PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2
2.2 ANAMNESIS
Anamnesis (Diberikan oleh Ibu dan Pasien)
a. Keluhan utama : Demam
b. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien masuk rumah sakit dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan demam
sejak 11 hari yang lalu, demam dirasakan naik turun, demam naik pada sore dan
malam hari dan turun pada pagi sampai siang hari. Demam turun dengan
pemberian obat demam berupa sanmol. Tidak terdapat ruam dan bintik kemerahan
pada badan (-), tidak terdapat pendarahan gusi (-), tidak terdapat pendarahan
hidung (-), Pasien juga mengelu sakit perut (+) sejak 3 hari yang lalu, sakit yang
dirasakan bersifat hilang timbul, sakit yang dirasakan seperti tertusuk ,pasien juga
merasa nyeri saat buang air kecil (+),buang air kecil sedikit-sedikit (+) dengan
frekuensi yang banyak dan merasa tidak puas setiap kali buang air kecil, air
kencing berwarna kuning (+), darah (-).keluhan ini sudah 2x kali dirasakan
sebelumnya. Pasien juga merasakan nyeri saat menelan (+), Muntah (+) 2 kali
sebelum masuk rumah sakit, mual (+), kurang nafsu makan (+), beringus (+) ,
batuk (+) namum jarang, berdahak (+), sesak (-), nyeri saat BAB (-) , dan BAB
lancar.
d. Riwayat Kebiasaan
Pasien merupakan anak yang aktif bermain. Ibu pasien juga mengaku
anaknya sering menahan kencing jika sudah asik bermain bersama teman-
temanya.
3
e. Riwayat penyakit dalam keluarga :
- Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien.
- Kejang (-) , penyakit jantung bawaan (-), riwayat alergi pada keluarga (-),
riwayat asma pada keluarga (-).
4
h. Riwayat imunisasi
5
Kepala
Bentuk : Normosefal
Muka : Simetris kiri dan kanan
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah rontok
Mata
Konjungtiva : Anemis -/-
Sklera : Ikterus -/-
Pupil : Isokor kiri dan kanan, Diameter 2.5mm/2.5mm
Refleks cahaya :RCL +/+, RCTL +/+
Telinga
Sekret : Tidak ada
Nyeri : Tidak ada
Hidung
Epistaksis : Tidak ada
Sekret : Ada
Mulut
Bibir : mukosa bibir basah dan tidak sianosis, stomatitis (-)
Gusi : Perdarahan (-)
Lidah : Tremor (-), kotor (-)
Tonsil : T3-T3, hiperemis
Leher : Ada Pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks
Inspeksi : Pergerakan dada simetris bilateraltidak tampak retrkasi
Palpasi : Vokal fremitus sama kiri & kanan, nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara napas dasar : Vesikuler (+/+)
Suara napas tambahan: Rh (-/-), Wh (-/-)
6
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midklavikula sinistra
Perkusi : Batas atas ICS II linea parasternalis sinistra
Abdomen
Inspeksi : Dinding abdomen tampak datar
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Perkusi : Timpanipada seluruh kuadran abdomen, nyeri ketuk pada
Daerah suprapubik,Nyeri ketuk kostovertebra (-)
Palpasi :Nyeri tekan epigastrium (-),Nyeri tekan hipokondrium
dextra et sinistra (-), Nyeri tekan umbilikus (-), Nyeri tekan
iliaca dextra et sinistra (-), Nyeri tekan suprapubik (+),
Nyeri tekan inguinal dextra et sinistra (-), Organomegali
tidak ada
Ekstremitas
Atas : Akral hangat +/+, edema tidak ada, deformitas tidak ada
Bawah : Akral hangat +/+, edema tidak ada, deformitas tidak ada
Punggung : Nyeri ketok sudut kostovertebral (-)
Tulang-belulang : Tidak ada kelainan
Otot-otot : Eutrofi (+) atrofi (-)
Reflex – reflex : Fisiologi (+), patologis (-)
Genetalia : Fimosis (+)
7
Pemeriksaan penunjang :
Resume :
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan demam 11 hari yang lalu, demam
naik turun, naik pada sore dan malam hari dan turun pada pagi sampai siang hari.
Demam turun dengan pemberian obat demam berupa sanmol. sakit perut (+) sejak
3 hari yang lalu, sakit bersifat hilang timbul, sakit seperti tertusuk, nyeri saat
buang air kecil (+), buang air kecil sedikit-sedikit (+) dengan frekuensi yang
banyak dan merasa tidak puas setiap kali buang air kecil, air kencing berwarna
kuning (+), darah (-).nyeri saat menelan (+), Muntah (+) 2 kali sebelum masuk
rumah sakit, mual (+), kurang nafsu makan (+), beringus (+) , batuk (+) namum
jarang, berdahak (+), sesak (-), nyeri saat BAB (-) , dan BAB lancar.
Dari pemeriksaan fisis didapatkan kesadaran kompos mentis, sakit sedang, tanda
vital HR : 99 x/m , S : 38 C , RR ; 28 x/m, status antropometri gizi baik, mulut :
lidah kotor (+), Tonsil : t3/t3 hiperemis (+) , pahryng hiperemis (+), pembesaran
KGB (+), Rhinore (+), thorax dalam batas normal , Jantung dalam batas normal,
abdomen nyeri tekan suprapubik (+), nyeri ketok kostovertebra (-), genetalia
fimosis. Hasil pemeriksaan lab kadar leukosit 17.0 x103 U/L kesan meningkat.
8
Diagnosis Kerja: Susp. Demam tifoid + susp Infeksi Saluran Kemih (ISK) +
Tonsilofaringitis akut + Fimosis
Terapi:
- IVFD RL 12 tpm
- Paracetamol sirup 3 x 2 cth
- Inj. Dexametason 1 amp
- Cefixime x 100 mg
- Ambroxol 1 mg + CTM 2 mg ( 3x1)
- Domperidone sirup 3 x 1 ½ cth
- Bed rest
- Banyak Minum Air putih
Anjuran :
- UL
- USG abdomen
- Pemeriksaan Anti salmonela
9
FOLLOW UP
11 April 2018
S : Sakit perut bawah pusat (+) nyeri Buang Air Kecil (+), BAK sedikit-
sedikit (+) dengan frekuensi banyak kali dan merasa tidak puas setiap
kali kencing, kencing berwarna kuning (+), demam (+), muntah (-), Mual (-
), batuk (-), flu (-). Nyeri menelan (+),kurang nafsu makan (+)
Kepala-Leher :
Bentuk : normosefal
Rambut : warna hitam tidak mudah dicabut
Mata : pupil bulat isokor (+/+), RCL (+/+), RCTL (+/+), konjungtiva
anemis (-/-), sklera ikterus (-/-)
Telinga : nyeri (-), sekret (-) otore (-)
Hidung : rinore (+), epistaksis (-), pernapasan cuping hidung (-)
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-) lidah kotor (+), tonsil T3/T3 hiperemis
(+) , faring hiperemis
Leher : tiroid ikut gerakan menelan (-), pembesaran KGB (+)
Toraks :
Inspeksi : simetris bilateral (+), retraksi (-)
Palpasi : vokal fremitus sama kiri dan kanan, massa (-)
Perkusi : sonor (+/+)
10
Auskultasi : Bronkovesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung :dalam batas normal
Abdomen :
Inspeksi : kesan datar, jejas (-)
Auskultasi : peristaltik usus (+) kesan normal
Perkusi : timpani ke empat kuadran abdomen, Nyeri ketuk pada daerah
supra pubik.
Palpasi :Nyeri tekan pada supra pubik (+), Hepatomegali (-),
splenomegali (-), massa/penonjolan (-).
Ekstremitas :
Atas : akral hangat (+), edema (-)
Bawah : akral hangat (+), edema (-)
Genetalia : Fimosis (+)
Hasil Lab :
UROBILINOGEN - Negatif
BILIRUBINOGEN - Negatif
KETON - Negatif
NITRIT - Negatif
BLOOD +2 Negatif
LEUKOSIT +4 Negatif
VITAMIN C -
11
SEDIMEN :
Granula - Negatif
Hyfa - Negatif
Amoeba - Negatif
- Cefixime 2 x 100 mg
-Ambroxol 1 mg + CTM 2 mg 3 x 1
- Bed rest
- Sirkumsisi
12
12 April 2018
S : Sakit perut bawah pusat hilang timbul. nyeri Buang Air Kecil berkurang
(+), BAK sedikit-sedikit (-) dengan frekuensi banyak kali dan merasa tidak
puas setiap kali kencing (-), kencing berwarna kuning (+) demam (-) mual
(-) muntah (-), batuk (-), nyeri menelan (+), flu (-).
Kepala-Leher :
Bentuk : normosefal
Rambut : warna hitam tidak mudah dicabut
Mata : pupil bulat isokor (+/+), RCL (+/+), RCTL (+/+), konjungtiva
anemis (-/-), sklera ikterus (-/-)
Telinga : nyeri (-), sekret (-) otore (-)
Hidung : rinore (-), epistaksis (-), pernapasan cuping hidung (-)
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-) lidah kotor (-), tonsil T3/T3, faring
hiperemis
Leher : tiroid ikut gerakan menelan (-), pembesaran KGB (+)
Toraks :
Inspeksi : simetris bilateral (+), retraksi (-)
Palpasi : vokal fremitus (+/+), massa (-)
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi : Bronkovesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
13
Abdomen :
Inspeksi : kesan datar, jejas (-)
Auskultasi : peristaltik usus (+) kesan normal
Perkusi : timpani ke empat quadran abdomen
Palpasi :Nyeri tekan pada supra pubik (+),Hepatomegali (-),
splenomegali (-), massa/penonjolan (-)
Ekstremitas :
Genetalia : Fimosis
- Cefixime 2 x 100 mg
-Ambroxol 1 mg + CTM 2 mg 3 x 1
- Bed rest
- Sirkumsisi
14
BAB III
DISKUSI
Pada kasus ini, pasien ada demam 11 hari yang lalu bersifat hilang timbul dan
nyeri tekan suprasimfisis.
Pada pemeriksaan urinalisis dapat ditemukan , leukosituria, hematuria.3,4
Hasil pemeriksaan urinalisis pada pasien ini di dapatkan leukosit (+),eritrosit
(+), Protein (+), sedimen Leukosit 5-10, Epitel sel (+), Protein +1, blood +2,
dengan kesan hematuria dan leukosituria
15
Diagnosis pasti dengan ditemukannya bakteriuria bermakna pada kultur
urin, Pada pemerilcsaan urinalisis dapat dinemukan proteinuria, Ieukosituria
(Ieukosit > 5/ LPB), hematuria (eritrosit > S/LPB).2,5
yang jumlahnya tergantung dari metode pengambilan urin.Pemeriksaan
penunjang lain dilakukan untuk mencari faktor risiko dengan melakukan
ultrasonografi, foto polos abdomen, dan bila perlu dilanjutkan dengan miksio-
sisto-uretrogram dan pielografi intravena.3,4,5
Sebelum ada hasil biakan urin dan uji kepekaan, antibotik diberikan secara
empirik selama 1-3 hari.3Berbagai antibiotik dapat digunakan untuk pengobatan
ISK, baik antibiotik yang diberikan secara oral maupun parenteral, seperti terlihat
pada tabel 1 dan tabel 2.4,
Sefalosporin:
Sefiksim 8 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
cefadroxil 25mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
Sefpodiksim 10 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
Sefprozil 30 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
Sefaleksin 50-100 mg/kgbb/hari dibagi dalam 4 dosis
Lorakarbef 15-30 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
16
Tabel 2. Pilihan antimikroba parenteral pada infeksi saluran kemih.4
Pada kasus ini pengobatan yang diberikan yaitu cefixime 100 mg/12 jam
yaitu antibiotic golongan sefalosporin generasi 3 spektrum luas untuk bakteri
garm positif dan negatif. Pemantauan terapi dalam 48-72 jam setelah pengobatan
fase akut dimulai, gejala ISK umumnya menghilang4.5.
Pada kasus ini pengobatan simptomatik yang diberikan yaitu seperti
parasetamol sirup 3 x 2 cth sebagain anti piretik guna untuk menurunkan demam.
Domperidone sirup 3 x 1 ½ cth sebagaimanti emetic untuk menghilangkan keuhan
mual dan muntah pada pasien.pasien juga diberikan dexametason sebagai
imunosuopresan untuk nyeri pada buang air besar dan rhinore pada pasien.selain
itu juga pasien diberikan puyer berupa ambroxol 1 mg dan ctm, 2 mg sebagai anti
5
tusif.
17
ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia, sepsis, dan meningitis.
Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut ginjal, hipertensi, gagal ginjal,
komplikasi pada masa kehamilan seperti preeklamsia. Parut ginjal terjadi pada 8-
40% pasien setelah mengalami episode pielonefritis akut. Faktor risiko terjadinya
parut ginjal antara lain umur muda, keterlambatan pemberian antibiotik dalam tata
laksana ISK, infeksi berulang, RVU, dan obstruksi saluran kemih.3,4
18
DAFTAR PUSTAKA
19
20