Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH TENGAH SEMESTER

PENGAUDITAN 1
KASUS KPMG – PELANGGARAN INDEPENDENSI
AUDITOR

Disusun Oleh :

Rezzaq Maulana Syaputra/1606877641

Kelas: Pengauditan 1

Dosen Mata Kuliah: Agung N Soedibyo

2018
Statement of Authorship

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah
murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya gunakan tanpa
menyebutkan sumbernya. Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan
untuk makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya menyatakan dengan jelas bahwa saya
mengatakan menggunakannya. Saya memahami bahwa tugas yang saya kumpulkan dapat
diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme
Nama : Rezzaq Maulana Syaputra
NPM : 1606877641
Judul Makalah/Tugas : Pelanggaran Independensi Auditor oleh KPMG
Tanggal : Rabu 24 Oktober 2018
Dosen : Agung N Soedibyo

Demikian Statement of Authorship ini dibuat dengan sebenar-benarnya

Pembuat Statement of Authorship

Rezzaq Maulana Syaputra

1606877641
CASE

KPMG adalah salah satu accounting firm terbesar didunia bersama PWC, Ernest &
Young dan Deloitte mereka dikenal dengan sebutan Big Four. KPMG melayani banyak
perusahaan-perusahaan didunia dengan layanan finansial seperti Audit & Assurance, Tax
Advisory, Management Consultancy, dan masih banyak lagi. KPMG juga telah memiliki
jaringan global yang tersebar hampir diseluruh dunia.

Walau telah berpraktek lebih dari 30 tahun bukan berarti KPMG luput dari permsalahan
baik itu internal manajemen, eksternal dengan partner maupun pelanggaran kode etik audit.
Salah satu pelanggaran kode etik audit yang pernah dilakukan oleh KPMG adalah dengan
melanggar independensi auditornya dalam melakukan audit terhadap perusahaan yang menjadi
kliennya oleh karena itu SEC (Security and Exchange Commissions) menjatuhkan sanksi
berupa denda sebesar USD 8,2 Million.

KPMG Paying $8.2 Million to Settle Security Exchange Commision (SEC) Charge

Sumber: http://www.legalnews.com

Kantor akuntan publik KPMG setuju untuk membayar $ 8,2 juta untuk menyelesaikan
tuntutan regulator federal atas kompromi independensinya dengan memberikan layanan non-
audit kepada perusahaan-perusahaan yang buku-bukunya diaudit. Komisi Sekuritas dan Bursa
mengumumkan penyelesaian Jumat lalu dengan KPMG yang berbasis di New York, salah satu
dari yang disebut kantor akuntan Big Four dengan Deloitte, Ernst & Young dan
PricewaterhouseCoopers.

SEC mengatakan bahwa KPMG telah melanggar peraturan independensi auditor


dengan memberikan layanan non-audit terlarang seperti pembukuan kepada perusahaan
terlibat. Perusahaan tidak disebutkan namanya. Selain itu, SEC mengatakan beberapa
karyawan KPMG memiliki saham di perusahaan yang merupakan klien audit KPMG.

KPMG tidak mengakui atau membantah tuduhan tersebut. Perusahaan membayar


sekitar $ 6,5 juta untuk restitusi dan bunga, dan denda $ 1,77 juta. KPMG juga sepakat untuk
menyewa konsultan independen untuk memantau kepatuhannya terhadap peraturan.
Dalam sebuah pernyataan, perusahaan tersebut mengatakan bahwa "KPMG telah menerapkan
perubahan internal yang dirancang untuk memastikan kemampuannya untuk mematuhi
pembatasan penyediaan layanan non-audit."

Menurut Rick Hayes dalam bukunya yang berjudul Principle of Auditing Independensi
dideskripsikan sebagai:

a. Mengambil posisi pandang yang tidak memiliki unsur bias hasil audit, analisa terhadap hasil
audit, dan pengesahan dari laporan audit

b. Independensi pada faktanya : seorang auditor harus mempertahankan sikap unbiased


terhadap proses audit, mewajibkan auditor untuk objektif dan imparsial

c. Independensi dalam tampilan : hasil interpretasi pihak luar/lainnya terhadap independensi


hasil audit

Independensi merupakan suatu keharusan yang dimiliki oleh seorang auditor atau
kantor akuntan publik yang mengharuskan mereka untuk memeriksa, bersikap, serta
menganalisis secara objektif dan impersial terhadap perusahaan kliennya. Pada kasus KPMG
menurut laporan yang dimuat oleh SEC, KPMG melakukan servis non-audit seperti
rekonstruksi bookkeeping, dan expert services terkait data audit perusahaan kliennya. Bahkan,
beberapa personel auditor KPMG memiliki saham diperusahaan atau perusahaan afiliasi yang
menjadi klienya tersbut dan melanggar kode etik independensi auditor.

“Auditor sangat penting untuk integritas pelaporan keuangan, dan penampilan


semata-mata bahwa mereka mungkin berkonflik dalam menerapkan penilaian independen
dapat merusak kepercayaan publik di pasar kita” ujar Jhon T.Dugan associate director for
enforcement in the SEC’s Boston Regional Office. Layanan non-audit sangat dilarang untuk
menjaga integritas suatu laporan audit hal itu diatur dalam Sarbanes-Oxley Act 2002

Melarang layanan non-audit secara bersamaan dengan audit meliputi:

(1) pembukuan atau layanan lain yang terkait dengan catatan akuntansi atau laporan
keuangan klien audit;
(2) desain dan implementasi sistem informasi keuangan;
(3) layanan penilaian atau penilaian, pendapat keadilan, atau laporan kontribusi-dalam
bentuk;
(4) layanan aktuaria;
(5) layanan outsourcing audit internal;

(6) fungsi manajemen atau sumber daya manusia;

(7) broker atau dealer, penasehat investasi, atau layanan perbankan investasi;

(8) layanan hukum dan layanan ahli yang tidak terkait dengan audit; dan

(9) layanan lain apa pun yang ditentukan oleh Dewan, oleh peraturan, adalah tidak
diizinkan.

Lebih lanjut mengenai servis non-audit yang diberikan oleh KPMG kepada perusahaan
kliennya ialah restrukturisasi keuangan perusahaan serta layanan expert - ke afiliasi dari satu
perusahaan yang merupakan klien audit. KPMG memberikan layanan non-audit yang dilarang
seperti pembukuan dan penggajian kepada afiliasi dari klien audit lain. KPMG juga
memperkerjakan seseorang yang pernah menjabat posisi senior diperusahaan klien audit
tersebut, kemudian KPMG meminjamkan karyawan tersebut kepada perusahaan klien untuk
bekerja seperti apa yang dulu dia kerjakan saat menjabat posisi senior dan memberikan
advokasi audit kepada klien.

Tentu saja hal itu melanggar independensi seorang auditor yang secara langsung
mengkontrol apa yang diaudit sehingga menghasilkan laporan keuangan yang tidak semestinya
dan memberikan informasi yang salah dan berbahaya kepada publik. Dan hal itu jelas
mengandung threats terhadap kode etik auditor karena adanya konflik interest yang seharusnya
tidak pernah dimiliki oleh seorang auditor yang harus objektif disetiap kegiatan audit terhada
kliennya

THREAT

Lebih lanjut mengenai threat yang terdapat pada kasus KPMG ini ada 2 yaitu
a. Self-Interest Threat terjadi apabila seorang auditor mendapatkan benefit akan baik itu Self-
Interest maupun Other Interest dengan assurance kliennya seperti contoh
-Direct: Auditor memiliki equitas atau finansial instrument lainnya di perusahaan yan
menjadi klienya; perusahaan yang auditor sendiri dirikan dengan cara joint venture; atau
auditor merangkap pegawai perusahaan diperusahaan kliennya dan pada kasus KPMG personel
auditor yang bertugas mengaudit memiliki saham didalam perusahaan tersebut dan tentu ada
interest untuk memberikan hasil audit bahkan advocacy terhadap perusahaan tersebut

b. Familiarity Threat

Bahkan KPMG juga memperkerjakan seorang mantan senior position diperusahaan


tersebut untuk menjadi tim auditor dengan memanfaatkan familiarity yang dimilikinya sebagai
mantan pegawai senior diperusahaan tersebut Rick Hayess lebih lanjut menjelaskan Familiarity
tidak hanya sebatas dalam hubungan keluarga baik suami-istri ,anak-orang tua, atau saudara.
Namun, juga termasuk

a. Former Partner dari tim auditor (KPMG) yang menjadi Officer atau Pejabat diperusahaan
yang akan diaudit

b. hubungan panjang anggota senior tim assurance dengan klien assurance; dan

c. Menerima hadiah, atau treatment yang ramah tapi melebihi batas kewajaran

SAFEGUARD

Lebih lanjut bagaimana peran safeguard dalam menghadapi Threat yang dimiliki oleh
KPMG? Menurut Rick hayes Safeguard (Tindakan Pengamanan) dibagi secara umum menjadi
3 jenis

1 perlindungan yang dibuat oleh profesi, legislasi atau regulasi;

2 perlindungan dalam klien assurance; dan

3 perlindungan dalam sistem dan prosedur perusahaan audit sendiri

Safeguard yang cocok untuk mengatasi masalah ini adalah dengan meningkatkan sisten dan
prosedur perusahaan audit sendiri karena pucuk permasalahan ini bersumber dari pelanggaran
kode etik yang dimulai oleh KPMG dengan cara

a. KPMG membangun nilai-nilai Leadership dimana seluruh auditor bertanggung jawab


dan bertindak untuk kepentingan publik.
b. Mengembangkan kultur etis dimana KPMG bisa lebih mensosialisasikan Upaya
selanjutnya yang dibangun para auditor secara bersama-sama dengan rekan
seprofesinya adalah menciptakan kultur etis dalam KAP. Adanya kultur yang bersifat
lebih lunak ini bisa mengimbangi kehadiran sistem yang tegas. Dalam penelitian
Maryani & Ludigdo (2001) , Budaya organisasi yang dikembangkan auditor untuk
membantu menegakkan etika, kebanyakan adalah kekeluargaan, keterbukaan, dan kerja
sama. Ketiga kultur itu bisa dibangun melalui pola komunikasi karena dengan
komunikasi yang baik dapat memberikan memberikan seluruh pihak yang terlibat
pandangan yang tepat
c. Whistleblower system , adalah dengan menggunakan informasi berharga dari klien
maupun rekan/partner auditor dalam mengatasi fraud dan pelaporan yang bersifat
anonimus, KPMG telah menerapkan hal ini dengan menguatkan proteksi terhadap
siapun yang menjadi blower didalam perusahaan KPMG.

KESIMPULAN

Pada kasus di atas, jelas terdapat pelanggaran etika pelanggaran langsung terhadap

integritas, objektivitas dan independensi dari auditor. Seorang auditor yang independen tidak

diperbolehkan untuk memiliki hubungan khusus dengan kliennya seperti ; kepentingan

keuangan, hubungan pekerjaan, hubungan usaha, pemberian jasa non audit, dan jasa lain yang

dapat menimbulkan benturan kepentingan. Pelanggaran terhadap prinsip independensi, akan

berdampak pada penurunan tingkat integritas dari seorang auditor karena tidak dapat bersifat

tegas dan jujur terhadap kliennya, dan juga akan mengurangi kadar objektivitas dari hasil audit

atas laporan keuangan yang dihasilkan auditor pada perusahaan kliennya.

Oleh karena itu, untuk menangani berbagai masalah etika di atas, Kantor Akuntan

Publik (KAP) wajib mempunyai sistem pengendalian mutu yang diawasi oleh IAI dan juga

SEC. Diharapkan, dengan adanya sistem tersebut dapat menjaga KAP beserta karyawannya

untuk mempertahankan sikap independen di setiap proses dan hasil pekerjannya. Prinsip

independensi yang dipegang teguh oleh auditor akan meningkatkan tingkat kepercayaan publik

terhadap hasil laporan audit yang dihasilkan.


DAFTAR PUSTAKA

1. Hayes, Wallage, and Gortemaker, Principles of Auditing – an Introduction

toInternational Standards on Auditing, 3rd Edition (2014), Pearson Education

Limited

2. http://www.legalnews.com/Oakland/1385323

3. http://apps.kslaw.com/library/pdf/SRLJarticle.pdf

4. http://www.stblaw.com/docs/default-source/cold-fusion-existing-

content/publications/pub1701.pdf

5. https://www.sec.gov/litigation/admin/2014/34-71389.pdf

6. http://www.secactions.com/sec-kpmg-and-auditor-independence/

Anda mungkin juga menyukai