Anda di halaman 1dari 30

SPESIFIKASI TEKNIK

PEKERJAAN BETON

1.1. Umum

a. Lingkup Pekerjaan
Rekanan harus menyediakan semua bahan untuk pekerjaan beton dan harus
membuat bekisting, mengaduk beton, mengecor beton, memelihara, memperbaiki,
menyelesaikan dan mengerjakan semua pekerjaan tambahan dari seluruh
pekerjaan beton.

Pekerjaan yang disyaratkan dlam sesi ini harus mencakup seluruh struktur beton,
termasuk tulangan, struktur pracetak dan komposit, sesuai dengan Spesifikasi dan
sesuai dengan garis, elevasi, kelandaian dan dimensi yang ditunjukkan dalam
gambar, dan sebagimana yang diperlukan oleh Direksi Pekerjaan.

Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton,
pemeliharaan pondasi, pengadaan lantai kerja, pemompaan atau tindakan lain
untuk mempertahankan agar pondasi tetap kering.

b. Stadar Pekerjaan
Semua bahan dan konstruksi, jika tidak diberi catatan khusus, harus memenuhi
standar yang umum dipakai di Indonesia. Jika persyarata tersbeut diatas tidak dapat
dipenuhi, maka konstruksi harus disesuaikan dengan standard yang disetujui oleh
direksi pengawas.
Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh Rekanan dengan mengambil benda-
benda uji berupa kubus beton, silinder beton yang pembuatannya harus disaksikan
oleh Direksi Pengawas dan diperiksa di laboratorium konstruksi yang disetujui oleh
Direksi Pengawas. Jumlah yang diuji sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam PBI
1971

Mutu beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan dalam
kontrak haruslah seperti yang ditunjukkan dalam gambar atau sesi lain yang
berhubungan dengan spesifikasi ini, atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan. Beton yang digunakan haruslah mutu beton berikut ini :

K 600 : Digunakan untuk tiang pancang beton pratekan bulat


K 500 : Digunakan untuk beton pratekan pada gelagar jembatan dan
tiang pancang beton pratekan persegi.
K 400 : Digunakan untuk beton pratekan pada balok berongga
(hollow beam) dan tiang pancang pracetak beton bertulang.
K 350 : Digunakan untuk diafragma, lantai jembatan, gelagar beton
bertulang seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
K 300 : Digunakan untuk gorong-gorong pipa beton bertulang dan
kerb beton pracetak.
K 250 : Digunakan untuk struktur beton bertulang seperti gorong-
gorong persegi pelat, struktur bangunan bawah.
K 175 : Digunakan untuk struktur beton tanpa tulangan seperti
trotoar dan pasangan batu kosong yang diisi adukan,
pasangan batu.
Beton Siklop K 175 : Sebagai pengisi Pondasi Sumuran.
K 125 : Digunakan sebagai lantai kerja, penimbunan kembali dengan
beton.

Syarat dari PBI NI-2 1971 harus diterapkan sepenuhnya pada semua pekerjaan beton
yang dilaksanakan dalam bentuk kontrak ini, kecuali bila terdapat pertentangan
dengan ketentuan dalam spesifikasi ini, dalam hal ini ketentuan dalam spesifikasi ini
yang harus dipakai.

1.2. Penerbitan Detil Pelaksanaan


Detil pelaksanaan untuk pekerjaan beton yang tidak disertakan dalam Dokumen
Kontrak pada saat pelelangan akan diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan setelah
peninjauan rancangan awal telah selesai dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi ini.

1.3. Jaminan Mutu


Mutu bahan yang dipasok dari campuran yang dihasilkan dan cara kerja serta hasil
akhir harus dipantau dan dikendalikan seperti yang diisyaratkan dalam standar
Rujukan dibawah ini.

1.4 Toleransi
.
a. Toleransi Dimensi :
 Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m. +5 mm
 Panjang keseluruhan lebih dari 6 m. +15 mm
 Panjang balok, pelat dek, kolom dinding, atau antara -0 dan +10 mm
kepala jembatan
b. Toleransi Bentuk :
 Persegi (selisih dalam panjang diagonal) 10 mm
 Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari garis 12 mm
yang dimaksud) untuk panjang s/d 3 m
 Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3m – 6 m 15 mm
 Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m 20 mm

c. Toleransi Kedudukan (dari titik patokan) :


 Kedudukan kolom pra-cetak dari rencana ±10 mm
 Kedudukan permukaan horizontal dari rencana ±10 mm
 Kedudukan permukaan vertical dari renana ±10 mm

d. Toleransi Alinyemen Vertikal :


 Penyimpangan Ketegakan Kolom dan dinding ±10 mm

e. Toleransi Ketinggian (Elevasi)


 Puncak lantai kerja dibawah pondasi ±10 mm
 Puncak lantai kerja dibawah pelat injak ±10 mm
 Puncak kolom, tembok kepala, balok melintang ±10 mm

f. Toleransi Alinyemen Horisontal : 100 mm dalam 4 m panjang mendatar


g. Toleransi untuk Penutup/selimut Beton Tulangan :
 Selimut beton sampai 3 cm 0 dan +5 mm
 Selimut beton 3 cm – 5 cm -0 dan +10 mm
 Selimut beton 5 cm – 10 cm ±10 mm

1.5. Standar Rujukan


Standar Industri Indonesia (SII) :
SII-13-1977 : Semen Portland.

Standar Nasional Indonesia (SNI) :


PBI 1971 : Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2.
SK SNI M-02-1994-03 : Metode Pengujian Jumlah Bahan dalam Agregat yang
Lolos Saringan No. 200 (0,075 mm).
SNI 03-2816-1992 : Metode Pengujian Kotoran Organik dalam Pasir untuk
Campuran Mortar dan Beton.
SNI 03-1974-1990 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.
Pd M-16-1996-03 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Lapangan.
SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat Halus
dan Kasar.
SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los
Angeles.
SNI 03-3407-1994 : Metode Pengujian sifat Kekekalan Bentuk Agregat
terhadap Larutan Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat.
SK SNI M-01-1994-03 : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir
Mudah Pecah dalam Agregat.
SNI 03-2493-1991 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda uji Beton di
Laboratorium.
SNI 03-2458-1991 : Metode Pengambilan Contoh untuk Campuran Beton
Segar.

1.6. Pengajuan Kesiapan Kerja


Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak digunakan
dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan yang disyaratkan dalam
spesifikasi ini. Kontraktor harus mengirimkan rancangan cmpuran untuk masing-
masing mutu beton yang diusulkan untuk digunakan 30 hari sebelum pekerjaan
pengecoran beton dimulai.

Kontraktor harus segera mennyerahkan secara tertulis hasil dari seluruh peng-ujian
pengendalian mutu yang disayaratkan sedemikian hingga data tersebut selalu tersedia
atau bila diperlukan oleh Direksi Pekerjaan.

Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan minimum meliputi png-ujian kuat
tekan beton yang berumur 3hari, 7 hari, 14 hari, dan 28 hari setelah tanggal
pencampuran.

Kontraktor harus mengirim gambar detil untuk seluuruh perancah yang akan
digunakan, dan harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap
pekerjaan perancah dimulai.

Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit 24 jam
sebelum tanggal rencana mulai melakukan pencampuran atau pengecoran setiap jenis
beton, seperti yang disyaratkan dibawah.

1.7. Penyimpanan dan Perlindungan Bahan


Untuk penyimpanan semen, kontraktor harus menyediakan tempat yang tahan cuaca
yang kedap udara dan mempunyai lantai kayu yang lebih tinggi dari tanah disekitarnya
dan ditutup dengan lembar plastic. Sepanjang waktu, tumpukkan kantung semen
harus ditutup dengan lembar plastic.

1.8. Kondisi Tempat Kerja


Kotraktor harus menjaga temperature semua bahan, terutama agregat kasar, dengan
temperature pada tingkat yang serendah mungkin dan harus dijaga agar selalu
dibawah 300C sepanjang waktu pengecoran. Sebagai tambahan, kontraktor tidak boleh
melakukan pengecoran bilamana :
a. Tingkat penguapan melampaui 1,0 Kg/m2/jam
b. Lengas nisbi dari udara kurang dari 40%.
c. Tidak diijinkan oleh Direksi Pekerjaan, selama turun hujan atau bila udara penuh
debu atau tercemar.

1.9. Perbaikan atas Pekerjaan Beton yang Tidak Memenuhi Ketentuan


Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang
disyaratkan atau yang tidak memiliki permukaan akhir yang memenuhi ketentuan,
atau yang tidak memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan dan harus mengikuti
petunjuk yang diprintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi :
a. Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekrjaan yang belum
dikerjakan.
b. Tambahan perawatan pada bagian struktur yang hasil pengujiannya gagal;
c. Perkuatan atau pembongkaran menyeluruh dan penggantian bagian pekerjan
yang dipandang tidak memenuhi ketentuan;

Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton atau adanya
keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan dapat meminta kontraktor
melakukan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menjamin bahwa mutu
pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan adil. Biaya pengujian
tambahan tersebut haruslah enjadi tanggung jawab Kontraktor. Perbaikan atas
pekerjaan beton yang retak atau bergeser haruslah sesuai dengan ketentuan dari
Spsifikasi ini.

1.10. Bahan
1.10.1. Semen
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis semen Portland yang
memenuhi standar dalam spesifikasi ini. Terkecuali diperkenankan oleh Direksi
Pekerjaan, bahan tambahan (aditif) yang dapat menghasilkan gelembung udara dalam
campuran tidak boleh digunakan.

Terkecuali diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, hanya satu merk semen pertland
yang dapat digunakan didalam proyek.
Penyimpanan dan Pengangkutan Bahan
 Portland Cement
Dalam pengangkutan, PC harus terlindung dari hujan, dan harus diterimakan
dalam zak (kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat. PC harus
disimpan digudang yang cukup ventilasinya dan tidak kena air, diletakkan pada
tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai. Zak-zak semen tersebut
tidak boleh ditumpuk sampai tinggi melampaui 2 meter, dan tiap pengiriman baru
dipisahkan dan ditandai dengan maksud agar pemekaian semen dilakukan
menurut urutan pengirimannya.

Setiap semen rusak karena iar atau tidak memenuhi syarat dan pembungkus-
pembungkus semen yang rusak akan ditolak dan harus segera dikeluarkan dari
tempat pekerjaan. Semen yang telah disimpan lebih dari 1 bulan dalam musim
hujan atau semen yang telah disimpan selama 3 bulanlebih waktu musim kering
atau tidak boleh dipakai.

 Aggregat
Aggregat harus disimpan ditempat yang bersih, keras permukaannya dan dicegah
supaya tidak terjadi pencampuran satu sama lain, dan terkotori.

1.10.2. Air
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula
atau organic. Air akan diuji sesuai dengan ; dan harus memenuhi ketentuan dalam SNI
diatas. Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian. Bilamana
tibul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air seperti diatas tidak
dapat dilakukan, maka harus diadakan perbandigan pengujian kuat tekan mortar
semen + pasir dengan memakai air yang diusulkan dan dengan memakai air suling
atau minum. Air yang usulkan dapat digunakan bilamana kuat tekan mortar dengan air
tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90% kuat tekan mortar dengan air
suling atau minum pada periode perawatan yang sama.

1.10.3. Ketentuan Gradasi Agregat


Gradasi agregat kasar dan halus memenuhi ketentuan yang diberikan, tetapi bahan
yang tidak memenuhi ketentuan gradasi tersebut tidak perlu ditolak bila kontraktor
dapat menunjukkan dengan pengujian bahwa beton yang dihasilkan memenuhi sifat-
sifat campuran yang disyaratkan.

Direksi dapat meminta rekanan untuk mengirim contoh koral, pasir dan PC yang akan
digunakan untuk dikirimkan oleh Rekanan ke laboratorium yang telah disetujui oleh
Pengawas, atas biaya rekanan. Berdsarkan analisa hasil test contoh tersebut Direksi
Pengawas berhak menolak bahan-bahan yang tidak memenuhi persyaratan.
Agregat kasar halus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak lebih
dari ¾ dari jarak minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan dengan
acuan, atau celah-celah lainnya dimana beton harus di cor.

Tabel 1.1.2.(1) Ketentuan Gradasi Agregat


Ukuran Ayakan Persen Berat yang Lolos Untuk Agregat
ASTM (mm) Halus Kasar
2” 50,8 - 100 - - -
1 ½” 38,1 - 95-100 100 - -
1” 25,4 - - 95-100 100 -
¾” 19 - 35-70 - 90-100 100
½” 12,7 - - 25-60 - 90-100
3/8” 9,5 100 10-30 - 20-55 40-70
No.4 4,75 95-100 0-5 0-10 0-10 0-15
No.8 2,36 - - 0-5 0-5 0-5
No.16 1,18 45-80 - - - -
No.50 0,300 10-30 - - - -
No.100 0,150 2-10 - - - -

1.10.4. Sifat-Sifat Agregat


Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih, keras, kuat yang
diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau berangkal (boulder), atau dari
pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai. Agregat harus
bebas dari bahan Organik seperti yang ditunjukkan oleh Pengujian SNI 03-2816-1992
dan harus memnuhi sfiat-sifat lainnya yang diberkan dalam tabel 1.1.2.(2).

Tabel 1.1.2.(2)
Batas Maksimum
yang di Ijinkan
Sifat-Sifat (mm)
untuk Agregat
Halus Kasar
Keausan Agregat dengan Mesin Los
SNI 03-2417-1991 - 40 %
Angeles pada 500 puataran
Kekekalan Bentuk batu terhadap
Larutan Natrium Sulfat atau SNI 03-3407-1994 10 % 12 %
Magnesium Sulfat setelah 5 siklus
Gumpalan Lempung dan Partikel
SK SNI M-01-1994-03 0,5 % 0,25 %
yang Mudah Pecah
Bahan yang lolos ayakan no.200 SK SNI M-02-1994-03 3% 1%
1.10.5. Batu Untuk Beton Siklop
BAtu untuk beton siklop harus terdiri dari batu yang disetujui mutunya, keras dan
awet dan bebas dari cetak dan rongga serta tidak rusak oleh pengaruh cuaca. Batu
harus bersudut runcing, bebas dari kotoran, minyak dan bahan-bahan lain yang
mempengaruhi ikatannya dengan beton.

1.11. Pencampuran dan Penakaran


1.11.1. Rancangan Campuran
Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan dengan menggunakan metode
yang disyaratkan dalam PBI dan sesuai dengan batas-batas yang diberikan dalam tabel
1.1.3.1.(1).
a. Umum
Adukan beton terdiri dari bahan semen, bahan pembentuk (admixture), pasir, koral
dan air. Kwalitas bahan tersebut harus memenuhi syarat yang ditentukan.
Perbandingan campuran yang tepat untuk jenis pekerjaan beton yang berlainan
harus ditentukan oleh Rekanan berdasarkan hasil percobaan kubus beton,
diperlihatkan kepada Direksi Pengawas untuk di minta persetujuannya dan bila
disetujui oleh Direksi Pengawas dapat dipakai untuk pekerjaan yang dimaksud.
Secara umum, adukan beton harus direncanakan untuk menghasilkan betonnyang
sedemikian rupa, sehingga diperoleh kepadatan maksimum dan penyusutan
minimum. Jika perlu, perbandingan adukan dapat dirubah sesuai dengan pendapat
Direksi Pengawas.
Didalam membuat campuran beton, jumlah semen dan agregat akan diukur
menurut berat, kecuali dalam beberapa hal khusus dengan persetujuan Direksi
Pengawas, pengukuran material dengan volume akan dipakai untuk bangunan-
banguan struktur kecil. Semua volume dan berat aggregat, semen, dan air harus
ditakar dengan seksama. Bilamana proporsi-proporsi yang disyaratkan tidak
dilaksanakan Rekanan, maka konstruksi beton yang sudah dicor akan diperintahkan
untuk disingkirkan.

b. Perbandingan Air dan Semen (PC) dan Kekuatan Tekan


Kekuatan tekan minimum dan banyaknya PC yang terdapat dalam beton tidak
boleh kurang dari daftar yang tertera pada tabel kebutuhan PC. Perbandingan
maksimum Air dan semen (PC) adalah 55 liter air per 100 kg semen.

c. Mutu Bahan
 Portland Cement (PC)
Semua merk PC yang digunakan harus portland cement merk standart, yang
telah disetujui oleh badan yang berwenang dan memenuhi persyaratan
Portland Cement Khas (I-2475 PBI-1971 NI-2). Seluruh pekerjaan harus
menggunakan satu merek PC. PC harus disimpan dengan secara baik,
dihindarkan dari kelembaban samapi tiba saatnya untuk dipakai. PC yang telah
menggumpal atau emmbantu tidak boleh digunakan. PC harus disimpan
sedemikian rupa, sehingga mudah untuk diperiksa dan diambil contohnya.

 Koral dan Pasir (Aggregat)


Koral dan pasir harus keras, tahan lama dan bersih serta tidak mengandung
bahan yang merusak dalam bentuk dan jumlah, yang cukup banyak, yang akan
memperoleh kekuatan beton pada setiap umur, termasuk daya tahannya
terhadap karat dari baja tulangan. Koral harus memenuhi syarat-syarat yang
terdapat pada pasal 3 PBI-1971-NI-2.

 Air
Air yang dipakai untuk pekerjaan pembetonan, tidak boleh mengandung
minyak, asam, alkali, garam-garam,bahan-bahan organis atau bahan-bahan
lainnya yang merusak beton/baja tulangan dan tidak mempengaruhi daya lekat
semen. Akan lebih baik jika dipakai air yang dapat diminum, air yang dipakai
terlebih dahulu harus mendapat persetujuan Direksi Pengawas.

 Bahan Pembantu (Admixture)


Untuk memperbaiki mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu pengiktan dan
pengerasan ataupun untuk maksud-maksud lain, dapat dipakai bahan-bahan
pembantu. Biaya penambahan bahan pembantu ditanggung oleh rekanan.
Bahan pembantu yang digunakan dpat berupa sejenis asam “hydroxylated
carboncylix” atau sejenis “Lignin-sulfonate” tetapi tidak boleh mengandung
calcium chloride. Bahan pembantu yang digunakan harus berkwalitas baik dan
disetujui oleh Direksi Pengawas dan openggunaannya harus sesuai dengan
BAHAN PEMBANTU ( Pasal 3 PBI-1971-NI-2 ).

Jumalh penggunaan PC dalam adukan adalah tetap dan tidak tergantung ada atau
tidaknya penggunaan bahan pembantu dan cara pencampurannya harus sesuai
dengan petunjuk dari pabriknya.

Jika memang dianggap perlu untuk mencapai kekuatan yang dikehendaki. Direksi
pengawas berhak memerintahkan untuk menambahkan jumlah PC yang melebihi
daftar PC pada setiap pekerjaan beton. Penambahan semen jika diperintahkan harus
disediakan oleh rekanan tanpa tambahan biaya.

1.11.2. Campuran Percobaan


Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta bahan yang diusulkan dengan
membuat dan menguji campuran percobaan, dengan disaksikan oleh Direksi
Pekerjaan, yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan yang sama seperti yang
akan digunakan untuk pekerjaan.

Campuran percoabaan tersebut dapat diterima asalkan memenuhi ketentuan sifat-sifat


campuran yang disyaratkan dibawah ini :
Kadar Semen
Ukuran Agregat Rasio Air/Semen Maks.
Mutu Beton min. (Kg/m3 dari
Maks. (mm) (terhadap berat)
campuran)
K600 - - -
K500 - 0,375 450
37 0,45 356
K400 25 0,45 370
19 0.45 400
37 0,45 315
K350 25 0,45 335
19 0,45 365
37 0,45 300
K300 25 0,45 320
19 0,45 350
37 0,50 290
K250 25 0,50 310
19 0,50 340
K175 - 0,57 300
K125 - 0,60 250

a. Test Laboratorium
Pengujian tekanan dilakukan sesuai dengan syarat dan prosedur PBI 1971 NI, dan
seluruh biaya pengiriman dan pengujian contoh beton, menjadi tanggung jawab
Rekanan.
Pengujian/test beton ini dilakukan dalam dua tahap :
 Sebelum pekerjaan beton dimulai
 Pada waktu pekerjaan beton itu dilaksanakan

1. Sebelum pekerjaan beton dimulai, Rekanan harus membuat kubus-kubus


beton dengan ukuran 15x15x15 cm sebanyak 12 buah dengan 2 (dua) macam
perbandingan campuaran/adukan. Jadi terdapat 6 (enam) buah kubus yang
terbuat dari perbandingan material yang sama.
Setelah berumur 7 (tujuh) hari, 3 (tiga) buah dari masing-masing jenis yang
sama perbandingan campuran diperiksa di laboratorium. Pada umur 28 hari
kubus-kubus sisanya diperiksa dilaboratorium. Hasil pemeriksaan di
laboratorium minimum harus sama dengan harga karakteristik beton
sebagimana yang tercantum dibawah ini :

Mutu Beton :

K175-7hari = 120 Kg/cm2


28 hari = 175 Kg/cm2
K225-7hari = 150 Kg/cm2
28 hari = 225 Kg/cm2

Rekanan harus membuat laporan tertulis mengenai hasil-hasil test kubus ini
dilengkapi dengan perbandingan-perbandingan bahan yang dipergunakan
berdasrkan data-data dari laboratorium kepada Direksi Pengawas.

2. Pada Waktu Pelaksanaan


Dilakukan 2 (dua) macam pengetesan, yaitu test kubus dan test Slump.

Test Kubus
Tiap-tiap 3 (tiga) m3 beton harus dibuat 1 (satu) kubus beton dengan ukuran
15x15x15cm yang diberi tanggal pengecoran, dan diletakkan disebelah dari
bangunan pekerjaan, dengan catatan minimal 1 (satu) kubus beton dalam 1
(satu) hari.

Dalam pemeriksaan laboratorium, maksimal 1 dari 20 kubus mempunyai


harga karakteristik yang ditentukan. Jika ternyata hasil pemeriksaan lebih dari
11 kubus yang tidak bisa mencapai sigma beton karakteristik sebagaimana
yang ditentukan, maka Rekanan harus bertanggung jawab penuh atas
keamanan konstruksi.
Berdasarkan analisa dan hasil test laboratorium. Rekanan harus
merencanakan suatu campuran beton untuk memenuhi setiap kekuatan yang
dikehendaki dan memenuhi slump yang disyaratkan. Rekanan juga harus
mengirim 2 (dua) kubus percobaan ke laboratorium dari setiap adukan yang
direncanakan dari contoh koral dan pasir yang telah diperiksa selama 1 (satu)
kubus ditest pada umur 7 hari dan yang sebuah lagi ditest pada umur 28 hari.

Rekanan harus menyerahkan 3 (tiga) rangkap hasil test dan rencana adukan
kepada Direksi Pengawas untuk disetujui sebelum pengecoran beton
dilakukan. Seluruh biaya pembuatan contoh, rencana adukan dan test
laboratorium di tanggung oleh Rekanan.

b. Ukuran Campuran PC dan Bahan Adukan


Jumlah PC dan bahan adukan sebelum diaduk harus ditetapkan langsung dengan
timbangan yang disediakan oleh Rekanan dan disetujui Direksi Pengawas.

c. Takaran Air
Jumlah air yang akan dimasukkan kedalam beton molen harus ditakar dengan
takaran yang disetujui oleh Direksi Pengawas

1.11.3. Ketentuan Sifat-Sifat Campuran


Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan dan
“slump” yang dibutuhkan seprti yang disyaratkan dalm tabel 1.1.3.(2), atau yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian
sesuai dengan SNI 03-1974-1990 (AASHTO T22), pd M-16-1996-03 (AASHTO T23), SNI
03-2493-1991 (AASHTO T126), SNI 03-2458-1991 (AASHTO T41).

Tabel 1.1.3 (2) Ketentuan Sifat Campuran


Kuat Tekanan Karateristik Min.
“SLUMP” (mm)
(Kg/cm2)
Mutu Beton Benda Uji Kubus Benda Uji Silinder
Tidak
15 x 15 x 15 cm 3
15cm x 30 cm Digetarkan
Digetarkan
7 hari 28 Hari 7 Hari 28 Hari
K600 390 600 325 500 20 – 50 -
K500 325 500 260 400 20 – 50 -
K400 285 400 240 330 20 – 50 -
K350 250 350 210 290 20 – 50 50 – 100
K300 215 300 180 250 20 – 50 50 – 100
K250 180 250 150 210 20 – 50 50 – 100
K225 150 225 125 190 20 – 50 50 – 100
K175 115 175 95 145 20 – 50 50 – 100
K125 80 125 70 105 20 – 50 50 – 100

Beton yang tidak memenuhi ketentuan “Slump” umumnya tidak boleh digunakan pada
pekerjaan, terkcuali bila Direksi Pekerjaan dalam beberapa hal menyetujui
penggunaannya dalam kuantitas kecil untuk bagian tertentu dengan pembenahan
ringan. Kelecakan (workability) dan tekstur campuran harus sedemikian rupa sehingga
beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga atau celah atau
gelembung undara atau gelembung air , dan sedemikian rupa sehingga pada saat
pembongkaran acuan diperoleh permukaan yang rata , halus dan padat.
Bilamana pengujian beton berumur 7 hari menghasilkan beton dibawah kekuatan
yang disyaratkan dalam tabel 1.1.3.(2), maka Kontraktor tidak diperkenankan
mengecor beton lebih lanjut sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut dapat
diketahui dengan pasti dan sampai telah diambil tindakan-tindakan yang menjamin
bahwa produksi beton memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam spesifikasi. Kuat
tekan beton berumur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus
dipandang tidak sebagai pekerjaan yang tidak dapat diterima dan pekerjaan tersebut
harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan diatas. Kekuatan beton dianggap lebih kecil
dari yang disyaratkan bilamana hasil pengujian serangkaian benda uji dari bagian
pekerjaan yang dipertanyakan lebih kecil dari kuat tekan karaktristik yang diperoleh
dari rumus yang diatas.

Direksi Pekerjaan dapat pula menghentikan pekerjaan dan atau memerintahkan


Kontraktor mengambil tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran atas
dasar hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3hari. Dalam keadaan demikian,
Kontraktor harus segera menghentikan pengecoran beton yang dipertanyakan tetapi
dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan beton berumur 7 hari
diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu tesebut Direksi
Pekerjaan akan menelaah kedua hasil pengujian yang berumur 3 hari dan 7 hari, dan
dapat segera memerintahkan tindakan perbaikan yang dipandang perlu.

Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan daapt mencakup
pembongkaran dan penggantian seluruh beton tidak boleh berdasarkan pada hasil
pengujian kuat tekan beton berumur 3hari saja, terkecuali bila Kontraktor dan Direksi
Pekerjaan keduanya sepakat dengan perbaikan tersebut.

1.11.4. Penyesuaian Campuran


a. Penyesuaian Sifat Kelecakan (Work Ability)
Bilamana sulit untuk memperoleh sifat kelecakan beton dengan proporsi yang
semula dirancang oleh Direksi Pekerjaan, maka Kontraktor akan melakukan
perubahan pada berat Agregat sebagimana diperlukan, asalkan dalam hal apapun
kadar semen yang semula dirancang tidak berubah, juga rasio air/semen yang telah
ditentukan berdasarkan pengujian kuat tekan yang menghasilkan kuat tekan yang
memenuhi, tidak dinaikkan.

Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air atau
oleh cara lain tidak akan diperkenankan. Bahan tambah (aditif) untuk meningkatkan
sifat kelecakan hanya diijinkan bila secara khsuus telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
b. Penyesuaian Kekuatan
Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau disetujui, kadar
semen harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

c. Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru


Perubahan sumber bahan atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa
pemberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan dan bahan baru tidak boleh
digunakan sampai Direksi Pekerjaan menerima bahan tersebut secara tertulis dan
menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil pengujian campuran percobaan
baru yang dilakukan oleh Kontraktor.

1.11.5. Penakaran Agregat


Seluruh Komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan semen
kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen
yang digunakan adalah setara dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak
semen. Agregat harus diukur beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak
boleh melebihi kapsitas alat pencampur.

Sebelum penakaran, agreagt harus dibasahi sampai jenuh dan dipertahankan dalam
kondisi lembab, pada kadar yang mendekati keadaan jenuh-kering permukaan, dengan
menyemprot tumpukkan agregat dengan air secara berkala. Pada saat penakaran,
dengan menyemprot tumpukan agregat dengan air secara berkala. Pada saat
penakaran, agregat harus telah dibasahi oaling sedikit 12 jam sebelumnya untuk
menjamin pengaliran yang memadai dari tumpukkan agregat.

1.11.6 Pencampuran

Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan
ukuran yang disetujui sehingga dapat menajmin distribusi yang merata dari seluruh
bahan. Pencampuran harus dilengkapi tangki air yang memadai dan alat ukur yang
akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap
penakaran.

Pertama-tama alat pencampuran harus diisi dengan agregat dan semen yang telah
ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan.

Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan kedalam campuran
bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus dimasukkan sebelum waktu
pencampuran telah berlangsung seperempat bagian. Waktu pencampuran untuk
mesin berkapasitas ¾ m3 atau kurang haruslah 1,5 menit; untuk mesin yang lebih
besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.

Banyaknya air yang digunakan dalam adukan beton harus cukup. Waktu pengadukan
beton harus diambil tetap dan normal, sehingga menghasilkan beton yang homogen
tanpa adanya bahan-bahan yang terpisah satu sama lain. Penggetaran dilakukan
dengan vibrator untuk mendapat beton yang padat cukup kedap dan dan licin
permukaannya. Jumlah air dapat diubah sesuai dengan kebutuhan, dengan melihat
perubahan keadaan cuaca atau kelembaban dari bahan adukan (pasir,koral) untuk
mempertahankan hasil yang homogen dan kekentalan yang dikehendaki. Kekentalan
adukan beton harus ditetapkan menurut “Method of Slump Test for Concrete” (JIS A
1101-1950) atau “Percobaan Slump Porland Cement Beton” (PBI-1971-NI-2). Slump
yang dipakai akan ditetapkan oleh Direksi Pengawas untuk jenis Pekerjaan.

Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan dapat


menyetujui pencampuran betonn dengan cara manual, sedekat mungkin dengan
tempat beton non-struktural.

1.12. Pelaksanaan Pengecoran


1.12.1. Penyiapan Tempat Kerja
a. Sebelum pembuatan adukan beton dimulai, semua alat-alat pengaduk dan
pengangkut beton harus sudah bersih dan psangan tulangan tulangan harus
terpasang baik sesuai dengan gambar-gambar, persyaratan-persyaratan dalam
penulangan dan telah disetujui oleh Direksi Pengawas.
b. Pengadukan beton pada semua mutu beton, harus dilaksanakan dengan mesin
pengaduk. Mesin pengaduk untuk membuat beton yang tegangan karakteristiknya
lebih dari 225 kg/cm2, harus dilengkapi dengan alat-alat yang dapat mengukur
dengan tepat jumlah air pencampur yang dimasukkan dalam drum pengaduk.
c. Jenis mesin pengaduk dan jenis timbangan-timbangan atau takaran-takaran
semen, aggregat dan air harus disetujui Direksi Pengawas sebelum dipergunakan.
d. Semen, pasir dan koral harus dicampur sedemikian rupa dan jumlah air yang
ditambahkan harus menghasilkan adukan yang homogen dan kkentalan yang
merata. Kotoran dan benda lain yang tidak di inginkan ahrsu dibuang.
e. Selama pengadukan berlangsung, kekentalan adukan beton harus diawasi terus
menerus oleh tenaga-tenaga pengawas yang ahli dengan jalan memeriksa slump
pada setiap campuran beton yang baru.
f. Besarnya slump dijadikan petunjuk apakah jumlah air pencampur yang
dimasukkan kedalam drum pengaduk adalah cukup tepat , atau perlu dikoreksi
dalam hubungannya dengan faktor air semen yang diinginkan.
g. Pengadukan ditiap molen harus terus meneus dan waktu pengadukan tergantung
dari kapasitas drum pengadukan, banyaknya adukan yang diaduk, jenis dan
susunan butir dari agregat yang dipakai dan slump ari betonnya, akan tetapi tidak
kurang dari 1,5 menit sesudah bahan termasuk air berada didalam molen, selama
itu molen harus terus berputar pada kesempatan yang akan menghasilkan
kekentalan adukan yang merata pada akhir waktu pengadukan.
h. Setelah selesai pengadukan, adukan beton harus memperlihatkan susunan dan
warna yang merata. Apabila karena sesuatu hal adukan beton tidak memenuhi
syarat minimum, misalnya adukan terlalu encer karena kesalahan dalam
memberikan jumlah air pencampur atau sudah mengeras sebagian atau tercampur
dengan bahan-bahan asing, maka adukan ini tidak boleh dipakai dan harus
disingkirkan dari tempat pelaksanaan.
i. Beton atau lapisan aduk yang telah mengeras tidak diizinkan terkumpul pada
permukaan dalam molen. Dilarang mencampur kembali dengan menambah air
kedalam adukan beton yang sebagian telah mengeras.
j. Kontraktor harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan beton yang
baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan
pekerjaan beton yang baru. Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai
dengan syarat yang disyaratkan dalam spesifikasi ini.

k. Kontraktor harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi untuk
pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan
dalam Spesifikasi ini, dan harus membersihkan dan menggaru tempat di sekeliling
pekerjaan beton yang cukup luas sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh
sudut pekejaan. Jalan kerja yang stabil juga harus dapat diperiksa dengan mudah
dan aman.

l. Seluruh telapak pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga
agar senantiasa kering dan beton tidak boleh dicor diatas tanah yang berlumpur
atau bersampah atau didalam air. Atas pesetujuan Direksi Beton dapat dicor
didalam air dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti
pada dasar sumuran atau cofferdam.

m. Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang
harus dimasukkan kedalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah
dipasang dan diikat kuat sehingga sesuai dengan ketentuan Spesifikasi ini.

n. Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, bahan landasan untuk
pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan ketetuan Spesifikasi ini.
o. Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk pondasi
sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan atau pengcoran beton
dan dapat meminta Kontraktor untuk melaksanakan pengujian penetrasi
kedalaman tanah keras, pengujian kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk
memastikan cukup tidaknya daya dukung dari tanah dibawah pondasi.

Bilamana dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi ketentuan,
Kontraktor dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau kedalaman dari
pondasi dan atau menggali dan mengganti bahan ditempat yang lunak, memadatkan
tanah pondasi atau melakukan tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

1.12.2. Acuan
Acuan dari tanah, bilmana disetujui Direksi Pekerjaan, harus dibentuk dari galian, dan
sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipngkas secara manual sesuai dimensi yang
diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran
beton.

Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambunagn dari adukan yang
kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran,
pemadatan dan perawatan.

Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk permukaan akhir
struktur yang tidak terekspos, tetapi kayu yang diserut dengan tebal yang merata
harus digunakan untuk prmukaan beton yang diekspos. Seluruh sudt-sudut tajam
acuan harus dibulatkan.

Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton.

1.12.3. Pengecoran
Kontraktor harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit 24
jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton
bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24 jam. Pmberitahuan harus
meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran
beton.

Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan akan
memriksa acuan, dan tulangan dan dapat mengeluarkan persetujuan tertulis maupun
tidak untuk memulai pelaksanaan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari
Direksi Pekerjaan.
Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu perstujuan tunuk memulai
pengecoran, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan bilamana Direksi Pekerjaan
atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran
secara keseluruhan.

Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau
diolesi minyak disisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas. Tidak
ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor sampai posisi
akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau dalam waktu yang
lebih pendek sebagaimana yang dapat diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
berdasarkan pengamatan karakterisitik waktu pengerasan (setting time) semen yang
digunakan, kecuali diberikan bahan tambah (aditif) untuk memperlambat proses
pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi.

Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan


konstruksi (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan
selesai.

Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel kasar dan
halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang
dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran yang tidak boleh
melampaui 1 meter dari tempat awal pengecoran.

Bilamana beton dicor kedalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang rumit dan
penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan-lapisan horizontal
dengan tebal tidak melampaui 15 cm. untuk dinding beton, tinggi pengecoran dapat
30 cm menerus sepanjang seluruh keliling struktur.

Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari 150 cm.
Beton tidak boleh dicor langsung dalam air. Bilamana beton dicor dalam air dan
pemompaan tidak dapat dilakukan dalam waktu 48 jamsetelah pengecoran, maka
beton dan jenis yang khusus digunakan untuk tujuan ini harus disetujui terlebih
dahulu oleh Direksi Pekerjaan.

Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga memungkinkan
pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi penuh selama pengecoran. Bilamana aliran
beton terhambat maka tremi harus ditarik sedikit dan diisi penuh terlbih dahulu
sebelum pengecoran dilanjutkan. Baik tremi atau drop-bottom-bucket harus
mengalirkan campuran beton dibawah permukaan beton yang telah dicor
sebelumnya.

Pengecoran harsu dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran beton
yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran beton yang
baru.

Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan dicor, harus
terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan
telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum pengcoran beton baru ini,
bidang-bidang kontak beton lama harus disapu dengan adukan semen dengan
campuran yang sesuai dengan betonnya.

Air tidak boleh dialirkan diatas atau dinaikkan kepermukaan pekerjaan beton dalam
waktu 24 jam setelah pengecoran.

a. Pengangkutan dan Pengecoran


Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton, Rekanan harus memberi
tahu Direksi dan Mendapatkan persetujuannya. Jika tidak ada persetujuan
Pengawas, maka Rekanan akan diperintahkan untuk menyingkirkan beton yang
dicor atas biaya sendiri. Pengecoran beton tidak diizinkan, bila direksi pengawas
berpendapat bahwa Rekanan tidak memiliki fasilitas yang baik untuk melayani
pengecoran, proses pengerasan dan penyelesaian beton. Pengecoran beton tidak
boleh dilaksanakan tanpa dihadiri oleh Direksi Pengawas. Adukan beton yang
tidak sesuai dengan persyaratan yang ditentukan atau mutunya rendah menurut
keputusan Direksi Pengawas, disingkirkan dan dipindahkan dengan biaya
Rekanan.

Untuk pemasangan instalasi-instalasi air, listrik dan isntalasi-instalasi yang lain


dimana harus menembus atau berada dalam beton, maka instalasi-instalasi
tersebut harus dipasang sebelum pengecoran dilakukan.

Sejak pengecoran beton akan dilakukan dan diteruskan hari berikutnya, maka
tempat penghentian tersebut harus disetujui oleh Direksi Pengawas.

Sejak pengecoran dimulai, pekerjaan ini harus dilanjutkan tanpa berhenti samapi
mencapai siar-siar pelaksanaan yang ditetapkan Direksi Pengawas. Apabila
pengecoran beton akan dilakukan dan diteruskan pada hari berikutnya, maka
tempat penghentian tersebut harus disetujui oleh Dirkesi Pengawas.
Beton tidak boleh di cor, bilamana keadaa cuaca buruk, panas yang daapt
menggagalkan pengecoran dan pengerasan yang baik.

Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1(satu) jam setelah
pengadukan dengan air dimulai, jangka waktu tersebut dapat diperpanjang
samapi 2 jam, apabila adukan beton digerakkan terus menerus secara mekanis.
Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka harus memakai
bahan-bahan penghambat pengikatan yang berupa bahan pembantu yang
disetujui Direksi Pengawas.

Beton harus dicor sedekat-dekatnya ketujuannya yang terakhir untuk mencegah


pemisahan bahan-bahan akibat pemindahan adukan didalam cetakan.
Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran
harus dilakukan dengan cara-cara dengan mana tidak terjadi pemisahan dan
kehilangan bahan-bahan.

Cara pengangkutan adukan beton harus lancer sehingga tidak terjadi perbedaan
waktu pengikatan yang mencolok antara beton yang sudah dicor dan yang belum
di cor. Memindahkan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran dengan perantaraan talang-talang miring hanya dapat dilakukan
setelah disetujui oleh Direksi Pengawas.

Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembersian atau kedalam papan
bekisting yang dalam, yang dapat terlepasnya koral dari adukan beton karena
berulang kali mengenai batang pembesian atau tepi bekisting ketika adukan beton
itu dijatuhkan. Beton juga tidak boleh dicor dalam bekisting sehingga
mengakibatkan penimbunan adukan permukaan bekisting diatas beton yang
dicor.

Dalam hal ini, harus disiapkan corong atau saluran vertical untuk pengecoran agar
adukan beton dapat mencapai tempatnya tanpa terlepas satu sama lain.
Bagaimanapun juga tinggi jatuh darim adukan beton tidak boleh melampaui 1,5
meter dibawah ujung corong, saluran atau kereta dorong untuk pengecoran.

Adukan beton harus dicor merata selama proses pengecoran, setelah dicor pada
tempatnya adukan tidak boleh didorong atau dipindahkan lebih dari 2 (dua)
meter mendatar. Adukan beton didalam bekisting harus dicor berupa lapisan
horizontal yang merata tidak lebih dari 60-70 cm dalamnya dan harus
diperhatikan agar terhindar terjadinya lapisan adukan yang miring atau
sambungan beton yang miring, kecuali jika diperlukan untuk bagian konstruksi
miring.

Tiap lapisan harus dicor pada waktu lapisan yang sebelumnya masih lunak.
Seluruh ujung dari saluran, pintu corong dan semua alat lain yang menerima
adukan beton dari alat pengangkut datar (conveyor), atau alat pengangkut tegak
(hoist) dan system alat pengangkut lainnya harus direncanakan dan diatur
sedemikian rupa, sehingga adukan beton yang melaluinya tidak jatuh bercerai
berai meskipun semua alat penerima tersebut terus enerus menampung adukan
beton. Penggunaan conveyor belt, ahrus jenis yang disetujui oleh Direksi
Pengawas dan harus dibersihkan dengan alat pembersih sedemikian rupa
sehingga adukan beton yang melekat pada ban conveyor tidak akan terbuang.
Dilarang menggunakan saluran yang panjangnya lebih dari 15 meter. Semua
conveyor belts dan saluran harus dilindungi.
b. Pengecoran
Rekanan harus mencegah pengeringan cepat dari adukan beton yang baru dicor.
Bila suhu disekeliling dalam bekisting lebih dari 32 0 C. Suhu adukan beton yang
dicor tidak boleh melebihi 320 C.

Adukan beton yang baru dicor harus diberi pelindung tehadap panas matahari
secepat mungkin setelah pengecoran dan segera setelah permukaan beton yang
baru sudah cukup mengeras.

Beton yang selesai dicetak harus dijaga agar tetap bersih selama sekurang-
kurangnya 14 hari setelah dicor, yaitu dengan cara penyiraman, menutup dengan
karung goni yang dibasahi atau dengan cara lain yang dibenarkan.

1.12.4. Sambungan Konstruksi (Construction Joint)


Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis struktur
yang diusulkan dan Direksi Pekerjaan harus menyetujui lokasi sambungan konstruksi
pada jadwal tersebut, atau sambungan konstruksi tersebut harus diletakkan seperti
yang ditunjukkan pada Gambar. Sa,bungan konstruksi tidak boleh ditempatkan pada
pertemuan elemen-elemen struktur terekcuali disyaratkan demikian.

Sambungan konstruksi pada tembok sayap harus dihindari. Semua sambungan


konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya harus
diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.

Bilamana sambungan vertical diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati


sambungan sedemikian rupa sehingga membaut struktur tetap monolit.

Lidah alur harus disediakan pada sambungan konstruksi dengan kedalaman paling
sedikit 4 cm untuk dinding, pelat dan antara telapak pondasi dan dinding. Untuk pelat
yang terletak diatas permukaan, sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikain
sehingga pelat-pelat mempunyai luas tidak melampaui 40m 2, dengan dimensi yang
lebih besar tidak melampaui 1,2 kali dimensi yang lebih kecil.

Kontraktor harus menyediakan pekerja dan bahan tambahan sebagimana yang


diperlukan untuk membuat sambungan konstruksi tambahan bilamana pekerjaan
terpaksa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya pemasokan beton
atau penghentian pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan.

Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bahan tambah (aditif) daapt digunakan untuk
peletakkan pada sambungan konstuksi, cara pengerjaanya harus sesuai dengan
petunjuk pabrik pembuatnya.

Pada air asin atau mengandung garam, ambungan konstruksi tidak diperkenankan
pada tempat-tempat 75 cm dibwah muka air terencah atau 75 cm diatas muka air
tertinggi kecuali ditentukan lain dalam gambar.

1.12.5. Konsolidasi
Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar yang
telah disetujui. Bilamana diperlukan, dan bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk
menjamin pemadatan yang tepat dan memadai. Penggetar tidak boleh digunakan
untuk memindahkan campuran beton dari satu titik lain didalam cetakan.

Harus dilakukan tindakan hati-hati pda waktu pemadatan untuk menentukan bahwa
semua sudut dan diantara dan sekitar besi tulangan benar-benar diisi tanpa
pemindahan kerangka penulangan, dan setiap rongga udara dan gelembung udara
terisi.

Penggetar harus dibatasi waktu penggunaanya, sehingga menghasilkan pemadatan


yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segregasi pada agregat.

Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya


5000 putaran permenit dengan berat efektif 0,25 Kg, dan boleh diletakkan diatas
acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.
Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis pulsating
(berdenyut) dan harus mampu menhailkan sekurang-kurangnya 5000 putaran per
menit apabila digunakan pada beton yang mempunyai slump 2,5 cm atau kurang,
dengan radius daerah penggetaran tidak kurang dari 45 cm.

Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan kedalam beton basah
secara vertical sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai kedasar beton
yang baru dicor, dan menghasilkan kepadatan pada seluruh kedalaman pada bagian
tersebut. Alat penggetar kemudian harus diterik pelan-pelan dan dimasukan kembali
pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya. Alat penggetar tidak boleh berada
pada suatu titik lebih dari 30 detik juga tidak boleh digunakan untuk memindahkan
campuran beton ke lokasi lain, serta tidak boleh menyentuh tulngan beton.

Jumlah minimum alat penggetar Mekanis dari Dalam

Kecepatan Pengecoran Beton (m3/jam) Jumlah Alat


4 2
8 3
12 4
16 5
20 6

a. Pada waktu adukan beton dicor kedalam bekisting atau lubang galian, tempat
tersebut harus telah padat betul dan tidak ada pengurugan lagi. Adukan beton
tersebut harus memasuki semua sudut melalui celah pembesian, tidak terjadi
sarang koral dan selama pengecoran kelebihan air pada permukaan beton harus
sedikit.
b. Perhatian khusus perlu diberikan untuk pengecoran beton disekeliling waterstop.
c. Rekanan harus menggunakan vibrator (triller) berkecepatan tinggi yang bergetar
bagian dalamnya dari jenis “tenggelam”, yang dibenarkan, sehingga akan
diperoleh hasil yang baik dalam waktu 15 (lima belas) menit setelah beton dengan
konsistensi yang ditentukan dicor dalam cetakan. Dalm hal ini digunakan vibrator,
maka slump dari beton tidak boleh lebih dari 12,5 cm.
d. Rekanan harus menyediakan vibrator dengan cadangan yang cukup.
e. Dalam keadaan khusus dimana pemakaian vibrator tidak praktis. Direksi
pengawas dapat mengajukan dan menyetujui pengecoran tanpa vibrator (triller).
f. Pekerjaan pengecoran harus dilaksanakan sebaik-baiknya dengan alat penggetar
atau vibrator (beton triller), pemadatan dengan tongkat atau jika perlu dengan
tangan untuk meyakinkan tidak akan terjadinya cacat beton seperti kropos,
adanya kantong udara dan sarang koran dibawah waterstop, yang akan
memperlemah kekuatan beton.
g. Bagian dalam dinding harus digetarkan dengan vibrator (triller) dan pada waktu
yang sama bekistingnya diketuk sampai adukan beton betul-betul mengisi penuh
bekisting tersebut atau lubang galian dan menutupi seluruh permukaan bekisting.
h. Lapisan beton berikutnya tidak boleh dicor, bila lapisan sebelumnya tidak
dikerjakan secara seksama.
i. Dalam hal pemadatan beton dilakukan dengan vibrator, harus diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
 Jarum penggetar harus dimasukkan kedalam adukan secara vertical dan
dengan persetujuan Direksi Pengawas, dalam keadaan-keadaan khusus
boleh miring sampai 45 derajat.
 Selama penggetaran, jarum tidak boleh digerakkan kearah horizontal karena
hal ini akan memindahkan bahan-bahan.
 Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton yang
sudah mulai mengeras. Karena itu jarum tidak boleh dipasang lebih dari 5
cm dari cetakan atau dari beton yang sudah mengeras. Juga harus
diusahakan agar tulangan tidak terlepas dari betonya dan getaran-getaran
tidak merambat kebagian-bagian lain dimana betonnya sudah mengeras.
 Lapisan yang digetarkan tidak lebih dari panjang jarum pada umumnya tidak
boleh lebih tebal dari 30-50 cm. Berhubung dengan itu, maka pengecoran
bagian-bagian konstruksi yang sangat tebal harus dilakukan lapis demi lapis,
sehingga tiap-tiap dapat dipadatkan dengan baik.
 Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai nampak
mengkilap sekitar jarum (air semen mulai memisahkan diri dari agregat),
yang pada umumnya tercapai setelah maksimum 30 detik. Penarikan jarum
ini tidak boleh dilakukan terlalu cepat, agar rongga bekas jarum dapat diisi
penuh dengan adukan.
Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih sedemikian rupa hingga daerah-daerah
pengaruhnya saling menutupi.

1.12.6. Beton Siklop


Pengecoran beton siklop yang terdiri dari campuran beton kelas K175 dengan batu-
batu pecah ukuran besar. Batu-batu ini dapat diletakkan dengan hati-hati, tidak boleh
dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau ditempatkan secara berlebihan yang
dikhawatirkan akan merusak bentuk acuan atau pasangan-pasangan lain yang
berdekatan. Semua batu-batu pecah harus dibasahi sebelum ditempatkan. Volume
total batu pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total volume pekerjaan beton
siklop.
Untuk dinding-dinding penahan tanah atau pilar yang lebih tebal dari 60 cm dapat
digunakan batu-batu pecah berukuran maksimum 25 cm, tiap batu harus cukup
dilindungi dengan adukan beton setebal 15 cm; batu pecah tdak boleh lebih dekat dari
30 cm dlam jarak terhadap permukaan atau 15 cm dalam jarak terhadap permukaan
yang akan dilindungi dengan beton penutup (copling)

1.12.7. Perawatan Dengan Pembasahan


a. Rekanan harus melindungi semua beton terhadap kerusakan akibat panas yang
berlebihan, kurangnya pembasahan, tegangan yang berlebihan atau hal lain,
sampai saat ini penyerahan pekerjaan oleh Rekanan, antara lain dengan cara-cara
sebagai berikut :
 Semua cetakan yang sudah diisi dengan adukan beton harus dibasahi terus
menerus sampai cetakan dibongkar.
 Setelah pengecoran beton harus terus menerus dibasahi selama 14 hari
berturut-turut.
 Khusus harus diperhatikan bahwa pada permukaan pelat lantai,
pembasahan terus menerus itu harus dilakukan dengan menutupinya dngan
karung-karung basah atau mencegah pengeringan dengan cara lain yang
disetujui oleh Direksi Pengawas.
 Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan luar, pemanasan
atau proses-proses lain untuk mempersingkat waktu pengerasan dapat
dipakai, bila disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pengawas.
 Selama dalam Proses pengerasan lantai dan bagian konstruksi yang lain,
tidak diperkenankan menggunakan lantai tersebut sebagai jalan untuk
mengangkut bahan-bahan.
 Tidak diperbbolehkan merusak/melubangi beton yang sudah jadi untuk
keperluan-keperluan apapun juga. Jika hal itu terpaksa harus dilakukan,
harus mendapat persetujuan dari Direksi Pengawas.

b. Perhatian khusus perlu diberikan untuk menjaga agar beton tidak sampai
mongering dan menghindarkan permukaan beton dari menjadi kasar atau rusak.

c. Meskipun hasil pengujian kubus-kubus beton memuaskan, rekanan harus


memperbaiki atau membongkar dan mengganti beton yang keadaannya seperti
tertera dibawah ini. Semua biaya yang timbul ditanggung oleh Rekanan.
Beton yang dimaksud tersebut diatas adalah :
 Ternyata rusak
 Mungkin sejak semula telah cacat
 Cacat sebelum penyerahan pertama
 Tidak sesuai dengan spesifikasi teknik antara lain :
Konstruksi beton yang sangat kropos
Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau
tidak sesuai dengan yang ditunjuk oleh gambar.
Konstruksi beton yang tidak lurus atau rata seperti yang direncanakan
Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya yang tidak sesuai
dengan rencana.
Penyelesaian Permukaan Beton

a. Penyelesaian Permukaan
Semua permukaan atau permukaan yang dicetak harus dikerjakan secara cermat
sesuai dengan bentuk, garis, kemiringan dan potongan sebagaimana yang
tercantum dalam gambar atau ditentukan oleh Direksi Pengawas.

Permukaan beton harus bebas dari segala jenis kekasaran, dalam bentuk apapun
dan harus merupakan suatu permukaan yang rapi, licin, merata dank eras.

Permukaan bagian atas beton yang tidak dibentuk harus dijadikan permukaan
yang seragam, kecuali bila ditentukan lain. Selama beton masih plastis tidk
diizinkan adanya renjulan atau benjolan yang berlebihan pada permukaan. Semua
permukaan harus dicor secara monolistis dengan beton dasar.

Dilarang menaburkan semen kering dan pasir diatas permukaan beton untuk
menghisap air yang berlebihan. Pelat lantai dan bagian atas dinding “exsposed”
harus dengan sendok aduk dari baja.

b. Perbaikan permukaan cacat permukaan harus dilakukan segera setelah cetakan


dilepaskan, semua permukaan “exposed” (terbuka) harus diperiksa secara teliti,
bagian yang tidak rata harus segera digosok atau diisi secara baik agar diperoleh
suatu permukaan yang licin, seragam dan merata.
Perbaikan hanya boleh dikerjakan setelah ada pemeriksaan dari Direksi Pengawas,
pekerjaan perbaikan tersebut harus betul-betul mengikuti petunjuk Direksi
Pengawas. Semua perbaikan dan penggantian sebagaimana diuraikan disini harus
dilaksanakan secepatnya oleh Rekanan atas biaya sendiri.

Beton yang menunjukkan adanya rongga-rongga, lubang, keropak atau cacat


sejenis lainnya harus dibongkar dan diganti. Lubang bekas kerucut batang
pengikat harus dihaluskan sedemikian rupa, sehingga permukaan dari lubang
menjadi bersih dan kasar. Kemudian lubang ini harus diperbaiki dengan suatu cara
yang dapat disetujui dengan menggunakan “aduk kering”.

Lubang bekas alat pengikat catakan yang berbentuk segi empat dan lubang bekas
sejenis lainnya, yang lebih dalam dari ukuran permukaan beton tidak boleh
dihaluskan, akan tetapi harus diperbaiki dengan suatu cara yang dibenarkan yaitu
dengan menggunakan “aduk kering” (dry packed mortar).

Semua perbaikan harus dilaksanakan dan dibentuk sedemikian rupa dengan cara
1.12.9. Pengendalian Mutu
a. Pengujian Untuk Kecelakaan (Workability)
Satu pengujian “slump”, atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, harus dilaskanakan pada setiap takaran beton yang dihasilkan, dan
pengujian harus dianggap belum dikerjakan terkecuali disaksikan oleh Direksi
Pekerjaan atau wakilnya.

b. Pengujian Kuat Tekan


Kontraktor harus melaksanakan tidak kurang dari satu pengujian kuat tekan untuk
setiap 60 m3 beton yang dicor dan dalam segala hal tidak kurang dari satu
pengujian untuk setiap mutu beton dan untuk setiap jenis komponen struktur yang
dicor terpisah pada tiap hari pengecoran. Setiap pengujian harus minimum harus
mencakup empat empat benda uji, yang pertama harus diuji pembebanan kuat
tekan sesudah 3 hari, yang kedua sesudah 7 hari, yang ketiga sesudah 14 hari dan
yang keempat sesudah 28 hari.

Bilamana kuantitas total suatu mutu betondalam Kontrak melebihi 40 m 3 dan


frekuensi pengujian yang ditetapkan pda butir (a) diatas hanya menyediakan kurang
dari lima pengujian untuk suatu mutu beton tertetnu, maka pengujian harus
dilaksanakan dengan mengambil contoh paling sedikit lima buah dari tekanan yang
dipilih secara acak (random).

Kuat tekan karakteristik Beton (σ bk) diperoleh dengan rumus sebagi berikut :

σi : hasil pengujian masing-masing benda uji


n : Jumlah benda uji
K : 1,64 untuk rancangan campuran dan untuk persetujuan pekerjaan
adalah koefesien yang besarnya ditunjukkan dalam tabel berikut ini :

N 4 6 8 10 12 14 16
K 1,17 0,83 0,67 0,58 0,52 0,48 0,44

c. Pengujian Tambahan
Kontraktor harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk
menentukan mutu bahan atau campuran pekejaan beton akhir, sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Pengujian tambahan tersebut meliputi :
 Pengujian yang tidak merusak menggunakan “sclerometer” atau
perangkat penguji lainnya;
 Pengujian pembebanan struktur atau struktur yang diprtanyakan;
 Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;
 Pengujian lainnya sebagimana ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.

1.13. Pengukuran dan Pembayaran


1.13.1 Cara Pengukuran
Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik (m3) pekerjaan beton yang digunakan
dan diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada gambar atau yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Tidak ada pengurangan yang akan dilakukan
untuk volume yang ditempati oleh pipa dengan garis tengah kurang dari 20 cm atau
oleh benda lainnya yang tertanam seperti “water stop”, baja tulangan, selongsong
pipa (conduit) atau lubang sulingan (weephole).

Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan dilakukan untuk
cetakan, perancah untuk balok dan lantai pemompaan, penyelesaian akhir
permukaan, penyediaan pipa sulingan, pekerjaan perlengkap lainnya untuk
penyelesaian pekerjaan beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut telah dianggap
termasuk dalam harga penawaran untuk Pekerjaan Beton.

Tidak ada pengukuran dan pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk pelat
(plate) beton pracetak untuk acuan yang terletak dibawah lantai (slab) beton
Pekerjaansemacam ini dianggap telah masuk didalam harga penawaran untuk beton
sebagai acuan.

Kuantitas bahan untuk landasan,bahan drainase porous, baja tulangan dan ata
pembayaran lainnya yang berhubungan dengan struktur yang telah selesai dan
diterima akan diukur untuk dibayarkan seperti disyaratkan dalam seksi lain dalam
Spesifikasi ini.

Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai beton struktur
atau beton tidak bertulang. Beton struktur haruslah beton yang disyaratkan atau
disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai K250 atau lebih tinggi dan beton tak bertulang
haruslah beton yang disyaratkan atau disetujui untuk K175 atau K125. bilamana beton
dengan mutu (kekuatan) yang lebih diperkenankan untuk digunakan dilokasi untuk
mutu (kekuata) beton yang lebih rendah, maka volumenya harus diukur sebagai beton
dengan mutu (kekuatan) yang lebih rendah.

1.13.2. Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki


Bilamana pekerjaan telah diperbaiki, kuantitas yang akan diukur untuk pembayaran
haruslah sejumlah yang harus dibayar bila mana pekerjaan semula telah memenuhi
ketentuan.

Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan kadar semen
atau setiap bahan tambahan (aditif), juga tidak untuk tiap pengujian atau pekerjaan
tambahan atau bahan pelengkap lainnya yang diperlukan untuk mencapai mutu yang
disyaratkan untuk pekerjaan beton.

1.13.3. Dasar Pembayaran


Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan sebagaimana yang
disyaratkan diatas, akan dibayar pada Harga Kontrak untuk mata Pembayaran dan
menggunakan satuan pengukuran yang ditunjukkan dibawah dan dalam Daftar
Kuantitas.

harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh


penyediaan dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam Mata
Pembayaran lain, termasuk “water stop”, lubang sulingan, acuan, perancah untuk
pemcampuran,pengecoran, pekerjaan akhir dan perawatan beton, dan untuk biaya
lainnya yang perlu daln lazim untuk penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana
mestinya, yang diuraikan dalam seksi ini.

Anda mungkin juga menyukai