PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat penting dalam
mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan
cairan tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah yang melalui
ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non-elektrolit, serta mengekskresi
kelebihannya sebagai kemih.
Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dari
komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal.
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat
pada setiap Nefron ( biasanya berlangsung beberapa tahun dan tidak reversible ) ( price
dan Wilson, 2006 )
Penyakit gagal ginjal kronik merupakan salah satu penyakit yang memiliki resiko
Morbiditas dan Mortalitas yang tinggi di dunia ( O’hre, et al. , 2007 )
Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstra sel
dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh
filtrasi glomerulus, reabsorbsi dan sekresi tubulus.
Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume yang sama dengan 20
sampai 25 persen curah jantung (5.000 ml per menit). Lebih 90% darah yang masuk ke
ginjal berada pada korteks, sedangkan sisanya dialirkan ke medulla.
Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler sehingga dapat
membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien mengalami komplikasi
yang lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit
pembuluh darah perifer.
Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal yang memerlukan terapi
pengganti yang membutuhkan biaya yang mahal. Penyakit ginjal kronik biasanya desertai
berbagai komplikasi seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit saluran napas, penyakit
saluran cerna, kelainan di tulang dan otot serta anemia.
Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronik lebih mengutamakan diagnosis dan
pengobatan terhadap penyakit ginjal spesifik yang merupakan penyebab penyakit ginjal
kronik serta dialisis atau transplantasi ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal. Bukti ilmiah
menunjukkan bahwa komplikasi penyakit ginjal kronik, tidak bergantung pada etiologi,
dapat dicegah atau dihambat jika dilakukan penanganan secara dini. Oleh karena itu,
upaya yang harus dilaksanakan adalah diagnosis dini dan pencegahan yang efektif
terhadap penyakit ginjal kronik, dan hal ini dimungkinkan karena berbagai faktor risiko
untuk penyakit ginjal kronik dapat dikendalikan.
2. Rumusan masalah
3. Tujuan penulisan
PEMBAHASAN
Gagal ginjal kronik : penurunan semua faal ginjal secara bertahap, diikuti penimbunan
sisa metabolisme protein dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Penyakit
ginjal kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal atau penurunan faal ginjal lebih atau sama
dengan 3 bulan sebelum diagnosis ditegakkan. Sesuai rekomendasi dari NKF-DOQI
(2202).
Ada beberapa pengertian gagal ginjal kronik yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu :
Gagal ginjal kronik merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) yang berlangsung
perlahan-lahan karena penyebab berlangsung lama dan menetap yang mengakibatkan
penumpukan sisa metabolit (toksin uremik) sehingga ginjal tidak dapat memenuhi
kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala sakit (Hudak & Gallo, 1996).
Long (1996 : 368) mengemukakan bahwa gagal ginjal kronik adalah ginjal sudah tidak
mampu lagi mempertahankan lingkugan internal yang konsisten dengan kehidupan dan
pemulihan fungsi sudah tidak ada.
Gagal ginjal kronik merupakan penurunan faal ginjal yang menahun yang umumnya
tidak riversibel dan cukup lanjut. (Suparman, 1990: 349).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,
biasanya berlangsung dalam beberapa tahun (Lorraine M Wilson, 1995: 812).
B. Etiologi Gagal Ginjal Kronik
Klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik.
Klasifikasi penyakit penyakit
Penyakit infeksi tubulointerstitial Pieolonefritis kronik atau refluks
nefropati
Penyakit peradangan glomerulonefritis
Gangguan jaringan ikat Nefrosklerosis benigna
Nefrosklerosis maligna
Stenosis arteria renalis
Gangguan kongenital dan herediter Lupus eritematosus sistemik
Poliarteritis nodosa
Penyakit meta bolic Penyakit ginjal polikistik
Asidosis tubulus ginjal
Nefropati toksik Diabetes mellitus
Goat
Hiperparatiroidisme
Amyloidosis
Nefropati obstruktif Penyalahgunaan analgesic
Nefropati timah
Traktus urinarius bagian atas: batu,
neoplasma, fibrosis retroperitoneal.
Traktus urinarius bagian bawah :
hipertrofi prostat struktur uretra,
anomaly congenital, leher vesika
urinaria dan uretra
Umumnya gagal ginjal kronik disebabkan penyakit ginjal intrinsic difus dan menahun.
Tetapi hampir semua nefropati bilateral dan progresif akan berakhir dengan gagal ginjal
kronik. Umumnya penyakit diluar ginjal, missal nefropati obstruktif dapat menyebabkan
kelainan ginjal intrinsic dan berakhir dengan gagal ginjal kronik.
Pada orang dewasa, gagal ginjal kronik yang berhubungan dengan infeksi saluran kemih
dan ginjal (Pielonefritis) tipe uncomplicated jarang dijumpai, kecuali tuberculosis, abses
multiple, nekrosis papilla renalis yang tidak mendapatkan pengobatan adekuat.
C. Manifestasi klinis
1. Gagal ginjal kronik
Menurut perjalanan klinisnya :
a. Menurutnya cadangan ginjal pasien asimtomatik,namun GFR dapat
menurun hingga 25% dari normal.
b. Insuviensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami polyuria dan
nokturia, GFR 10% hingga 25% darinormal, kadar kreatinin serum
dan BUN sedikit meningkat di atas normal.
c. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremi
(lemah,letargi,anoreksia,mula muntah,nokturia,kelebihan volume
cairan(volume overload),neuropati periver,pruritus,uremic
frost,pericarditis,kejang-kejang sampai koma ),yang ditandai dengan
GFR kurang dari 5-10 ml/menit, kadar serum keratin dan BUN
meningkat tajam, dan terjadi perubahan biokimia dan gejala yang
komplek.
Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi,anemia,osteodistrofi
ranal,payah jantung,asidosis metabolic,gangguan keseimbangan
elektrolit(sodium,kalium,klorida)
D. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-
nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat
disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring.
Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–
nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang
bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul
disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian
nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.(
Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah
maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.
(Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi lima stadium yaitu:
1. Stadium 1, bila kadar gula tidak terkontrol, maka glukosa akan dikeluarkan
lewat ginjal secara berlebihan. Keadaan ini membuat ginjal hipertrofi dan
hiperfiltrasi. Pasien akan mengalami poliuria. Perubahan ini diyakini dapat
menyebabkan glomerulusklerosis fokal, terdiri dari penebalan difus matriks
mesangeal dengan bahan eosinofilik disertai penebalan membran basalin
kapiler.
2. Stadium 2, insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak,
Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
3. Stadium 3, glomerulus dan tubulus sudah mengalami beberapa kerusakan.
Tanda khas stadium ini adalah mikroalbuminuria yang menetap, dan terjadi
hipertensi.
4. Stadium 4, ditandai dengan proteinuria dan penurunan GFR. Retinopati dan
hipertensi hampir selalu ditemui.
5. Stadium 5, adalah stadium akhir, ditandai dengan peningkatan BUN dan
kreatinin plasma disebabkan oleh penurunan GFR yang cepat.
Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka GGK dapat di klasifikasikan menjadi 4,
dengan pembagian sebagai berikut :
1. 100-76 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal berkurang.
2. 75-26 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal kronik.
3. 25-5 ml/mnt, disebut gagal ginjal kronik.
4. < 5 ml/mnt, disebut gagal ginjal terminal.
E. Analisa data
ANALISA DATA
N
Data Etiologi Problem
o
1. DS : Pasien mengatakan adanya Nefron yang terserang hancur Kelebihan
bengkak di kelopak mata, bibir Volume
kering dan pecah-pecah. GFR Cairan
Total CES ↗
Vol Interstisial ↗
Edema
Preload ↗
COP
suplai O2
anemia
Intoleransi Aktivitas
3 DS : pasien mengatakan tidak Nefron yang terserang hancur Gangguan
ada nafsu makan karena mual, Nutrisi
pasien juga mengatakan GFR Kurang
mengalami penurunan BB Dari
3kg (BUN & kreatinin ↗) Kebutuha
Do : n Tubuh
1. Selera makan pasien menurun,
makan 3x1 diit protein dan
kalori (1/2 piring dihabiskan) Sekresi protein terganggu
Sindrom uremia
N Diagnosa
Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi
o Keperawatan
1a. Gangguan Keseimbang 1. Kaji adanya Tgl. 20. Maret S : Pasien
keseimbangan edema
an cairan dan 2019 Jam : mengatakan
cairan dan dengan
elektrolit distensi vena 11.00 adanya edema
elektrolit
jugularis,
berhubungan 1. Rasio intake dispnea, 1. Mengkaji pada palpebra,
dengan dan output tachikardi, adanya edema
bibir kering,
penurunan pada batas peningkatan palpebra,
dispnea (-), TD lemah dan lelah.
glomerulo normal tekanan
: 140/90 mmhg
filtration rate. 2.Berat badan darah crakles nausea (-
DS : Pasien normal pada
) muntah (-). O : adanya
mengatakan 3. Tekanan auskultasi. Jam 11.00
R edema palpebra,
darah dalam 2. Mengkaji
adanya :Merupakan
batas kelemahan otot mukosa/bibir
tanda-tanda
bengkak di ketentuan (-) tidak
lethargi kering pecah-
(140/90 adanya reflek
kelopak mata, cairan yang
mmHg) dan menambah tendon dalam pecah dan bau
bibir kering (-) kram
elektrolit K, kerja dari amoniak, turgor
abdomen (-) N
dan pecah- Ca, Mg, jantung dan : 88x/m, kulit jelek, TD
pecah. Fosfat, Na menuju membran
pada batas edema mukosa/bibir
:140/90,
DO : pulmoner dan
normal. kering, pecah- Kreatinin : 29
gagal
-adanya edema4. Tidak ada jantung. pecah dan bau
mg/dl Ureum
edema amoniak
palpebra 2. Kaji
5. Membran kelemahan dturgor kulit : Darah 53 mg/dl.
-bibir kering, jelek..
mukosa baik, otot tidak
Jam 11.00
pecah-pecah bibir lembab adanya reflek3. Mengkaji A : Masalah
dan bau dan turgor tendon kelemahan (+)
BelumTeratasi
kulit baik. dalam, kram kelelahan (+)
amoniak abdomen penurunan
dengan diare, reflek tendon
-turgor kulit P : Lanjutkan
tidak ?(-).
jelek teraturnya Jam 11.30 Intervensi
nadi, 4. Memonitor
-kadar
membran TTV TD :
kreatinin 2,9 mukosa dan 140/90mmhg,
turgor kulit.. N : 88x/m, R :
Mg/dl
R :Tanda- 20x/m, SB :
-kadar Ureum tanda 36,8 c,
Darah 53 hipernatremia Kreatinin : 29
mg/dl dihasilkan mg/dl, Ureum
dari tanda Darah 53
fungsi mg/dl, K :
tubular 3,74, Na : 129,
ginjal. Cl : 94.
3. Kaji Jam 12.00
kelemahan, 5. Berkolaborasi
kelelahan, pemberian obat
penurunan diuretik, HCT
reflek tendona. Ranitidin 2 x
R :Tanda-
tanda 1 amp IV
hipertermia b. Merocloporan
dihasilkan
ide 3x1 amp
dari
ketidakmamp IV
uan nefron
c. Amlodipine
untuk
memfiltrasi 10 mg 1-0-0
keluar Na.
diperlukan d.
Asquidone
aibsorps Ca 2x30 mg
dari
intestinum. e. Ciprofloxacin
4. Monitor 1x400 mg IV
tanda-tanda
vital, f. Simvastatin
kreatinin . 10 mg 0-0-1
R :Tanda-
tanda g. Captopril
peningkatan
3x25 mg
elektrolit
5. Kolaborasi h. Kapsul garam
pemberian
3x1
obat diuretik,
HCT i. IVFD NaCl
R :Bekerja
0,9 20 gtt/
sebagai obat
diuresis menit
(untuk
mengeluarka
n kelebihan
cairan dalam
tubuh)
6. Anjurkan
pasien
hindari
aktivitas atau
mengunakan
alat (sikat
gigi, pisau
cukur) yang
mungkin
menyebabkan
trauma pada
jaringan:
catat setiap
perdarahan
dari mukosa
memar
berlebih
R:
Kecenderung
an berdarah
menyebabkan
hilangnya
darah
terutama
jaringan
7. berkolaborasi
dengan dokter
dalam
pemberian obat
:
j. Ranitidin 2 x
1 amp IV
k. Merocloporan
ide 3x1 amp
IV
l. Amlodipine
10 mg 1-0-0
m. Asquidone
2x30 mg
n. Ciprofloxacin
1x400 mg IV
o. Simvastatin
10 mg 0-0-1
p. Captopril
3x25 mg
q. Kapsul garam
3x1
r. IVFD NaCl
0,9 20 gtt/
menit
F. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan petukaran gas b.d kongesti paru, penurunan curah jantung,
penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat
2. Nyeri akut
3. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urin,diet berebihan dan
retensi cairan serta natrium
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia mual
dan muntah, pembatasan diet,dan perubahan membrane mukosa mulut
5. Ketidak efektivan perfusi jaringan priver b.d perlemahan aliran darah
keseluruhan tubuh
6. Intoleransi aktivitas b.d keletihan,anemia,retensi,produk sampah
7. Kerusakan intregritas kulit b.d pruritus,gangguan status metabolic sekunder
BAB III
PENGKAJIAN
I. Data Biografi
a. Identitas klien
Nama : Tn HC
Umur : 55 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Alamat : Jln.Wolter monginsidi
Pekerjaan : PNS
Diagnosa medis : Gagal Ginjal Kronik
Tanggal masuk :19 Maret 2019
Tanggal pengkajian : 20 Maret 2019 jam 11.00 WIT
No MR : 95 39 54
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. H
Umur : 55 th
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Alamat : Jln.Woltermonginsidi
Hubungan dengan klien : Isteri
II. Alasan dirawat
i. Keluhan utama
Pusing
ii. Riwayat Penyakit
Klien datang ke Rumah sakit dengan keluhan pusing pada tanggal 19 Maret 2019
klien mengeluh batuk dan terkadang sesak tekanan darah 200/110 mmhg. Pusing
bertambah apabila banyak bergerak dan berkurang bila beristirahat, keluhan tidak
menetap
iii. Riwayat penyakit masa lalu
Klien mempunyai riwayat DM, jantung
III. Riwayat kesehatan keluarga
Genogram 3 generasi
47
Keterangan :`
Laki-laki
Perempuan
Klien
Serumah
1. Keadaan Kulit
Inspeksi
o Warna kulit secara umum sawo matang
o Nampak ada bercak merah pada kulit, kulit kering, hematoma
o Tidak ada keluhan gatal
Palpasi
o Turgot kulit baik
Kepala
Inspeksi
o Rambut hitam, distribusi rambut rata, rambut cukup baik
Palpasi
o Rambut tidak mudah tercabut, kulit kepala tidak berketombe, tidak ada
nyeri tekan pada kepala
o Tidak ada lesi
o Klien mengeluh sakit kepala
Leher
Inspeksi
o Tidak ada pembesaran tyroid
o Tidak ada peninggian tekanan pada vena jungularis
o Tidak ada pembesaran kelenjar limpha
Palpasi
o Tidak teraba adanya massa dan pembesaran kelenjar tyroid
3. Mata
Inspeksi
o Kelopak mata tidak bergerak
o Sclera tidak icterus
o Conjungtiva Anemis
o Reaksi pupil sokor
Palpasi
o Tidak ada penonjolan bola mata
o Tidak ada ptosis
o Tidak ada photophobia
o Lapang pandang 160o
4. Telinga
Inspeksi
o Tidak ada otore
o Klien tidak memakai alat bantu pendengaran
o Fungsi pendengaran baik
o Tidak ada tanda-tanda infeksi
o Tidak ada otalgia
o Terdapat tinitus dan vertigo
Palpasi
o Daun telinga lentur : jika ditekuk ke depan daun telinga akan kembali ke
posisi normal setelah dilepas
5. Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi
o Gigi cukup bersih
o Lidah tidak kotor
o Tidak ada peradangan gusi
o Struktur gigi masih lengkap
Inspeksi
Pernafasan 20 x / menit
Palpasi
Tidak teraba adanya massa dan nyeri tekan, vokal vremitus seimbang kiri kanan
Perkusi
Auskultasi
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
Basis jantung pada ICS II – III dan apeks jantung pada daerah ICS V-VI
Apeks ventrikel kiri menyentuh dinding anterior dada dan sejajar pada garis Mid
klavikularis dan dekat dengan spacium ICS V-VI
- Auskultasi
8. Abdomen
- Inspeksi
Permukaan abdomen datar, kulit keriput, daerah perut sawomatang, tidak terdapat
penimbunan cairan
- Auskultasi
- Perkusi
Suara perkusi timpani pada daerah usus dan hipertimpani pada daerah lambung, perkusi
hepar berbunyi pekak
- Palpasi
teraba adanya nyeri tekan pada ginjal, tidak ada pembesaran hepar, tidak terdapat distensi
pada urinaria, teraba ginjal pada sebelah kiri
10. Ekstermitas
1. Atas
- Inspeksi
- Palpasi
Tidak teraba nyeri tekan pada lengan kanan atas maupun bawah, kontraksi dan kekuatan
otot baik, klien dapat menggerakkan tangan secara aktif
2. Bawah
- Inspeksi
- Palpasi
Kontraksi dan kekuatan otot baik, klien dapat menggerakkan tungkai dengan aktif, tidak
terdapat nyeri tekan
- tingkat kesadaran
M ; Mengikuti perintah 6
Skore GCS 15
biseps (+)
Triseps (+)
Achilles (+)
o Refleks patologis
babinsky (-)
Brudsinsky (-)
Kernig sign (-)
V. Pemeriksaan diagnostik
2. Pemeriksaan laboratorium
11 HB 6,8 Mg/dl
ANALISA DATA
Angiotensin II
Tekanan darah
meningkat
Cardiac output
meningkat
Penurunan curah
jantung
DS :
mg/dl. kulit
o Kreatinin: 7,6 mg/dl.
Fungsi tubulus
menurun
Filtrasi menurun
Sisa metabolisme
tubuh tertimbun
dikulit
Penimbunan
urokrom
Gangguan integritas
kulit : resiko tinggi
DS :
Resiko tinggi
o Klien mengatakan kelebihan volume
mempunyai riwayat penyakit cairan
CKD
DM dan jantung.
DO:
Fungsi tubulus
menurun
Pelepasan
aldosteron
meningkat
Renin
Angiotensin I
Angiotensin II
Merangsang ADH
Kelebihan volume
cairan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan Tanggal didapat Tanggal teratasi
DS :
o Klien mengeluh
pusing
o Klien mengeluh
sakit kepala
o Klien mengatakan
batuk dan kadang
kadang sesak
o Klien mengatakan
mempunyai
penyakit DM dan
jantung
o Klien mengatakan
jantungnya
berdebar debar
DO :
o Klien nampak
lemah
o Conjungtiva
anemis
o Vital sign:
o Hb : 6,8 mg/dl
Resiko tinggi
gangguan integritas
kulit b/d penumpukan
urochrom dikulit,
ditandai oleh :
DS :
o Klien mengatakan
kulit nampak
kemerahan
DO :
o Nampak kulit
kemerahan
o Nampak kulit
kering dan gatal
o Hasil lab. Ureum:
128,4 mg/dl.
o Kreatinin: 7,6
mg/dl.
2 19 Maret 2019
Resiko tinggi
kelebihan volume
cairan, b/d retensi
cairan ditandai oleh :
DS :
o Klien mengatakan
mempunyai
riwayat penyakit
DM dan jantung.
DO:
-
PERENCANAAN KEPERAWATAN
mm/Hg.
Hb normal: 14-18,5 S3/S4 dengan tonus
menunjukkan CKD
4. Evaluasi adanya edema
perifer/kongesti
Ketidakseimbangan Hb
dapat memperberat
keadaan klien.
1. Observasi kemerahan,
Setelah dilakukan
pucat, dan ekskoriasi Menandakan area
tindakan dalam dua
pada kulit, observasi sirkulasi buruk yang dapat
hari kulit klien tidak
terhadap ekimosis, menimbulkan
mengalami kemerahan,
purpura. pembentukan dekubitus.
2. tidak kering, bersisik,
2. Inspeksi area tergantung
serta tidak muncul
keluhan gatal dari pada edema.
diinginkan untuk
4. Pertahankan linen
menghilangkan kering.
kering, bebas keriput.
Menurunkan iritasi
Meskipun dialisis
diuresis terjadi
Keluaran urine yang
Setlah dilakukan
sedikit dan pekat kareana
tindakan selama 3 x 24 2. pantau atau hitung
terjadi penurunan perfusi
jam tidak terjadi keseimbangan
jaringan ginjal.
kelebihan volume pemasukandan
Posisi terlentang
meningkatkan filtrasi
mungkin.berikan pula
Melibatkan pasian dalam
perawatan mulut /es
perogram terapi dan
batu sebagai bagian dari
meningkatkan perasaan
kebutuhan cairan
mengontrol serta kerja
samapembatasan
pemasukan cairan.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI/ TANGGAL NDX JAM IMPLEMENTASI
N : 88 x / m
2
Mengobservasi TD :
Rabu, 20 Maret
2019 TD: 170/110 mmhg
N : 84 x / m
10.00
S : 36,4 C
R : 20 x / M
1
Menganjurkan klien untuk menggunakan
krim kulit 2x1 sehari setelah mandi
Menghitung
3
CM=700cc,BAK=400cc,BAB=300cc
11.00
3 12.00
Rabu, 20 Maret 1
2019 memantau atau menghitung
09.30
keseimbangan pemasukan dan
hasilntya:CM=500 CC,BAK=300cc
10.30
BAB IV
1. KESIMPULAN
Penyebab gagak ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat dibagi
dalam 2 kelompok:
1. Penyakit parenkim ginjal
Penyakit ginjal primer : Glomerulonefritis, Mielonefritis, Ginjal polikistik, Tbc ginjal
Penyakit ginjal sekunder : Nefritis lupus, Nefropati, Amilordosis ginjal, Poliarteritis
nodasa, Sclerosis sistemik progresif, Gout, Dm.
2. Penyakit ginjal obstruktif : pembesaran prostat,Batu saluran kemih, Refluks
ureter,
Secara garis besar penyebab gagal ginjal dapat dikategorikan Infeksi yang berulang dan
nefron yang memburuk Obstruksi saluran kemih, Destruksi pembuluh darah akibat
diabetes dan hipertensi yang lama
2. SARAN
1. Makanan yang Dianjurkan: Nasi, bihun, jagung, kentang, makaroni, mi, tepung-
tepungan, singkong, ubi, selai, madu, telur, daging ayam, daging, ikan, susu,
minyak jagung, minyak sawit, semua sayuran dan buah kecuali yan mengandung
kalium tinggi bagi penderita hiperkalemia tidak disarankan
2. Makanan yang Tidak Dianjurkan: Kacang-kacangan dan hasil olahannya (tahu
tempe), kelapa, santan, minyak kelapa, margarin, lemak hewan dan sayuran dan
buah yang tinggi kalium.
DAFTAR PUSTAKA