18/437429/PSP/06568
Fenomenologi sebagai upaya untuk memahami fenomena dari sudut pandang orang
pertama terlihat dari analisis wacana wawancara yang digunakan dalam penelitian ini. Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan dengan empat belas responden aktif di bidang korespondensi perang
yang berasal dari amerika dan inggris. Analisis ini menemukan bahwa ada berbagai strategi untuk
membangun kealamian otoritas, strategi yang diduga beroperasi di bawah tingkat refleksi sadar.
Namun penelitian fenomenologi ini tidak mengeksplorasi implikasi filosofis yang lebih luas bahwa
kita selalu berorientasi mengalami kesadaran yang diberikan sebelumnya (pra-given). Tradisi
fenomenologi umumnya tidak bebas nilai tapi bermuatan nilai. Sehingga tujuan fenomenologi
untuk mendapatkan pengetahuan yang murni objektif tanpa ada pengaruh berbagai pandangan
sebelumnya, baik dari adat, agama ataupun ilmu pengetahuan, merupakan suatu yang absurd
karena kebenaran yang dihasilkan cenderung subjektif, yang hanya berlaku pada kasus tertentu,
situasi dan kondisi tertentu pula serta dalam waktu tertentu. Dalam artikel ini, unsur budaya telihat
pada analisis tentang studi tradisional struktur industri, kebijakan editorial, etika, bentuk narasi
dan sebagainya, sering dengan fokus pada pengalaman wartawan. Berdasarkan artikel ini dapat
diketahui pula bahwa sebagai sebuah ilmu tentang esensi kesadaran, fenomenologi tidak hanya
dapat digunakan untuk memahami perorangan tetapi juga dapat dipakai untuk memahami hal
politis terkait liputan peperangan. Dengan demikian sebagai sebuah pendekatan, fenomenologi
cukup lentur digunakan, bahkan untuk memahami politik itu sendiri.