Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mengetahui latar belakang anak didik menjadi bahan pertimbangan
dalam menentukan pembelajaran, pendekatan, dan metodenya yang akan
yang akan dilakukan oleh seorang guru sehingga tujuan pendidikan akan
tercapai dengan mudah.
Sebagai seorang calon pendidik Islam, kita dituntut untuk mampu
mengetahui apa itu anak didik, hak yang akan mereka dapatkan dan
kewajiban apa yang harus mereka lakukan, serta seperti apakah profil anak
didik Islami.
Sikap dan karakter anak didik ini dapat diubah dan dapat dibentuk
sesuai dengan keinginan dan tujuan pendidikan. Disinilah peran pendidik,
orang tua, dan masyaratak sangat penting dalam menentukan lingkungan
anak didik dengan baik.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Didik


Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui apa apa,
tetapi Allah memberikan fitrah kepadanya untuk mencintai pengetahuan
dan mengetahui sesuatu yang belum di ketahuinya. Agama Islam
memberikan seperangkat ilmu yang dengannya manusia dapat mengetahui
dirinya dan mengenal segala sesuatu yang terdapat di sekililingnya.
Sebagaimana dinyatakan dalam QS. al-Nahl ayat 78. Ayat ini
mengisyaratkan bahwa manusia dibekali dengan pendengaran, mata
(pengelihatan), akal, dan hati sebagai sarana yang harus digunakan untuk
meraih pengetahuan.
Manusia, menurut Alquran, memiliki potensi untuk meraih ilmu
dan mengembangkannya dengan seizin Allah swt. Karena itu bertebaran
ayat yang memerintahkan manusia untuk menempuh berbagai cara untuk
mewujudkan hal itu . Allah menegaskan dalam QS. Shad ayat 29. Berkali
kali pula Allah menunjukkan betapa tinggi kedudukan orang orang yang
berpengetahuan.
Ayat Alquran yang pertama diturunkan memiliki aspek yang
sangat jelas dalam pemahaman pendidikan, yakni perintah untuk membaca
bagi Rasulullah Saw, dan perintah tersebut dilakukan secara berulang
ulang dengan menyebutkan bentuk pengajaran yang disandarkan pada
Allah swt. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam QS . Al - 'Alaq ayat 1-5.
Oleh karena itu sudah semestinya manusia memperoleh pendidikan
dalam arti mendapatkan bimbingan secara sadar yang dilakukan oleh si
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si si terdidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama. Selain itu, pendidikan juga
merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak yang harus dipenuhi
untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Peserta didik atau anak didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada
jalur pendidikan baik pendidikan informal, pendidikan formal maupun
pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan
tertentu.
Dilihat dari prespektif islam, pengertian anak didik adalah makhluk
yang sedang berada dalm proses perkembangan pertumbuhan menurut
fitrahnya. Dalam bahasa Arab di kenal tiga istilah yang sering
digunakan untuk menunjukan pada anak didik, yaitu murid yang secara
harfiyah berarti orang yang menginginkan atau membutuhkan sesuatu,
tilmidz (jamaknya) talamidz yang berarti murid, dan thalib al-ilm yang
menuntut ilmu pelajaran atau mahasiswa. Ketiga istilah tersebut
seluruhnya mengacu kepada seseorang yang tengah menempuh
pendidikan.
Berdasarkan pengertian diatas, maka anak didik dapat dicirikan
sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan dan ilmu,
bimbingan dan pengarahan. Dalam pandangan Islam, hakikat ilmu
berasal dari Allah, sedangkan proses memperolehnya dilakukan
melalui belajar kepada guru. Karena ilmu itu dari Allah, maka
membawa konsekuensi perlunya seseorang anak didik mendekatkan
diri kepada Allah atau menghiasi diri dengan akhlak mulia yang
disukai Allah, dan sedapat mungkin menjauhi perbuatan yang tidak
disukai Allah
Q.S Al-Baqoroh Ayat 30

ۖ ً ‫ض َخ لِ ي ف َ ة‬ ْ ‫ك لِ لْ َم ََل ئ ِ كَ ِة إ ِ ن ِ ي َج ا ِع ٌل ف ِ ي‬
ِ ‫اْل َ ْر‬ َ ُّ ‫َو إ ِ ذْ ق َ ا َل َر ب‬
‫ك الدِ َم ا َء َو ن َ ْح ُن‬ ْ َ ‫ق َ ا ل ُوا أ َت َ ْج ع َ ُل ف ِ ي َه ا َم ْن ي ُ فْ ِس د ُ ف ِ ي َه ا َو ي‬
ُ ِ‫س ف‬
ْ َ ‫ك ۖ ق َ ا َل إ ِ ن ِ ي أ‬
‫ع ل َ مُ َم ا َل ت َعْ ل َ ُم و َن‬ َ َ‫س ل‬
ُ ِ‫ك َو ن ُق َ د‬
َ ‫ن ُسَ ب ِ ُح ب ِ َح ْم ِد‬
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui".
B. Jaminan Orang Yang Menuntut Ilmu
Satu hal yang harus disadari seorang Muslim hendaknya
menempatkan orang yang mencari ilmu dalam posisi yang mulia dan
agung, sebab mereka adalah orang yang berusaha mencari sesuatu yang
berharga yaitu ilmu pengetahuan. Orang yang senantiasa rajin dalam
mencari ilmu berarti ia berjalan di jalan menuju surga. Nabi Saw,
menegaskan dalam salah satu hadisnya

َ ‫صلى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬


‫سلم َم ْن‬ ُ ‫َع ْن ا َ ِب ْي ُه َر ْي َرة قَا َل قَا َل َر‬
َ ‫س ْو ُل هللا‬
‫ط ِر ْيقًا ِالَى اْل َجنة‬
َ ُ‫للاُ لَه‬ َ ‫س فِ ْي ِه ِع ْل ًما‬
ُ ‫سه َل‬ ُ ‫ط ِر ْيقًا َي ْلت َ ِم‬
َ ‫سلَ َك‬
َ
“Barang Siapa yang menempuh jalan yang berkaitan dengan ilmu,
niscaya Allah akan memudahkan jalan baginya menuju surga”.

Hadis di atas menjelaskan bahwa seseorang yang sedang berada


dalam predikat murid, disamping ia berjalan menuju surga, karena ia
terhitung sebagai mujahid (pejuang) membela agama Allah. Ia juga akan
selalu mendapatkan perlindungan dari malaikat karena kerelaannya kepada
sang murid ketika menjalankan aktivitas studinya

C. Perumpamaan Peserta Didik dalam Agama Islam


Rasulullah membuat perumpamaan yang indah tentang ilmu dan
petunjuk yang diberikan kepada manusia bagaikan hujan yang menyirami
bumi. Kedua perumpamaan bumi dan manusia membutuhkan siraman,
bumi perlu siraman air agar menjadi tanah yang subur dan dapat
menumbuhkan tanaman-tanaman yang hijau kemudian dimanfaatkan
untuk manusia. Demikian halnya dengan hati manusia juga perlu disirami
dengan petunjuk dan ilmu, agar hatinya menjadi subur menerima petunjuk
mendapatkan ketenangan, kemudian diamalkan dan diajarkan sehingga
manfaatnya lebih luas.
Beberapa tipe karakter anak didik adalah :
1. Bagaikan Bumi Subur
Karakter anak didik diumpamakan seperti bumi subur ketika
disiram dengan air hujan. Bumi itu dapat minum atau menyerap air,
menumbuhkan tanaman-tanaman, tumbuhan-tumbuhan, dan rumput
hijau yang subur.

‫ب ْال َكثِي َْر‬


َ ‫ت ْال َك ََلَ َو ْالعُ ْش‬
ْ َ ‫ت ْال َما َء فَا َ ْنبَت‬
ْ َ‫فَ َكانَ ِم ْن َها نَ ِقيةٌ قَ ِبل‬
“Diantaranya ada bumi yang subur, ia dapat menerima air kemudian
menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rumput yang lebat”.

Sebagian bumi ada yang subur dapat menerima air untuk


menyuburkan tanah dirinya, kemudian menumbuhkan tumbuh-
tumbuhan, tanam-tanaman, dan rumput yang subur. Tumbuh-
tumbuhan dan tanam-tanaman itu berkembang dan berbuah yang
sangat bermanfaat untuk kebutuhan manusia. Sama halnya dengan
karakter sebagian anak didk yang baik ia menerima pelajaran dan
paham ilmu. Ilmu itu diamalkan dan diajarkan kepada orang lain.
Rasulullah SAW menyatakan:1

َ َ‫فَذَ ِل َك َمث َ ُل َم ْن فَقُهَ فِ ْي ِدي ِْن هللاِ َو نَفَعَهُ َما بَع‬


‫شنِي هللاُ بِ ِه فَعَ ِل َم‬
‫َو َعل َم‬
“Demikian itu perumpamaan orang yang mengkaji agama Allah dan
bermanfaat apa yang aku diutus dengannya, ia mengetahui dan
mengajarkan (kepada orang lain)”.
2. Bagaikan Bumi Tandus dan Gersang

Bumi tandus ini hanya dapat menampung air belaka, tetapi tidak
dapat menyerap untuk menumbuhkan tanam-tanaman atau tumbuh-
tumbuhan. Memang ia dapat memberi manfaat kepada manusia seperti
untuk minum, untuk menyirami dan untuk bercocok tanam, tetapi,
tetapi ia tidak dapat mengambil manfaat untuk dirinya. Ini adalah
perumpamaan karakter anak didik yang pandai , cerdas, dan pintar.
Semua buku sudah dibaca dan dipelajarai, semua ilmu seolah-olah
telah dikuasia. Tetapi ilmu itu sebatas diajarkan dan diinformasikan
kepada orang lain, sementara ilmu itu tidak diamalkan untuk dirinya.

1
Ibid., 110
Karakter anak didik kedua ini bagaikan lilin yang menerangi benda
disekitarnya, tetapi membakar dirinya.2

Allah SWT berfirman dalam Q.S As-Shaff :2-3

ِ‫يَا اَيُّ َها ال ِذيْنَ آ َمنُ ْوا ِل َم تَقُ ْولُ ْونَ َما َل ت َ ْف َعلُ ْونَ ○ َكبُ َر َم ْقتًا ِع ْندَهللا‬
○ َ‫ا َ ْن تَقُ ْولُ ْوا َما َل ت َ ْفعَلُ ْون‬
“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan. Itu sangatlah dibenci di sisi Allah
jika kamu mengatakan apa-apa tidak kamu kerjakan”.

Karakter kedua ini kurang etis, seharusnya ilmu yang telah


didapatkan untuk kepentingan diri sendiri terlebih dahulu, kemudian
keluarga dan baru untuk orang lain.

3. Bagaikan Bumi Licin Mendatar

Bentuk karakter anak didik ketiga diumpamakan seperti bumi licin


mendatar karena tidak dapat menyerap dan tidak dapat menampung
air.

Karakter anak didik yang ketiga ini tidak dapat berbuat sesuatu
yang bermanfaat baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Mereka
tidak dapat menyerap ilmu dan tidak dapat menampung ilmu. Tidak
ada ilmu yang menempel di otak mereka, tidak ada orang lain yang
mendapatkan pengajaran daripadanya. Mereka tidak mau mendegarkan
atau bahkan mendengar tapi tidak mau mengamalkan atau memelihara
ilmu itu atau tidak diajarkan.

D. Sikap yang Harus Dilakukan Peserta Didik Dalam Menuntut Ilmu

Tidak Melalaikan Pelajaran

2
Ibid., 111
‫ي هللا َع ْنه أنهُ قَا َل رسول‬ ِ ‫امر ْال ُج َهنِي – َر‬
َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْقبَة ِب ْن َع‬
ُ ‫َو َع ْن‬
‫ْس‬ َ ‫عل َم ْالر ْم‬
َ ‫ي ثُم ت َ َر َكهُ فَلَي‬ ُ ‫ (( َم ْن‬:- ‫هللا – صلى هللا عليه وسلم‬
‫صى )) رواه مسلم‬َ ‫ِمنا ا َ ْو َف َق ْد َع‬
“Dari Uqbah bin Amir al-Juhayniy berkata: Rasulullah SAW
bersabda: barang siapa yang telah diajari panah memanah kemudian
ia tinggalkannya, maka ia tidak tergolong umatku atau sungguh ia
durhaka”. (H.R. Muslim)3
Jika pada zaman Nabi keterampilan yang diperlukan adalah
memanah, maka dalam era modern pemaknaannya bisa berkembang
menjadi menembak, mengendarai pesawat perang, dll yang disiapkan
untuk memperkuat barisan umat dalam pertahanan.
Tetapi dalam era ketenangan ini yang bebas dari peperangan
interprestasinya dapat dikembangkan di medan yang mempunyai
tujuan yang sama. Seorang guru jihad yang besar adalah memajukan
pendidikan anak didikk dengan membekali keterampilan yang sesuai
dengan zamannya sperti komputer, internet, otomotif, dll.
Ilmu dalam keterampilan jika sudah dikuasai tidak boleh
dilupakan, harus selalu diingat bahkan dikembangkan.
Ibn Jama’ah juga menganjurkan pada murid untuk
mempergunakan sepertiga waktu (delapan jam) dalam sehari untuk
belajar, disamping itu anak didik juga dianjurkan untuk mengulang-
ulang , mengkaji dan menelaah kembali anak didiknya sebelum
sebelum ia menghapalkannya.4

3
Ibid., 114.
4
Ahmad Yusam Thobroni, Tafsir dan Hadits Tarbawi, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013),
48.
BAB III
KESIMPULAN

Dilihat dari prespektif islam, pengertian anak didik adalah makhluk


yang sedang berada dalm proses perkembangan pertumbuhan menurut
fitrahnya. Dalam bahasa Arab di kenal tiga istilah yang sering
digunakan untuk menunjukan pada anak didik, yaitu murid yang secara
harfiyah berarti orang yang menginginkan atau membutuhkan sesuatu,
tilmidz (jamaknya) talamidz yang berarti murid, dan thalib al-ilm yang
menuntut ilmu pelajaran atau mahasiswa. Ketiga istilah tersebut
seluruhnya mengacu kepada seseorang yang tengah menempuh
pendidikan.
Hak-hak anak didik antara lain adalah mendapatkan fasilitas yang
memadai agar saat melakukan proses pembelajaran terasa nyaman, Mereka
memperoleh kesempatan belajar tanpa harus dibedakan antara si kaya dan
si miskin, anak didik juga berhak mengeluarkan pendapat saat berdiskusi.
Setiap anak didik di majelis atau kelas terdapat tiga macam, ada
yang duudk di depan yakni tandanya menghormati pelajaran, ada yang
duduk di belakang karena malu-malu, dan ada yang berpaling tidak mau
menghadiri.
DAFTAR PUSTAKA

Khon, A. M. (2012). Hadis Tarbawi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Penulis, T. (2013). Tafsir dan Hadis Tarbawi. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.

Anda mungkin juga menyukai