PENDAHULUAN
Salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa pertumbuhan dan
perkembangan dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/ toddler (1-3
tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja
dewasa. Dalam proses mencapai dewasa inilah, anak harus melalui berbagai
fisikopsikososial (biologis, fisik, dan psikososial). Proses yang unik dan hasil
1
(Soetjiningsih, 2012). Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan
pelayanan keperawatan pada anak. Selama dalam batas rentang tersebut anak
seperti apabila anak berada pada rentang sehat, maka upaya perawat untuk
kurang dari satu milyar episode tiap tahun di seluruh dunia, 25-35 juta
sampai delapan kali setiap tahunnya dengan rata-rata 3,3 kali (Wibowo, 2005).
sebagai penyebab kematian nomor dua di dunia pada balita dan anak, dengan
1.7 milyar kasus diare terjadi sehingga menyebabkan kisaran 760 ribu anak
2
berkembang ternyata diare juga masih menjadi masalah utama di negara maju
seperti di Eropa lebih dari 160 ribu anak-anak meninggal sebelum berusia 5
tahun dan lebih dari 4% kasus kematian disebabkan oleh diare (WHO, 2013).
Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa
RI, 2016). Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan dalam enam
golongan besar yaitu infeksi (yang disebabkan oleh bakteri virus, atau infeksi
lainnya (Muttaqin, 2011). Angka penemuan kasus diare di Jawa Tengah untuk
tertangani di fasilitas kesehatan dari 35.006 penemuan kasus diare pada semua
diare pada anak usia 0 - <1 tahun pada tahun 2018 pasien diare yang menjalani
rawat inap sebanyak 98 anak, sedangkan diare pada anak usia 1-8 tahun
sebanyak 150 anak. Kejadian diare pada anak usia 1 – 8 tahun yang menjalani
rawat inap sebanyak 51 anak pada tahun 2019 selama bulan Januari sampai
Diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering
dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer. Frekuensi buang air besar
yang lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih 3 kali pada anak, konsistensi feses
3
encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau
hanya lendir saja (Nursalam, 2008). Selama diare terjadi peningkatan motilitas
absorbsi dan eksresi cairan dan elektrolit yang berlebihan. Cairan, sodium,
pijat dalam penurunan frekuensi BAB dan tingkat dehidrasi pada kelompok
kelompok kontrol yaitu responden menjadi lebih tenang, rileks, tidur lebih
pada reseptor saraf di kulit akan menyebabkan pelebaran vena, arteri dan
Pemacuan saraf vagus ini juga akan memacu hormon absorbsi/ penyerapan
4
makanan seperti insulin dan gastrin, dimana kedua hormon tersebut akan
menit pada seluruh tubuh setiap pagi, dan kelompok kontrol tidak diberikan
Fenomena yang ada saat ini, pasien diare yang berada di Ruang rawat
inap Mawar RS PMI Bogor sering diberi obat – obatan seperti Zinc, antibiotik,
cairan infus. Untuk terapi pijat anak sebagai tindakan mandiri belum pernah
dicoba oleh perawat ruangan, perawat juga ada beberapa yang belum
mengetahui bahwa pijat anak bisa merangsang saraf vagus yang berfungsi
pemberian pijat anak dalam penurunan frekuensi bab dan tingkat dehidrasi
5
1.2 Rumusan Masalah
terapi komplementer yang amat efisien dan relatif cukup aman sebagai terapi
dengan diare.
6
1.4 Manfaat Penulisan
penelitian selanjtnya.
7
1.4.4 Bagi Masyarakat