri, tidak kuat
angkat.
8. Pulmo :
Pemeriksaan Kanan Kiri
4
Auskultasi Vesikular melemah Vesikular melemah
Ekspirasi memanjang (+) Ekspirasi memanjang (+)
Wheezing (+), rhonki (+) Wheezing (+), rhonkhi (+)
9. Abdomen :
Inspeksi Cembung, massa (-), jaringan parut (-), bekas operasi (-)
Perkusi Timpani
5
Bilirubin : negatif (negatif)
Nitrit : negatif (negatif)
Leukosit : 0 – 5/lpb (0 – 5/ lpb)
Eritrosit : 0 – 5/lpb (0 – 5/ lpb)
14. Manajemen
a. Promotif :
Memberikan informasi mengenai pengetahuan dasar tentang PPOK
Memberikan informasi tentang pengobatan, manfaat dan efek
sampingnya.
Konsumsi makanan yang bergizi dan perbanyak makan buah dan
sayur.
b. Preventif :
Tidak merokok.
6
Hindari polusi udara seperti asap rokok, asap kompor dan asap
kendaraan serta asap pabrik.
c. Kuratif :
Non Farmakologi
Berhenti merokok
Konsumsi makanan yang bergizi dan perbanyak makan buah dan
sayur, serta makan dalam porsi kecil tetapi sering karena kekurangan
kalori dapat menyebabkan meningkatnya derajat sesak.
Farmakologi
Salbutamol tablet 4 mg 3x1
Prednison tablet 5 mg 3x1
OBH sirup 3 x 1
Kotrimoksasol tablet 480 mg 2 x1
Pengobatan tradisional
Timi (Thymus vulgaris)
Cara pembuatan : bahan direbus dalam 2 gelas air sampai menjadi
setengahnya, dinginkan, saring dan diminum sekaligus.
Dosis : 4 x 20 gr/hari
Larangan : kehamilan dan menyusui
d. Rehabilitatif
Rutin kontrol berobat
Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing, tujuan dari
latihan ini untuk mengurangi dan mengontrol sesak nafas.
Latihan ekspektorasi atau batuk yang efektif (huff cough)
Latihan ekstremitas atas dan otot bantu nafas
7
Memotivasi dalam mengatasi beban pikiran karena keterbatasan
melakukan aktivitas sehari-hari serta menyesuaikan kebiasaan
hidup dengan keterbatasan aktivitas.
8
Resep puskesmas Resep ilmiah 1
Tanggal : Tanggal :
Resep
Pro ilmiah
: 2 Pro :
Umur : Umur :
BB : BB :
Alamat : Alamat :
Tanggal : Tanggal :
Pro : Pro :
Umur : Umur :
BB : BB :
Alamat : Alamat :
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dari gambar dapat kita lihat bahwa cabang utama bronkus kanan dan kiri
akan bercabang menjadi bronkus lobaris dan bronkus segmentalis. Percabangan
ini berjalan terus-menerus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai
akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu bronkiolus yang tidak mengandung
alveoli. Bronkiolus terminalis mempunyai diameter kurang lebih 1 mm.
Bronkiolus tidak diperkuat oleh kartilago tetapi dikelilingi oleh otot polos
sehingga ukurannya dapat berubah. 1-4
Setelah bronkiolus terdapat asinus yang merupakan unit fungsional dari
paru- paru. Asinus terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan
sakkus alveolaris terminalis. Asinus atau kadang disebut lobulus primer memiliki
diameter 0,5 sampai 1 cm. Terdapat sekitar 23 percabangan mulai dari trakea
sampai sakkus alveolaris terminalis. Alveolus dipisahkan dari alveolus di
dekatnya oleh septum. Lubang pada dinding ini dinamakan pori-pori Kohn yang
memungkinkan komunikasi antara sakkus. Alveolus hanya selapis sel saja, namun
10
jika seluruh alveolus yang berjumlah sekitar 300 juta itu dibentangkan akan seluas
satu lapangan tennis. Alveolus pada hakikatnya merupakan gelembung yang
dikelilingi oleh kapiler-kapiler darah.
Bronkus merupakan percabangan dari trachea. Didalam mediastinum,
bronkus disebut sebagai bronkus primer yang terdiri dari bronkus dextra dan
bronchus sinistra.
Bronkus Dextra, mempunyai bentuk yang lebih besar, lebih pendek dan
letaknya lebih vertikal daripada bronkus sinistra. Hal ini disebabkan oleh desakan
dari arcus aorta pada ujung kaudal trachea ke arah kanan, sehingga benda-benda
asing mudah masuk ke dalam bronkus dextra. Panjangnya kira-kira 2,5 cm dan
masuk kedalam hilus pulmonis setinggi vertebra thorakalis VI. Vena Azygos
melengkung di sebelah cranialnya. Arteria pulmonalis pada mulanya berada di
sebelah inferior, kemudian berada di sebelah ventralnya membentuk tiga cabang
(bronkus sekunder), masing-masing menuju ke lobus superior, lobus medius, dan
lobus inferior.
Bronkus Sinistra, mempunyai diameter yang lebih kecil, tetapi bentuknya
lebih panjang daripada bronkus dextra. Berada di sebelah kaudal arkus aorta,
menyilang disebelah ventral oesophagus, ductus thoracicus, dan aortathoracalis.
Pada mulanya berada di sebelah superior arteri pulmonalis, lalu di sebelah
dorsalnya dan akhirnya berada di sebelah inferiornya, sebelum bronkus bercabang
menuju ke lobus superior dan lobus inferior, disebut letak bronkus hyparterialis.
Bronkus sekunder yang menuju ke ke lobus superior letaknya di sebelah
kranial a.pulmonalis dan disebut bronkus eparterialis. Cabang bronkus yang
menuju ke lobus medius dan lobus inferior berada di sebelah kaudal a.pulmonalis
disebut bronkus hyparterialis. Selanjutnya bronkus sekunder tersebut
mempercabangkan bronkus tertier yang menuju ke segmen pulmo.
11
2.2 Definisi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)1-9
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik
yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat
progresif yang bersifat non reversibel atau reversibel parsial.
PPOK ditandai dengan onset (awal terjadinya penyakit) biasanya pada
usia pertengahan, Perkembangan gejala bersifat progresif lambat, Riwayat
pajanan, seperti merokok, polusi udara (di dalam ruangan, luar ruangan
dan tempat kerja), Sesak pada saat melakukan aktivitas, dan Hambatan aliran
udara umumnya ireversibel (tidak bisa kembali normal).
2.3 Epidemiologi3
Insidensi pada pria > wanita. Namun akhir-akhir ini insiden pada wanita
meningkat dengan semakin bertambahnya jumlah perokok wanita.
12
a. Riwayat merokok
- Perokok aktif
- Perokok pasif
- Bekas perokok
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian
jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap sehari dikalikan lama
merokok dalam tahun:
- Ringan : 0 -200
- Sedang : 200-600
- Berat :> 600
2. Polusi udara
Berbagai macam partikel dan gas yang terdapat di udara sekitar dapat
menjadi penyebab terjadinya polusi udara. Ukuran dan macam partikel akan
memberikan efek yang berbeda terhadap timbulnya dan beratnya PPOK. Agar
lebih mudah mengidentifikasi partikel penyebab, polusi udara terbagi
menjadi:
a. Polusi di dalam ruangan
- Asap rokok
- Asap kompor
b. Polusi di luar ruangan
- Gas buang kendaraan bermotor
- Debu jalanan
c. Polusi tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)
3. Stres oksidatif
Paru selalu terpajan oleh oksidan endogendan eksogen. Oksidan endogen
timbul dari sel fagosit dan tipe sel lainnya sedangkan oksidan eksogen dari
polutan dan asap rokok.Oksidan intraseluler (endogen) seperti derivate
elektron mitokondria transport termasuk dalam mekanismeseluler signaling
pathway.Sel paru dilindungi olehoxidative challenge yang berkembang secara
system enzimatik atau non enzimatik. Ketika keseimbangan antara oksidan
13
dan antioksidan berubahbentuk, misalnya ekses oksidan dan atau deplesi
antioksidan akanmenimbulkan stres oksidatif. Stres oksidatif tidak
hanyamenimbulkan efek kerusakan pada paru tetapi juga menimbulkan
aktifitas molekuler sebagai awal inflamasi paru. Jadi, ketidakseimbangan
antara oksidan dan anti oksidan memegang peranan penting pada patogenesis
PPOK.
5. Sosial ekonomi
Sosial ekonomi sebagai faktor risiko terjadinya PPOK belum
dapatdijelaskan secara pasti. Pajanan polusi di dalam dan luar ruangan,
pemukinan yang padat, nutrisi yang jelek, dan faktor lain yang berhubungan
dengan status sosial ekonomi kemungkinan dapat menjelaskan hal
ini.Peranan nutrisi sebagai factor risiko tersendiri penyebab berkembangnya
PPOK belum jelas. Malnutrisi dan penurunan berat badan dapat menurunkan
kekuatan dan ketahanan otot respirasi.
14
7. Asma
Asma kemungkinan sebagai faktor risiko terjadinya PPOK,walaupun
belum dapat disimpulkan. Pada laporan“The Tucson Epidemiological Study”
didapatkan bahwa orang dengan asma 12kali lebih tinggi risiko terkena
PPOK daripada bukan asma meskipun telah berhenti merokok. Penelitian lain
20% dari asma akan berkembang menjadi PPOK dengan ditemukannya
obstruksi jalan napas ireversibel.
8. Gen
PPOK adalah penyakit poligenik dan contoh klasik dari interaksi gen
lingkungan. Faktor risiko genetik yang paling sering terjadi adalah
kekurangan alpha-1 antitrypsin sebagai inhibitor dari proteaseserin.Sifat
resesif ini jarang,paling seringdijumpaipada individuorigin Eropa Utara.
Ditemukan pada usia muda dengan kelainanemphysema panlobular dengan
penurunan fungsi paru yang terjadi baik pada perokok atau bukan perokok
dengan kekurangan alpha-1antitripsin yang berat. Banyak variasi individu
dalam hal beratnya emfisema dan penurunan fungsi paru. Meskipun
kekurangan alpha-1 antitrypsin yang hanya sebagian kecil dari populasi di
dunia,hal ini menggambarkan adanya interaksi antaragen dan pajanan
lingkungan yang menyebabkan PPOK.Gambaran diatas menjelaskan
bagaimana faktor risiko genetik berkontribusi terhadap timbulnya PPOK.
Faktor risiko PPOK mungkin jugadihubungkan dengan cara yang lebih
kompleks, karena harapan hidup manusia yang menjadi lebih
lama,memungkinkan terjadinya paparan seumur hidup yang lebih besar
terhadap berbagai faktor risiko.
2.5 Patofisiologi2,4
Karakteristik PPOK adalah peradangan kronis mulai dari saluran napas,
parenkim paru sampai struktur vaskukler pulmonal. Di berbagai bagian paru
dijumpai peningkatan makrofag, limfosit T (terutama CD8) dan neutrofil. Sel-sel
radang yang teraktivasi akan mengeluarkan berbagai mediator seperti Leukotrien
15
B4, IL8, TNF yang mapu merusak struktur paru dan atau mempertahankan
inflamasi neutrofilik. Disamping inflamasi ada 2 proses lain yang juga penting
yaitu imbalance proteinase dan anti proteinase di paru dan stres oksidatif.
Perubahan patologis yang khas dari PPOK dijumpai disaluran napas besar
(central airway), saluran napas kecil (periperal airway), parenkim paru dan
vaskuler pulmonal. Pada saluran napas besar dijumpai infiltrasi sel-sel radang
pada permukaan epitel. Kelenjar-kelenjar yang mensekresi mukus membesar dan
jumlah sel goblet meningkat. Kelainan ini menyebabkan hipersekresi bronkus.
Pada saluran napas kecil terjadi inflamasi kronis yang menyebabkan berulangnya
siklus injury dan repair dinding saluran napas. Proses repair ini akan
menghasilkan struktural remodeling dari dinding saluran napas dengan
peningkatan kandungan kolagen dan pembentukan jaringan ikat yang
menyebabkan penyempitan lumen dan obstruksi kronis saluran pernapasan. Pada
parenkim paru terjadi destruksi yang khas terjadi pada emfisema sentrilobuler.
Kelainan ini lebih sering dibagian atas pada kasus ringan namun bila lanjut bisa
terjadi diseluruh lapangan paru dan juga terjadi destruksi pulmonary capilary bed.
Perubahan vaskular pulmonal ditandai oleh penebalan dinding pembuluh darah
yang dimulai sejak awal perjalanan ilmiah PPOK.
Perubahan struktur yang pertama kali terjadi adalah penebalan intima diikuti
peningkatan otot polos dan infiltrasi dinding pembuluh darah oleh sel-sel radang.
Jika penyakit bertambah lanjut jumlah otot polos, proteoglikan dan kolagen
bertambah sehingga dinding pembuluh darah bertambah tebal.
Pada bronkiektasis maupun emfisema terjadi penyempitan saluran napas.
Penyempitan ini dapat mengakibatkan obstruksi dan menimbulkan sesak. Pada
bronkitis kronik, saluran pernapasan yang berdiameter kecil (< 2mm) menjadi
lebih sempit dan berkelok-kelok. Penyempitan ini terjadi karena metaplasi sel
goblet. Saluran napas besar juga menyempit karena hipertrofi dan hiperplasi
kelenjar mukus. Pada emfisema paru, penyempitan saluran napas disebabkan oleh
berkurangnya elastisitas paru-paru.
16
2.6 Gejala klinis PPOK7-9
Pasien biasanya mengeluhkan 2 keluhan utama yaitu sesak napas dan batuk.
Adapun gejala yang terlihat seperti :
1. Sesak Napas
Timbul progresif secara gradual dalam beberapa tahun. Mula-mula ringan
lebih lanjut akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Sesak napas bertambah
berat mendadak menandakan adanya eksaserbasi.
2. Batuk Kronis
Batuk kronis biasanya berdahak kadang episodik dan memberat waktu pagi
hari. Dahak biasanya mukoid tetapi bertambah purulen bila eksaserbasi.
4. Batuk Darah
Bisa dijumpai terutama waktu eksaserbasi. Asal darah diduga dari saluran
napas yang radang dan khasnya “blood streaked purulen sputum”.
2.7 Diagnosis3-6
1. Anamnesis :
Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan
Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
17
Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, misal berat badan lahir
rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok
dan polusi udara
Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
2. Pemeriksaan Fisik :
Pasien biasanya tampak kurus dengan Barrel shaped chest
Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada
Perkusi dada hipersonor, batas paru hati lebih rendah
Suara napas berkurang, ekspirasi memanjang, suara tambahan (ronkhi atau
wheezing)
3. Pemeriksaan penunjang :
a) Pemeriksaan radiologi
Normal Hyperinflation
18
b) Pemeriksaan fungsi paru (spirometri)
c) Pemeriksaan gas darah
d) Pemeriksaan EKG
e) Pemeriksaan Laboratorium darah (gambaran leukositosis)
19
2.7 Penatalaksanaan1-8
Tujuan penatalaksanaan penderita PPOK adalah untuk mengurangi gejala,
mencegah eksaserbasi, memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru, dan
meningkatkan kualitas hidup. Adapun modalitas terapi yang digunakan terdiri dari
unsur edukasi, obat-obatan, oksigen, ventilasi mekanik, nutrisi dan rehabilitasi.
20
d) Perkusi Manual, perkusi atau vibrasi dinding toraks dapat
membantu mobilisasi sekret.
e) Batuk Terkendali, Pasien duduk bersandar kedepan dan mulai
batuk yang disengaja pada waktu yang tepat dengan kekuatan yang
cukup untuk mobilisasi mukus tanpa memyebabkan kolapsnya
jalan napas.
f) Batuk yang dibantu, tekanan diberikan pada abdomen selama
ekshalasi.
2) Psikoterapi
Memberikan motivasi untuk mengatasi beban pikiran karena
keterbatasan melakukan aktivitas sehari-hari.
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah :
a. Gagal napas
- Gagal napas kronik
- Gagal napas akut pada gagal napas kronik
b. Infeksi berulang
c. Kor pulmonal
21
BAB III
ANALISIS KASUS
22
Gunakan masker pelindung saat keluar rumah untuk menghindari polusi
udara.
Segera kontrol ke dokter/fasilitas kesehatan jika keluhan memberat, seperti
sesak bertambah berat mendadak, produksi/ jumah dahak bertambah,
dahak berubah warna menjadi kuning, hijau atau bercampur darah.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
LAMPIRAN
25