“DIABETES MELITUS”
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentu kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami mengucao syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan hikmat sehat_Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Kesehatan Medikal
Bedah dengan judul “MAKALAH DAN ASKEP DIABETES MELITUS”
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM)
yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional
maupun lokal. Salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkatan
penderita setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Diabetes merupakan serangkaian
gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin,
sehingga menyebabkan kekurangan insulin baik absolut maupun relatif, akibatnya terjadi
peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (Infodatin, 2014; Sarwono, dkk, 2007).
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan
peningkatan angka insiden dan prevalensi DM tipe-2 di berbagai penjuru dunia.
Berdasarkan perolehan data International Diabetes Federation (IDF) tingkat prevalensi
global penderita DM pada tahun 2013 sebesar 382 kasus dan diperkirakan pada tahun
2035 mengalami peningkatan menjadi 55% (592 kasus) diantara usia penderita DM 40-
59 tahun (International Diabetes Federation, 2013). Tingginya angka tersebut menjadikan
Indonesia peringkat keempat jumlah pasien DM terbanyak di dunia setelah Amerika
Serikat, India dan China (Suyono, 2006).
World Health Organization (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah
diabetisi (penderita diabetes) yang cukup besar dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000
menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 dengan pertumbuhan sebesar 152%
(WHO, 2006).
Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007 sebesar 5,7%. Riskesdas juga melaporkan bahwa penderita
diabetes mellitus di provinsi Riau berada di urutan nomor tiga tertinggi di Indonesia
(Balitbangkes, 2008). Prevalensi DM tertinggi di Kalimantan Barat dan Maluku Utara
yaitu 11,1%, kemudian Riau sekitar 10,4% sedangkan prevalensi terkecil terdapat di
Provinsi Papua sekitar 1,7% (PERKENI, 2011). Soewondo dan Pramono (2011),
melanjutkan penelitian dari Riskesdas, dari 5,7% total penderita diabetes di Indonesia,
sekitar 4,1% kategori diabetes mellitus tidak terdiagnosis dan 1,6% diabetes mellitus.
Jumlah kasus DM yang ditemukan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013
sebanyak 209.319 kasus, terdiri atas pasien DM yang tidak tergantung insulin sebanyak
183.172 jiwa dan pasien yang tergantung insulin sebanyak 26.147 jiwa (Dinkes Jateng,
2012). Menurut Profil Kesehatan Surakarta tahun 2014 jumlah penderita diabetes
mellitus sebanyak 6.105 per 100.000 penduduk. Meningkat signifikan pada tahun 2015
menjadi 8.684 per 100.000 penduduk (Dinkes Surakarta, 2014 dan 2015).
Diabetes yang tidak terkontrol, mengacu pada kadar glukosa yang melebihi
batasan target dan mengakibatkan dampak jangka pendek langsung (dehidrasi, penurunan
BB, penglihatan buram, rasa lapar) serta jangka panjang (kerusakan pembuluh darah
mikro dan makro (Mikail, 2012). Menurut PERKENI (2006), terdapat banyak faktor yang
berpengaruh terhadap kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 diantaranya, riwayat keluarga
dengan diabetes, umur, riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg). Serta terdapat
faktor yang meningkatkan risiko penyakit Diabetes Mellitus yakni berat badan lebih,
kurangnya aktivitas fisik atau gaya hidup, pola makan, hipertensi, dislipidemia, diet tidak
sehat dan stress.
Pada pasien DM tipe-II umumnya bertubuh gemuk dan proses terjadinya lebih
dipengaruhi oleh lingkungan seperti gaya hidup dan pola makan. Karena, sel-sel sasaran
(otot dan lemak tubuh) yang seharusnya mengambil gula dengan adanya insulin, tidak
memberikan respon normal terhadap insulin. Jenis diabetes ini sering tanpa disertai
keluhan, dan jika ada gejalanya lebih ringan daripada DM tipe-I. Karena itu, DM tipe-II
pada usia dewasa seringkali dapat diatasi hanya dengan diet dan olahraga (Soegondo,
dkk, 2005; Hartono, 1995).
Depresi semakin banyak terjadi pada kondisi pasien yang mengalami kondisi
kronik menahun seperti stroke, diabetes, kanker serta gangguan nyeri yang kronis (Andri,
2011). Banyak orang yang memandang diabetes hanya dari segi klinisnya saja. Diabetes
dan depresi dapat saling memicu sehingga penderita diabetes memiliki risiko tinggi
mengalami depresi. Depresi dapat mempengaruhi kadar gula dalam darah. Efek depresi
dapat menyebabkan produksi epinefrin naik, memobilisasi glukosa, asam lemak dan asam
nukleat. Naiknya gula darah disebabkan meningkatnya glikogenolisis dihati oleh
peningkatan glukagon terhambat pengambilan glukosa oleh otot dan berkurangnya
pembentukan insulin pankreas (Kadri, 2012). Dampak lain yaitu insomnia, pergerakan
usus (konstipasi dan diare), selain itu juga dapat melepaskan hormon adrenalin secara
berlebihan, yang membuat jantung berdetak cepat sehingga meningkatkan tekanan darah
yang dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke sehingga memperberat penyakit DM
tesebut (Azmi, 2013).
Depresi disebabkan oleh kombinasi faktor biologis, psikologis dan sosial.
Menurut teori stress-vulnerability model, terdapat beberapa faktor risiko depresi
diantaranya genetika (riwayat penyakit depresi pada keluarga), kerentanan psikologis
(pola pikir negatif, kesepian, pengalaman hidup yang menekan), lingkungan yang
menekan dan kejadian dalam hidup (trauma pada masa kanak-kanan, perceraian, masalah
ekonomi, pekerjaan, kurangnya dukungan sosial, menderita penyakit berat yang lama dan
hidup menderita dalam jangka waktu yang lama), faktor biologis (depresi pasca
melahirkan atau terkena infeksi virus) (Tirto Jiwo, 2012).
Stress psikologis pada DM dapat timbul pada saat seseorang menerima diagnosa
DM. Hal ini diungkapkan oleh Watkins (2000) yang menyatakan bahwa penderita DM
seringkali mengalami kesulitan untuk menerima diagnosa DM, terutama ketika
mengetahui bahwa hidupnya diatur oleh diet makanan dan obat-obatan. Biasanya
penderita berada pada tahap kritis yang ditandai oleh ketidakseimbangan fisik, sosial, dan
psikologis. Hal ini berlanjut menjadi perasaan gelisah, takut, cemas dan depresi yang
dialami oleh penderita. Diabetes merupakan penyakit kronik yang tidak bisa sembuh
sempurna, perlu perawatan seumur hidup. Dapat menimbulkan perubahan psikologik
yang mendalam pada pasien, juga pada keluarga dan kelompok sosialnya. Depresi
merupakan kejadian yang umum terjadi pada pasien DM.
NIMH (National Institute of Mental Health) tahun 2011 menyatakan bahwa dari
beberapa penelitian, pasien DM dengan depresi mempunyai gejala DM yang lebih parah
dibanding dengan pasien yang hanya menderita DM tanpa depresi. Penderita yang sakit
kronis cenderung menunjukkan ekspresi emosi yang bersifat negatif berkenaan dengan
kondisi sakitnya. Pasien DM yang mengalami depresi secara perilaku kebanyakan tidak
mampu melakukan hal-hal positif untuk menjaga agar penyakitnya tidak bertambah
parah. Sehingga, penderita membutuhkan dukungan sosial (Brannon dan Feist, 2007).
Seperti dibuktikan oleh Anastasia (2010) pada penelitiannya tentang hubungan tingkat
depresi dengan kecenderungan berperilaku sehat pada penderita DM yang sudah
menderita DM selama sedikitnya 3 tahun, mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan
negatif yang kuat diantara keduanya. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat depresi
akan semakin rendah kecenderungan berperilaku sehat.
Penelitian tentang apakah lama menderita DM berhubungan dengan tingkat
depresi belum banyak berkontribusi memberikan hasil yang konsisten. Namun demikian
beberapa penelitian menemukan adanya hubungan lama menderita DM dengan kejadian
depresi (Shahrakivahed et al, 2012). Studi melaporkan pasien DM dua kali lebih besar
mengalami gejala depresi dibandingkan dengan populasi umum (Anderson, dkk. 2001;
Egede, dkk, 2002).
Hasil penelitian Nurhayati (2013) memaparkan bahwa tingkat depresi pada DM
dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin (p=0,013), dukungan keluarga (p=0,005). Jenita dkk
(2014) juga memaparkan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial dengan kejadian
depresi pada DM (CR=-3,77). Penelitian yang sama juga didapat oleh Kuminingsih dkk
(2013) bahwa dukungan emosional keluarga (p=0,006) berhubungan secara signifikan
dengan tingkat depresi pada pasien DM. Diah (2009) juga mendapatkan hasil yang
berhubungan antara dukungan depresi dengan derajat depresi pada DM (r= -0, 465).
Amalia (2013) mendapatkan hasil yang berhubungan antara lama sakit terhadap tingkat
depresi (p=0,002).
Hasil ini bertentangan dengan penelitian Deby dan Sanny (2013) yang
menjelaskan bahwa persepsi dukungan sosial tidak berhubungan dengan penerimaan diri
pada pasien DM (r=0,069). Nurhayati (2013) memaparkan bahwa lama sakit tidak
berhubungan secara bemakna dengan depresi (p=1,000).
Dukungan sosial sangat berpengaruh bagi individu dalam beradaptasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Dukungan tersebut berkaitan dengan pembentuk
keseimbangan mental dan kepuasan psikologi (Cohen & Syme, 1985, dalam Ika, 2008).
Fenomena yang ada saat ini, ternyata masih terdapat ketidaksesuaian yang menyebabkan
depresi pada penderita DM tipe-II dalam bentuk dukungan keluarga walaupun mereka
hidup di tengah-tengah keluarganya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti
mengenai pengetahuan, dukungan keluarga serta lama menderita DM tipe-II yang dapat
mempengaruhi depresi pada penderita Diabetes Melitus Tipe-2.
RUMUSAN MASLAH
1. Apa ituDiabetes Mellitus, diketahui dalam devinisi diabetes melitus
2. Etiologi Diabetes Melitus
3. Patofisiologi Diabetes Melitus
4. Apa saja Manifestasi Klinis dalam Diabetes Melitus
5. Pathway Diabetes Melitus
6. Analisa Data pada Diabetes Melitus
7. Diagnosa keperawatan
8. Askep dalam masalah Diabetes Melitus
TUJUAN PENULIS
Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk menjelaskan tentang penyakit diabetes mellitus
dan permasalahannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEVINISI
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau
madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine
yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit
hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan
relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis
dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus
merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan toleransi
terhadap glukosa ( Rab, 2008)
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau
akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2002).
KLASIFIKASI
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s Expert
Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan 4
kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus tergantung
insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel
beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses
autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah.
Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes Mellitus tak
tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi
ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau
akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan
diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan
preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat
mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih
dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi,
antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan
endokrin.
4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.
ETIOLOGI
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya
diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang
memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi
dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
DATA PENUNJANG
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2
jam setelah pemberian glukosa.
2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
5. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan
semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
6. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
8. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi (Tipe
II)
10. Urine: gula dan aseton positif
11. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi
luka.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (Diabetes Melitus) digolongkan sebagai
akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2007)
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari
glukosa darah
a. HIPOGLIKEMIA/ KOMA HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah
yang normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai keadaan. Salah satu
bentuk dari kegawatan hipoglikemik adalah koma hipoglikemik. Pada kasus
spoor atau koma yang tidak diketahui sebabnya maka harus dicurigai sebagai
suatu hipoglikemik dan merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma
hipoglikemik biasanya disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat pula
disebabkan oleh karana terlambat makan atau olahraga yang berlebih.
Diagnosa dibuat dari tanda klinis dengan gejala hipoglikemik terjadi bila
kadar gula darah dibawah 50 mg% atau 40 mg% pada pemeriksaaan darah jari.
Penatalaksanaan kegawat daruratan:
1) Pengatasan hipoglikemi dapat diberikan bolus glukosa 40% dan biasanya
kembali sadar pada pasien dengan tipe 1.
2) Tiap keadaan hipoglikemia harus diberikan 50 cc D50 W dalam waktu 3-
5 menit dan nilai status pasien dilanjutkan dengan D5 W atau D10 W
bergantung pada tingkat hipoglikemia
3) Pada hipoglikemik yang disebabkan oleh pemberian long-acting insulin
dan pemberian diabetic oral maka diperlukan infuse yang berkelanjutan.
4) Hipoglikemi yang disebabkan oleh kegagalan glikoneogenesis yang
terjadi pada penyakit hati, ginjal, dan jantung maka harus diatasi factor
penyebab kegagalan ketiga organ ini.
b. SINDROM HIPERGLIKEMIK HIPEROSMOLAR NON KETOTIK
(HHNC/ HONK).
HONK adalah keadaan hiperglikemi dan hiperosmoliti tanpa terdapatnya
ketosis. Konsentrasi gula darah lebih dari 600 mg bahkan sampai 2000, tidak
terdapat aseton, osmolitas darah tinggi melewati 350 mOsm perkilogram, tidak
terdapat asidosis dan fungsi ginjal pada umumnya terganggu dimana BUN
banding kreatinin lebih dari 30 : 1, elektrolit natrium berkisar antara 100 – 150
mEq per liter kalium bervariasi.
Penatalaksanan kegawat daruratan:
Terapi sama dengan KAD (Ketoasidosis Diabetic) dengan skema
IV Cairan
1 sampai 12 jam NaCl 0,9% bila natrium 130 mEq/liter atau osmolitas plasma
330 mOsm/liter
NaCl 0.45% bila diatas 145 mEq/liter
Jam kedua dan Bila jumlah urin cukup dan serum kalsium kurang dari 5.5
jam berikutnya mEq/liter, berikan 20-30 mEq/liter K+
Untuk mengatasi dehidrasi diberikan cairan 2 jam pertama 1 - 2 liter
NaCl 0,2 %. Sesudah inisial ini diberikan 6 – 8 liter per 12 jam. Untuk
mengatasi hipokalemi dapat diberikan kalium. Insulin lebih sensitive
dibandingkan ketoasidosis diabetic dan harus dicegah kemungkinan
hipoglikemi. Oleh karena itu, harus dimonitoring dengan hati – hati yang
diberikan adalah insulin regular, tidak ada standar tertentu, hanya dapat
diberikan 1 – 5 unit per jam dan bergantung pada reaksi. Pengobatan tidak
hanya dengan insulin saja akan tetapi diberikan infuse untuk menyeimbangkan
pemberian cairan dari ekstraseluler keintraseluler.
Jam kedua dan Bila jumlah urin cukup dan serum kalsium
jam berikutnya kurang dari 5.5 mEq/liter, berikan 20-30
mEq/liter K+
Insulin
Skema pemberian insulin adalah sebagai berikut:
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner,
vaskular perifer dan vaskular serebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati)
dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau
menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
d. Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih
e. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik
PENATALAKSANAAN
1. Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa
darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas
pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
a. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diet diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J
yaitu:
1) jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambah
2) jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
3) jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita,
penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative Body Weight (BBR =
berat badan normal) dengan rumus :
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang bekerja
biasa adalah :
1) Kurus (underweight) BB X 40-60 kalori sehari
2) Normal (ideal) BB X 30 kalori sehari
3) Gemuk (overweight) BB X 20 kalori sehari
4) Obesitas apabila BB X 10-15 kalori sehari
b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita
dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan
meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.
2) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
4) Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru.
6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
c. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet,
poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
d. Obat
1) Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang
tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan
sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini
biasanya diberikan pada penderita dengan berat badan normal dan masih
bisa dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit lebih.
2) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain
yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
a) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
Menghambat absorpsi karbohidrat
Menghambat glukoneogenesis di hati
Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor
insulin
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek
intraselluler
3) Insulin
Indikasi penggunaan insulin
a) DM tipe I
b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
c) DM kehamilan
d) DM dan gangguan faal hati yang berat
e) DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
f) DM dan TBC paru akut
g) DM dan koma lain pada DM
h) DM operasi
i) DM patah tulang
j) DM dan underweight
k) DM dan penyakit Graves
PATHWAY
ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1. DS : Nefron yang terserang hancur Kelebihan
pasien mengatakan badannya Volume Cairan
terasa lemas, luka pada bagian GFR
leher seperti bisul yang tidak (BUN & kreatinin ↗)
sembuh-sembuh,
pembengkakan daerah wajah
sejak 2 minggu yang lalu..
Retensi natrium
DO :
Total CES ↗
Vol Interstisial ↗
Edema
Preload ↗
suplai O2
anemia
Intoleransi Aktivitas
3 DS : pasien mengatakan, Nefron yang terserang hancur Gangguan
Nafsu makannya mulai Nutrisi Kurang
menurun, klien mengalami GFR Dari
kesulitan menguyah dan Kebutuhan
(BUN & kreatinin ↗)
menelan Tubuh
Do :
Sekresi protein terganggu
1. Selera makan pasien
menurun, makan 3x1 dieit
Sindrom uremia
protein dan kalori
Gangguan keseimbangan
asam-basa
Nausea, Vomitus
Waktu : 30 menit
Penyuluhan : Kelompok 2
I. Analisa situasi
V. Kegiatan Penyuluhan
a. Metode : Ceramah dan Diskusi
b. Langkah – langkah :
No komunikator Komunikan Waktu
1. Pembukaan a. Menjawab salam
a. Memberi salam dan b. Mendengarkan
memperkenalkan diri
5 Menit
b. Menjelaskan tujuan
penyuluhan dan tema
penyuluhan
2. Pelaksanaan
1. Pengertian DM
2. Penyebab dari DM
3. Tanda dan gejala DM
4. Pengobatan bagi penderita
DM
Mendengarkan 15 Menit
5. Manfaat diet bagi penderita
DM
6. Diet yang penting bagi
penderita DM
7. Prinsip diet 3j bagi
penderita DM
3. Memberikan kesempatan pada
komunikan untuk bertanya tentang Mengajukan pertanyaan 5 Menit
materi yang disampakan.
4. Penutup
a. Memberikan pertanyaan
akhir sebagai evaluasi
Menjawab
b. Menyimpulkan bersama-
Mendengarkan 5 Menit
sama hasil kegiatan
Menjawab Salam
penyuluhan
c. Menutup penyuluhan dan
mengucapkan salam
VI. Media dan Sumber
Media : Leaflet
VII. Evaluasi
Prosedur : Post tes
Jenis tes : Pertanyaan secara lisan
Butir-butir pertanyaan :
1. Jelaskan pengertian Diabetes Melitus
2. Sebutkan Penyebab dari Diabetes Melitus
3. Sebutkan tanda dan gejala Diabetes Melitus
4. Sebutkan pengobatan bagi penderita Diabetes mellitus
5. Sebutkan manfaat dari diet bagi penderita Diabetes Melitus
6. Sebutkan diet-diet yang penting bagi penderita Diabetes Melitus
7. Sbutkan prinsip diet 3j pada Diabetes Melitus
VIII. Materi Penyuluhan
Terlampir
B. Penyebab
1. Keturunan
2. Kelebihan berat badan
3. Stress
4. Obat-obatan
5. Hormon/pola makan
6. Usia
D. Pengobatan
1. Terapi diet dan gizi
2. Olah raga
3. Terapi obat
4. Penyuluhan gizi
E. Manfaat diet Diabetes Melitus
1. Untuk menurunkan kadar gula dalam darah
2. Menurunkan kadar gula dalam air kencing
3. Menstabilkan kativitas system tubuh
G. Prinsip diet 3j
1. Tepat jadwal
2. Tepat jumlah
3. Tepat jenis
Lampiran
PERENCANAAN PULANG
Usia : Obat :
Alamat : Latihan :
No reg :
Tanggal MRS :
Tanggal KRS :
Diagnose medis :
Diagnosa keperawatan :
Yang di bawa pulang :
1. Pengertian
Diet Dm adalah peraturan makanan dana atau minuman pada penderita Dm yang
jumlahnya diperhitungkan
2. Makanan yang tidak boleh dimakan
a. Manisan buah e. Abon
b. Gula pasir f. Kecap
c. Susu kental manis g. Sirup
d. Madu h. Es krim
3. Makanan yang boleh dimakan tetapi dibatasi
a. Nasi f. Tahu
b. Singkong g. Kacang hijau
c. Roti h. Kacang tanah
d. Telur i. Ikan
e. Tempe
4. Makanan yang boleh dimakan
a. Kol
b. Tomat
c. Kangkung
d. Oyong
e. Bayam
f. Kacang panjang
g. Papaya
h. Jeruk
i. Pisang
5. Hal yang harus dilakukan ketika dirumah
a. Senam kaki diabetic
b. Pjat kai
c. Kompres hangat tau dingin
d. Jalan – jalan jika tidak mengalami keluhan
Setiap 3 jam Berat U.R.T
Pagi 06.30
Nasi 110 gr 51/2 sendok makan
Daging 25 gr 1 potong kecil
Tempe 25 gr 1 potong
Sayuran 100gr 1 gelas
½
minyak 7,5 gr sendok makan
Pukul 09.30
Pisang 200 gr 2 buah sedang
Siang 12.30
Nasi 150 gr 7 ½ sendok makan
Daging 40 gr 1 potong sedang
Tempe 25 gr 1 potong
Sayuran 100 gr 1 gelas
Minyak 10 gr 1 sendok makan
Pukul 15.30
Kentang 200 gr 1 buah sedang
Papaya 100 gr 1 potong sedang
Malam 18.30
Nasi 150 gr 7 sendok makan
Daging 25 gr 1 potong kecil
Tempe 25 gr 1 potong kecil
Sayuran 100 gr 1 gelas
Minyak 10 gr 1 sendok makan
Pukul 21.00
Kentang 200 gr 1 buah sedang
Papaya 100 gr 1 potong sedang
PEDOMAN WAWANCARA