Anda di halaman 1dari 2

Serangga/insecta merupakan kelompok organisme yang paling banyak jenisnya

dibandingkan dengan kelompok organisme lainnya dalam Phylum Arthropoda. Hingga saat
ini telah diketahui kurang lebih 950.000 spesies serangga didunia, atau sekitar 59,5% dari
total organisme yang telah dideskripsi (Sosromartono, 2000). Tingkat keragaman serangga
yang sangat tinggi dapat beradaptasi pada berbagai kondisi habitat, baik yang alamiah seperti
hutan-hutan primer maupun habitat buatan manusia seperti lahan pertanian dan perkebunan
(Siswanto & Wiratno, 2001).

Keragaman merupakan keadaan dimana pada satu daerah ekosistem savana terdapat
bermacam-macam suatu benda yang dapat terjadi akibat adanya perbedaan dalam hal ukuran,
bentuk, tekstur dan lainnya. Pada dasarnya semua makhluk hidup memiliki keragaman.
Keragaman makhluk hidup dapat terlihat dengan adanya persamaan ciri antar makhluk hidup.
Kearagaman ada yang terjadi secara alami dan ada juga yang terjadi secara buatan.
Keragaman alami merupakan keragaman yang terjadi akibat adaptasi atau penyesuaian diri
setiap individu dengan ligkungannya.Keragaman hewan menunjukkan berbagai variasi dalam
bentuk, struktur tubuh, warna, jumlah, dan sifat lainnya di suatu daerah ekosistem savana.
Sumber alam hayati merupakan bagian dari mata rantai tatanan lingkungan hidup, yang
menjadikan lingkungan ini hidup dan mampu menghidupkan manusia dari generasi ke
generasi. Banyak hewan sebagai produksi pangan, sandang, bahan industri dan tenaga
pengangkut dan bahan hiasan.

Menurut Soemarwoto, J. et al (1990) semua organisme mempunyai tingkah laku


iritabilitas yaitu daya menanggapi, agaknya merupakan salah satu sifat utama makhluk hidup.
Daya ini memungkinkan organisme menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, betapapun
sederhananya organisme tadi. Rangsangan dalam bentuk cahaya akan mempengaruhi
kegiatan insekta malam. Cahaya juga memberikan informasi vital tentang lingkungannya
kepada binatang (Cromer, A.H, 1994).

Tidak semua hewan dalam suatu komunitas biotik individu populasinya dapat
dihitung atau kerapatan populasinya dapat di ukur. Dalam hal ini pengetahuan mengenai
kelimpahan dalam kerapatan hewan disuatu tempat relatif besar populasi yang sebenarnya
tidak ketahui namun gambaran mengenai kelimpahan populasi yang berupa suatu indeks
sudah dapat memberikan informasi mengenai banyak hal. Misalnya mengenai berubah-
ubahnya populasi hewan di suatu area pada waktu yang berbeda atau berbeda-bedanya
populasi hewan pada area atau ekosistem yang berbeda. Teknik dan penentuan indeks
kelimpahan itu banyak macamnya tergantung dari spesies hewan, kekhasan prilakunya, serta
macam habitat yang ditempatinya. Kehidupan hewan tanah maupun hewan lainnya sangat
tergantung pada habitatnya, karena keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis hewan di
suatu tempat sangat ditentukan keadaan daerah itu atau kepadatan suatu populasi suatu jenis
hewan di suatu daerah sangat tergantung dari faktor lingkungan,yaitu lingkungan abiotik dan
lingkungan biotik.

Faktor lingkungan abiotik secara besarnya dapat dibagi atas faktor fisika dan faktor
kimia. Faktor fisika antara lain ialah suhu, kadar air, porositas dan tekstur tanah. Faktor kimia
antara lain adalah salinitas, pH, kadar organik tanah dan unsur-unsur mineral tanah. Faktor
lingkungan abiotik sangat menentukan struktur komunitas hewan-hewan yang terdapat di
suatu habitat. Sedangkan Faktor lingkungan biotik bagi hewan adalah organisme lain yang
terdapat di habitatnya seperti mikroflora, tumbuh-tumbuhan dan golongan hewan lainya.
Pada komunitas ini jenis-jenis organisme itu saling berinteraksi satu dengan yang lainnya.
Interaksi itu bisa berupa predasi, parasitisme, kompetisi dan penyakit.

Pada suatu perkebunan, insekta bisa datang sendiri untuk mencari makan, tetapi
kehadirannya itu dapat pula terbawa oleh hewan lain seperti burung. Pada mulanya
memasang jumlahnya sedikit kemudian menjadi besar manakala kondisi lingkungan sesuai
dengan yang diinginkan oleh insekta ( Anonim, 1989 ).

Anda mungkin juga menyukai