Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi Saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri (pertumbuhan dan


perkembangbiakan bakteri) yang terjadi pada saluran kemih dengan jumlah
bakteriuria yang bermakna. ISK adalah jenis infeksi yang sangat sering terjadi.
ISK dapat terjadi di parenkim ginjal, saluran ginjal (ureter), kandung kemih, atau
saluran kencing bagian luar (uretra).1,2
Escherichia coli merupakan penyebab tersering (60-80%) pada ISK serangan
pertama. Penelitian di dalam negeri antara lain di RSCM Jakarta juga
menunjukkan hasil yang sama. Kuman lain penyebab ISK yang sering adalah
Proteus vulgaris, Pseudomonas aeroginosa, Enterobakter aerogenes, dan
Morganella morganii, Stafilokokus, dan Enterokokus.1,2
Infeksi saluran kemih (ISK), pada anak sering ditemukan dan merupakan
penyebab kedua morbiditas penyakit infeksi pada anak, sesudah infeksi saluran
napas. Prevalensi pada anak wanita berkisar 3-5% dan pada anak pria 1%. Infeksi
oleh bakteri gramnegatif enterokokus merupakan penyebab terbanyak, tetapi virus
dan fungus dapat juga ditemukan pada beberapa penderita. Infeksi berulang sering
terjadi pada penderita yang rentan, atau terjadi karena adanya kelainan anatomik
dan fungsional saluran kemih yang menyebabkan adanya statis urin dan refluks,
sehingga perlu pengenalan dini dan pengobatan yang adekuat untuk
mempertahankan fungsi ginjal dan mencegah kerusakan lebih lanjut.1,2
Gejala klinik ISK pada umur lebih tinggi yaitu sampai 4 tahun, dapat terjadi
demam yang tinggi hingga menyebabkan kejang, muntah dan diare bahkan dapat
timbul dehidrasi. Pada anak besar gejala klinik umum biasanya berkurang dan
lebih ringan, mulai tampak gejala klinik lokal saluran kemih berupa polakisuria,
disuria, urgensi, frekuensi, ngompol, sedangkan keluhan sakit perut, sakit
pinggang atau pireksia lebih jarang ditemukan. 1,2,3

1
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas pasien


Nama : An. H
Umur : 4 Tahun 10 bln
BB : 17 Kg
TB : 110 cm
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku : Bugis
Ayah : Tn. S
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : PNS
Pendidikan terakhir : S1
Ibu : Ny. D
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan terakhir : S1
Alamat : Jln.Anoa
Anak ke : 1 (satu)
Tanggal pemeriksaan : 10-04-2018
Ruangan : Catelia bawah

2
2.2 ANAMNESIS
Anamnesis (Diberikan oleh Ibu dan Pasien)
a. Keluhan utama : Demam
b. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien masuk rumah sakit dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan demam
sejak 11 hari yang lalu, demam dirasakan naik turun, demam naik pada sore dan
malam hari dan turun pada pagi sampai siang hari. Demam turun dengan
pemberian obat demam berupa sanmol. Tidak terdapat ruam dan bintik kemerahan
pada badan (-), tidak terdapat pendarahan gusi (-), tidak terdapat pendarahan
hidung (-), Pasien juga mengelu sakit perut (+) sejak 3 hari yang lalu, sakit yang
dirasakan bersifat hilang timbul, sakit yang dirasakan seperti tertusuk ,pasien juga
merasa nyeri saat buang air kecil (+),buang air kecil sedikit-sedikit (+) dengan
frekuensi yang banyak dan merasa tidak puas setiap kali buang air kecil, air
kencing berwarna kuning (+), darah (-).keluhan ini sudah 2x kali dirasakan
sebelumnya. Pasien juga merasakan nyeri saat menelan (+), Muntah (+) 2 kali
sebelum masuk rumah sakit, mual (+), kurang nafsu makan (+), beringus (+) ,
batuk (+) namum jarang, berdahak (+), sesak (-), nyeri saat BAB (-) , dan BAB
lancar.

c. Riwayat penyakit terdahulu :


- Morbili : belum pernah Cacingan : belum pernah
- Varicela : belu pernah Batuk/pilek : pernah
- Campak : belum pernah lain-Lain : Demam tifoid (+)
- Pertusis : belum pernah
- Diare : pernah
- Tonsilitis : sudah pernah

d. Riwayat Kebiasaan
Pasien merupakan anak yang aktif bermain. Ibu pasien juga mengaku
anaknya sering menahan kencing jika sudah asik bermain bersama teman-
temanya.

3
e. Riwayat penyakit dalam keluarga :
- Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien.
- Kejang (-) , penyakit jantung bawaan (-), riwayat alergi pada keluarga (-),
riwayat asma pada keluarga (-).

f. Riwayat Kehamilan dan persalinan :


Saat mengandung Ibu pasien rutin melakukan pemeriksaan antenatal care (ANC)
dipuskesmas terdekat, Ibu ada riwayat sakit ketika hamil yaitu batuk pilek. Bayi
lahir dengan sectio secaria, cukup bulan, bayi lahir langsung menangis, tidak ada
kelainan. Berat badan lahir: 2900 gram; panjang badan lahir: ibu pasien tidak
ingat.

g. Anamnesis makanan terperinci :


Anak meminum ASI (Air Susu Ibu) sejak usia 0 bulan sampai usia 4 bulan
karena ibu pasien mengaku ASI yang diproduksi sangat sedikit. Kemudian pada
usia 5 bulan dilanjutkan dengan pemberian susu formula hingga usia 2 tahun. Saat
anak memasuki usia 7 bulan diberikan juga makanan tambahan berupa bubur tim,
dan juga beberapa buah yang dihancurkan agar mudah di makan ( pisang,
pepayah, dll

4
h. Riwayat imunisasi

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
Tanda vital
TD : -
Nadi : 99 kali/menit
Respirasi : 28 kali/menit
Suhu badan : 380C
BB : 17 kg
TB : 110cm
Status Gizi :Z score
𝐵
= (𝑃 > 0)(𝑃 < −2)Normoweight)
𝑈
𝑇𝐵
= (𝑃 > 2)(𝑃 < 0) (normoheight)
𝑈
𝐵𝐵
(−2) (gizi baik)
𝑇𝐵

5
Kepala
Bentuk : Normosefal
Muka : Simetris kiri dan kanan
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah rontok
Mata
Konjungtiva : Anemis -/-
Sklera : Ikterus -/-
Pupil : Isokor kiri dan kanan, Diameter 2.5mm/2.5mm
Refleks cahaya :RCL +/+, RCTL +/+
Telinga
Sekret : Tidak ada
Nyeri : Tidak ada
Hidung
Epistaksis : Tidak ada
Sekret : Ada
Mulut
Bibir : mukosa bibir basah dan tidak sianosis, stomatitis (-)
Gusi : Perdarahan (-)
Lidah : Tremor (-), kotor (-)
Tonsil : T3-T3, hiperemis
Leher : Ada Pembesaran kelenjar getah bening

Thoraks
Inspeksi : Pergerakan dada simetris bilateraltidak tampak retrkasi
Palpasi : Vokal fremitus sama kiri & kanan, nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara napas dasar : Vesikuler (+/+)
Suara napas tambahan: Rh (-/-), Wh (-/-)

6
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midklavikula sinistra
Perkusi : Batas atas ICS II linea parasternalis sinistra

Batas kiri ICS V linea midklavikularissinistra

Batas kanan ICS V linea parasternalis Dextra

Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 reguler, Murmur dan gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : Dinding abdomen tampak datar
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Perkusi : Timpanipada seluruh kuadran abdomen, nyeri ketuk pada
Daerah suprapubik,Nyeri ketuk kostovertebra (-)
Palpasi :Nyeri tekan epigastrium (-),Nyeri tekan hipokondrium
dextra et sinistra (-), Nyeri tekan umbilikus (-), Nyeri tekan
iliaca dextra et sinistra (-), Nyeri tekan suprapubik (+),
Nyeri tekan inguinal dextra et sinistra (-), Organomegali
tidak ada

Ekstremitas
Atas : Akral hangat +/+, edema tidak ada, deformitas tidak ada
Bawah : Akral hangat +/+, edema tidak ada, deformitas tidak ada
Punggung : Nyeri ketok sudut kostovertebral (-)
Tulang-belulang : Tidak ada kelainan
Otot-otot : Eutrofi (+) atrofi (-)
Reflex – reflex : Fisiologi (+), patologis (-)
Genetalia : Fimosis (+)

7
Pemeriksaan penunjang :

TGL :15-03-2018 / 10.21 Hasil Rujukan Satuan


HEMATOLOGI
Hemoglobin 11,0 14-18 g/dl
Leukosit 17,0 4 -10 ribu/ul
Eritrosit 4,4 4-6 Juta/ul
Hematokrit 34,1 37 - 48 %
Trombosit 491 150-450 Ribu/ul
MCV 78,9 80 – 92 Fl
MCH 27,3 26 – 33 Pg
MCHC 34,6 31 - 37 g/dl

Resume :
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan demam 11 hari yang lalu, demam
naik turun, naik pada sore dan malam hari dan turun pada pagi sampai siang hari.
Demam turun dengan pemberian obat demam berupa sanmol. sakit perut (+) sejak
3 hari yang lalu, sakit bersifat hilang timbul, sakit seperti tertusuk, nyeri saat
buang air kecil (+), buang air kecil sedikit-sedikit (+) dengan frekuensi yang
banyak dan merasa tidak puas setiap kali buang air kecil, air kencing berwarna
kuning (+), darah (-).nyeri saat menelan (+), Muntah (+) 2 kali sebelum masuk
rumah sakit, mual (+), kurang nafsu makan (+), beringus (+) , batuk (+) namum
jarang, berdahak (+), sesak (-), nyeri saat BAB (-) , dan BAB lancar.
Dari pemeriksaan fisis didapatkan kesadaran kompos mentis, sakit sedang, tanda
vital HR : 99 x/m , S : 38 C , RR ; 28 x/m, status antropometri gizi baik, mulut :
lidah kotor (+), Tonsil : t3/t3 hiperemis (+) , pahryng hiperemis (+), pembesaran
KGB (+), Rhinore (+), thorax dalam batas normal , Jantung dalam batas normal,
abdomen nyeri tekan suprapubik (+), nyeri ketok kostovertebra (-), genetalia
fimosis. Hasil pemeriksaan lab kadar leukosit 17.0 x103 U/L kesan meningkat.

8
Diagnosis Kerja: Susp. Demam tifoid + susp Infeksi Saluran Kemih (ISK) +
Tonsilofaringitis akut + Fimosis

Terapi:
- IVFD RL 12 tpm
- Paracetamol sirup 3 x 2 cth
- Inj. Dexametason 1 amp
- Cefixime x 100 mg
- Ambroxol 1 mg + CTM 2 mg ( 3x1)
- Domperidone sirup 3 x 1 ½ cth
- Bed rest
- Banyak Minum Air putih

Anjuran :
- UL
- USG abdomen
- Pemeriksaan Anti salmonela

9
FOLLOW UP

11 April 2018
S : Sakit perut bawah pusat (+) nyeri Buang Air Kecil (+), BAK sedikit-
sedikit (+) dengan frekuensi banyak kali dan merasa tidak puas setiap
kali kencing, kencing berwarna kuning (+), demam (+), muntah (-), Mual (-
), batuk (-), flu (-). Nyeri menelan (+),kurang nafsu makan (+)

O : Keadaan umum: Sakit sedang


Kesadaran: Kompos mentis
Suhu : 37,70C
Nadi :110 kali/menit
Pernapasan: 22 kali/menit

Kepala-Leher :
 Bentuk : normosefal
 Rambut : warna hitam tidak mudah dicabut
 Mata : pupil bulat isokor (+/+), RCL (+/+), RCTL (+/+), konjungtiva
anemis (-/-), sklera ikterus (-/-)
 Telinga : nyeri (-), sekret (-) otore (-)
 Hidung : rinore (+), epistaksis (-), pernapasan cuping hidung (-)
 Mulut : bibir kering (-), sianosis (-) lidah kotor (+), tonsil T3/T3 hiperemis
(+) , faring hiperemis
 Leher : tiroid ikut gerakan menelan (-), pembesaran KGB (+)

Toraks :
 Inspeksi : simetris bilateral (+), retraksi (-)
 Palpasi : vokal fremitus sama kiri dan kanan, massa (-)
 Perkusi : sonor (+/+)

10
 Auskultasi : Bronkovesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung :dalam batas normal
Abdomen :
 Inspeksi : kesan datar, jejas (-)
 Auskultasi : peristaltik usus (+) kesan normal
 Perkusi : timpani ke empat kuadran abdomen, Nyeri ketuk pada daerah
supra pubik.
 Palpasi :Nyeri tekan pada supra pubik (+), Hepatomegali (-),
splenomegali (-), massa/penonjolan (-).
Ekstremitas :
 Atas : akral hangat (+), edema (-)
 Bawah : akral hangat (+), edema (-)
Genetalia : Fimosis (+)

Hasil Lab :

TGL :11-4-2018 Hasil Rujukan


URINALISIS
PH 6.0 4.8 – 8.0
BJ 1.030 1.003 – 1.002
PROTEIN - Negatif
REDUKSI - Negatif

UROBILINOGEN - Negatif

BILIRUBINOGEN - Negatif

KETON - Negatif

NITRIT - Negatif

BLOOD +2 Negatif

LEUKOSIT +4 Negatif

VITAMIN C -

11
SEDIMEN :

 Cristal Ca Oxalat - Negatif

 Granula - Negatif

 Epitel sel + Negatif


+

 Hyfa - Negatif

 Amoeba - Negatif

A: Susp. Demam tifoid + ISK+ tonsilofaringitis + Fimosis


P:
- IVFD RL 12 tpm

- Cefixime 2 x 100 mg

- Pracetamol sirup 3 x 2 cth

-Ambroxol 1 mg + CTM 2 mg 3 x 1

- Hindari makanan yang berminyak, minuman dingin, dan manisan.

- Bed rest

- Minum air putih yang banyak

- Sirkumsisi

Anjuran pemeriksaan : Antisamonella

12
12 April 2018

S : Sakit perut bawah pusat hilang timbul. nyeri Buang Air Kecil berkurang
(+), BAK sedikit-sedikit (-) dengan frekuensi banyak kali dan merasa tidak
puas setiap kali kencing (-), kencing berwarna kuning (+) demam (-) mual
(-) muntah (-), batuk (-), nyeri menelan (+), flu (-).

O : Keadaan umum: Sakit sedang


Kesadaran: Kompos mentis
Suhu : 37,10C
Nadi : 94 kali/menit
Pernapasan : 24 kali/menit

Kepala-Leher :
 Bentuk : normosefal
 Rambut : warna hitam tidak mudah dicabut
 Mata : pupil bulat isokor (+/+), RCL (+/+), RCTL (+/+), konjungtiva
anemis (-/-), sklera ikterus (-/-)
 Telinga : nyeri (-), sekret (-) otore (-)
 Hidung : rinore (-), epistaksis (-), pernapasan cuping hidung (-)
 Mulut : bibir kering (-), sianosis (-) lidah kotor (-), tonsil T3/T3, faring
hiperemis
 Leher : tiroid ikut gerakan menelan (-), pembesaran KGB (+)
Toraks :
 Inspeksi : simetris bilateral (+), retraksi (-)
 Palpasi : vokal fremitus (+/+), massa (-)
 Perkusi : sonor (+/+)
 Auskultasi : Bronkovesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung :dalam batas normal

13
Abdomen :
 Inspeksi : kesan datar, jejas (-)
 Auskultasi : peristaltik usus (+) kesan normal
 Perkusi : timpani ke empat quadran abdomen
 Palpasi :Nyeri tekan pada supra pubik (+),Hepatomegali (-),
splenomegali (-), massa/penonjolan (-)
Ekstremitas :

Atas : akral hangat (+), edema (-)

Bawah : akral hangat (+), edema (-)

Genetalia : Fimosis

Pemeriksaan anti salmonella : positif

A: ISK + demam tifoid + Tonsilofaringitis akut + Fimosis


P:
- IVFD RL 12tpm

- Cefixime 2 x 100 mg

- Pracetamol sirup 3 x 2 cth

-Ambroxol 1 mg + CTM 2 mg 3 x 1

- Hindari makanan yang berminyak, minuman dingin, dan manisan.

- Bed rest

- Minum air putih yang banyak

- Sirkumsisi

14
BAB III

DISKUSI

Diagnosis infeksi saluran kemih (ISK),pada kasus ini ditegakkan berdasarkan


anamnesis, pemeriksaan fisik dan ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium dan
dan juga pemeriksaan urin.3,4
Infeksi saluran kemih (urinary tract infection=UTI) adalah bertumbuh dan
berkembang biaknya kuman atau mikroba dalam saluran kemih dalamjumlah
bermakna.4Gambaran klinis ISK sangat bervariasi dan sering tidak khas, dari
asimtomatik sampai gejala sepsis yang berat. Pada neonatus sampai usia 2 bulan,
gejala dapat berupa sepsis, demam, apatis, anoreksia, berat badan tidak naik,
muntah, mencret, anoreksia, tidak mau minum, dan sianosis. Pada bayi, gejala
berupa demam, penurunan berat badan, anoreksia.Pada anak besar, gejalanya
lebih khas, seperti sakit waktu miksi, frekuensi miksi meningkat, muntah, nyeri
perut atau pinggang, mengompol, polakisuria, atau urin yang berbau
menyengat.2,3,4
Pada kasus ini, seperti pada teori diatas pasien umur 4 tahun 10 bulan
didapatkan pada anamnesis yaitu demam, sakit pada saat kencing, volume urine
hanya sedikit, sering kencing, kencing tidak puas, mual,muntah penurunan nafsu
makan.
Pada pemeriksaan fisis, tanda ISK yang dapat ditemukan berupa demam,
nyeri tekan suprapubik, dan kelainan pada genitalia eksterna seperti fimosis.

Pada kasus ini, pasien ada demam 11 hari yang lalu bersifat hilang timbul dan
nyeri tekan suprasimfisis.
Pada pemeriksaan urinalisis dapat ditemukan , leukosituria, hematuria.3,4
Hasil pemeriksaan urinalisis pada pasien ini di dapatkan leukosit (+),eritrosit
(+), Protein (+), sedimen Leukosit 5-10, Epitel sel (+), Protein +1, blood +2,
dengan kesan hematuria dan leukosituria

15
Diagnosis pasti dengan ditemukannya bakteriuria bermakna pada kultur
urin, Pada pemerilcsaan urinalisis dapat dinemukan proteinuria, Ieukosituria
(Ieukosit > 5/ LPB), hematuria (eritrosit > S/LPB).2,5
yang jumlahnya tergantung dari metode pengambilan urin.Pemeriksaan
penunjang lain dilakukan untuk mencari faktor risiko dengan melakukan
ultrasonografi, foto polos abdomen, dan bila perlu dilanjutkan dengan miksio-
sisto-uretrogram dan pielografi intravena.3,4,5

Sebelum ada hasil biakan urin dan uji kepekaan, antibotik diberikan secara
empirik selama 1-3 hari.3Berbagai antibiotik dapat digunakan untuk pengobatan
ISK, baik antibiotik yang diberikan secara oral maupun parenteral, seperti terlihat
pada tabel 1 dan tabel 2.4,

Tabel 1 . Pilihan antimikroba oral pada infeksi saluran kemih.4

Jenis antibiotic Dosis per hari


Amoksisilin 20-40 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis
Sulfonamid
 Trimetroprim (TMP) 6-12 mg TMP dan 30-60 mg SMX
dan Sulfametoksazol /kgbb/hari dibagi dalam 2
(SMX) Dosis 120-150 mg/kgbb/hari dibagi dalam
 Sulfisoksazol 4 dosis

Sefalosporin:
 Sefiksim 8 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
 cefadroxil 25mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
 Sefpodiksim 10 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
 Sefprozil 30 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
 Sefaleksin 50-100 mg/kgbb/hari dibagi dalam 4 dosis
 Lorakarbef 15-30 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis

16
Tabel 2. Pilihan antimikroba parenteral pada infeksi saluran kemih.4

Jenis antibiotic Dosis per hari


Seftriakson 75 mg/kgbb/hari
Sefotaksim 150 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Seftazidim 150 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Sefazolin 50 mg/kgbb/hari dibagi setiap 8 jam
Gentamisin 7,5 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Amikasin 15 mg/kgbb/hari dibagi setiap 12 jam
Tobramisin 5 mg/kgbb/hari dibagi setiap 8 jam
Tikarsilin 300 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Ampisilin 100 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam

Pada kasus ini pengobatan yang diberikan yaitu cefixime 100 mg/12 jam
yaitu antibiotic golongan sefalosporin generasi 3 spektrum luas untuk bakteri
garm positif dan negatif. Pemantauan terapi dalam 48-72 jam setelah pengobatan
fase akut dimulai, gejala ISK umumnya menghilang4.5.
Pada kasus ini pengobatan simptomatik yang diberikan yaitu seperti
parasetamol sirup 3 x 2 cth sebagain anti piretik guna untuk menurunkan demam.
Domperidone sirup 3 x 1 ½ cth sebagaimanti emetic untuk menghilangkan keuhan
mual dan muntah pada pasien.pasien juga diberikan dexametason sebagai
imunosuopresan untuk nyeri pada buang air besar dan rhinore pada pasien.selain
itu juga pasien diberikan puyer berupa ambroxol 1 mg dan ctm, 2 mg sebagai anti
5
tusif.

17
ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia, sepsis, dan meningitis.
Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut ginjal, hipertensi, gagal ginjal,
komplikasi pada masa kehamilan seperti preeklamsia. Parut ginjal terjadi pada 8-
40% pasien setelah mengalami episode pielonefritis akut. Faktor risiko terjadinya
parut ginjal antara lain umur muda, keterlambatan pemberian antibiotik dalam tata
laksana ISK, infeksi berulang, RVU, dan obstruksi saluran kemih.3,4

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Infeksi Saluran Kemih pada Anak..


09.07.2015.http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/infeksi-
saluran-kemih-pada-anak-2
2. Donna J Fisher, MD.Pediatric Urinary Tract Infection. Updated: Aug 01,
2016. http://emedicine.medscape.com/article/969643-overview#a1. Accessed
on maret17, 2018
3. Pudjiadi AH, et all. Pedoman pelayanan medis ikatan dokter anak Indonesia.
2009. Badan penerbit IDAI. p 136-140
4. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Unit Kerja Koordinasi Nefrologi.
Konsensus Infeksi Saluran Kemih pada Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia; 2011.
5. Becknell B, Schober M, Korbel L, Spencer JD, The Diagnosis, Evaluation and
Treatment of Acute andRecurrent Pediatric Urinary Tract Infections.Expert
Rev Anti Infect Ther. 2015 January; 13(1): 81–90.
doi:10.1586/14787210.2015.986097.

19
20

Anda mungkin juga menyukai