Anda di halaman 1dari 18

PERILAKU GIZI DI MASYARAKAT

MATA KULIAH PENDIDIKAN GIZI


Dosen Pengampu : Waryana

KARTIKA SARI

NIM. P07131217026

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI GIZI

JURUSAN SARJANA TERAPAN GIZI

2019/2020
LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pada


tahun 1948, Badan Kesehatan Dunia/WHO menyepakati bahwa diperolehnya derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak fundamental bagi setiap orang tanpa
membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya. Perubahan
pemahaman konsep sehat dan sakit serta makin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi
telah menggugurkan paradigma kesehatan lama yang mengutamakan pelayanan kesehatan
yang bersifat kuratif dan rehabilitatif digantikan paradigma pembangunan kesehatan baru,
yaitu Paradigma Sehat yang bersifat proaktif. Dalam Indonesia sehat 2010, yang
diharapkan adalah lingkungan yang kondusif, ditunjang dengan perilaku masyarakat yang
proaktif serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan. Untuk meningkatkan percepatan
perbaikan derajat kesehatan masyarakat, diperlukan strategi pem-bangunan kesehatan,
sasaran serta kebijaksanaan pembangunan kesehatan yang berkesinambungan,
berkelanjutan, menyeluruh, merata dan terintegrasi.

Salah satu tujuan pembangunan nasional di Indonesia adalah meningkatkan kualitas sumber
daya manusia Indonesia sebagai modal dasar pembangunan di masa mendatang. Tujuan
pembangunan nasional tersebut kemudian direalisasikan dalam Tujuan Pembangunan Mi-
lenium atau Millennium Development Goals (MDGs). Adapun target utama MDGs dalam
hal menurunkan angka kematian anak adalah menurunkan angka kematian balita sebesar
dua pertiganya antara tahun 1990 hingga tahun 2015 (Stalker 2008).

Menurut Hardinsyah dan Martianto (1988), status gizi merupakan salah satu petunjuk untuk
menilai kualitas sumber daya manusia, dan perilaku konsumsi pangan seseorang akan
menentukan status gizi orang tersebut. Pada tingkat rumah tangga, status gizi dipengaruhi
oleh kemampuan rumah tangga dalam menyediakan makanan yang cukup baik dari segi
kualitas dan kuantitasnya, pola asuh anak, pengetahuan gizi, serta faktor sosio budaya
lainnya.

Periode kritis anak berada pada lima tahun pertama setelah kelahiran. Jika pertumbuhan
dan perkembangan anak pada periode ini optimal, maka akan dapat tumbuh menjadi
individu yang berkualitas (Khomsan et al. 2009).

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada hakikatnya merupakan perilaku pencegahan
oleh individu atau keluarga dari berbagai penyakit. Salah satu sasaran penerapan program
PHBS adalah pada tatanan rumah tangga, yang bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan keluarga dan produktivitas kerja setiap anggota keluarga (Depkes RI 2006).

Masalah kurang gizi pada balita dapat juga disebabkan oleh perilaku ibu dalam pemilihan
bahan makanan. Menurut Khomsan (2009), ibu yang memiliki pengetahuan gizi yang baik
akan mempraktekkan perilaku gizi yang baik dalam hal memilih makanan yang bergizi,
beragam, dan berimbang untuk balita- nya, dan sebaliknya ibu yang pengetahuan gizinya
kurang akan cenderung memiliki perilaku gizi yang kurang baik, termasuk dalam hal
memilih makanan untuk anak sehingga memberikan dampak yang kurang baik pada status
gizi balita.

Ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu modal
pembangunan nasional suatu bangsa. Tantangan ke depan perlu dijawab dengan
pembangunan sumber daya manusia yang sehat, tangguh fisik dan mental, serta cerdas
melalui pendekatan perbaikan pola konsumsi pangan. Asupan zat gizi berperan penting
dalam mencapai pertumbuhan optimal badan dan otak yang sangat menentukan kecerdasan
individu.
Konsumsi energi dan protein tingkat rumah tangga di Indonesia yang rendah (< 60%)
menunjukkan masalah yang serius khususnya bagi anak-anak. Untuk mencapai tingkat
intelektual yang tinggi, seorang anak memerlukan proses berpikir yang membutuhkan
energi sekitar 20% - 30% yang tergolong tinggi dan boros energi. Sementara, protein
diperlukan untuk mengganti sel-sel yang rusak agar sel baru kembali. Pola konsumsi anak
menentukan kebiasaan makan saat dewasa dan yang perlu mendapat perhatian adalah
kebiasaan sarapan pagi.

TUJUAN

Tujuan Umum

 Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap perilaku gizi
seimbang pada masyarakat.

Tujuan Khusus

 Menganalisis hubungan antara pengetahuan gizi seimbang dengan perilaku gizi


seimbang pada masyarakat.
 Menganalisis hubungan antara sikap gizi seimbang dengan perilaku gizi
seimbang.pada masyarakat.

MANFAAT

 Dapat mengetahui seberapa besar tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku tentang
gizi seimbang pada masyarakat.
 Dapat mengambil kebijakan dalam menangani pengetahuan, sikap dan perilaku
tentang gizi seimbang pada masyarakat.
 Dapat mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku gizi seimbang pada
masyarakat.

MENGENAL PERILAKU SEHAT DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung, maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku kesehatan adalah
suatu proses seseorang (organisme) terhadap obyek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, pelayanan kesehatan, makan dan minuman serta lingkungan. Perilaku gizi
terutama makanan dan minuman, karena makanan dan minuman dapat meningkatkan
kesehatan atau sebaliknya yaitu menurunkan kesehatan bahkan dapat mendatangkan
penyakit. Hal ini sangat bergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman
tersebut (Soekidjo Notoatmodjo , 2003:117).

Perilaku gizi seseorang dapat dilihat dari pola konsumsi pangan dan sangat menentukan
optimasi asupan energi dan protein setiap individu menurut tingkat kecukupannya terhadap
zat gizi. Perilaku makan seseorang dapat memberikan gambaran konsumsi zat gizi
seseorang (Hermina dkk, 2000:75).

Adapun panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang seperti pada 13 Pesan PUGS,
yaitu:
1. Makanlah aneka ragam makanan
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energy
3. Makananlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energy
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energy
5. Gunakan garam beryodium
6. Makanlah makanan sumber zat gizi
7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur 4 bulan
8. Biasakan makan pagi
9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya
10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur
11. Hindari minum minuman beralkohol
12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
13. Bacalah label pada makanan yang dikemas.

Pengetahuan Gizi

Pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan. Pertama, status gizi yang
cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. Kedua, setiap orang akan terpenuhi
kebutuhan gizinya jika makanan yang dimakan mengandung cukup zat gizi yang
diperlukan bagi tubuh. Ketiga, ilmu gizi diperlukan untuk perbaikan gizi masyarakat
(Suhardjo, 2003:25).

Sikap Gizi

Menurut Judith E. Brown (2005:4), sikap manusia terhadap makanan dipengaruhi oleh
kebudayaan, lingkungan sosial, kesukaan dan berbagai pengalaman yang diperoleh
menentukan individu untuk menyatakan sikap suka dan tidak suka terhadap makanan.
Selain itu respon seseorang terhadap makanan juga dipengaruhi oleh makanan yang sehat
dan kenyamanan seseorang terhadap makanan.

Sikap Gizi Seimbang

Menurut Suhardjo (2003:26), sikap manusia terhadap makanan yang banyak dipengaruhi
oleh pengalaman dan respon seseorang yang diperlihatkan oleh orang lain terhadap
makanan sejak masa kanak-kanak. Pengalaman yang diperoleh ini yang menentukan
individu untuk menyatakan sikap suka dan tidak suka terhadap makanan.

Pengetahuan Gizi Seimbang

Menurut Suhardjo (2003:25), pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada 3 (tiga)


kenyataan yaitu status gizi yang cukup penting bagi kesehatan, pengetahuan mempengaruhi
dalam penyediaan makanan sesuai kebutuhan tubuh dan penerapan ilmu gizi dalam
konsumsi sehari-hari sebagai usaha perbaikan gizi. Menurut Yayuk Farida Baliwati
(2004:117), yang termasuk aspek dalam pengetahuan gizi ada 7 (tujuh) kategori, yaitu:

1. Pangan dan gizi yang meliputi pengertian, jenis, fungsi, sumber, dan akibat
kekurangan zat gizi.
2. Pangan dan gizi bayi meliputi ASI, MP ASI, umur pemberian dan jenis makanan
yang diberikan.
3. Pangan dan gizi balita.
4. Pangan dan gizi ibu hamil.
5. Pertumbuhan anak yang meliputi pengertian, cara, pengukuran dan KMS.
6. Kesehatan anak yang meliputi jenis, guna dan umur imunisasi, penyakit yang sering
terjadi pada anak dan cara penanggulangannya.
7. Pengetahuan tentang pengasuhan anak yang meliputi tugas pengasuhan dan asuh
makan.

MENGENAL PERILAKU TIDAK SEHAT DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

Tidak rutin beraktivitas fisik


Hal ini dikarenakan saat sedang stress, seseorang cenderung menarik diri dari berbagai
kegiatan, salah satunya kegiatan berolahraga. Hal ini dapat terjadi pada siapa saja dan
menyebabkan gangguan pada rutinitas berolahraga, akibatnya tubuh dapat menjadi lebih
mudah gemuk karena kondisi stress dapat mendorong penumpukan lemak lebih banyak.
Melakukan olahraga walaupun dengan intensitas yang lebih rendah saat Anda sedang stress
dapat membantu Anda menjadi rileks karena membantu produksi hormon endorfin dan
memperbaiki mood sehingga Anda dapat melewati masa stress lebih baik.

Merokok dan konsumsi alkohol lebih banyak dari biasanya

Baik merokok dan konsumsi alkohol merupakan perilaku gaya hidup yang tidak sehat
namun banyak dipercaya keduanya dapat meringankan efek stress pada seseorang.
Kandungan rokok yang dikenal dengan nama nikotin dapat dengan mudah mencapai dan
mempengaruhi otak untuk memicu sekresi hormon dopamin yang memberikan efek
ketenangan dalam waktu sekitar 8 detik. Sedangkan konsumsi alkohol dapat memperlambat
respon emosi tubuh terhadap stress seperti kecemasan, tekanan, dan rasa gugup.

Meskipun demikian, hal tersebut tidak meringankan kondisi stress yang dialami seseorang
bahkan dapat menimbulkan dampak kesehatan yang lebih besar seperti peningkatan
tekanan darah, kerusakan jaringan otot, dan mengurangi asupan oksigen dalam darah.

Jika Anda merokok dan meminum alkohol, perlu diingat hal ini tidak akan menyelesaikan
masalah maupun menghilangkan stress yang Anda alami. Hindari konsumsi alkohol dan
rokok berlebih saat sedang stress dan jangan menunggu rasa stress Anda hilang untuk
berhenti. Menenangkan diri dan menghindari akses terhadap rokok maupun alkohol adalah
cara terbaik untuk mengatasi ketergantungan saat Anda sedang stress.
Terlalu banyak atau terlalu sedikit mengonsumsi makanan

Konsumsi yang terlalu banyak dan terlalu sedikit adalah gangguan pola makan, dalam hal
ini, sebagai respon psikologis seseorang yang sedang mengalami stress. Meskipun
disebabkan oleh faktor yang sama, kedua pola gangguan makan ini memiliki beberapa
perbedaan. Kondisi mengonsumsi makanan berlebih disebabkan oleh respon tubuh akibat
peningkatan kadar hormon kortisol dan hormon insulin yang disertai dengan kenaikan
hormon ghrelin sehingga seseorang yang sedang stress cenderung merasa lapar lebih lama.
Sedangkan gangguan makan yang terlalu sedikit disebabkan oleh hilangnya nafsu makan
karena keadaan tekanan emosi dan kondisi yang serupa dengan anoreksia. Gangguan terlalu
banyak makan dialami oleh baik laki-laki maupun perempuan pada usia dewasa,
sedangkan gangguan makan terlalu sedikit saat sedang stress cenderung dialami perempuan
pada usia anak-anak hingga remaja.

Dampak yang ditimbulkan akibat gangguan makan karena stress di antaranya


ketidakseimbangan nutrisi dan obesitas. Namun dampak yang lebih besar sering dialami
oleh seseorang yang mengkonsumsi makanan terlalu sedikit di antaranya penurunan
hormon seks, osteoporosis, gangguan saluran pencernaan, gangguan kesehatan kulit dan
rambut, serta perubahan pola tidur. Kehilangan nafsu dapat terjadi berulang terutama jika
kondisi stress cenderung kronis.

Selain itu, dewasa ini banyak masyarakat yang belum memahami akan pentingnya perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS). Padahal dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat akan memberikan banyak manfaat bagi diri kita.

Irawati, Kasubid Pengembangan Metode Pusat Promosi Kesehatan, Kementerian Kesehatan


mengatakan, dalam menerapkan PHBS di masyarakat cukup sulit. Masyarakat masih belum
terbiasa akan untuk menerapkan tersebut.
Irawati menyebutkan bahwa contoh yang paling mendasar adalah cuci tangan pakai sabun.
Irawati menjelaskan, dengan melakukan PHBS dengan mencuci akan menghindarkan kita
dari bahaya penyakit. Misalnya kita akan terhindar dari diare.

Irawati bilang dalam menerapkan PHBS ini dipengaruhi oleh empat hal. Yang pertama
adalah lingkungan, kedua adalah lingkungan, ketiga adalah keturunan, dan layanan
kesehatan. Namun dari keempat hal tersebut perilaku yang merupakan penyebab terbesar
masalah kesehatan.

UPAYA MEMPERBAIKI PERILAKU GIZI YANG SALAH PADA MASYARAKAT

Dalam pembangunan kesehatan, tenaga kesehatan masyarakat merupakan bagian dari


sumber daya manusia yang sangat penting perannya guna meningkatkan kesadaran yang
lebih tinggi pada pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Untuk itu perlu
dipersiapkan tenaga terlatih di bidang promosi kesehatan termasuk pakar yang memahami
sosiologi, antropologi, perilaku, ilmu penyuluhan dan lain-lain. Di samping itu, tenaga
kesehatan masyarakat juga dapat berperan di- bidang kuratif dan rehabilitatif. Tenaga
kesehatan masyarakat mempunyai peran strategis dalam mengubah perilaku masyarakat
menjadi kondusif terhadap Perilaku Hidup Sehat dan Bersih (PHBS) melalui promosi
kesehatan. Promosi yang dilakukan perlu mengikuti 4 tahapan yaitu: 1) memperkenalkan
gagasan dan teknik perilaku sehat, 2) melakukan identifikasi dan mengembangkan strategi
Perubahan perilaku sehat, 3). memotivasi masyarakat sehingga terjadi Perubahan perilaku
sehat dan 4) memahami cara berkomunikasi serta merancang program komunikasi.

Pembangunan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia adalah tercapainya bangsa yang
maju dan mandiri, sejahtera lahir dan bathin. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah
mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap kualitas sumberdaya manusia. Hanya dengan sumberdaya yang
sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya saing bangsa. Menyadari hal tersebut,
pemerintah Republik Indonesia telak mencanangkan kebijaksanaan dan strategi baru dalam
suatu “Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan sebagai Strategi Nasional menuju
Indonesia Sehat 2010” pada tanggal 1 Maret 1999.

Masyarakat masih menempatkan prioritas pada pembangunan sarana air bersih daripada
pembangunan sarana sanitasi dan program kesehatan, padahal pembangunan sarana air
bersih tanpa disertai pembangunan sarana sanitasi dan kesehatan, kurang memberikan
dampak terhadap peningkatan derajad kesehatan. Masyarakat kurang memperhatikan
pentingnya kegiatan untuk operasional dan pemeliharaan sarana, serta usaha peningkatan
kualitas air dan lingkungan, kurangnya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat
terhadap penggunaan sarana air bersih dan sanitasi menyebabkan kurangnya
kesinambungan / keberlanjutan program air bersih, sanitasi dan kesehatan. Maka dari itu
diperlukannya promosi kesehatan dalam masyarakat dengan tujuan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.

Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui


proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong
dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
dengan kondisi social budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya bahwa masyarakat mampu
berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila
masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupan
masyarakat. Banyak masalah kesehatan yang ada di negeri kita Indonesia, termasuk
timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang erat kaitannya dengan perilaku masyarakat itu
sendiri. Sebagai contoh KLB Diare dimana penyebab utamanya adalah rendahnya perilaku
hidup bersih dan sehat seperti kesadaran akan buang air besar yang belum benar (tidak di
jamban), cuci tangan pakai sabun masih sangat terbatas, minum air yang tidak sehat, dan
lain-lain.

Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-
upaya menfasilitasi perubahan perilaku. Dengan demikian promosi kesehatan adalah
program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik
di dalam masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan
fisik, sosial budaya, politik dan sebagainya). Atau dengan kata lain promosi kesehatan tidak
hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan saja,
tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (fisik dan non-fisik) dalam rangka
memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

Pendekatan program promosi menekankan aspek ”bersama masyarakat”, dalam artian:

a. Bersama dengan masyarakat fasilitator mempelajari aspek-aspek penting dalam


kehidupan masyarakat untuk memahami apa yang mereka kerjakan, perlukan dan inginkan.

b. Bersama dengan masyarakat fasilitator menyediakan alternatif yang menarik untuk


perilaku yang beresiko misalnya jamban keluarga sehingga buang air besar dapat di
lakukan dengan aman dan nyaman serta

c. Bersama dengan masyarakat petugas merencanakan program promosi kesehatan dan


memantau dampaknya secara terus-menerus, berkesinambungan.

Strategi Promosi Kesehatan

Pembangunan sarana air bersih, sarana sanitasi dan program promosi kesehatan dapat
dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan apabila :
• Program tersebut direncanakan sendiri oleh masyarakat berdasarkan atas identifikasi dan
analisis situasi yang dihadapi oleh masyarakat, dilaksanakan, dikelola dan dimonitor sendiri
oleh masyarakat.

• Ada pembinaan teknis terhadap pelaksanaan program tersebut oleh tim teknis pada tingkat
Kecamatan.

• Ada dukungan dan kemudahan pelaksanaan oleh tim lintas sektoral dan tim lintas
program di tingkat Kabupaten dan Propinsi.

Strategi untuk meningkatkan program promosi kesehatan, perlu dilakukan dengan langkah
kegiatan sebagai berikut :

1. Advokasi di Tingkat Propinsi dan Kabupaten

Pada tingkat Propinsi dan tingkat Kabupaten dalam pelaksanaan Proyek PAMSIMAS telah
dibentuk Tim Teknis Propinsi dan Tim Teknis Kabupaten. Anggota Tim Teknis Propinsi
dan Tim Teknis Kabupaten, adalah para petugas fungsional atau structural yang menguasai
teknis operasional pada bidang tugasnya dan tidak mempunyai kendala untuk melakukan
tugas lapangan. Advokasi dilakukan agar lintas sektor, lintas program atau LSM
mengetahui tentang Proyek PAMSIMAS termasuk Program- Promosi Kesehatan dengan
harapan mereka mau untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Mendukung rencana kegiatan promosi kesehatan. Dukungan yang dimaksud bisa


berupa dana, kebijakan politis, maupun dukungan kemitraan;

2. Sepakat untuk bersama-sama melaksanakan program promosi kesehatan; serta

3. Mengetahui peran dan fungsi masing-masing sektor/unsur terkait.


2. Menjalin Kemitraan di Tingkat Kecamatan.

Melalui wadah organisasi tersebut Tim Fasilitator harus lebih aktif menjalin kemitraan
dengan TKC untuk :

 mendukung program kesehatan.

 melakukan pembinaan teknis.

 mengintegrasikan program promosi kesehatan dengan program lain yang


dilaksanakan oleh Sektor dan Program lain, terutama program usaha kesehatan
sekolah, dan program lain di PUSKESMAS.

3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Masyarakat

Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat mengelola program promosi kesehatan,


mulai dari perencanaan, implementasi kegiatan, monitoring dan evaluasi harus
dilaksanakan sendiri oleh masyarakat, dengan menggunakan metoda MPA-PHAST. Untuk
meningkatkan keterpaduan dan kesinambungan program promosi kesehatan dengan
pembangunan sarana air bersih dan sanitasi, di tingkat desa harus dibentuk lembaga
pengelola, dan pembinaan teknis oleh lintas program dan lintas sector terkait. Pesan
perubahan perilaku yang terlalu banyak sering membuat bingung masyarakat, oleh karena
itu perlu masyarakat memilih dua atau tiga perubahan perilaku terlebih dahulu. Perubahan
perilaku beresiko diprioritaskan dalam program higiene sanitasi pada Proyek PAMSIMAS
di sekolah dan di masyarakat :

 Pembuangan tinja yang aman.

 Cuci tangan pakai sabun

 Pengamanan air minum dan makanan.


 Pengelolaan sampah

 Pengelolaan limbah cair rumah tangga

Setelah masyarakat timbul kesadaran, kemauan / minat untuk merubah perilaku buang
kotoran ditempat terbuka menjadi perilaku buang kotoran di tempat terpusat (jamban),
masyarakat dapat mulai membangun sarana sanitasi (jamban keluarga) yang harus
dibangun oleh masing-masing anggotarumah tangga dengan dana swadaya. Masyarakat
harus menentukan kapan dapat mencapai agarsemua rumah tangga mempunyai
jamban.Pembangunan sarana jamban sekolah, tempat cuci tangan dan sarana air bersih di
sekolah, menggunakan dana hibah desa atau sumber dana lain. Fasilitator harus mampu
memberikan informasipilihan agar masyarakat dapat memilih jenis sarana sanitasi sesuai
dengan kemampuan dan kondisilingkungannya (melalui pendekatan partisipatori).

4. Peran Berbagai Pihak dalam Promosi Kesehatan

Peran Tingkat Pusat

Ada 2 unit utama di tingkat Pusat yang terkait dalam Promosi Kesehatan, yaitu

1. Pusat Promosi Kesehatan

2. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Pengelolaan promosi kesehatan khususnya terkait program Pamsimas di tingkat Pusat perlu
mengembangkan tugas dan juga tanggung jawab antara lain:

1. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang terkait


dengan kegiatan promosi kesehatan secara nasional

2. Mengkaji metode dan teknik-teknik promosi kesehatan yang effektif untuk


pengembangan model promosi kesehatan di daerah
3. Mengkoordinasikan dan mengsinkronisasikan pengelolaan promosi kesehatan di
tingkat pusat

4. Menggalang kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan lain yang terkait

5. Melaksanakan kampanye kesehatan terkait Pamsimas secara nasional

6. Bimbingan teknis, fasilitasi, monitoring dan evaluasi

Peran Tingkat Propinsi

Sebagai unit yang berada dibawah secara sub-ordinasi Pusat, maka peran tingkat Provinsi,
khususnya kegiatan yang diselenggrakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi antara lain sebagai
berikut:

1. Menjabarkan kebijakan promosi kesehatan nasional menjadi kebijakan promosi


kesehatan local (provinsi) untuk mendukung penyelenggaraan promosi kesehatan
dalam wilayah kerja Pamsimas

2. Meningkatkan kemampuan Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan promosi


kesehatan, terutama dibidang penggerakan dan pemberdayaan masyarakat agar
mampu ber-PHBS.

3. Membangun suasana yang kondusif dalam upaya melakukan pemberdayaan


masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat pada level provinsi

4. Menggalang dukungan dan meningkatkan kemitraan dari berbagai pihak serta


mengintegrasikan penyelenggaraan promosi kesehatan dengan lintas program dan
lintas sektor terkait dalam pencapaian PHBS dalam level Provinsi
Peran Tingkat Kabupaten

Promosi Kesehatan yang diselenggarakan di tingkat Kabupaten, khususnya yang dilakukan


oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dapat mencakup hal-hal sebagai berikut:

 Meningkatkan kemampuan Puskesmas, dan sarana kesehatan lainnya dalam


penyelenggaraan promosi kesehatan, terutama dibidang penggerakan dan
pemberdayaan masyarakat agar mampu ber-PHBS.

 Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan yang


bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat

 Membangun suasana yang kondusif dalam upaya melakukan pemberdayaan


masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

 Menggalang dukungan dan meningkatkan kemitraan dari berbagai pihak serta


mengintegrasikan penyelenggaraan promosi kesehatan dengan lintas program dan
lintas sektor terkait dalam pencapaian PHBS.

Selain promkes atau promosi kesehatan, upaya yang dilakukan dalam pencegahan perilaku
salah maupun tidak sehat yang dilakukan oleh masyarakat antara lain penyuluhan,
konseling gizi, konsultasi maupun komunikasi edukasi informasi (KIE). Semua upaya
tersebut tak lain dan tak bukan hanya untuk mencegah, menghindari dan mengirangi
perilaku yang tidak sehat yang dilakukan pada masyarakat terkait dengan gizi.
DAFTAR PUSTAKA

Sartika, RAD. 2012. Penerapan Komunikasi, Informasi dan Edukasi Gizi terhadap
Perilaku Sarapam Sekolah Dasar . Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Wahyuni, IS. 2011. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku
Gizi Seimbang Pada Lansia Panti Wreda Pucang Gading Semarang 2009.
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang

Jayanti, LD., Effendi YK., Sukandar D. 2011. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) serta Perilaku Gizi Seimbang Ibu kaitannya dengan Status Gizi dan
Kesehatan Balita di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Departemen Gizi
Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

Fauzi CA. 2012. Analisis Pengetahuan dan Perilaku Gizi Seimbang Menurut Pesan
Ke-6, 10, 11, 12 dari Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada Remaja.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah

Anda mungkin juga menyukai