Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL MANAJEMEN KEPERAWATAN SENTRALISASI OBAT

PROFESI NERS DI RUANG PANJALU A


RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

Disusun Oleh :

1.) Agnes Tasia.F.W, S.Kep


2.) Eka Yogi Nofiana, S.Kep
3.) Elya Puji Rahayu, S.Kep
4.) Gregorius Bimo.P, S.Kep
5.) Isna Nailul I.N, S.Kep
6.) Jovi Sulaiman, S.Kep
7.) Linda Azar Sari, S.Kep
8.) Mhd. Bambang.P, S.Kep
9.) Teguh Darmawan.S, S.Kep
10.) Tity Nur.I, S.Kep
11.) Yunita Puspita.S, S.Kep
12.) Eka Ama.P.J, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS S1 KEPERAWATAN


STIKes GANESHA HUSADA KEDIRI
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang prima
dirasakan sebagai suatu fenomena yang segera harus direspon oleh perawat. Respon
yang ada harus bersifat kondusif dengan mempelajari masalah-masalah kongkrit
dalam pelaksanaannya (Nursalam, 2011). Praktik keperawatan adalah tindakan
mandiri perawat profesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien
dan tanaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
lingkungan, wewenang dan tanggung jawabnya. Salah satu tindakan mandiri perawat
adalah pada sentralisasi obat. Sentralisasi obat merupakan salah satu bentuk
pelayanan kesehatan yang komprehensif melibatkan klien dan keluarga, dimana
sangat mempengaruhi mutu kualitas pelayanan (Nursalam, 2011) Di Ruang Rawat
Inap Panjalu A Lantai 4 RSUD Gambiran Kediri, teknik sentralisasi obat sudah
cukup baik yaitu menggunakan One Day Dose Dispending (ODDD), namun masih
terdapat ketidak lengkapan administrasi seperti tanda tangan perawat
pemeriksa/cross check dan tanda tangan keluarga.
Dewasa ini harga obat/ alat kesehatan sangatlah tinggi/mahal dan diluar
jangkauan masyarakat utamanya bagi klien dirumah sakit yang mayoritas
menggunakan berbagai merek obat patent bagi setiap pasien. Penggunaan berbagai
jenis merek obat dengan harga yang sangat tinggi tersebut tentu saja tidak hanya
berpengaruh secara ekonomi semata, namun lebih dari itu resiko penyimpangan
penggunaan obat diluar hal semestinya juga mampu menimbulkan kerugian klien itu
sendiri. Resiko resistensi tubuh terhadap obat dan resiko resistensi kuman penyakit
dapat terjadi manakala konsumsi obat oleh penderita tidak terkontrol dengan baik.
Kontroling terhadap penggunaan dan konsumsi obat sebagai salah satu peran
perawat, perlu dilakukan dalam pola/alur yang sistematis sehingga penggunaan obat
benar-benar dapat dikontrol oleh perawat sehingga resiko kerugian baik secara
materiil maupun non materiil dapat minimalkan. Upaya sistemik meliputi uraian
terinci tentang pengelolaan ketat obat oleh perawat diperlukan sebagai bentuk
tanggung jawab perawat dalam menyelenggarakan kegiatan keperawatan.
Namun dalam kenyataannya dirumah sakit tidak jarang ditemui adanya
jumlah tenaga yang tidak sesuai dengan kebutuhan sehingga beberapa tugas dan
peran perawat harus “diserahkan” pada keluarga dan klien sendiri, termasuk
didalamnya penggunaan obat. Untuk itu perlu diupayakan langkah pengontrolan
keluarga dalam menciptakan suatu bentuk “pendelegasian” peran dari perawat
kepada keluarga khususnya dalam pengelolaan obat sehingga resiko penyimpangan
dapat diminimalkan.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum :
Meningkatkan mutu pelayanan kepada klien,terutama dalam pemberian
obat
2. Tujuan Khusus :
1. Menyeragamkan pengelolaan obat.
2. Mengamankan obat-obat yang dikelola.
3. Sebagai pertanggung jawaban secara hukum maupun secara moral
4. Mempermudah pengelolaan obat secara efektif dan efisien.
1.3 Manfaat
1. Pemberian sesuai dengan 6T dan 1W yaitu tepat obat, tepat penderita,
tepat dosis, tepat waktu dan tepat cara pemberian, tepat dokumentasi,
serta waspada.
2. Pemantauan obat lebih efektif
3. Dapat dipertanggung jawabkan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam, 2007).
Sentralisasi obat meliputi obat oral, injeksi, maupun cairan diserahkan
sepenuhnya kepada perawat. Pengeluaran dan pembagian obat tersebut dilakukan
oleh perawat dimana pasien atau keluarga wajib mengetahui dan ikut serta dalam
mengontrol penggunaan obat tersebut.
2.2 Tujuan Sentralisasi Obat
Menurut Nursalam (2012) sentralisasi obat bertujuan untuk menggunakan
secara bijaksana dan menghindari pemborosan sehingga kebutuhan asuhan
keperawatan terpenuhi.
Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa obat
perlu disentralisasi:
a. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.
b. Menggunakan obat yang mahal dan bermerk, padahal obat standart yang
lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan keamanan
yang sama.
c. Meresepkan obat sebelum diagnostik “hanya untuk mencoba”
d. Menggunakan dosis yang lebih besar daripada yang diperlukan.
e. Memberikan obat pada pasien yang tidak mempercayainya dan yang akan
membuang atau lupa untuk diminum.
f. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan sehingga banyak yang tersisa
sesudah batas kadaluarsa.
g. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak efektif.
h. Meletakkan obat yang lembab, terkena cahaya atau panas.
i. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu
waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri (Mc Mahon, 1999)
2.3 Penerimaan Obat
a. Obat yang telah diresepkan oleh dokter akan diserahkan kepada perawat dan
perawat akan menunjukkan resep tersebut kepada pasien atau keluarga pasien
untuk mendapatkan persetujuan pasien atau keluarga terkait dengan harga
obat jika pasien merupakan pasien umum.
b. Perawat memberikan resep kepada farmasi untuk dipersiapkan oleh tenaga
farmasi dalam bentuk one day dose dispensing (ODDD).
c. Perawat mengambil sediaan obat pasien ke depo farmasi dengan menerima
lembar terima obat.
d. Obat yang telah diterima selanjutnya disimpan oleh perawat dalam kotak
obat.
e. Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus
diminum.
2.4 Pembagian Obat
a. Obat yang telah diterima oleh perawat kemudian ditulis dan dibuatkan jadwal
pemberian dalam medication chart.
b. Sebelum obat diberikan pada pasien, perawat harus melakukan cross check
untuk meminimalkan kesalahan dalam pemberian obat. Perawat yang
mempersiapkan obat untuk diberikan kepada pasien harus menuliskan paraf
(checker system). Sehingga tidak menutup kemungkinan perawat pada sift
lain dapat menyiapkan obat untuk sift lain.
c. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, manfaat obat,
dosis obat, cara pemberian obat, jumlah obat, dan efek samping obat pada
pasien/ keluarga. Observasi adanya efek samping setelah minum obat.
Kemudian perawat yang memberikan obat meminta pasien/ keluarga
menandatangani pada format pemberian obat sebagai bukti obat telah
diberikan/ diinjeksikan.
d. Obat yang hampir habis akan diinformasikan kepada pasien/ keluarga dan
kemudian dimintakan resep kepada dokter penanggung jawab klien disertai
dengan keterangan berapa lama pasien mendapatkan obat tersebut.
2.5 Penambahan Obat Baru
a. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau jadwal
pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukan dalam format pemberian
obat orali/ injeksi dan diinformasikan pada depo farmasi.
b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka
dokumentasi dilakukan pada format pemberian obat khusus dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat. (Nursalam, 2007)
2.6 Obat Khusus
a. Obat disebut khusus apabila sediaan yang memiliki harga yang cukup mahal,
memiliki jadwal pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping yang
cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu atau sewaktu saja.
b. Pemberian obat khusus dilakukan dengan menggunakan format pemberian
obat khusus untuk obat tersebut dilakukan oleh perawat primer.
c. Informasi yang diberikan kepada klien/ keluarga meliputi nama obat,
kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab
pemberian dan tempat obat, sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada
keluarga setelah pemberian obat. Usahakan terdapat saksi dari keluarga pada
saat pemberian obat. (Nursalam, 2007)
2.7 Pengembalian Obat
Pada pasien (umum) pulang atau pindah ruangan dan obat masih sisa maka
obat dikembalikan kepada depo farmasi untuk diganti dengan uang sesuai harga obat.
2.8 One Day Dose Dispensing (ODDD)
One Day Dose Dispensing ( ODDD) adalah suatu cara penyerahan obat
dimana obat-obatan yang diminta, disiapkan dan digunakan serta dibayar dalam
dosis perhari yang berisi obat untuk pemakaian satu hari.
Keuntungan system ini adalah:
a. Pasien hanya membayar obat yang dipakai
b. Tidak ada kelebihan obat atau alat yang tidak dipakai di ruangan perawat
c. Menciptakan pengawasan ganda oleh apoteker dan perawat
d. Kerusakan dan kehilangan obat hampir tidak ada
e. Obat yang tidak digunakan dikembalikan ke instalasi farmasi
Sistem penyaluran/ distribusi pembekalan farmasi dapat dilakukan secara:
a. Sentralisasi
Semua pelayanan pembekalan farmasi diatur oleh instalasi farmasi
sentral dan tidak ada cabang IFRS di daerah perawatan penderita.
b. Desentralisasi
Pelayanan pembekalan farmasi terbagi-bagi di daerah perawatan farmasi
sehingga lebih cepat menjangkau penderita.
2.9 Alur Sentralisasi Obat

Dokter

Resep

Perawat

Farmasi
Tanda Terima
Perawat

Sentralisasi Obat
One Day Dose Dispending

Medication Chart Salinan Obat

Persiapan Obat Pasien

Obat diberikan Ke Pindah/Pulang/Meninggal


Pasien
Sisa Obat

Pengembalian oleh farmasi

Gambar 2.1 Bagan Alur Sentralisasi Obat (Nursalam, 2011)


BAB 3
PERENCANAAN

3.1 Rencana Pelaksanaan Sentralisasi Obat


Hari : Kamis
Tanggal : 14 Februari 2019
Waktu : 11.00 WIB
Pelaksana : PJ Unit, Perawat Primer, Perawat Associete
Tempat : Ruang Panjalu A
Pembimbing Institusi : Fresty Africia, S.Kep.,Ns, M.Kep
Pembimbing Klinik : Eko Dian Hadi Suprayetno, S.Kep.,Ns
3.2 Struktur Pengorganisasian
PJ Unit : Eka Yogi.N, S.Kep
Kepala Ruang : Teguh Darmawan.S, S.Kep
Perawat Primer : Linda Azar Sari, S.Kep
Perawat Associete : Tity Nur.I, S.Kep
Metode
1. Pengawasan nama obat, jumlah, rencana pemakaian, penerima, dan pemberi
obat sesuai dengan identitas pasien dan dicatat dalam lembar serah terima
obat.
2. Pengawasan dan perencanaan nama obat, dosis, frekuensi, jadwal, dan jam
pemberian obat, cara pemberian,sesuai dengan identitas pasien pada format
kontrol dan pemakaian obat
3.3 Rencana kegiatan
a. Persiapan
1. Membuat informed consent
2. Membuat format daftar pemberian terapi (medication chart).
3. Membuat petunjuk tehnis penulisan sentralisasi obat.
4. Melakukan sosialisasi dikelompok untuk menyamakan persepsi antara
petugas.
5. Mensosialisasikan jadwal pemberian obat dan tehnik penulisan Untuk
obat oral jenis antibiotika disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
Obat Injeksi disesuaikan dengan jenis obatnya, jika merupakan obat
antibiotika maka dibuatkan jadwal sesuai dengan teknik pemberian obat
antibiotika.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan sentralisasi obat dimulai tanggal 14Februari 2019, oleh
perawat shift pagi. Dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Memberikan informed consent pada klien atau keluarganya.
2. Melakukan pencatatan pada format sentralisasi obat meliputi :
a. Identitas pasien
b. Hari dan tanggal penerimaan obat sesuai yang diresepkan
c. Nama dan jumlah obat yang diresepkan.
d. Tanda tangan yang menerima obat dan yang menyerahkan obat.
e. Menuliskan dosis dan cara pemberian obat.
f. Menuliskan jam pemberian
3. Melaksanakan pemberian obat sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
perawat pelaksana tanda tangan.
4. Melakukan timbang terima obat setiap pergantian shift sesuai dengan sisa
obat yang telah diberikan kepada pasien.
5. Memintakan resep bila obat klien habis yang dilakukan oleh perawat primer.
6. Setelah klien diperbolehkan pulang, obat sisa dikembalikan kepada klien atau
keluarga dengan menandatangani pada bagian bawah lembar sentralisasi obat.
3.4 Media
1. Lembar serah terima obat
2. Lemari/ kotak sentralisasi obat dan tempat obat
3.5 Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan pasien
b. Persiapan format dan kelengkapan sentralisasi obat
c. Pelaksanaan sentralisasi obat dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Panjalu A
Lantai 4 RSUD Gambiran Kediri.
d. Perawat yang bertugas dalam pelaksanaan sentralisasi obat
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan sentralisasi obat dilakukan sesuai dengan ruangan yang telah
ditentukan dan pasien telah menyetujui informed concent untuk dilakukan
sentralisasi obat
b. Pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan rencana dan alur yang sudah
ditentukan
c. Perawat yang bertugas sesuai dengan perannya
3. Evaluasi Hasil
a. Klien dan keluarga puas dengan hasil pelaksanaan sentralisasi obat
b. Perawat mudah mengontrol pemberian obat
c. Pendokumentasian pemberian obat dapat dilakukan dengan benar
d. Klien dapat mempercayakan pengaturan dan pemberian obat kepada
petugas
e. Meningkatkan kepatuhan klien terhadap program terapi
DAFTAR PUSTAKA

Gillies, 1989. Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem. Alih Bahasa:


Dika Sukmana. Jakarta.

Nursalam, 2011. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktek Keperawatan


Profesional. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

______, 2011. Kumpulan Materi Kuliah Manajemen Keperawatan: Disampaikan


pada perkuliahan Program Studi S1 Keperawatan STIKes Ganesha Husada
Kediri (tidak dipublikasikan).

Anda mungkin juga menyukai