2, Desember 2017
Website : http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Muwazah
terbatas dan terfokus pada hal-hal yang materi dalam pelajaran fikih yang
bersifat aksidental bukan subtansial, berhubungan dengan kedudukan hakim
sehingga kurang bisa dinamis mengikuti wanita dalam Islam, wali dan saksi
perkembangan sejarah dan sosial pengantin perempuan, kewajiban istri dan
masyarakat yang begini cepat (Shaleh, suami, hingga pembagian harta warisan,
2012: 191). materi-materi ini yang terkesan bersifat
Akibatnya, ilmu-ilmu Agama subordinatif dan misoginis, apabila
(seperti fikih dan tafsir) yang ada di dalam dipahami secara tekstual dan disampaikan
kurikulum pendidikan Islam kemudian kepada peserta didik secara taken for
disampaikan kepada peserta didik tanpa granted dan dogmatis, maka akan
pendekatan kritis, dapat mengakibatkan berdampak secara sosial dan kultural bagi
masuknya budaya-budaya patriarki dalam kehidupan peserta didik yaitu akan
sistem berpikir peserta didik. Apalagi menimbulkan pandangan yang bias gender
ditambah dengan adanya latar belakang dengan memandang rendah wanita sebagai
dari pendidik yang berbudaya patriarki. Ini the second, dan di sinilah praktik-praktik
seolah-olah pendidikan Islam memang marginalisasi dapat tumbuh subur. Imbas
dibangun untuk mewarisi budaya dari pandangan yang serba subordinatif
subordinatif melalui mata pelajaran Agama tersebut, tidak hanya dalam lingkup
yang diberikan, sekaligus ditambah lagi pendidikan saja, melainkan juga akan
corak berpikir dari pendidik yang juga merembet pada aspek ekonomi, sosial,
mencerminkan konstruksi bias gender. budaya, politik dan tentunya praktik
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa mata keagamaan itu
pelajaran keagamaan (Pendidikan Agama) sendiri(Yutimaalahuyatazaka: 2014: 300).
bersifat a-historis, karena kurangnya Upaya untuk mengatasi
memperhatikan realitas relasi dan ketidakadilan gender dalam pendidikan
kedudukan antara laki-laki dan perempuan menurut Nasaruddin Umar (1999: 288)
di zaman kontemporer dapat dilakukan beberapa langkah, di
ini(Yutimaalahuyatazaka: 2014: 299). antaranya; (1) Reintepretasi ayat-ayat Al-
Fikih dan Tafsir yang dirancang Qur’an dan hadits yang bias gender
sistematikanya oleh para ulama-ulama dilakukan secara kontinu (sudut pandang
abad pertengahan masih menjadi pedoman Islam), (2) Muatan kurikulum nasional
keilmuan masa kini dalam pendidikan yang menghilangkan dikotomis antara laki-
Islam tanpa adanya proses selektifitas dan laki dan perempuan, demikian pula
kritis terhadap bangunan epistemologi kurikulum lokal dengan berbasis
keilmuan Islam. Dampaknya, corak kesetaraan, keadilan dan keseimbangan.
berpikir masyarakat Arab yang lebih Kurikulum disusun sesuai dengan
mengunggulkan sifat maskulinitas dan kebutuhan dan tipologi daerah yang
merendahkan feminimitas menjadi terpola dimulai dari tingkat pendidikan Taman
dan terpatri dalam diri peserta didik, Kanak-Kanak sampai ke tingkat Perguruan
sehingga menghasilkan produk-produk Tinggi. (3) Pemberdayaan kaum
peserta didik yang memiliki pandangan perempuan di sektor pendidikan informal
hidup yang bias gender. seperti pemberian fasilitas belajar mulai di
Misalnya, di dalam materi-materi tingkat kelurahan sampai kepada tingkat
pembelajaran PAI yang membahas tentang kabupaten disesuaikan dengan kebutuhan
“ talak, di situ terdapat adanya dominasi daerah.
laki-laki terhadap perempuan, khususnya
dalam pembahasan macam-macam talak. 3. Simpulan
Dalam buku itu juga mencantumkan UU Berdasarkan uraian di atas bisa
No. 1 tahun 1974, pasal 3 ayat 2 tentang diambil beberapa kesimpulan, diantaranya;
ijin beristri lebih dari seorang. 34 Materi- (1) Dalam pendidikan Islam masih ditemui
adanya bias gender, seperti dalam metode Engineer, A.A (2000). Hak-hak
pendidikan dan kurikulum pendidikan Perempuan Dalam Islam. (Farid
Islam. Dalam kurikulum pendidikan Islam Wajidi dan Cicik Farkha, Penerj.).
yang di dalamnya ada materi fiqh, tafsir di Yogyakarta: LSPPA.
dalamnya mengandung bias gender, seperti Gustiana, J.(2014).Bias Gender dalam
materi munakahat (perkawinan) dan Proses Pendidikan Islam.
tentang penciptaan hawa, Akan tetapi bias JurnalMarwah, Vol. XIII No. 1
gender dalam pendidikan Islam bukan Juni.
dikarenakan substansi ajaran Islam, Hornby, AS., 1987,Oxford Advanced
melainkan adanya penafsiran/pemahaman Dictionary of Current English.
agama yang kurang tepat dalam memahami London: Oxford University Press.
sebuah sumber asli ajaran Islam. Islam Lubis, Nur Ahmad Fadhil,
adalah ajaran yang sangat menjujung tingg 2003,Yurisprudensi Emansipatif.
prinsip-prinsip universal, seperti keadilan, Bandung: Citapustaka Media.
kesetaraan dan kemanusiaan. Maka, upaya Mansour Fakih, et al., 1996,Membincang
yang dapat dilakukan untuk mengatasi bias Feminisme: Diskursus Jender
gender dalam pendidikan adalah dengan Perspektif Islam (Surabaya: Risalah
melakukan reintepretasi ayat-ayat Al- Gusti.
Qur’an dan hadits yang bias gender dan Mas’udi, M.E.(1997). Perempuan dalam
dilakukan secara kontinu. Selain itu, dalam Wacana Keislaman, dalam Smita
praktik pembelajaran harus berhati-hati Notosutanto dan E. Kristi
dalam menggunakan metode pendidikan, Poerwandari (Peny, Perempuan
serta di dalam muatan kurikulum dan Pemberdayaan: Kumpulan
pendidikan Islam harus menghilangkan Karangan untuk Menghormati
dikotomis antara laki-laki dan perempuan. Ulang tahun ke–70 Ibu Saparinah
Saalli, Cet. I. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Daftar Pustaka Muawanah,Elfi, 2009,Pendidikan Gender
dan Hak Asasi Manusia.
Abdullah, M.A. (2010). “ Pendekatan Yogyakarta: Teras.
Terhadap Islam dalam Studi Muhaimin, 2004,Wacana Pengembangan
Agama. Richard C Martin, Pendidikan Islam. Yogyakarta:
(ed).Yogyakarta: SukaPress. Pustaka Pelajar.
Amasari (Member of PSG LAIN). Nata, Abudin,2005, Filsafat Pendidikan
(2005).Laporan Penelitian Islam. Jakarta: Gaya Media
Pendidikan Berwawasan Gender. Pratama
Banjarmasin: IAIN Antasari Riyadi, A.A(2010). Filsafat Pendidikan
Budiman,A. (1985),Pembagian Kerja Islam. Yogyakarta: Teras
Secara Seksual, Sebuah Shaleh, A. Khudori,2012,Wacana Baru
Pembahasan Sosiologis tentang Filsafat Islam. Yogyakarta: Pustaka
Peran Wanita di dalam Pelajar.
Masyarakat.Jakarta: PT Gramedia Syafrida, “ 2015, “Evaluasi Materi
Elizabeth,A.M. (1995). Islam and Human Pendidikan Islam Perspektif
Rights, Tradition and Politics. Gender (Evaluasi Terhadap Materi
London: Pinter Publishers. Buku Ajar Agama Islam).
El-Nimr, R. (1996). ” Women In Islamic JurnalMarwah, Vol. XIV No. 1
Law” in Mai Yamani,ed. Juni.
Feminism And Islam Legal and Syaikh, S. (2005). “ Transforming
Literary Perspective. New York: Feminisms: Islam, Women and
New York University Press. Gender Justice” dalam Omid