Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

Kejadian kanker serviks saat ini meningkat setiap tahunnya, menurut

Dinas kesehatan jatim (2015). Upaya penanggulangan kanker dalam tindakan

pencegahan kanker saat ini meliputi melakukan skrinning dan deteksi dini. IVA

merupakan pemeriksaan leher rahim atau serviks (Wijaya Delia, 2010).

Pengobatan lanjutan pasca deteksi dini IVA yaitu dengan pengobatan segera

krioterapi untuk IVA positif (lesi pra kanker leher rahim positif). Pemeriksaan

IVA bertujuan untuk menemukan lesi pra kanker leher rahim, sebelum menjadi

kanker (Kumalasari & Andhyantoro, 2012). perubahan lesi prakanker menjadi

kanker dapat dicegah melalui terapi lanjutan sederhana, seperti Bedah Krio

(Cryosurgery), Diatermi, dan Terapi Laser.(Ocviyanti and Handoko, 2013).

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku deteksi dini kanker serviks

yaitu adanya dukungan suami, faktor tingkat pengetahuan, faktor tingkat sosial

ekonomi, dan faktor penyebaran informasi (Rahayu, 2015). Studi pendahuluan

yang didapat melalui wawancara dengan bidan di Puskesmas Menur Surabaya

masih banyak ibu-ibu yang tidak melakukan pemeriksaan lanjutan pasca positif

deteksi dini IVA. Alasan yang sering ditemukan pada ibu yang tidak melakukan

pemeriksaan lanjutan yaitu karena keterbatasan biaya dan kurangnya dukungan

keluarga terutama suami.

Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat

mendeteksi lesi tingkat pra kanker (high-Grade Precanceraus Lesions) dengan

sensitivitas sekitar 66-96% dan spesifitas 64-98%. Sedangkan nilai prediksi positif

(positive predective value) dan nilai prediksi negatif (negative predective value)
masing-masing antara 10-20% dan 92-97% (Wijaya Delia, 2010). Berdasarkan

data Kemenkes RI tahun 2016, Cakupan pemeriksan IVA di Indonesia dari tahun

2008-2016 adalah sebanyak 1.623.913 orang (4,34%) dari total target 37,5 juta

wanita Indonesia. Dan cakupan pemeriksaan IVA di provinsi Jawa Timur hingga

tahun 2016 sebanyak 360.058 orang (5.99%). Dan dari data Dep.Kes Surabaya

2015, Pemeriksaan leher rahim untuk deteksi dini kanker serviks melalui

pemeriksaan IVA diketahui IVA positif sebanyak 916 orang (8,47%) dari 10.818

wanita yang diperiksa. Studi pendahuluan pada tanggal 10 Februari 2018 yang

dilakukan peneliti melalui wawancara dengan bidan di Puskesmas Menur

Surabaya, didapatkan jumlah ibu-ibu yang sudah melakukan pemeriksaan IVA di

puskesmas Menur 3 bulan terakhir keseluruhan berjumlah 171 orang. Dan hasil

pemeriksaan IVA pada 3 bulan didapatkan hasil positif keseluruhan 75 orang dan

hasil negatif 96 orang, Dan saat ini jumlah Ibu-ibu yang sudah melakukan

pemeriksaan lanjutan pasca deteksi dini IVA dari 3 bulan terakhir berjumlah 93%

orang, 7% orang diantaranya ibu tidak melakukan pemeriksaan lanjutan.

Terdapat metode skrining dan deteksi dini yaitu salah satunya tes IVA

Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) adalah pemeriksaan leher rahim

secara visual menggunakan asam cuka dengan mata telanjang untuk mendeteksi

abnormalitas setelah pengolesan asam cuka 3-5% (Depkes RI, 2013). Pemeriksan

IVA dapat dilakukan pada Perempuan yang telah melakukan hubungan seksual

secara aktif, terutama yang berusia 30-50 tahun dianjurkan untuk melakukan

deteksi dini atau penapisan minimal 5 tahun sekali (Lestari, 2016). Pemeriksaan

IVA Test yang telah dilakukan dan dapat dilihat hasilnya saat itu juga sehingga

dapat mengetahui apakah terdeteksi IVA positif atau IVA negative selanjutnya
apabila ada yang terdeteksi IVA positif dapat dilakukan terapi lanjutan untuk

pengobatan prakanker dengan metode krioterapi (Marlina, 2014). Tindakan

Diatermi elektrokoagulasi dapat memusnahkan jaringan kanker lebih luas,

tindakan ini memungkinkan untuk memusnahkan jaringan serviks sampai

kedalaman 1 cm (Depkes RI, 2013). Kondisi psikologis pasien-pasien kenker

dengan kondisi distress yang senantiasa memperoleh dukungan sosial ternyata

berhubungan positif terhadap berkurangnya depresi. (de Groot, 2002). Faktor

utama dukungan untuk sembuh yaitu dari suami menurut Effendi dan Mukhfudli

(2009) adalah upaya yang diberikan oleh suami baik secara fisik, mental dan

sosial. Dukungan suami dapat berupa perhatian, komunikasi, dukungan emosional

contohnya memberikan nasehat, saran, arahan dan mendampingi saat sakit

(Triyanto, 2010). semakin baik dukungan suami yang diberikan kepada istrinya,

maka akan mempengaruhi istri untuk melakukan mekanisme koping adaptif maka

modulasi sistem imun menjadi lebih baik (Triyanto, 2010). Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang semakin tinggi pula perilaku sehat seseorang, Menurut

Maville (2013), orang-orang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi

cenderung memiliki status fungsional yang lebih tinggi dan untuk terlibat dalam

perilaku sehat serta produktif dikemudian hari. masih banyak Ibu-ibu yang tidak

melakukan krioterapi menurut (Febri, 2010) dengan alasasan keengganan wanita

diperiksa karena malu, kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan,

takut terhadap kenyataan hasil pemeriksaan yang akan dihadapi, ketakutan merasa

sakit pada pemeriksaan, rasa segan diperiksa oleh dokter pria ataupun bidan dan

kurangnya dorongan keluarga terutama suami (D.Munika, 2017). Semua derajat

dari lesi prakanker mempunyai potensi menjadi kanker serviks bila dibiarkan
tanpa pengobatan (Iskandar, 2009). Apabila kanker serviks sudah mengalami

stadium lanjut, maka gejala yang timbul salah satunya adalah perdarahan spontan

yang terjadi diluar di antara periode menstruasi rutin bahkan sampai mengalami

gagal ginjal. (Misgiyanto & Susilawati, 2014 dalam Pertiwi, 2017).

Kejadian kanker serviks dapat dicegah dan dilakukan deteksi dini lebih

awal, hasil pemeriksaan postif bukanlah suatu kendala untuk hidup lebih sehat

lagi, maka perlu diberikan pengobatan lanjutan supaya penyakit tidak menjadi

lebih berat. Situasi tingkat kecemasan perlu adanya dorongan atau dukungan

suami merupakan faktor penting dalam meningkatkan partisipasi wanita dalam

pencegahan penyakit (Lestari, 2016). Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam

sistem kesehatan nasional adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang

terjangkau oleh masyarakat secara ekonomis (Suryandari, 2008). Penyebaran

informasi mampu mewujudkan perubahan perilaku kesehatan khususnya dalam

pelaksanaan deteksi dini kanker serviks, Melalui media cetak ataupun media

elektronik (Notoatmojo, 2014 dalam Lestari, 2016).

Berdasarkan latar belakang diatas perlu dilakukan penelitian guna

mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Ibu dalam melakukan

pemeriksaan lanjutan pasca deteksi dini IVA di Puskesmas Menur Surabaya.

1.1 Rumusan Masalah

“Faktor apa yang mempengaruhi Ibu dalam pemeriksaan lanjutan pasca

deteksi dini IVA di Puskesmas Menur Surabaya?


1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang

mempengaruhi ibu dalam pemeriksan lanjutan pasca deteksi dini IVA di

Puskesmas Menur Surabaya

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisa pengaruh faktor dukungan suami terhadap pemeriksaan

lanjutan pasca deteksi dini IVA di Puskesmas Menur Surabaya.

2. Menganalisa pengaruh faktor tingkat pengetahuan terhadap pemeriksaan

lanjutan pasca deteksi dini IVA di Puskesmas Menur Surabaya.

3. Menganalisa pengaruh faktor tingkat sosial ekonomi terhadap pemeriksaan

lanjutan pasca deteksi dini IVA di Puskesmas Menur Surabaya.

4. Menganalisa pengaruh faktor penyebaran informasi terhadap pemeriksaan

lanjutan pasca deteksi dini IVA di Puskesmas Menur Surabaya.

1.3 Manfaat

1.3.1 Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi pemeriksaan lanjutan pasca deteksi dini IVA, yaitu

meliputi: tingkat pengetahuan, dukungan suami, sosial ekonomi, dan penyebaran

informasi. Pengetahuan ini dapat mencegah terjadinya kenaikan penderita kanker

serviks setiap tahunnya.


1.3.2 Praktis

1. Bagi Peneliti

Mampu sebagai media penerapan ilmu tentang keperawatan maternitas

khususnya sistem reproduksi yang telah diperoleh dalam perkuliahan dan dapat

mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi Ibu dalam pemeriksaan lanjutan

pasca deteksi dini IVA.

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan

dan informasi bagi masyarakat khususnya Ibu-ibu yang sudah melakukan

skrinning IVA mengenai pentingnya pemeriksaan lanjutan sebagai deteksi dini

kanker serviks.

3. Bagi Peneliti Lain

Sebagai masukan dalam rangka pengembangan ilmu dan sebagai bahan

referensi yang berguna bagi profesi keperawatan khususnya dalam ilmu

pengetahuan tentang keperawatan maternitas khususnya kesehatan reproduksi

wanita tentang pengaruh pemeriksaan lanjutan untuk deteksi dini kanker serviks,

serta memupuk kesadaran akan pentingnya kesehatan reproduksi bagi wanita

secara dini.

4. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi tenaga kesehatan

untuk terus mempromosikan atau memberikan informasi serta memberikan

pendidikan kesehatan serta menggencarkan program penunjang tentang


pentingnya melakukan pemeriksaan lanjutan bagi wanita usia subur terutama yang

sudah menikah.
DAFTAR PUSTAKA

Kumalasari,I.& Iwan,A. . (2012). Kesehatan Reproduksi untuk mahasiswa

kebidanan dan keperawatan, Jakarta Selatan: Salemba Medika.

Rahayu, Dedeh Sri. (2015). Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks, Jakarta: Salemba

Medika

Lestari, I. S. (2016) ‘Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesediaan WUS dalam

Melakukan Deteksi Dini Kanker Serviks di Puskesmas Manahan

Surakarta’.

Marlina (2014) ‘Hubungan dukungan suami dengan perilaku istri melakukan

pemeriksaan pap smear di Puskesmas Umbul harjo 2 kota Yogyakarta

tahun 2014’.

Ocviyanti, D. and Handoko, Y. (2013) ‘Peran Dokter Umum dalam Pencegahan

Kanker Serviks di Indonesia’, Journal Indonesia Medica Association, pp.

63–65.

Anda mungkin juga menyukai