Anda di halaman 1dari 8

EFEKTIFITAS TEHNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP INTENSITAS

NYERI PASCA OPERASI LAPARATOMI

Cemy Nur Fitria1 Riska Diana Ambarwati2


Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta
Jl. Tulang Bawang Selatan No. 26 Tegalsari RT 06 RW III Kadipiro Banjarsari Surakarta
cemynurfitria@gmail.com / 08172854255
riskadiana6040@yahoo.com

Abstrak:

RSUD Dr.Moewardi banyak terdapat pasien yang dilakukanpembedahan Pembedahan


atau operasi yang sering dilakukan selama 4 bulan terakhir sebanyak 16233 pasien.
Berdasarkan data diatas kasus laparatomi adalah paling dominasi. Pembedahan memiliki efek
nyeri setelah post operasi. Berdasarkan wawancara terhadap salah satu perawat mengatakan
bahwa, apabila pasien mengalami nyeri khususnya post operasi laparatomi maka perawat
memberikan analgetik untuk meredakan nyeri. Selain itu untuk mengatasi nyeri perawat
menggunakan tehnik relaksasi nafas dalam jika pasien tidak mendapatkan terapi analgetik.
Perawat jarang menerapkan tehnik relaksasi progresif karena menurut mereka penerapan
tehnik relaksasi nafas dalam lebih sederhana.
Tujuanpenelitian untuk Mengetahui efektifitas tehnik relaksasi progresif terhadap
intensitas nyeri pada pasien pasca operasi laparatomi di RSUD Dr. Moewardi.
Metode Penelitian menggunakanQuasi eksperimental design. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pasien pasca operasi di ruang Mawar II RSUD Dr. Moewardi. Tehnik
pengambilan sampel menggunakan Accidental. Jumlah sampel 15 responden. Instrumen yang
digunakan untuk pemeriksaan nyeri dengan menggunakan alat ukur skala nyeri bourbanis.
Data diolah dengan computer SPSS versi 13.00, nilai pengaruh p = 0,000 < 0.05.
Hasil perbandingansebelum dan sesudah relaksasi progresif dinyatakan signifikan
(thitung = 6,481 > ttabel = 2,145 atau p = 0,000 < 0,05). Dengan adanya relaksasi progresif terjadi
penurunan skala nyeri rata-rata sebesar 2,00. Sementara untuk mengetahui kuatnya hubungan
atau pengaruh antar variabel dapat dinyatakan mempunyai pengaruh yang kuat yaitu 0,76.
Kesimpulan : tehnik relaksasi progresif secara efektif dapat menurunkan nyeri pada pasien
pasca operasi laparatomi di ruang Mawar II RSUD Dr. Moewardi.

Kata kunci : laparatomi, nyeri, relaksasi progresif


EFFECTIVENESS OF RELAXATION TECHNIQUES PROGRASIVE TO
INTENSITY OF PAIN IN PATIENT POST OPERATION LAPAROTOMY

Cemy Nur Fitria1 Riska Diana Ambarwati2


Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta
Jl. Tulang Bawang Selatan No. 26 Tegalsari RT 06 RW III Kadipiro Banjarsari Surakarta
cemynurfitria@gmail.com / 08172854255
riskadiana6040@yahoo.com

Abstract

RSUD Dr. Moewardi which many patient were surgical operati. The writer was
observation since 4 month count 16233 patient. Based on the data source Laparatomy
problem are most dominant. Surgical operati was by patient influence painful post operati.
The writter was interview with other patient, their say that, after operati Laparatomy have
influence painful. For disappearing painful past operati Laparatomi, the nurse was analgetik,
other it the nurse uses breath technique, from some problem past operati Laparatomi, an
nurse uses most breath technique better than relaksasi progresive technique which the reason
breath technique is more simple than other technique.
The purposes of this research paper is to analyze and knowing efektivitas relaksasi
progresive technique for painful after past operati Laparatomi for patient .
The design research paper using “quasi eksperimental design”. Population used this
research method is patient after past operati in Mawar II Room at RSUD DR, Moewardi. The
writer used on Accidenthal technique in random from sample, sample 15 respondent.
Instrument uses for in query to cultivate the data using computer version 13.00 SPSS
influence value p=0,000<0,05
Comparisonresearch before and after relaksasi progresive show pattern signifikan (t
hitung= 6,481> t tabel=2,145 or p=0,000<0,05) . it shows result is relaksasi progresive
happened minimize painful scale average 2,00. During for knowing strong relation or
influence between variable show with have big influence is 0,76.
Conclusion: Some patient were past operati Laparatomi in Mawar II Room RSUD
DR.Moewardi for decrease painful uses relaksasi progresive technique.

Keywords: Laparotomy, pain, progressive


PENDAHULUAN koping, (10). Dukungan keluarga dan
Menurut survei WHO Jumlah pasien social (Potter dan Perry, 2006).
pasca operasi Laparatomi dengan indikasi Intensitas skala nyeri dapat diketahui
Peritonitis di dunia berkisar 5,9 jt/tahun. dengan menggunakan skala nyeri. Skala
Sedangkan di Indonesia peritonitis nyeri menurut bourbanis ada beberapa
merupakan salah satu penyebab kematian tingkatan sebagai berikut : (1). 0 = Tidak
tersering pada penderita bedah dengan nyeri, (2). 1-3 = Nyeri ringan, (3). 4-6 =
mortalitas sebesar 10-40%. Beberapa Nyeri sedang, (4). 7-9 = Nyeri berat, (5).
peneliti mendapatkan angka ini mencapai 10 = Nyeri tak tertahankan.
60% bahkan lebih dari 60%. Pada Klasifikasi Nyeri meliputi : (1). Nyeri
penelitian ini yang akan diteliti adalah berdasarkan tempatnya, (2). Nyeri
peritonitis difusa sekunder yang berdasarkan sifatnya, (3). Nyeri
merupakan 90% penderita peritonitis. berdasarkan berat ringannya, (4). Nyeri
Berdasarkan data statistika di RSUD Dr. berdasarkan waktu lamanya serangan (
Moewardi terdapat pasien yang dilakukan Asmadi, 2008). Teknik relaksasi meliputi :
pembedahan laparatomi sebanyak 230 (1). Meditasi, (2). Yoga, (3). Zen, (4).
(60%) kasus pada tahun 2012. Laparatomi Tehnik imaginasi, (5). Latihan relaksasi
adalah pembedahan perut sampai progresif ( Potter dan Perry, 2006).
membuka selaput perut (Jitowiyono, Teknik Relaksasi Progresif adalah
2010). tehnik merelaksasikan otot dalam pada
Jenis laparatomi : (1). Midline incision, bagian tubuh tertentu atau seluruhnya
(2). Paramedian, (3). Transverse upper melalui tehnik program terapi ketegangan
abdomen incision (4). Transverse lower otot. Tehnik relaksasi otot dalam
abdomen. Indikasi Laparatomi : (1). merupakan tehnik relaksasi yang tidak
Trauma abdomen (tumpul atau tajam) / membutuhkan imajinasi atau sugesti
rupture hepar, (2). Peritonitis, (3). (Kusyati, 2006).Tujuannya meliputi : (1).
Perdarahan saluaran pencernaan, (4). Membantu pasien menurunkan nyeri tanpa
Sumbatan pada usus halus dan usus besar, farmakologi, (2). Memberikan dan
(5). Masa pada abdomen. Komplikasi meningkatkan pengalaman subjektif bahwa
Pasca Laparatomi : (1). Gangguan perfusi ketegangan fisiologis bisa direlaksasikan
jaringan sehubungan dengan sehingga relaksasi akan menjadi kebiasaan
tromboplebitis, (2). Buruknya integritas berespon pada keadaan-keadaan tertentu
kulit sehubungan dengan luka infeksi, (3). ketika otot tegang, (3). Menurunkan stess
Buruknya integritas kulit sehubungan pada individu, relaksasi dalam dapat
dengan dehisensi luka atau eviserasi. mencegah manifestasi psikologis maupun
Nyeri merupakan kondisi berupa fisiologis yang diakibatkan stress.
perasaan tidak menyenangkan bersifat ManfaatTehnik Relaksasi Progresif
sangat subjektif karena perasaan nyeri meliputi : (1). menurunkan ketegangan
berbeda pada setiap orang dalam hal skala otot mengurangi tingkat kecemasan atau
atau tingkatannya, dan hanya orang nyeri, (2) masalah-masalah yang
tersebutlah yang dapat menjelaskan atau berhubungan dengan stress seperti
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya hipertensi, sakit kepala, insomnia.
(Hidayat, 2006). Indikasinya meliputi (1). nyeri
Faktor-faktor yang mempengaruhi pasca operasi, (2). cemas, (3). depresi
nyeri : (1). Usia, (2) Jenis Kelamin, (3). ringan.
Kebudayaan, (4) Makna nyeri, (5).
Perhatian, (6) Ansietas, (7). Keletihan, (8) METODE PENELITIAN
Pengalaman Sebelumnya, (9.) Gaya
Desain penelitian ini Quasi
eksperimental menggunakan pendekatan
one design pretest – posttest, dilaksanakan
di ruang rawat inap Mawar II. sampel
diambil pada tanggal 01 Maret – 01 April
2014.
Populasinya adalah pasien post
lapartatomi dengan metode accidental
sampling sebanyak 15 pasien 2. Jenis Kelamin
Instrumen yang digunakan data Tabel 2 Distribusi Responden
demografi dan kuesioner skala pengukuran berdasarkan Jenis Kelamin.
nyeri. Data demografi terdiri dari umur,
Jenis
Frekuensi Prosentase Ada 7 orang (46,7%) yang berjenis
Kelamin
Laki-laki 7 46,7% kelamin laki-laki. Sementara itu
Perempuan 8 53,3% responden yang berjenis kelamin
Total 15 100,0% perempuan ada 8 orang
(53,3%).Pembagian responden tersebut
jenis kelamin, suku dan agama. Pada
dapat digambarkan dalam bentuk
kuesioner skala pengukuran intensitas
diagram sebagai berikut.
nyeri menggunakan skala nyeri bourbanis).
Analisa data diukur dengan uji Rumus T-
test paired pada signifikansi 5%.

HASIL PENELITIAN DAN


PEMBAHASAN

Umur Frekuensi Prosentase


30 – 39 tahun 4 26,7%
40 – 49 tahun 4 26,7%
50 – 59 tahun 3 20,0% 3. Nyeri sebelum relaksasi
60 – 69 tahun 4 26,7% Tabel 3 Distribusi Responden
berdasarkan Nyeri Sebelum
Total 15 100,0% Relaksasi Progresif
Hasil Penelitian
Analisis univariat Pretest Nyeri Frekuensi Prosentase
1. Umur
Sedang 10 66,7%
Tabel 1. Distribusi Responden
Berat 5 33,3%
berdasarkanumur
Total 15 100,0%
Ada masing-masing 4 orang Sebagian besar responden yaitu
(26,7%) yang berumur 30 – 39 tahun, sebanyak 10 orang (66,7%) mengalami
40 – 49 tahun, dan 60 – 69 tahun. nyeri sedang. Selebihnya yaitu
Sementara itu responden yang berumur sebanyak 5 orang (33,3%) mengalami
50 – 59 tahun ada 3 orang nyeri berat. Pembagian responden
(20,0%).Pembagian responden tersebut tersebut dapat digambarkan dalam
dapat digambarkan dalam bentuk bentuk diagram sebagai berikut.
diagram sebagai berikut.
nyeri berat. Untuk memperkuat
kesimpulan perlu dilakukan uji statistik
perbedaan skala nyeri sebelum dan
sesudah relaksasi progresif dengan tehnik
paired samples t test.

Tabel 5 Hasil Uji Beda Skala Nyeri antara


Sebelum dan Sesudah Relaksasi
4. Nyeri Sesudah Relaksasi Progresif Progresif
Tabel 4 Distribusi Responden
berdasarkan Nyeri Sesudah Skalal Rata- Selisih t p Keterangan
Relaksasi Progresif Nyeri rata
Pretest 5,93 6,48 0,00
Posttest Nyeri Frekuensi Prosentase 2,00 Signifikan
Posttest 3,93 1 0
Ringan 8 53,3%
Sedang 5 33,3% Tabel 5 memperlihatkan hasil uji beda
Berat 2 13,3% skala nyeri antara sebelum dan sesudah
Total 15 100,0% relaksasi progresif. Rata-rata skala nyeri
sebelum relaksasi progresif adalah 5,93
Sebagian besar responden yaitu sedangkan rata-rata skala nyeri sesudah
sebanyak 8 orang (53,3%) mengalami relaksasi progresif adalah 3,93. Tiap sampel
nyeri ringan. Selebihnya yaitu sebanyak mengalami penurunan skala nyeri rata-rata
5 orang (33,3%) mengalami nyeri sebesar 2,00. Uji statistik terhadap
sedang dan 2 orang (13,3%) mengalami penurunan tersebut menghasilkan nilai uji
nyeri berat. Pembagian responden statistik (thitung) sebesar 6,481 dan nilai
tersebut dapat digambarkan dalam signifikansi (p) sebesar 0,000. Pengujian
bentuk diagram sebagai berikut. dilakukan dengan derajat kebebasan (df)
sebesar 14 dan pada taraf signifikansi 5%
sehingga diperoleh nilai pembanding (ttabel)
sebesar 2,145. Apabila dibandingkan
terlihat bahwa thitung> ttabel (6,481 > 2,145)
atau p < 0,05 berarti bahwa pada taraf
signifikansi 5% diputuskan bahwa H0
ditolak atau Ha diterima. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan skala nyeri yang signifikan
antara sebelum dan sesudah relaksasi
progresif. Dengan kata lain dapat
disimpulkan relaksasi progresif secara
Uji Beda Skala Nyeri Sebelum dan efektif dapat menurunkan nyeri pada pasien
Sesudah Relaksasi Progresif pasca operasi laparatomi di ruang Mawar II
Pada bagian deskripsi diketahui bahwa RSUD Dr. Moewardi.
secara deskriptif terdapat penurunan nyeri
dari sebelum ke sesudah relaksasi PEMBAHASAN
progresif. Secara kategorik dari yang 1. Karakteristik Responden
sebelumnya sebagian besar mengalami Hasil penelitian menunjukkan
nyeri sedang dan selebihnya nyeri berat, bahwa responden adalah pasien
sesudah relaksasi progresif sebagian besar berumur 31 hingga 61 tahun dengan
mengalami nyeri ringan dan selebihnya distribusi yang tersebar merata pada
nyeri sedang dan sedikit yang mengalami rentangan umur tersebut. Secara
keseluruhan pasien dapat pasien mengalami nyeri sudah pada
diklasifikasikan berusia dewasa tua. tingkatan ringan meskipun masih ada
Kategori usia ini umumnya memiliki kecenderungan pada tingkatan sedang
kemampuan koping yang baik terhadap atau berat.
nyeri. Demikian pula mengenai jenis
kelamin, jumlah responden laki-laki 4. Perbedaan Nyeri Sebelum dan Sesudah
relatif sama dengan jumlah responden Relaksasi Progresif
perempuan. Karakteristik umur dan Analisis secara statistik
jenis kelamin dapat mempengaruhi membuktikan bahwa perbedaan skala
nyeri seseorang. Usia merupakan nyeri antara sebelum dan sesudah
variabel penting yang mempengaruhi relaksasi progresif dinyatakan
nyeri, khususnya pada anak-anak dan signifikan (thitung = 6,481 > ttabel = 2,145
lansia. Perbedaan perkembangan yang atau p = 0,000 < 0,05). Dengan adanya
ditemukan di antara kelompok usia ini relaksasi progresif terjadi penurunan
dapat mempengaruhi bagaimana anak- skala nyeri rata-rata sebesar 2,00.
anak dan lansia bereaksi terhadap Sementara untuk mengetahui kuatnya
nyeri. Sementara itu terkait dengan hubungan atau pengaruh antar variabel
jenis kelamin, secara umum pria dan dapat dinyatakan mempunyai pengaruh
wanita tidak berbeda secara bermakna yang kuat yaitu 0,76. Dengan demikian
dalam berespon terhadap nyeri (Potter dapat disimpulkan bahwa tehnik
dan Perry, 2006). relaksasi progresif secara efektif dapat
menurunkan nyeri pada pasien pasca
2. Nyeri Sebelum Relaksasi Progresif operasi laparatomi di ruang Mawar II
Hasil penelitian menunjukkan RSUD Dr. Moewardi.
bahwa pasca operasi (sebelum diberi
perlakuan tertentu) sebagian besar Keterbatasan Penelitian
pasien (66,7%) mengalami nyeri Peneliti menyadari bahwa penelitian
sedang dan selebihnya (33,3%) ini banyak kelemahan dan keterbatasan
mengalami nyeri berat. Apabila dilihat yaitu kesulitan menghilangkan faktor
dalam skalanya para pasien ini pengganggu seperti pengobatan
memiliki skala nyeri rata-rata 5,93. farmakologi pada pasien dalam tindakan
Baik secara kategorik maupun skala relaksasi progresif sehingga akan
terlihat bahwa para pasien mengalami mempengaruhi hasil.
nyeri pada tingkatan sedang dan Kesimpulan
cenderung ke tingkatan berat. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan pada pasien pasca operasi
3. Nyeri Sesudah Relaksasi Progresif laparatomi di ruang Mawar II RSUD Dr.
Relaksasi progresif merupakan Moewardi dapat diambil beberapa
salah satu bentuk manajemen nyeri simpulan sebagai berikut:
non-farmakologi. Hasil penelitian 1. Responden adalah pasien berumur 31
menunjukkan bahwa sesudah hingga 61 tahun dan terbagi merata
melakukan relaksasi progresif sebagian antara yang laki-laki dan perempuan.
besar pasien (53,3%) mengalami nyeri 2. Nyeri pasien sebelum relaksasi
ringan dan selebihnya (33,3%) progresif sebagian besar dikategorikan
mengalami nyeri sedang dan masih ada sedang (66,7%) dengan skala nyeri
sedikit (13,3%) yang mengalami nyeri rata-rata sebesar 5,93.
berat. Apabila dilihat dalam skalanya 3. Nyeri pasien sebelum relaksasi
para pasien ini memiliki skala nyeri progresif sebagian besar dikategorikan
rata-rata 3,93. Baik secara kategorik ringan (53,3%) dengan skala nyeri rata-
maupun skala terlihat bahwa para rata sebesar 3,93.
4. Perbedaan skala nyeri sebelum dan Hidayat alimul. Pengantar Kebutuhan
sesudah relaksasi progresif dinyatakan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba
signifikan (thitung = 6,481 > ttabel = Medika. 2006.
2,145; p = 0,000 < 0,05). Relaksasi Asmadi. Teknik Prosedural Keperawatan
progresif mengalami penurunan skala Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar
nyeri rata-rata sebesar 2,00. Dan Klien. Jakarta: Salemba
mempunyai pengaruh yang kuat yaitu Medika.2008.
0,76. Sehingga Relaksasi progresif Haryono Rudi. Keperawatan Medikal
efektif menurunkan nyeri pada pasien Bedah Sistem Pencernaan .
pasca operasi laparatomi. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
2012.
Saran Jitowiyono,S.dkk. Asuhan Keperawatan
Berikut adalah beberapa saran yang Post Operasi. Yogyakarta : Nuha
dapat dikemukakan terkait dengan Medika.2010.
penelitian yang telah dilakukan. Kusyati, Eni. Ketrampilan Dan Prosedur
Laboratorium Keperawatan Dasar.
1. Bagi Rumah Sakit Jakarta: EGC. 2006.
Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar Mubarak, Wahit Iqbal. Buku Ajar
pertimbangan bagi pihak rumah sakit Kebutuhab Dasar Manusia Teori
untuk merumuskan kebijakan Dan Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta:
penanganan terhadap pasien khususnya EGC.2008
untuk menerapkan relaksasi progresif Mansjoer Arif. Kapita Selekta Kedokteran.
baik untuk pasien pasca operasi Jakarta: Media Euculapcius UI.
laparatomi atau untuk pasien dengan 2007.
keluhan nyeri yang lain. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi
2. Bagi Perawat Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT
Perawat hendaknya memberikan Rineka Cipta. 2010.
pengarahan, membimbing, dan
menganjurkan pasien untuk dapat Potter Dan Perry. Buku Ajar Fundamental
melaksanakan relaksasi progresif guna Kperawatan. Jakarta : EGC. 2010.
mengatasi keluhan nyeri.
3. Bagi Pasien Saryono. Metodologi Penelitian
Pasien disarankan untuk mempelajari Kesehatan. Yogyakarta : Mitra
berbagai tehnik manajemen nyeri Cendikia. 2011.
khususnya relaksasi progresif agar
secara mandiri dapat mempraktekkan Setiadi. Konsep Dan Penulisan Riset
sendiri ketika tidak ada perawat yang Keperawatan. Edisi 1 . Yogyakarta:
membantu. Graha Ilmu. 2007.
4. Untuk Penelitian Selanjutnya
Untuk meningkatkan kualitas hasil Sjamsuhidajat, M . Buku Ajar Ilmu Bedah.
penelitian, pada penelitian selanjutnya Jakarta : EGC. 2005.
perlu dipertimbangkan penambahan
jumlah sampel atau mencoba Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian.
menerapkan tehnik-tehnik penanganan Bandung : Alfabeta. 2010.
yang lain. Suyanto. Metodolologi Dan Aplikasi
Penelitian Keperawatan. Yogyakarta
: Nuha Medika. 2011.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyuni. Pengaruh Penambahan Teknik
Relaksasi Progresif Pada Terapi
Latihan Terhadap Penurunan Nyeri
Post Sectio Caesarea Di Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi
(Skripsi) 2011.

Anda mungkin juga menyukai