Anda di halaman 1dari 2

Eleanor Rigby Raymondalexar

18/437429/PSP/06568

TUGAS TRADISI RISET KOMUNIKASI


Review The Political Phenomenology of War Reporting
Artikel fenomenologi politik liputan peperangan ini didasarkan pada teori-teori baru-baru
jurnalistik disposisi, ideologi, wacana dan profesionalisme, dan menggambarkan dimensi politik
dari praktek jurnalistik yang dirasakan di lapangan sebagai apolitis. Artikel ini dimulai dari definisi
premissive budaya yang melibatkan ide-ide, praktek dan artefak dalam konteks tertentu produksi
media. Politik kebudayaan jurnalistik kemudian dapat terletak baik di kognitif (menghubungkan
arti berita), evaluatif (ideologi atau pandangan dunia kerja) atau performatif (praktek profesional)
jurnalisme. Selain itu juga dipaparkan gambaran singkat dari fenomenologi Bourdieu yang berlaku
untuk bidang produksi media, sebelum berangkat ke temuan penelitian. Bourdieu berpendapat
bahwa setidaknya ada dua sistematis misrecognized ekonomi simbolis dalam subbidang jurnalistik
yaitu esotericization dan ambivalensi, alamat temuan spesifik yang berkaitan dengan gender,
generasi dan otoritas moral, dan diakhiri dengan penilaian terhadap politicality misrecognized
praktek jurnalistik dan status refleksivitas responden. Pendekatan fenomenologis yang dipakai
untuk mempelajari jurnalisme dalam penelitian ini juga menyajikan kesempatan untuk
mengeksplorasi aspek politik lain jurnalisme, yaitu terkait dengan pengalaman terstruktur dan
penataan efek media yang professional.

Fenomenologi sebagai upaya untuk memahami fenomena dari sudut pandang orang
pertama terlihat dari analisis wacana wawancara yang digunakan dalam penelitian ini. Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan dengan empat belas responden aktif di bidang korespondensi perang
yang berasal dari amerika dan inggris. Analisis ini menemukan bahwa ada berbagai strategi untuk
membangun kealamian otoritas, strategi yang diduga beroperasi di bawah tingkat refleksi sadar.
Namun penelitian fenomenologi ini tidak mengeksplorasi implikasi filosofis yang lebih luas bahwa
kita selalu berorientasi mengalami kesadaran yang diberikan sebelumnya (pra-given). Tradisi
fenomenologi umumnya tidak bebas nilai tapi bermuatan nilai. Sehingga tujuan fenomenologi
untuk mendapatkan pengetahuan yang murni objektif tanpa ada pengaruh berbagai pandangan
sebelumnya, baik dari adat, agama ataupun ilmu pengetahuan, merupakan suatu yang absurd
karena kebenaran yang dihasilkan cenderung subjektif, yang hanya berlaku pada kasus tertentu,
situasi dan kondisi tertentu pula serta dalam waktu tertentu. Dalam artikel ini, unsur budaya telihat
pada analisis tentang studi tradisional struktur industri, kebijakan editorial, etika, bentuk narasi
dan sebagainya, sering dengan fokus pada pengalaman wartawan. Berdasarkan artikel ini dapat
diketahui pula bahwa sebagai sebuah ilmu tentang esensi kesadaran, fenomenologi tidak hanya
dapat digunakan untuk memahami perorangan tetapi juga dapat dipakai untuk memahami hal
politis terkait liputan peperangan. Dengan demikian sebagai sebuah pendekatan, fenomenologi
cukup lentur digunakan, bahkan untuk memahami politik itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai