PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat penting dalam
mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan
tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorbsi
selektif air, elektrolit dan non-elektrolit, serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih.
Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dari
komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal.
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat pada setiap
Nefron ( biasanya berlangsung beberapa tahun dan tidak reversible ) ( price dan Wilson, 2006 )
Penyakit gagal ginjal kronik merupakan salah satu penyakit yang memiliki resiko Morbiditas dan
Mortalitas yang tinggi di dunia ( O’hre, et al. , 2007 )
Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstra sel dalam
batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi glomerulus,
reabsorbsi dan sekresi tubulus.
Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume yang sama dengan 20 sampai
25 persen curah jantung (5.000 ml per menit). Lebih 90% darah yang masuk ke ginjal berada
pada korteks, sedangkan sisanya dialirkan ke medulla.
Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable diseases) terutama
penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit ginjal kronik, sudah
menggantikan penyakit menular (communicable diseases) sebagai masalah kesehatan masyarakat
utama.
Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler sehingga dapat
membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien mengalami komplikasi yang
lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh darah
perifer.
Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal yang memerlukan terapi pengganti
yang membutuhkan biaya yang mahal. Penyakit ginjal kronik biasanya desertai berbagai
komplikasi seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit saluran napas, penyakit saluran cerna,
kelainan di tulang dan otot serta anemia.
Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronik lebih mengutamakan diagnosis dan pengobatan
terhadap penyakit ginjal spesifik yang merupakan penyebab penyakit ginjal kronik serta dialisis
atau transplantasi ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa
komplikasi penyakit ginjal kronik, tidak bergantung pada etiologi, dapat dicegah atau dihambat
jika dilakukan penanganan secara dini. Oleh karena itu, upaya yang harus dilaksanakan adalah
diagnosis dini dan pencegahan yang efektif terhadap penyakit ginjal kronik, dan hal ini
dimungkinkan karena berbagai faktor risiko untuk penyakit ginjal kronik dapat dikendalikan.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
PEMBAHASAN
Gagal ginjal kronik (GGK) : ketidak mampuan ginjal untuk mempertahankan keseimbangan dan
itergritas tubuh yang mncul secara bertahap sebelum terjun ke fase penurunan faal ginjal tahap
akhir.
Gagal ginjal kronik : penurunan semua faal ginjal secara bertahap, diikuti penimbunan sisa
metabolisme protein dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Penyakit ginjal kronik
(PGK) adalah kerusakan ginjal atau penurunan faal ginjal lebih atau sama dengan 3 bulan
sebelum diagnosis ditegakkan. Sesuai rekomendasi dari NKF-DOQI (2202).
Ada beberapa pengertian gagal ginjal kronik yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu :
Gagal ginjal kronik merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) yang berlangsung perlahan-
lahan karena penyebab berlangsung lama dan menetap yang mengakibatkan penumpukan sisa
metabolit (toksin uremik) sehingga ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan biasa lagi dan
menimbulkan gejala sakit (Hudak & Gallo, 1996).
Long (1996 : 368) mengemukakan bahwa gagal ginjal kronik adalah ginjal sudah tidak mampu
lagi mempertahankan lingkugan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi
sudah tidak ada.
Gagal ginjal kronik merupakan penurunan faal ginjal yang menahun yang umumnya tidak
riversibel dan cukup lanjut. (Suparman, 1990: 349).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat, biasanya
berlangsung dalam beberapa tahun (Lorraine M Wilson, 1995: 812).
Etiologi Gagal Ginjal Kronik
Glomerulonefritis hipertensi essensial dan pielonefritis merupakan penyebab paling sering dari
gagal ginjal kronik kira-kira 60%. Gagal ginjal kronik yang berhubungan dengan penyakit ginjal
polikistik dan nefropati obstruktif hanya 15 – 20 %. Glomerulonefritis kronik merupakan
penyakit parenkim ginjal progresif dan difus, seringkali berakhir dengan gagal ginjal kronik.
Laki-laki lebih sering dari wanita, umur 20 – 40 tahun. Sebagian besar pasien relatif muda dan
merupakan calon utama untuk transplantasi ginjal. Glomerulonefritis mungkin berhubungan
dengan penyakit-penyakit system (Glomerulonefritis sekunder) seperti Lupus Eritomatosus
Sitemik, Poliarthritis Nodosa, Granulomatosus Wagener. Glomerulonefritis (Glomerulopati)
yang berhubungan dengan diabetes melitus (Glomerulosklerosis) tidak jarang dijumpai dan dapat
berakhir dengan gagal ginjal kronik. Glomerulonefritis yang berhubungan dengan amiloidosis
sering dijumpai pada pasien-pasien dengan penyakit menahun sperti tuberkolosis, lepra,
osteomielitis, dan arthritis rheumatoid, dan myeloma.
Penyakit ginjal hipertensif (arteriolar nefrosklerosis) merupakan salah satu penyebab gagal ginjal
kronik. Insiden hipertensi essensial berat yang berekhir dengan gagal ginjal kronik kurang dari
10 %. Kira-kira 10 -15% pasien-pasien dengan gagal ginjal kronik disebabkan penyakit ginjal
Pada orang dewasa, gagal ginjal kronik yang berhubungan dengan infeksi saluran kemih dan
ginjal (Pielonefritis) tipe uncomplicated jarang dijumpai, kecuali tuberculosis, abses multiple,
nekrosis papilla renalis yang tidak mendapatkan pengobatan adekuat.
Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus)
diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh
hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun
dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal
untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut
menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai
poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi
ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan
ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem
tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat.
Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi lima stadium yaitu:
1. Stadium 1, bila kadar gula tidak terkontrol, maka glukosa akan dikeluarkan lewat
ginjal secara berlebihan. Keadaan ini membuat ginjal hipertrofi dan hiperfiltrasi. Pasien
akan mengalami poliuria. Perubahan ini diyakini dapat menyebabkan glomerulusklerosis
fokal, terdiri dari penebalan difus matriks mesangeal dengan bahan eosinofilik disertai
penebalan membran basalin kapiler.
2. Stadium 2, insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood
Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
3. Stadium 3, glomerulus dan tubulus sudah mengalami beberapa kerusakan. Tanda khas
stadium ini adalah mikroalbuminuria yang menetap, dan terjadi hipertensi.
4. Stadium 4, ditandai dengan proteinuria dan penurunan GFR. Retinopati dan hipertensi
hampir selalu ditemui.
5. Stadium 5, adalah stadium akhir, ditandai dengan peningkatan BUN dan kreatinin
plasma disebabkan oleh penurunan GFR yang cepat.
Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka GGK dapat di klasifikasikan menjadi 4,
dengan pembagian sebagai berikut :
1. 100-76 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal berkurang.
2. 75-26 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal kronik.
3. 25-5 ml/mnt, disebut gagal ginjal kronik.
4. < 5 ml/mnt, disebut gagal ginjal terminal.
Analisa data
ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1. DS : Pasien mengatakan adanya Nefron yang terserang hancur Kelebihan
bengkak di kelopak mata, bibir Volume
kering dan pecah-pecah. Cairan
GFR
DO : (BUN & kreatinin ↗)
-adanya edema palpebra
-bibir kering, pecah-pecah dan bau Retensi natrium
amoniak
Total CES ↗
-turgor kulit jelek
-kadar kreatinin 2,9 Vol Interstisial ↗
Mg/dl
-kadar Ureum Darah 53 mg/dl Edema
Preload ↗
COP
Aliran Darah Ginjal
Nausea, Vomitus
5. Anjurkan 5. Menganjurkan
menghindari menghindari
minum minum
berkafein, berkafein, juice
juice makanan makanan
panas/berbau panas/berbau
6. Berkolaborasi
6. Kolaborasi dengan dokter
dengan ahli dlm pemberian
gizi dalam diet dan pola
pemberian die makan pasien
t dan pola Protein 0,6
makan pasien gr/kg/bb/hari
Kalori
30ml/kg/bb/hari
7. kolaborasi
dengan dokter 7. berkolaborasi
dalam dengan dokter
pemberian dalam
obat pemberian obat
:
j. Ranitidin 2 x
1 amp IV
k. Merocloporan
ide 3x1 amp IV
l. Amlodipine
10 mg 1-0-0
m. Asquidone
2x30 mg
n. Ciprofloxacin
1x400 mg IV
o. Simvastatin
10 mg 0-0-1
p. Captopril
3x25 mg
q. Kapsul garam
3x1
r. IVFD NaCl
0,9 20 gtt/
menit
Diagnosa keperawatan
1. Gangguan petukaran gas b.d kongesti paru, penurunan curah jantung, penurunan
perifer yang mengakibatkan asidosis laktat
2. Nyeri akut
3. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urin,diet berebihan dan retensi
cairan serta natrium
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia mual dan
muntah, pembatasan diet,dan perubahan membrane mukosa mulut
5. Ketidak efektivan perfusi jaringan priver b.d perlemahan aliran darah keseluruhan
tubuh
6. Intoleransi aktivitas b.d keletihan,anemia,retensi,produk sampah
7. Kerusakan intregritas kulit b.d pruritus,gangguan status metabolic sekunder
BAB III
PENGKAJIAN
I. Data Biografi
a. Identitas klien
Nama : Tn HC
Umur : 55 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Alamat : Jln.Wolter monginsidi
Pekerjaan : PNS
Diagnosa medis : Gagal Ginjal Kronik
Tanggal masuk :19 Maret 2019
Tanggal pengkajian : 20 Maret 2019 jam 11.00 WIT
No MR : 95 39 54
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. H
Umur : 55 th
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Alamat : Jln.Woltermonginsidi
Hubungan dengan klien : Isteri
II. Alasan dirawat
i. Keluhan utama
Pusing
ii. Riwayat Penyakit
Klien datang ke Rumah sakit dengan keluhan pusing pada tanggal 19 Maret 2019 klien
mengeluh batuk dan terkadang sesak tekanan darah 200/110 mmhg. Pusing bertambah
apabila banyak bergerak dan berkurang bila beristirahat, keluhan tidak menetap
iii. Riwayat penyakit masa lalu
Klien mempunyai riwayat DM, jantung
iv. Riwayat kesehatan keluarga
Genogram 3 generasi
47
Keterangan :`
Laki-laki
Perempuan
Klien
Serumah
1. Keadaan Kulit
Inspeksi
o Warna kulit secara umum sawo matang
o Nampak ada bercak merah pada kulit, kulit kering, hematoma
o Tidak ada keluhan gatal
Palpasi
o Turgot kulit baik
Kepala
Inspeksi
o Rambut hitam, distribusi rambut rata, rambut cukup baik
Palpasi
o Rambut tidak mudah tercabut, kulit kepala tidak berketombe, tidak ada nyeri
tekan pada kepala
o Tidak ada lesi
o Klien mengeluh sakit kepala
Leher
Inspeksi
o Tidak ada pembesaran tyroid
o Tidak ada peninggian tekanan pada vena jungularis
o Tidak ada pembesaran kelenjar limpha
Palpasi
o Tidak teraba adanya massa dan pembesaran kelenjar tyroid
3. Mata
Inspeksi
o Kelopak mata tidak bergerak
o Sclera tidak icterus
o Conjungtiva Anemis
o Reaksi pupil sokor
Palpasi
o Tidak ada penonjolan bola mata
o Tidak ada ptosis
o Tidak ada photophobia
o Lapang pandang 160o
4. Telinga
Inspeksi
o Tidak ada otore
o Klien tidak memakai alat bantu pendengaran
o Fungsi pendengaran baik
o Tidak ada tanda-tanda infeksi
o Tidak ada otalgia
o Terdapat tinitus dan vertigo
Palpasi
o Daun telinga lentur : jika ditekuk ke depan daun telinga akan kembali ke
posisi normal setelah dilepas
5. Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi
o Gigi cukup bersih
o Lidah tidak kotor
o Tidak ada peradangan gusi
o Struktur gigi masih lengkap
Inspeksi
Pernafasan 20 x / menit
Palpasi
Tidak teraba adanya massa dan nyeri tekan, vokal vremitus seimbang kiri kanan
Perkusi
Auskultasi
7. Jantung
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
Basis jantung pada ICS II – III dan apeks jantung pada daerah ICS V-VI
Apeks ventrikel kiri menyentuh dinding anterior dada dan sejajar pada garis Mid klavikularis dan
dekat dengan spacium ICS V-VI
- Auskultasi
8. Abdomen
- Inspeksi
Permukaan abdomen datar, kulit keriput, daerah perut sawomatang, tidak terdapat penimbunan
cairan
- Auskultasi
- Perkusi
Suara perkusi timpani pada daerah usus dan hipertimpani pada daerah lambung, perkusi hepar
berbunyi pekak
- Palpasi
teraba adanya nyeri tekan pada ginjal, tidak ada pembesaran hepar, tidak terdapat distensi pada
urinaria, teraba ginjal pada sebelah kiri
10. Ekstermitas
1. Atas
- Inspeksi
Tidak teraba nyeri tekan pada lengan kanan atas maupun bawah, kontraksi dan kekuatan otot
baik, klien dapat menggerakkan tangan secara aktif
2. Bawah
- Inspeksi
- Palpasi
Kontraksi dan kekuatan otot baik, klien dapat menggerakkan tungkai dengan aktif, tidak terdapat
nyeri tekan
- tingkat kesadaran
V ; Orientasi baik 5
M ; Mengikuti perintah 6
Skore GCS 15
biseps (+)
Triseps (+)
Achilles (+)
o Refleks patologis
babinsky (-)
Brudsinsky (-)
Kernig sign (-)
Pemeriksaan diagnostik
11 HB 6,8 Mg/dl
ANALISA DATA
Angiotensin II
Tekanan darah
meningkat
Cardiac output
meningkat
Sisa metabolisme
Resiko tinggi
tubuh tertimbun
dikulit gangguan integritas
kulit
Penimbunan
urokrom
Gangguan
integritas kulit :
resiko tinggi
3 DS : CKD
o Klien mengatakan
o BB : 73 Kg
o TB :170 cm
Pelepasan aldosteron
meningkat
Renin
Angiotensin I
Resiko tinggi
kelebihan volume
Angiotensin II
cairan
Merangsang ADH
Kelebihan volume
cairan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DS :
3 DS :
2. Setelah dilakukan
Menandakan area sirkulasi
tindakan dalam dua 1. Observasi kemerahan,
buruk yang dapat
hari kulit klien tidak pucat, dan ekskoriasi
menimbulkan
mengalami kemerahan, pada kulit, observasi
pembentukan dekubitus.
tidak kering, bersisik, terhadap ekimosis,
serta tidak muncul purpura.
keluhan gatal dari
Jaringan edema lebih
klien. 2. Inspeksi area tergantung
cenderung rusak/robek.
pada edema.
3. Berikan perawatan kulit, Soda kue, mandi dengan
batasi penggunaan tepung menurunkan gatal.
sabun, dan anjurkan Lotion dan salep mungkin
pemberian salep atau diinginkan untuk
krim. menghilangkan kering.
4. Pertahankan linen
Menurunkan iritasi dermal
kering, bebas keriput.
dan risiko kerusakan kulit.
5. Selidiki keluhan gatal. Meskipun dialisis
mengurangi masalah kulit
yang berkenaan dengan
uremik, gatal dapat terjadi
karena kulit adalah eksresi
untuk produk sisa.
N : 88 x / m
2 13.15
Mengkaji adanya oedema anasarka,
denagn hasil oedema tidak terjadi.
Ka = 128,4 mEq/dl
3 10.00
Mengobservasi TD :
N : 84 x / m
S : 36,4 C
R : 20 x / M
KESIMPULAN
Penyebab gagak ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat dibagi dalam 2
kelompok:
1. Penyakit parenkim ginjal
Penyakit ginjal primer : Glomerulonefritis, Mielonefritis, Ginjal polikistik, Tbc ginjal
Penyakit ginjal sekunder : Nefritis lupus, Nefropati, Amilordosis ginjal, Poliarteritis nodasa,
Sclerosis sistemik progresif, Gout, Dm.
2. Penyakit ginjal obstruktif : pembesaran prostat,Batu saluran kemih, Refluks ureter,
Secara garis besar penyebab gagal ginjal dapat dikategorikan Infeksi yang berulang dan nefron
yang memburuk Obstruksi saluran kemih, Destruksi pembuluh darah akibat diabetes dan
hipertensi yang lama
SARAN
1. Makanan yang Dianjurkan: Nasi, bihun, jagung, kentang, makaroni, mi, tepung-tepungan,
singkong, ubi, selai, madu, telur, daging ayam, daging, ikan, susu, minyak jagung,
minyak sawit, semua sayuran dan buah kecuali yan mengandung kalium tinggi bagi
penderita hiperkalemia tidak disarankan
2. Makanan yang Tidak Dianjurkan: Kacang-kacangan dan hasil olahannya (tahu tempe),
kelapa, santan, minyak kelapa, margarin, lemak hewan dan sayuran dan buah yang tinggi
kalium.
DAFTAR PUSTAKA
SHttps//www.academia.edu/30495936/cronich_kidney_disease.