Anda di halaman 1dari 26

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori

1. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42

minggu dan berat badannya 2.500-4.000 gram (Dewi, 2010). Batasan

neonatus sampai usia 0-28 hari.

b. Ciri-ciri Umum Bayi Baru Lahir Normal :


1) Berat badan : 2500 – 4000 gram
2) Panjang badan : 48 – 52 cm
3) Lingkar kepala : 33 – 35 cm
4) Lingkar dada : 30 – 38 cm
5) Masa kehamilan : 37 – 42 minggu
6) Denyut jantung : 180x/mnt, turun 120x/mnt
7) Respirasi : 80x/mnt, turun 40x/mn
8) Kulit kemerahan licin
9) Kuku agak panjang dan lemas
10) Genitalia : Wanita labia mayora sudah menutupi labia
minora, laki-laki testis sudah turun
11) Refleks hisap dan menelan, refleks moro, graft refleks sudah baik
12) Eliminasi baik, urine dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama
13) Suhu : 36,5 – 37º C
c. Periode bayi baru lahir
Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami sejumlah

adaptasi psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk

menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus

berlangsung baik. Bayi baru lahir juga membutuhkan asuhan yang dapat
meningkatkan kesempatan untuknya menjalani masa transisi dengan

baik. Menurut Mushlihatun, (2010) masa transisi bayi baru lahir sebagai

berikut :

1) Periode Transisional

Periode transisional ini dibagi menjadi tiga periode, yaitu :

a) Periode pertama reaktivitas

Periode pertama reaktivits berakhir pada 30 menit pertama

setelah kelahiran. Karakteristik pada periode ini, antara lain:

denyut nadi apical berlangsung cepat dan irama tidak teratur,

frekuensi pernapasan mencapai 80 kali permenit, pernafasan

cuping hidung, ekspirasi mendengkur dan adanya retraksi. Pada

periode ini, bayi membutuhkan perawatan khusus, antara lain:

mengkaji dan memantau frekuensi jantung dan pernafasan setip

30 menit pada 4 jam pertama setelah kelahiran, menjaga bayi agar

tetap hangat (suhu aksila 36,5-37,50C).

b) Fase tidur

Fase ini merupakan interval tidak responsive relative atau fase

tidur yang dimulai dari 30 menit setelah periode pertama

reaktivitas dan berakhir pada 2-4 jam. Karakteristik pada fase ini

adalah frekuensi pernafasan dan denyut jantung menurun kembali

ke nilai dasar, warna kulit cenderung stabil, terdapat akrosianosis

dan bisa terdengar bising usus.

c) Periode kedua reaktivitas


Periode kedua reaktivitas ini berakhir sekitar 4-6 jam setelah

kelahiran. Karakteristik pada periode ini adalah bayi memiliki

tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap stimulus internal dan

lingkungan.

2) Periode pascatransisional

Pada saat bayi telah melewati periode transisi, bayi dipindah ke

ruang bayi / rawat gabung bersama ibunya.

d. Penanganan Bayi Baru Lahir


Perawatan bayi segera sesudah lahir, adalah:
1) Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila
bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan
nafas dengan cara sebagai berikut :
a) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat.
b) Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang
c) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan
jari tangan yang dibungkus kasa steril.
d) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok
kulit bayi dengan kain.
e) Memotong dan Merawat Tali Pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir
tidak begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi,
kecuali pada bayi kurang bulan. Tali pusat dipotong 5 cm dari
dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan
pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat
ikatan baru. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan
alkohol 70% atau povidon iodin 10% serta dibalut kasa steril.
Pembalut tersebut diganti setiap hari dan atau setiap tali basah /
kotor.
Sebelum memotong tali pusat, dipastikan bahwa talipusat
telah diklem dengan baik, untuk mencegah terjadinya
perdarahan, membungkus ujung potongan tali pusat adalah kerja
tambahan.
f) Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap
suhu badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk
membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus
hangat.
g) Memberi Vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru
lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1
mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi
vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg I.M
h) Memberi Obat Tetes / Salep Mata
Dibeberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara
hukum diharuskan untuk mencegah terjadinya oplitalmic
neonatorum. Di daerah dimana prevalensi gonorhoe tinggi,
setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi
lahir. Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1%
dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia
(penyakit menular seksual).
i) Identifikasi Bayi
(1) Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di
tempat penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang
rawat bayi.
(2) Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang
halus tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak
mudah lepas.
(3) Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum : nama (bayi,
nyonya) tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama
lengkap ibu.
(4) Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan
mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi.
j) Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk
mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi
masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian
keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas
kesehatan. 2 jam pertama sesudah lahir meliputi :
(1) Kemampuan menghisap kuat atau lemah
(2) Bayi tampak aktif atau lunglai
(3) Bayi kemerahan atau biru
Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan

bayinya. Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan

penilaian terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang

memerlukan tindak lanjut seperti :

1) Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan

2) Gangguan pernapasan

3) Hipotermia

4) Infeksi

5) Cacat bawaan dan trauma lahir

e. Yang Perlu Dipantau Pada Bayi Baru Lahir


1) Suhu badan dan lingkungan
2) Tanda-tanda vital
3) Berat badan
4) Mandi dan perawatan kulit
5) Pakaian
6) Perawatan tali pusat
f. Yang Perlu Diperhatikan Pada Bayi Baru Lahir
1. Kesatuan dan Perlu dikenali kurangnya reaksi terhadap rayuan,
reaksi terhadap rangsangan atau suara keras yang mengejutkan atau suara
sekeliling. mainan.
2. Keaktifan Bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan dan
kaki yang simetri pada waktu bangun. Adanya tremor
pada bibir, kaki dan tangan pada waktu menangis adalah
normal, tetapi bila hal ini terjadi pada waktu tidur,
kemungkinan gejala suatu kelainan yang perlu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut.
3. Simetri Apakah secara keseluruhan badan seimbang.
4. Kepala Apakah tidak simetris, berupa tumor lunak di belakang
atas yang menyebabkan kepala tampak lebih panjang
akibat proses kelahiran, ukur lingkar kepala.
5. Muka wajah Bayi tanpa ekspresi
6. Mata Diperhatikan adanya tanda-tanda perdarahan berupa
bercak merah yang akan menghilang dalam waktu 6
minggu.
7. Mulut Salivasi tidak terdapat pada bayi normal, bila terdapat
sekret yang berlebihan kemungkinan ada kelainan
bawaan saluran cerna.
8.Leher,dada, Melihat adanya cedera akibat persalinan, ukur lingkar
abdomen dada, dan ada retraksi dinding dada atau tidak.
9. Punggung Adakah benjolan atau tumor atau tulang punggung
dengan lakukan yang kurang sempurna.
10. Bahu,tangan, Perlu diperhatikan bentuk, geraknya, fraktur, paresis.
sendi, tungkai
11. Kulit dan Dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan.
kuku Kadang-kadang didapatkan kulit yang mengelupas
ringan, pengelupasan yang berlebihan harus dipikirkan
kemungkinan adanya kelainan.
12. Kelancaran Harus diperhatikan.
menghisap dan
pencernaan
13. Tinja dan Diharapkan keluar dalam 24 jam pertama. Waspada bila
kemih terjadi perut yang tiba-tiba membesar, tanpa keluarnya
tinja disertai muntah, dan mungkin dengan kulit kebiruan
harap segera konsultasi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
14. Berat badan Sebaiknya tiap hari dipantau, penurunan berat badan
lebih dari 5% berat badan waktu lahir, menunjukkan
kekurangan cairan.

f. Tahapan bayi baru lahir


1) Tahap 1
Terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama kelahiran. Pada
tahap ini digunakan system scoring apgar untuk fisik dan scoring gray
untuk interaksi bayi dan ibu.
2) Tahap II
Disebut tahap transisional reaktifitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian
selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan prilaku.
3) Tahap III
Disebut tahap priodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang
meliputi pemeriksaan seluruh tubuh. (Dewi, 2011)
g. Reflek-reflek Untuk Menilai Keadaan Bayi
1) Reflek Moro
Reflek ini terjadi karena adanya reaksi miring terhadap rangsangan
mendadak. Refleksnya simetris dan terjadi pada 8 minggu pertama
setelah lahir. Tidak adanya refleks moro menandakan terjadinya
kerusakan atau ketidakmatangan otak.
2) Refleks Rooting / Refleks Dasar
Dalam memberikan reaksi terhadap belaian di pipi atau sisi mulut, bayi
akan menoleh ke arah sumber rangsangan dan membuka mulutnya siap
untuk menghisap.
3) Refleks Menyedot dan Menelan / Refleks Sucking
Berkembang dengan baik pada bayi normal dan dikoordinasikan dengan
pernafasan. Ini penting untuk pemberian makan yang aman dan gizi yang
memadai.
4) Refleks Mengedip dan Refleks Mata
Melindungi mata dari trauma.
5) Refleks Graphs / Plantar
Genggaman tangan diperoleh dengan menempatkan jari atau pensil di
dalam telapak tangan bayi yang akan menggenggam dengan erat. Reaksi
yang sama dapat ditunjukkan dengan membelai bagian bawah tumit
(genggam telapak kaki).
6) Refleks Walking / Berjalan dan Melangkah
Jika disangga secara tegak dengan kaki menyentuh permukaan yang rata,
bayi akan terangsang untuk berjalan.
7) Refleks Tonik Neck
Pada posisi terlentang lengan disamping tubuh tempat kepala menoleh
kearah itu terulur sedangkan lengan sebelah terkulai.
8) Refleks Tarik
Jika didudukkan tegak, kepala bayi pada awalnya akan terkulai ke
belakang lalu bergerak ke kanan sesaat sebelum akhirnya tertunduk ke
arah depan.
h. Tabel Penilaian Bayi Baru Lahir Normal
Tabel Penilaian APGAR SCORE

Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2


Appearance Pucat/biru Tubuh merah, Seluruh
(warna kulit) seluruh ekstremitas tubuh
tubuh biru kemerahan
Pulse Tidak ada < 100 > 100
(denyut jantung)
Grimace Tidak ada/ Ekstremitas Gerakan
(tonus otot) lumpuh sedikit fleksi aktif
Activity Tidak ada Sedikit gerak Menangis,
(aktivitas) ….. mimik bersin
Respiration Tidak ada Lemah/tidak Menangis
(pernafasan) teratur kuat

i. Penilaian Bayi Untuk Tanda-tanda Kegawatan


1) Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau
beberapa tanda-tanda berikut :
a) Sesak nafas
b) Frekuensi pernapasan 60x/mnt
c) Gerak retraksi di dada
d) Malas minum
e) Panas atau suhu bayi rendah
f) Kurang aktif
g) Berat lahir rendah (1500 – 2500 gr) dengan kesulitan minum
2) Tanda-tanda bayi sakit berat
a) Sulit minum
b) Sianosis sentral (lidah biru)
c) Perut kembung
d) Periode Apnea
e) Kejang / periode kejang-kejang kecil
f) Merintih
g) Perdarahan
h) Sangat kuning
i) Berat badan lahir < 1500 gr (Prawirohardjo, 2002
j. Fisiologi BBL

Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010) adaptasi fisiologis yang

terjadi pada bayi baru lahir di luar uterus, diantaranya:

1) Perubahan pernapasan

Pernapasan pertama pada bayi normal dalam waktu 30 menit

pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk

mempertahankan tekanan alveoli, selain karena adanya surfaktan juga

karena adanya tarikan napas dan pengeluaran napas dengan merintih

sehingga udara bisa tertahan di dalam. Cara neonatus bernapas dengan

cara bernapas diafragmatik dan abdominal, sedangkan untuk

frekuensi dan dalamnya bernapas belum teratur. Apabila surfaktan

berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku sehingga

terjadi atelektasis.

2) Sirkulasi darah

Pada masa fetus, peredaran darah dimulai dari plasenta melalui

vena umbilikalis lalu sebagian ke hati dan sebagian lainnnya langsung

ke serambi kiri jantung, kemudian ke bilik kiri jantung. Dari bilik kiri

darah di pompa melalui aorta ke seluruh tubuh, sedangkan yang dari

bilik kanan darah dipompa sebagian ke paru dan sebagian melalui

duktus arteriosus aorta.

Sedangkan setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan

mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun yang diikuti

dengan menurunnya tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini

11
menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar dibandingkan dengan

tekanan jantung kanan, sehingga menyebabkan foramen ovale

menutup.

3) Perubahan termoregulasi

Setelah bayi lahir pengaturan suhu tubuhnya belum berfungsi

secara sempurna, sehingga berisiko mengalami hipotermi. Empat

mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir kehilangan panas

tubuhnya yaitu konduksi, konveksi radiasi dan evaporasi.Bayi Baru

Lahir (BBL) dapat mengalami hipotermi melalui mekanisme, yang berkaitan

dengan kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara produksi

panas dan kehilangan panas :

(a) Penurunan produksi panas

Hal ini dapat disebabkan kegagalan dalam system endokrin dan

terjadi penurunan basal metabolism tubuh, sehingga timbul proses

penurunan produksi panas, misalnya pada keadaan disfungsi

kelenjar tiroid, adrenal maupun pituitaria.

.(b) Peningkatan panas yang hilang

Terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar, dan

tubuh kehilangan panas. Adapun mekanisme tubuh kehilangan

panas dapat terjadi secara :

Konduksi yaitu perpindahan panas yang terjadi sebagai akibat

perbedaan suhu antara kedua obyek. Kehilangan panas terjadi

saat kontak langsung antara kulit BBL dengan permukaan yang

lebih dingin. Sumber kehilangan panas terjadi pada BBL yang

12
berada pada permukaan atau alas yang dingin, seperti pada waktu

proses penimbangan.

13
Konveksi yaitu transfer panas terjadi secara sederhana dari

selisih suhu antara permukaan kulit bayi dan aliran udara yang

dingin di permukaan tubuh bayi. Sumber kehilangan panas disini

dapat berupa : inkubator dengan jendela yang terbuka, atau pada

waktu proses transportasi BBL ke rumah sakit.

Radiasi yaitu perpindahan suhu dari suatu obyek panas ke obyek

yang dingin, misalnya dari bayi dengan suhu yang hangat

dikelilingi suhu lingkungan yang lebih dingin.Sumber kehilangan

panas dapat berupa suhu lingkungan yang dingin atau suhu

inkubator yang dingin.

Evaporasi yaitu panas terbuang akibat penguapan, melalui

permukaan kulit dan traktus respiratorius.Sumber kehilangan

panas dapat berupa BBL yang basah setelah lahir, atau pada

waktu dimandikan.

4) Perubahan pada traktus digestivus

Pada BBL traktus digestivus mengandung zat berwarna hitam

kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida atau disebut mekonium.

Pengeluaran mekonium biasanya pada 10 jam pertama kehidupan.

k. Penatalaksanaan

Menurut Kemenkes RI (2010) penatalaksanaan asuhan bayi baru

lahir meliputi:

1) Pencegahan infeksi (PI)

2) Penilaian awal untuk dilakukan resusitasi pada bayi

14
3) Pemotongan dan perawatan tali pusat

Pemotongan tali pusat pada bayi baru lahir dilakukan dengan cara

menjepit tali pusat dengan klem pada sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus)

bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan melakukan

penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama. Kemudian

melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat dengan cara

mengangkat tali pusat yang telah di jepit kemudian melakukan

pemotongan tali pusat (melindungi perut bayi) di antara 2 klem tersebut.

Selanjutnya menjepit tali pusat dengan umbilical cord.

Cara perawatan tali pusat dilakukan dengan tidak mengoleskan

cairan atau bahan apapun ke puntung tali pusat karena apabila tali pusat

lembab, maka pelepasan tali pusat akan lebih lama (Kemenkes, 2010).

Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Aisyah N, Islami,

Mustagfiroh L, (2017) bahwa pada bayi dengan perawatan tali pusat

terbuka yaitu setelah bayi dimandikan tali pusat tidak dibungkus apapun

ada 5 bayi (12,5%) tali pusat puput < dari 5 hari, dan sebanyak 28 bayi

(70%) tali pusat puput antara 5-7 hari, dan hanya 7 bayi (17,5%) yang

tali pusatnya puput > 7 hari. Sedangkan pada bayi yang dilakukan

perawatan tali pusat tertutup dengan kassa steril menunjukkan mayoritas

tali pusat bayi puput dalam batas normal yaitu 10 hari.

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hariyanto,

Febriana E, (2018) bahwa ada perbedaan lama pelepasan tali pusat

berdasarkan cara perawatan tali pusat , menurut peneliti perawatan tali

15
pusat yang benar adalah setelah bayi dimandikan tali pusat dibungkus

dengan kassa steril dan mengkondisikan tali pusat tetap kering. dari 30

responden sebagian besar responden 19 (63,3%) dirawat dengan cara

yang benar dengan hasil penelitian menunjukkan pelepasan tali pusat

yang cepat (2 hari) sebanyak 13 responden (43,3%), responden yang

pelepasan tali pusatnya normal sekitar 6 hari sebanyak 6 responden

(20%), dan responden yang lama pelepasan tali pusatnya lambat (10

hari) sebanyak 11 responden (36,7%) pelepasan

4) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, bayi segera diletakkan

tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk

melaksanakan proses IMD minimal dilakukan 1 jam.

Menurut penelitian yang dilakukan Hariyanto & Febriana E, (2018)

bahwa suhu tubuh bayi baru lahir setelah 1 jam pelaksanaan IMD

berada pada suhu tubuh normal yaitu suhu tubuh bayi baru lahir

sebelum dilaksanakan IMD 36,520C mengalami peningkatan suhu

tubuh setelah dilakukan IMD rata-rata sebesar 37,40C dengan nilai

penambahan suhu terendah adalah 36,80C dan nilai tertinggi adalah

37,50C

5) Pencegahan kehilangan panas

Cara pencegahan kehilangan panas pada BBL yaitu menunda mandi

selama 6 jam, kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan

tubuh bayi.

16
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai

berikut (JNPK-KR, 2008) :

(a) Mengeringkan bayi dengan saksama

Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk

mencegah kehilangan panas yang disebabkan oleh evaporasi cairan

ketuban pada tubuh bayi.Keringkan bayi dengan handuk atau kain

yang telah disiapkan di atas perut. Mengeringkan dengan cara

menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk

membantu bayi memulai pernapasannya.

(b) Menyelimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat

Segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat,

ganti handuk atau kain yang dibasahi oleh air ketuban kemudian

seimuti tubuh bayi dengan selimut atau kain yang hangat, kering

dan bersih. Kain basah didekat tubuh bayi dapat menyerap panas

tubuh bayi melalui proses radiasi. Ganti handuk, selimut atau kain

yang basah telah diganti dengan selimut atau kain yang baru

( hangat, bersih dan kering).

(c) Menyelimuti bagian kepala bayi

Pastikan kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat. Bagian

kepala bayi memiliki luas permukaan yang relative luas dan bayi

akan dengan cepat kehilangan pansa jika bagian tersebut tidak

tertutup.

(d) Menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya

17
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan

mencegah kehilangan panas.Anjurkan ibu untuk menyusukan

bayinya segera setelah lahir.Sebaiknya pemberian ASI harus

dimulai dalam waktu satujam pertama kelahiran.

(e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir

Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya

(terutam jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan

terlebih dahulu selimuti dengan kain atau selimut bersih dan

kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada

saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian atau

selimut. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah

lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan

kesehatan bayi baru lahir.

(f) Tempatkan Bayi di Lingkangan yang Hangat

Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. Idealnya bayi baru

lahir ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya di

tempat yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara

yang paling mudah ntuk menjaga agar bayi tetap hangat, medorong

ibu segera menyususkan bayinya dan mencegah paparan infeksi

pada bayi.

6) Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K

18
BBL harus diberi penyuntikan vitaminK (phytomenadione) 1 mg

intramuskular di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat

defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.

7) Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB0)

Imunisasi Hepatitis B (HB0) minimal diberikan 1-2 jam di paha

kanan setelah penyuntikan vitamin K yang bertujuan untuk mencegah

penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat

menimbulkan kerusakan hati.

Menurut Varney (2007) apabila HB0 belum diberikan pada saat

lahir, maka diberikan sebelum bayi berumur 7 hari.

8) Pencegahan infeksi mata

9) Pemeriksaan bayi baru lahir

Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui komplikasi yang

terjadi pada bayi baru lahir.

10) Pemberian ASI eksklusif

Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum

dapat membentuk kekebalan secara sempurna. ASI memberikan zat-zat

kekebalan yang belum dapat dibuat oleh bayi tersebut, sehingga bayi

yang minum ASI lebih jarang sakit, terutama pada awal dari

kehidupannya. Komponen zat anti infeksi yang banyak dalam ASI akan

melindungi bayi dari berbagai macam infeksi, baik yang disebabkan

oleh bakteri, virus, dan antigen lainnya.

19
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Rahmadhani, Lubis

dan Edison ( 2013), hubungan pemberian ASI eksklusif dengan angka

kejadian diare akut pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Kuranji

Kota Padang didapatkan hasil bahwa kejadian diare pada bayi yang

tidak mendapat ASI eksklusif lebih tinggi dibandingkan dengan bayi

yang mendapat ASI eksklusif. Hasil ini menunjukkan bahwa bayi yang

tidak mendapat ASI eksklusif lebih rentan terhadap diare. Hal ini dapat

dibuktikan bahwa kejadian diare pada bayi yang mendapat ASI

eksklusif sebanyak 9 bayi (26,5%) dan kejadian diare pada bayi tidak

mendapat ASI eksklusif yaitu sejumlah 26 bayi (74,3%). Jumlah bayi

yang tidak pernah diare lebih tinggi pada kelompok bayi yang mendapat

ASI eksklusif yaitu sebanyak 25 bayi (73,58%) dibandingkan bayi yang

tidak mendapat ASI eksklusif yaitu sebanyak 6 bayi (18,7%).

Penelitian lain menjelaskan pentingnya ASI segera setelah bayi lahir

seperti penelitian yang dilakukan oleh Herawati Y & Indriati M,( 2017)

bahwa dari 11 responden yang tidak melakukan pemberian ASI awal

yang tidak melakukan pemberian ASI awal ternayta sebanyak 10,80%

positif mengalami icterus. Sedangkan dari 46 responden yang diberikan

ASI awal ternyata sebagian besar 67,32% tidak mengalami icterus.

Hasil analisa statistic menyatakan bahwa Ha diterima sehingga

disimpulkan terdapat pengaruh antara pemberian ASI awal dengan

kejadian icterus pada bayi baru lahir 0-7 hari.

20
B. Tinjauan Teori manajemen kebidanan

1. Teori Manajemen Kebidanan menurut Hellen Varney (1997)

Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana setiap

langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai pengumpulan data

dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk

suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun.

Ketujuh langkah manajemen kebidanan menurut varney adalah sebagai

berikut :

a. Langkah pertama pengumpulan data dasar

Langkah pertama dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan

semua yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara

lengkap yaitu riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai

kebutuhanya, meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya,

meninjau catatan laboratorium dan membandingkan dengan hasil

studi

b. Langkah kedua interprestasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnose

atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang

benar atas data-data yang dikumpulka. Data dasar yang sudah

dikumpulkan diiterprestasikan sehingga ditemukan masalah atau

diagnose yang spesifik. Kata masalah dan diagnose keduanya

digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti

diagnosa tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan

21
kedalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Diagnosis kebidanan

yaitu diagnosis yang ditegakkan profesi bidan dalam lingkup praktik

kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama ) diagnose

kebidanan. Standar nomenklatur diagnosis kebidanan tersebut adalah

1) Diakui dan telah disyahkan oleh profesi

2) Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan

3) Memiliki ciri khas kebidanan

4) Didukung oleh clinical judgement dalam praktikkebidanan dapat

diselesaikan dengan pendekatan managemen kebidanan.

c. Langkah ketiga mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sidah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengamati kondisi

klien, bidan diharapkan dapat bersiap- siap bila diagnosa atau masalah

potensial ini benar-benar terjadi

d. Langkah keempat mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang

memerlukanpenangan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter

untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Dalam melakukan

tindakan, bidan harus bias memprioritaskan masalah/ kebutuhan yang

22
dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu

dilakukan untuk mengantisipasi diagnosis/ masalah potensial pada

langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan

kedaruratan atau segera untuk menyelamatkan ibu dan bayinya.

Tindakan segera bias dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau

bersifat rujukan.

e. Langkah kelima merencanakan asuhan menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang

ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang tidak

diitentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi /data dasar

yang tidak lengkap dan dilengkapi. Setiap rencana asuhan harus

disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat

dilaksanakan secara efektif karena klien juga akan melaksanakan

rencana tersebut. Oleh karena itu, tigas bidan dalam langkah ini adalah

merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan klien

yang kemudian membuat kesepakatan sebelum melaksankannya .

f. Langkah keenam melaksanakan perencanan asuhan dengan efisien

dan aman.

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.

Perencanan ini biasa dilakukan seluruhnya oleh bidan atausebagian

23
dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim

kesehatan yang lain.

g. Langkah ketujuh evaluasi

Pada langkah ketujuh ini lakukan evaluasi keefektifan dari asuhan

yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan

apakah benar-benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana

telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut

dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam

pelaksanaanya.

2. Pendokumentasian Asuhan kebidnan dengan metode SOAP

Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat

diterapkan dengan metode SOAP. Metode ini merupakan catatan yang

bersifat sederhana, jelas, logis dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini

merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.

Untuk penjelasan tentang SOAP dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. S (Data Subyektif)

Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan

menurut Helen Vaarney langkah pertama (Pengkajian data), terutama

data yang diperoleh melalui anamnesa. Data subyektif ini berhubungan

dengan masalah dari sudut pandang klien. Ekspresi klien mengenai

kehawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai ringkasan yang akan

berhubungan dengan diagnosa yang akan disusun.

b. O (Data Obyektif)

24
Data obyektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan

menurut Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang

diperoleh melalui observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik klien,

pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostik lain. Catatan

medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan

data obyektif. Data tersebut akan memberikan bukti gejala klinis klien

dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.

c. A (Assesment)

Analisa merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi

(kesimpulan) dari data obyektif dan subyektif. Dalam

pendokumentasian manajemen kebidanan, karena keadaan klien yang

setiap saat bisa mengalami perubahan dan akan ditemukan informasi

baru dalam data subyektif maupun data obyektif, maka proses

pengkajian data akan sangat dinamis.

d. P (Plan)

Plan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang.

Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi

data, rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya

kondisi klien yang baik dan mempertahankan kesejahteraannya.

Meskipun secara istilah plan adalah perencanaan saja namun plan

dalam SOAP ini juga mengandung pendokumentasian implementasi

dan evaluasi dan dalam pendokumentasian manajemen kebidanan

menurut helen Varney langkah ke-enam dan ke-tujuh

25
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah N, Islami, Mustagfiroh L (2017) ‘Perawatan tali pusat terbuka sebagai


upaya mempercepat pelepasan tali pusat’, Jurnal Kebidanan Indonesia, I(I),
pp. 29–36.

Hariyanto, Febriana E (2018) ‘Perbedaan Lama Pelepasan Tali Pusat Berdasarkan


Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir’, Jurnal Delima Harapan, 9(8),
pp. 40–47.

Herawati Y, Indriati M (2017) ‘Pengaruh Pemberian ASI Awal Terhadap Kejadian


Ikterus Pada Bayi Baru Lahir 0-7 hari’, Journal Midwife, 3(01), pp. 67–72.

26

Anda mungkin juga menyukai