Anda di halaman 1dari 18

EVALUASI MATERI PENDIDIKAN ISLAM

PERSPEKTIF GENDER
(Evaluasi Terhadap Materi Buku Ajar Agama Islam)

Syafrida
Dosen Fakultas Tarbiyah dan Kependidikan
EmIL: Syafrida-ida@gmail.com

Abstract: Education is a tool for transferring the norms of society, knowledge and human capabilities, as
well as a tool to assess and convey ideas and new values, including the values and norms of gender. It is
known that many gender inequality occurred in society are assumed to arise because there is a gender bias
in education, including religious education. As an example of gender bias in the curriculum of Islam among
the materials about the origin of human events, the obligation to pray in congregation, the provisions of
polygamy, spousal function in marriage. In an effort to realize the religious understanding of the nature of
gender, then it should be required revisions to matters of gender bias in textbooks of the Islamic religion. It
should be stressed also awareness about the value of education gender perspective to all parties, especially the
author and editor of books on the fact that the curriculum is not gender neutral. Meanwhile, for the religious
teachers are required to be more critical and sensitive in identifying and examine all matters relating to
gender inequality in the learning process that takes place in their daily work.
Keywords: Gender, Textbooks, Islam

Abstrak: Pendidikan merupakan alat untuk mentransfer norma-norma masyarakat, pengetahuan dan
kemampuan manusia, juga sebagai alat untuk mengkaji dan menyampaikan ide-ide dan nilai baru, termasuk
nilai dan norma gender. Diketahui telah terjadi banyak ketimpangan gender di masyarakat yang
diasumsikan muncul karena terdapat bias gender dalam pendidikan, termasuk pendidikan agama. Sebagai
contoh bias gender dalam kurikulum agama Islam di antaranya pada materi tentang asal kejadian manusia,
kewajiban salat berjama’ah, ketentuan poligami, fungsi suami-istri dalam munakahat. Dalam upaya
mewujudkan pemahaman keagamaan yang bersifat gender, maka sudah selayaknya diperlukan revisi
terhadap hal-hal yang bias gender dalam buku ajar Agama Islam tersebut. Perlu ditekankan pula penyadaran
tentang nilai-nilai pendidikan yang berperspektif gender kepada semua pihak khususnya para pengarang dan
editor buku tentang kenyataan bahwa kurikulum yang ada tidak netral gender. Sementara itu, bagi para
guru agama dituntut untuk lebih kritis dan sensitif dalam menelaah dan mencermati segala hal yang terkait
dengan ketimpangan gender dalam proses pembelajaran yang berlangsung dalam kerja kesehariannya.

Kata Kunci: Gender, Buku ajar, Islam

PENDAHULUAN masyarakat, karena di samping merupakan


alat untuk mentransfer norma-norma
Pendidikan merupakan aktivitas
masyarakat, pengetahuan dan kemampuan
yang khas bagi manusia dalam suatu
manusia, juga sebagai alat untuk mengkaji
komunitas masyarakat dengan tujuan untuk
dan menyampaikan ide-ide dan nilai baru.
memanusiakan manusia, 1 dan merupakan
Dengan demikian, lembaga pendidikan
instrumen yang penting bagi pemberdayaan
merupakan sarana formal untuk sosialisasi
masyarakat, terutama bagi masyarakat yang
sekaligus transfer nilai-nilai dan norma-
termarjinalkan.2 Pendidikan juga merupakan
norma yang berlaku dalam masyarakat,
kunci terwujudnya keadilan gender dalam
Syafrida, Evaluasi Materi Pendidikan Islam Perspektif Gender...

termasuk nilai dan norma gender. Nilai dan Selain itu semakin mengentalnya
norma tersebut ditransfer secara lugas kecenderungan bias gender ini dikarenakan
maupun secara tersembunyi, baik melalui para penulis buku menganggap kitab fiqh
buku-buku teks yang digunakan maupun yang menjadi rujukkannya sebagai sesuatu
pada suasana dan proses pembelajaran. yang final, sakral tidak bisa diubah.
Sebagaimana diketahui telah terjadi Realitas ini jelas akan menghantar
banyak ketimpangan gender di masyarakat pada gambaran sosok perempuan yang
yang diasumsikan muncul karena terdapat lemah secara fisik dan psikis dibandingkan
bias gender dalam pendidikan termasuk laki-laki. Akhirnya, citra perempuan dengan
pendidikan agama. Di antara aspek yang berbagai aspek negatifnya, mendarah daging
menunjukkan adanya bias gender dalam seiring sejalan dengan sejarah manusia dan
pendidikan dapat dilihat pada perumusan kemanusiaan itu sendiri.3
kurikulum. Implementasi kurikulum
pendidikan sendiri terdapat dalam buku ajar TINJAUAN TEORITIS
yang digunakan di sekolah-sekolah. Realitas
yang ada, dalam kurikulum pendidikan Gender dalam Diskursus Sosial

(agama ataupun umum) masih terdapat


banyak hal yang menonjolkan laki-laki Analisis terhadap status dan peran

berada pada sektor publik sementara perempuan Islam Indonesia menghasilkan

perempuan berada pada sektor domestik. kesimpulan yang beragam. Hal tersebut

Dengan kata lain, kurikulum yang memuat disebabkan oleh adanya perbedaan sudut

bahan ajar bagi siswa belum bernuansa netral pandang dan pendekatan dalam mencermati

gender baik dalam gambar ataupun ilustrasi hubungan gender dan dinamika interaksi

kalimat yang dipakai dalam penjelasan yang terjadi dalam hubungan gender pada

materi. masyarakat dan budaya Indonesia. 4 Kajian

Demikian halnya dalam materi agama, gender merupakan reaksi terhadap

sebagai contoh dalam materi asal kejadian ketimpangan peran sosial antara laki-laki dan

manusia, kewajiban salat berjama‟ah, perempuan, dan ketidakadilan gender yang

ketentuan poligami, fungsi suami-istri dalam terjadi di masyarakat.5

munakahat. yang banyak mengandung bias Kata gender dan sex sebenarnya

gender. Hal ini mungkin terjadi dikarenakan berbeda, kedua kata ini semakin penting

dalil-dalil (argumen hukum) yang diambil untuk dibedakan karena ada kaitan erat

sebagai rujukan berasal dari kita-kitab klasik antara perbedaan gender (gender differences)

yang penuh dengan budaya patriarkhi. dan ketidakadilan gender dengan struktur

58
marwah, Vol. XIV No. 1 Juni Th. 2015

ketidakadilan masyarakat secara lebih luas. kata sex. 10 Pengertian sex merupakan
Kata sex berasal dari bahasa Inggris yang pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin
berarti jenis kelamin.6 Kata sex dalam kamus manusia yang ditentukan secara biologis dan
lain dijelaskan, "Sex is the characteristics which melekat pada jenis kelamin tertentu, secara
distinguish the male from the female”. 7 Sex permanen tidak berubah atau sering
adalah ciri-ciri yang membedakan antara dikatakan sebagai kodrat atau ketentuan
jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang Tuhan. Kata gender adalah suatu konsep
bersifat biologis. Misalnya jenis laki-laki yang mengacu pada peran-peran dan
adalah manusia yang memiliki penis, jakum, tanggung jawab laki-laki dan perempuan
memproduksi sperma dan seterusnya. sebagai hasil konstruksi sosial dan kultural
Sedangkan perempuan adalah manusia yang yang dapat diubah sesuai dengan perubahan
memiliki alat reproduksi seperti rahim, zaman.
memproduksi sel telur, memiliki vagina, Berdasarkan uraian di atas dapat
payudara, dan lain-lain. disimpulkan bahwa kata gender dan sex
Menurut kamus Bahasa Inggris, kata adalah berbeda. Sex adalah jenis kelamin
gender diartikan sebagai "the grouping of yang bersifat biologis dan
words into masculine, feminine and neuter, kodrati/pemberian dari Tuhan yang bersifat
according as they are regarded as male, female or permanen, sedangkan gender adalah
without sex". Artinya gender adalah perbedaan tingkah laku (behavioral differences)
kelompok kata yang mempunyai sifat antara laki-laki dan perempuan yang secara
maskulin, feminim, atau tanpa sosial dibentuk (socially constructed).
keduanya/netral. 8 Mosse berpendapat, Perbedaan tingkah laku dan peran yang
konsep gender pada dasarnya berbeda dari bukan kodrat ini dibentuk melalui proses
jenis kelamin biologis. Jenis kelamin biologis sosial budaya yang panjang, dan dapat
laki-laki atau perempuan merupakan berubah sesuai dengan kondisi zaman.
pemberian dari Tuhan, akan tetapi jalan yang Perubahan konsep gender pada masyarakat
menjadikan maskulin atau feminim adalah dapat terjadi melalui proses sosialisasi, yaitu
gabungan antara blok-blok bangunan proses menanamkan nilai-nilai dan adat
biologis dasar dan interpretasi biologis oleh istiadat masyarakat tertentu. Sosialisasi
kultur sosial. 9 gender tidak statis, melainkan berlangsung
Sejalan dengan pendapat Mosse terus menerus selama masih ada kehidupan
tersebut, Mansour Fakih ikut mempertegas di dunia ini. Peran gender mengambil bentuk
bahwa harus dibedakan kata gender dengan dalam peran sosial, seperti peran seseorang
Syafrida, Evaluasi Materi Pendidikan Islam Perspektif Gender...

pada sektor domestik dan publik. 11 Dengan demikian peran mendidik anak, mengasuh,
demikian peran gender merupakan peran memberi makan anak dan keluarganya
laki-laki dan perempuan yang sering dibebankan kepada perempuan, padahal
dikaitkan dengan status. sebenarnya laki-laki dengan fungsi
Peran gender sebenarnya dapat reproduksinya menghasilkan sperma dan
dipertukarkan dan hal tersebut sangat membuahi sel telur sehingga menghasilkan
tergantung pada kondisi dan situasi janin, seyogyanya laki-laki mempunyai
masyarakat di mana dia berada. Peran tanggung jawab yang sama dalam mendidik
seseorang dapat dikelompokkan ke dalam dan mengurus anak. Namun pada
tiga bagian, yaitu: 1. Peran publik atau kenyataannya peran tersebut dibebankan
disebut peran produktif (productive work), 2. kepada perempuan, dan dianggap sebagai
Peran domestik atau disebut peran kodrat perempuan.
reproduktif (reproductive work), 3. Peran sosial Peran berikutnya adalah peran sosial
kemasyarakatan (community kemasyarakatan atau manajemen komunitas
managing/manajemen komunitas). Ketiga yaitu aktivitas seseorang sebagai anggota
peran itu biasanya sering dilakukan masyarakat, seperti: kegiatan sosial, kegiatan
perempuan sehingga disebut “tiga serangkai keagamaan, dan lain-lain. Peran ini
peran perempuan” atau “triple roles”. 12 dilakukan oleh laki-laki dan perempuan
Peran publik atau peran produktif dalam komunitasnya sebagai anggota
adalah kegiatan seseorang yang berkaitan masyarakat yang perlu sosialisasi dan
dengan pekerjaan yang dihargai dengan berinteraksi dengan anggota masyarakat
uang ataupun barang. Produktif mempunyai lainnya. Berdasarkan hal tersebut dapat
arti bersifat menghasilkan. mendatangkan, disimpulkan bahwa laki-laki dan perempuan
memberi manfaat, hasil dan sebagainya. dapat berkiprah dalam ketiga peran tersebut
Dengan demikian pekerjaan perempuan di dan masing-masing peran dapat berubah
dalam rumah maupun di luar rumah apabila sesuai dengan kondisi zaman.
menghasilkan uang, maka berarti perempuan Peran, atribut dan identitas gender
tersebut telah melakukan peran produktif. seperti digambarkan di atas, selanjutnya
Peran domestik atau peran dibentuk dan mendapat peran menurut
reproduktif adalah kegiatan seseorang yang konstruksi budaya masyarakatnya. Beberapa
terkait dengan fungsi reproduksi dan tidak pandangan sosial budaya yang membedakan
menghasilkan uang atau barang. Contoh peran dan kedudukan antara laki-laki dan
fungsi reproduksi perempuan adalah hamil, perempuan memberikan stereotype yang
melahirkan, dan menyusui. Dengan berbeda-beda. Sebagai contoh seorang laki-

60
marwah, Vol. XIV No. 1 Juni Th. 2015

laki dikonstruksi masyarakat sebagai sosok Sesungguhnya perbedaan peran tidak


yang kuat, gagah dan berani, sehingga akan menjadi masalah selama tidak terjadi
masyarakat memberi peran produktif, aktif ketimpangan yang berakhir pada
pada dunia publik, maskulin dan sebagai ketidakadilan gender.14 Gender tidak semata-
pencari nafkah utama. Sebaliknya seorang mata mempersoalkan perbedaan dan
perempuan dikonstruksi masyarakat sebagai pembedaan saja antara laki-laki dan
sosok yang lemah-lembut, cengeng, dan perempuan; terlebih penting lagi ia
emosional, karenanya perempuan diberi menyangkut dominasi baik dari konteks
peran reproduktif, domestik, bersifat relasi maupun distribusi kekuasaan. 15

feminim dan dianggap sebagai pencari Kondisi inilah –disadari atau tidak- yang
nafkah tambahan. Selain itu menurut Arief seringkali melahirkan dan melembagakan
Budiman pembagian kerja secara seksual berbagai ketidakadilan yang seringkali
sudah berlangsung ribuan tahun, karena itu diskriminatif pada laki-laki dan perempuan
orang cenderung menganggapnya sebagai terhadap sesuatu yang didasarkan atas
suatu yang alamiah. 13 Perbedaan peran yang pembagian kerja menurut kategori jenis
dimiliki perempuan dan laki-laki sama kelamin dan asumsi ideologi patriarki.
nilainya. Akibat kuatnya ideologi gender yang
Stereotype yang diberikan masyarakat patriarkis yang berkembang di masyarakat
terhadap perempuan dan laki-laki tersebut ini, maka laki-laki dan perempuan tidak
merupakan peran jenis (sex role), peran jenis mempunyai kebebasan untuk menentukan
adalah perilaku spesifik yang diharapkan pilihan peran-peran sosial dan kultural
dan dipergunakan sebagai standar yang karena secara faktual ketidakadikan gender
diterapkan pada perempuan dan laki-laki. telah termanifestasikan dalam pelbagai
Kalau terjadi penyimpangan maka subjek bentuk keyataan sosial, budaya, ekonomi,
dianggap tidak mengikuti norma-norma politik dan agama.
yang berlaku. Peran jenis yang diberikan Jika ditelusuri keberlangsungan
kepada perempuan dan laki-laki dapat keterpurukkan perempuan salah satunya
melahirkan perbedaan peran-peran yang dilatarbelakangi oleh “kekurangarifan”
ditentukan secara sosial, yang pada masing- dalam menafsirkan dalil-dalil agama Islam
masing masyarakat berbeda dalam yang kemudian seringkali dijadikan dasar
menentukan peran tersebut, sehingga tidak utuk menolak kesetaraan jender. Kitab-kitab
ada peran gender yang benar-benar sama tafsir dijadikan referensi untuk melegitimasi
antara satu kultur dengan kultur lainnya. paradigma patriarki, yang memberikan hak-
Syafrida, Evaluasi Materi Pendidikan Islam Perspektif Gender...

hak istimewa kepada laki-laki dan cenderung dipimpin (ma‟mum). Perempuan boleh
memojokkan perempuan dengan menjadi pemimpin hanya terbatas pada
pendefinisian yang negatif. Pendefinisian kaumnya saja, yang berfungsi sebagai
sosok perempuan yang negatif ini kemudian pendukung kegiatan utama kaum laki-
diwariskan secara turun temurun yang pada laki, misalnya di Dharma Wanita,
akhirnya mengendap dalam alam bawah Muslimat, Aisyiah, Fatayat dan
sadar perempuan yang menimbulkan sebagainya.
ketimpangan relasi antara laki-laki dan 2. Perempuan cenderung dimarginalisasi,18
perempuan dalam hubungannya sebagai yaitu diposisikan dipinggir. Dalam
hamba tuhan. Dengan kata lain pemahaman kegiatan masyarakat, perempuan paling
akan posisi perempuan yang bias gender tinggi hanya menjadi seksi konsumsi
sudah dengan sendirinya tertradisikan di atau penerima tamu saja. Dalam rumah
masyarakat yang dibakukan oleh konstruksi tangga, perempuan adalah konco
budaya dan doktrin keagamaan serta wingking di dapur.
ditopang oleh nilai-nilai kultural dan 3. Kaum perempuan berada dalam posisi
ideologis. yang lemah, karenanya kaum
Sementara itu menurut Masdar. F. perempuan sering menjadi sasaran
Mas‟udi ketidakadilan dan diskriminasi tindak kekerasan (violence) oleh kaum
terhadap perempuan dalam masyarakat laki-laki. Dalam masyarakat, bentuk
disebabkan oleh banyak faktor. Pada kekerasan itu mulai dari digoda,
awalnya adalah disebabkan adanya dilecehkan, dipukul, dicerai sampai
stereotype yang cenderung merendahkan diperkosa.
posisi kaum perempuan, seperti bahwa 4. Akibat ketidakadilan gender itu, kaum
perempuan itu lemah, lebih emosional perempuan harus menerima beban
daripada nalar, cengeng tidak tahan banting, pekerjaan yang lebih berat dan lebih
tidak patut hidup selain di dalam rumah, dan lama daripada yang dipikul kaum laki-
sebagainya. 16 Menurutnya ada empat laki. Dalam bekerja, laki-laki paling aktif
persoalan yang menimbulkan stereotype maksimal bekerja rata-rata 10 jam/hari,
terhadap perempuan; sedangkan perempuan bekerja 18
1. Melalui subordinasi,17 kaum perempuan jam/hari. Pada umumnya beban ini
harus tunduk kepada kaum laki-laki. dianggap remeh oleh kaum laki-laki,
Pemimpin (imam) hanya pantas karena secara ekonomi dinilai kurang
dipegang oleh laki-laki, sedangkan berarti.19
perempuan hanya boleh menjadi yang

62
marwah, Vol. XIV No. 1 Juni Th. 2015

Dengan demikian manifestasi kelamin. 22 Asal usul kekuasaan laki-laki


ketidakadilan gender jika dirumuskan di terhadap perempuan tidak diketahui karena
dalam sektor kehidupan antara lain terdapat bersifat universal, monolitis, dan tidak dapat
pada: Sektor Budaya, perempuan dibantah, bahkan tidak dapat dihindarkan.23
terkungkung dengan stereotip, 20 yang Pada masyarakat patriarkhi, laki-laki
diletakkan pada dirinya untuk tidak keluar diposisikan superior terhadap perempuan di
dari peran dommestiknya. Stereotype ini sektor domestik dan publik. Hegemoni laki-
akan berimplikasi pada ketabuannya untuk laki atas perempuan memperoleh legetimasi
dapat berpendidikan tinggi; Sektor Domestik dari nilai-nilai sosial, agama, hukum negara,
dan publik, perempuan akan selalu menjadi dan sebagainya, dan tersosialisasi secara
korban kekerasan; Sektor ekonomi, turun temurun dari generasi ke generasi. 24
perempuan mengalami marginalisasi dan Dengan demikian secara ringkas dapat
dipaksa berperan ganda; Sektor Politik, dipahami bahwa kata patriarkhi diartikan
perempuan menjadi subordinasi dari sebagai "men power" (kekuasaan laki-laki),
kekuasaan laki-laki. karena pengaruh budaya patriarkhi, maka
Menurut Arief Budiman ada dua masyarakat memandang bahwa laki-laki
faktor yang mempertahankan pembagian mempunyai kedudukan yang lebih tinggi
peran dan atau kerja laki-laki dan daripada perempuan dalam kehidupan.
perempuan yang bias gender. Pertama, faktor Terkait dengan budaya patriarkhi,
sosial ekonomi yang didasarkan pada Islam tidak pernah melegitimasinya, karena
kebutuhan nyata dari sistem masyarakat itu. misi pokok Al-Qur‟an (Q.S.49: 13) diturunkan
Kedua, faktor ideologi atau sistem adalah untuk membebaskan manusia dari
patriarkal/patriarkhi yang bukan hanya berbagai bentuk diskriminasi dan
sekedar sistem kepercayaan abstrak belaka penindasan, termasuk diskriminasi seksual,
akan tetapi didukung oleh lembaga-lembaga gender, warna kulit, etnis, dan ikatan-ikatan
kemasyarakatan yang menyebarkan, primordial lainnya. 25 Islam sangat
mengembang-biakkan dan menghargai perempuan dan menjamin hak-
melestarikannya.21 hak perempuan dan memberikan perhatian
Secara etimologi kata patriarkhi serta kedudukan terhormat kepada
digunakan untuk menyebutkan kekuasaan perempuan, yang hal ini tidak pernah
laki-laki. Ideologi patriarkhi membenarkan dilakukan oleh agama atau syariat
penguasaan satu kelompok terhadap sebelumnya, oleh karena itu ideologi atau
kelompok lainnya, berdasarkan jenis
Syafrida, Evaluasi Materi Pendidikan Islam Perspektif Gender...

budaya patriarkhi bukan dari Islam, bahkan “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada
sangat bertentangan dengan Islam.26 Tuhanmu yang telah menciptakan kamu
dari "diri" yang satu, dan dari padanya
Allah menciptakan pasangannya, dan dari
Pangkal Stereotip Gender: Asal-usul pada keduanya Allah
Kejadian Manusia memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah
Hampir semua agama dan kepada Allah yang dengan
kepercayaan membedakan asal-usul (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
kejadian laki-laki dan perempuan. Agama- meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
agama yang termasuk di dalam kelompok hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Abrahamic religions, yaitu Agama Yahudi, Allah selalu menjaga dan mengawasimu.”
Agama Kristen, dan Agama Islam Cerita tentang asal-usul kejadian itu
menyatakan bahwa laki-laki (Adam) hanya ditemukan di dalam beberapa
diciptakan lebih awal dari pada perempuan. hadits.Keterangan dari Bibel dan hadits-
Di Dalam Bibel ditegaskan bahwa hadits mengilhami para exegesist,
perempuan (Hawwa/Eva) diciptakan dari mufassir, penyair, dan novelis menerbitkan
tulang rusuk Adam, seperti dapat dilihat berbagai karya. Karya-karya tersebut dapat
pada Kitab Kejadian (Genesis) 1:26-27, 2:18- mengalihkan pandangan bahwa seolah-olah
24, Tradisi Imamat 2:7, 5:1-2. Tradisi manusia, terutama laki-laki, secara biologis
Yahwis 2:18-24. Di antaranya yang paling adalah makhluk supernatural, terlepas sama
jelas ialah Kitab Kejadian 2:21-23: sekali dengan makhluk biologis lainnya,
seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan.
"21 Lalu Tuhan Allah membuat manusia itu Tidak heran kalau Darwin dengan teori
tidur nyenyak; ketika tidur, Tuhan Allah evolusinya dianggap "murtad" di kalangan
mengambil salah satu rusuk dari padanya, kaum agamawan, karena mengembangkan
lalu menutup tempat itu dengan daging. 22 faham yang bertentangan dengan teks Kitab
Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah Suci.
dari manusia itu, dibangunNyalah seorang
perempuan, lalu dibawaNya kepada Bias Gender dalam Pendidikan
manusia itu".27 (Bibel Edisi Indonesia).
Berbeda dengan Bibel, al-Qur'an Rendahnya kualitas hidup
menerangkan asal-usul kejadian tersebut di perempuan Indonesia terlihat pada beberapa
dalam satu ayat pendek (QS. al-Nisa' (4): 1): aspek diantaranya adalah pada aspek

64
marwah, Vol. XIV No. 1 Juni Th. 2015

pendidikan. Fakta menunjukkan rendahnya umumnya laki-laki. Dalam


angka partisipasi perempuan di jenjang rumusan kalimat pun demikian. Kalimat
pendidikan tinggi, yakni kurang dari 5%. seperti "Ini ibu Budi" dan bukan "ini ibu Suci",
Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin "Ayah membaca Koran dan ibu memasak di
tinggi tingkat disparitas (ketidakseimbangan) dapur" dan bukan sebaliknya "Ayah
gendernya. Data lainnya adalah angka buta memasak di dapur dan ibu membaca koran",
huruf dikalangan perempuan masih sangat masih sering ditemukan dalam banyak buku
tinggi: kurikulum serta materi bahan ajar ajar atau bahkan contoh rumusan kalimat
masih sangat bias gender; dan hampir yang disampaikan guru di dalam kelas.
seluruh proses pengelolaan pendidikan Rumusan kalimat tersebut mencerminkan
masih dirumuskan berdasarkan pandangan sifat feminim dan kerja domestik bagi
yang bias sebagai akibat dari masih perempuan serta sifat maskulin dan kerja
dipegangnya sebagian besar penentu public bagi laki-laki.
kebijakan pendidikan oleh laki-laki.28 Demikian pula dalam perlakuan guru
Pendidikan di sekolah dengan terhadap siswa, yang berlangsung di dalam
komponen pembelajaran seperti media, atau di luar kelas. Misalnya ketika seorang
metode, serta buku ajar yang menjadi guru melihat murid laki-lakinya menangis, ia
pegangan para siswa ternyata sarat dengan akan mengatakan "Masak laki-laki menangis.
bias gender. Laki-laki nggak boleh cengeng". Sebaliknya
Dalam buku ajar misalnya, banyak ketika melihat murid perempuannya naik ke
ditemukan gambar maupun rumusan atas meja misalnya, ia akan mengatakan
kalimat yang tidak mencerminkan kesetaraan "anak perempuan kok tidak tahu sopan
gender. Sebut saja gambar seorang pilot santun". Hal ini memberikan pemahaman
selalu laki-laki karena pekerjaan sebagai pilot kepada siswa bahwa hanya perempuan
memerlukan kecakapan dan yang boleh menangis dan hanya laki-laki
kekuatan yang "hanya" dimiliki oleh laki-laki. yang boleh kasar dan kurang sopan
Sementara gambar guru yang santunnya.
sedang mengajar di kelas selalu perempuan Dalam upacara bendera di sekolah
karena guru selalu diidentikkan dengan selalu bisa dipastikan bahwa pembawa
tugas mengasuh atau mendidik. Ironisnya bendera adalah siswa perempuan. Siswa
siswa pun melihat bahwa meski guru- perempuan itu dikawal oleh dua siswa laki-
gurunya lebih banyak berjenis kelamin laki. Hal demikian tidak hanya terjadi di
perempuan, tetapi kepala sekolahnya tingkat sekolah, tetapi bahkan di tingkat
Syafrida, Evaluasi Materi Pendidikan Islam Perspektif Gender...

nasional. Paskibraka yang setiap tanggal 17 atau bukan laki-laki sejati.


Agustus bertugas di Istana Negara, selalu William Pollacek dalam Real Boys
menempatkan dua perempuan sebagai menunjukkan penemuannya, sebenarnya,
pembawa bendera pusaka dan duplikatnya. bayi laki-laki secara emosional lebih ekspresif
Belum pernah terjadi dalam sejarah: laki-laki dibandingkan bayi perempuan. Namun
yang membawa bendera pusaka itu. ketika sampai pada usia sekolah dasar,
Hal ini menanamkan pengertian ekspresi emosionalnya hilang.
kepada siswa dan masyarakat pada Laki-laki pada usia lima atau enam
umumnya bahwa tugas pelayanan seperti tahun belajar mengontrol perasaan-
membawa bendera, lebih luas lagi, membawa perasaannya dan mulai malu
baki atau pemukul gong dalam upacara mengungkapkannya.
resmi sudah selayaknya menjadi tugas Penyebabnya adalah pertama, ada
perempuan. Semuanya ini mengajarkan proses menjadi kuat bagi laki-laki yang selalu
kepada siswa tentang apa yang layak dan diajari untuk tidak menangis, tidak lemah,
tidak layak dilakukan oleh laki-laki dan apa dan tidak takut. Kedua, proses pemisahan
yang layak dan tidak layak di lakukan oleh dari ibunya, yakni proses untuk tidak
perempuan. menyerupai ibunya yang dianggap
Bias gender yang berlangsung di masyarakat sebagai perempuan lemah dan
rumah maupun di sekolah tidak hanya harus dilindungi. Meski berat bagi anak laki-
berdampak negatif bagi siswa atau anak laki untuk berpisah dari sang ibu, namun ia
perempuan tetapi juga bagi anak laki-laki. harus melakukannya jika tidak ingin dijuluki
Anak perempuan diarahkan untuk selalu sebagai "anak mami".
tampil cantik, lembut, dan melayani. Tidak mengherankan jika banyak
Sementara laki-laki diarahkan untuk guru mengatakan bahwa siswa laki-laki lebih
tampil gagah, kuat, dan berani. Ini akan banyak masuk dalam daftar penerima
sangat berpengaruh pada peran social hukuman, gagal studi, dan malas.
mereka di masa datang. Penyebabnya menurut Sommers, karena
Singkatnya, ada aturan-aturan anak laki-laki lebih banyak mempunyai
tertentu yang dituntut oleh masyarakat persoalan hiperaktif yang mengakibatkan
terhadap perempuan dan laki-laki. Jika kemunduran konsentrasi dikelas.
perempuan tidak dapat memenuhinya ia Sementara itu, menjelang dewasa,
akan disebut tidak tahu adat dan kasar. pada anak perempuan selalu ada tuntutan-
Demikian pula jika laki-laki tidak dapat tuntutan di luar dirinya yang memaksa
memenuhinya ia akan disebut banci, penakut mereka tidak memiliki pilihan untuk

66
marwah, Vol. XIV No. 1 Juni Th. 2015

bertahan. Satu-satunya cara yang dianggap quldi, yang mana Siti Hawa dibujuk oleh
aman adalah dengan membunuh Syaithan untuk memakan buah quldi,
kepribadian mereka untuk kemudian seterusnya Siti Hawa membujuk Nabi Adam
mengikuti keinginan masyarakat dengan untuk mau mengikuti saran syaithan”.
menjadi suatu objek yang diinginkan oleh Berdasarkan sejarah yang yang dipaparkan
laki-laki. Objek yang diinginkan ini selalu bahwa perempuan tercipta dari bagian tubuh
berkaitan dengan tubuhnya. laki-laki yaitu tulang rusuk yang bengkok, ini
Jadilah mereka kemudian anak-anak mengindikasikan bahwa perempuan tidak
perempuan yang mengikuti stereotip yang sama dengan laki-laki tapi adalah bagian dari
diinginkan seperti tubuh langsing, wajah laki-laki. Pada giliran membawa pemahaman
putih nan cantik, kulit halus dan lain bahwa perempuan adalah manusia yang
sebagainya. Tidak heran jika semakin banyak lemah. Dari kisah terusirnya Nabi Adam dan
anak perempuan mengusahakan penampilan Siti Hawa dari syurga karena Siti Hawa yang
sempurna bak peragawati dengan cara-cara membujuk Nabi Adam untuk memakan
yang justru merusak tubuhnya. buah quldi. ini mengisyaratkan bahwa
Padahal, di sekolah, siswa perempuan perempuan mudah digoda oleh syaithan,
umumnya memiliki prestasi akademik yang selanjutnya perempuan sering
lebih baik jika dibandingkan dengan laki- menjerumuskan laki-laki dengan bujuk
laki. Situasi dan kondisi memungkinkan rayunya, yang notabenenya membawa
mereka jauh lebih tekun dan banyak pemahaman bahwa perempuan adalah
membaca buku. manusia penggoda dan sering
menjerumuskan pasangannya.
Bias Gender dalam buku ajar Agama Islam Selain itu, dalam buku-buku ajar
agama Islam untuk SD mulai kelas 1-3,
Terdapat beberapa bagian yang bias Kisah-kisah Nabi dan Rasul diceritakan
gender dalam kurikulum agama Islam hanya kisah Nabi dan Rasul dari kaum laki-
diantaranya pada materi tentang asal laki saja.29 Hal senada juga dapat dilihat pada
kejadian manusia, “ dijelaskan bahwa laki- tema Profil tokoh di dalam buku ajar SMP
laki diciptakan dari tanah sementara kelas 3 terbitan Ganeca 30 juga pada tema
perempuan di ciptakan dari tulang rusuk Sepenggal Kisah atau Kisah Islami dalam
Nabi Adam” . selanjutnya dijelaskan sebab buku ajar SD Kelas 1-6 terbitan Erlangga. Di
manusia terusir dari syurga adalah karena dalam dua buku terakhir yang penulis
Nabi Adam dan Siti Hawa memakan buah sebutkan profil tokoh yang dikisahkan lebih
Syafrida, Evaluasi Materi Pendidikan Islam Perspektif Gender...

banyak pada gambaran ketokohan dan sementara ayah dan anak laki-lakinya sedang
ketauladanan seorang laki-laki dibandingkan berbincang-bincang. 34 Hal ini jelas sekali
perempuan. 31 Dari teks di atas dapat menunjukkan domestifikasi pekerjaan
dipahami bahwa yang dapat menjadi orang perempuan.
baik adalah laki-laki, sedangkan perempuan Kalimat-kalimat di atas tersebut
tidak dapat menjadi seorang yang menjadi mensosialisikan domestifikasi pekerjaan
suri tauladan.32 perempuan dalam rumah tangga. Sementara
Bias Gender yang lain dalam buku itu dalam tema-tema tentang wudu, salat
ajar Agama Islam juga terdapat dalam berjama‟ah (fiqih) mayoritas gambar yang
bentuk gambar dimana dalam topik dibuat adalah gambar laki-laki.
Takabur(sombong) digambarkan sekelompok Penggambaran ini bagi penulis juga bernuasa
perempuan yang sedang membicarakan bias gender karena kewajiban pelaksanaan
seorang perempuan yang sombong. Secara dan praktek ibadah (fiqih) tidak hanya
implisit ilustrasi gambar yang diberikan juga dibebankan kepada laki-laki tetapi juga bagi
telah menumbuhkan dan membangun bias perempuan.35
gender bagi yang membaca ataupun Persoalan bias gender dalam masalah
melihatnya dimana perempuan akan fiqih yang lain, adalah tentang salat jama‟ah,
diidentikan dengan sosok yang suka dan munakahat. Dalam buku pendidikan
mengunjing, menggosip dan sebagainya. Hal Agama Islam untuk SD KELAS 3 Bab VI
senada juga dapat dilihat pada bahasan tentang Shalat jama‟ah 36 dijelaskan bahwa
rukun iman dimana terdapat satu keluarga ketentuan menjadi imam, yaitu :(a)laki-laki
yang sedang beraktifitas; sosok anak laki- mengimami laki-laki-laki; (b)laki-laki
lakinya digambarkan sedang belajar, mengimami perempuan; (c)perempuan
Ayahnya sedang melihat pemandangan, mengimami pertempuan; (d)laki-laki
sementara si Ibu memasak di dapur. 33 mengimami banci; (e)banci mengimami
Selain melalui gambar, bias gender perempuan 37 . Dalam buku itu, Latihan II
juga dapat terlihat pada ungkapan ataupun No.3, terdapat pertanyaan: “ Bolehkan
narasi kalimat dalam uraian materi. Dalam perempuan mengimami laki-laki ?”
uraian pokok bahasan adab makan dan Hal senada juga terdapat dalam buku
minum, terdapat kalimat, ”kemudian Integrasi Budi Pekerti dalam Pendidikan
bantulah ibumu membereskan meja makan‟ Agama Islam untuk kelas 1 SLTP, Bab VII
dengan ilustrasi gambar adegan keluarga tentang salat berjama‟ah,dijelaskan bahwa
yang selesai makan,si Ibu dan anak syarat-syarat menjadi imam, yaitu; (a)sehat
perempuan membereskan peralatan makan, akalnya; (b)harus baik dan benar bacaannya;

68
marwah, Vol. XIV No. 1 Juni Th. 2015

(c)harus laki-laki ( tidak boleh perempuan perzinahan, karena istrinya dalam keadaan
menjadi imam laki-laki; (d)lebih tua sakit yang menahun dan tidak dapat
umurnya; (f)hendaknya memiliki melaksanakan kewajibannya sebagai seorang
pengetahuaan yang memadai, khususnya istri, dan sebaginya. 39
tentang salat berjama‟ah 38 Dari teks tersebut, tampak bahwa
Dari teks di atas, dapat dipahami dasar hukum bagi poligami diambil dari
bahwa perempuan tidak dapat menjadi surat An-Nisa ayat 3 dan Undang-undang
imam bagi laki-laki dengan dipertegas salah Perkawinan No 1 Tahun 1974 pasal 5 tentang
satu syarat untuk menjadi imam adalah poligami yang menjelaskan bolehnya
harus laki- laki (tidak boleh perempuan poligami yaitu :(1) Istri tidak dapat
menjadi imam). Dari teks ini timbul menjalankan kewajiban sebagai istri; (2) Istri
pertanyaan, “Mengapa perempuan tidak mendapat cacat badan atau penyakit yang
boleh mengimami laki-laki?‟, “bagaimana tidak dapat disembuhkan dan (3) Istri tidak
jika yang menjadi makmum itu laki-laki yang dapat melahirkan keturunan.
masih kanak-kanak?”, “ atau bolehkah Berdasarkan Asbab an-Nuzul
perempuan mengimami laki-laki karena diketahui jelas permasalahan ayat tersebut
bacaan salatnya lebih fasih dan „alim bukan dalam konteks perkawinan melainkan
dibandingkan laki-laki yang menjadi dalam konteks pemeliharaan anak yatim.
makmum?‟. Dalam masalah ini penyusun buku
Dalam buku Integrasi Budi Pekerti tampaknya memandang alasan
dalam Pendidikan Agama Islam untuk kelas dibolehkannya praktik berpoligami hanya
1 SLTP, Bab XII tentang munakahat, dilihat dari perspektif kepentingan laki-laki,
dijelaskan bahwa” dalam ajaran Islam tidak tidak mempertimbangkan kepentingan
ada larangan seorang laki-laki beristri sampai perempuan. 40
batas empat. Akan tetapi, untuk
melaksanakan hal itu harus dapat memenuhi Rekonstruksi Materi Pendidikan Agama
syarat-syarat yang sangat berat, yaitu bisa Islam
berlaku adil dalam mengatur kebutuhan tiap-
tiap istri”. Dasar hukum yang digunakan Dalam upaya mewujudkan
adalah surah An-Nisa : 3. Selain itu, pemahaman keagamaan yang bersifat gender,
dijelaskan bahwa salah satu alasan boleh maka perlu diadakan pembukaan ruang
melakukan poligami adalah untuk keadilan gender melalui optimalisasi proses
menghindarkan seorang laki-laki melakukan pendidikan Islam. Optimalisasi yang
Syafrida, Evaluasi Materi Pendidikan Islam Perspektif Gender...

dimaksudkan adalah upaya untuk mengikis dan dirumuskan dengan sudut pandang laki-
bias gender yang terjadi dalam segala proses laki. Sehingga mereka tidak lagi membuat
pendidikan Islam. Optimalisasi tersebut gambar ataupun narasi bahan ajar agama
meliputi optimalisasi tujuan, metode,dan yang bias gender. Sementara itu, bagi para
materi pendidikan Islam. Tujuan pendidikan guru agama dituntut untuk lebih kritis dan
Islam bisa dioptimalkan melalui perumusan sensitif dalam menelaah dan mencermati
kembali tujuan pendidikan yang tidak segala hal yang terkait dengan ketimpangan
mengarah kepada bias gender. Yaitu dengan gender dalam proses pembelajaran yang
lebih memprioritaskan kepada:1)peneguhan berlangsung dalam kerja kesehariannya.
nilai kemanusiaan tanpa membedakan jenis
kelamin. 2)pengembangan pengetahuan KESIMPULAN
secara dinamis agar tidak tertinggal 3)
membentuk kesadaran individu yang Tidak dapat dipungkiri bahwa
mempunyai kepekaan sosial 4) komunikasi banyak ketentuan hukum Islam yang
secara terbuka 5) tanpa membedakan jenis membedakan norma hukum untuk laki-laki
kelamin. dan perempuan. Namun perbedaan tersebut
Dengan demikian sudah selayaknya tidak menyebabkan terjadinya kesenjangan
diperlukan revisi terhadap materi-materi dan ketidakadilan, semuanya bermuara
yang bias gender dalam buku ajar Agama untuk saling melengkapi. Ketidakadilan yang
Islam tersebut. Revisi ini menjadi penting terjadi selama ini lebih disebabkan oleh
dikarenakan pemahaman keagamaan yang hukum Islam yang dipahami secara tekstual,
bias ini jusru menjadi pemahaman mayoritas dan juga budaya yang sudah mendarah
di masyarakat. Kenyataan ini dilatar daging dalam kehidupan masyarakat yang
belakangi karena umat Islam memahami mulai dari keluarga, masyarakat dan
ajaran agamanya secara dogmatis dan bukan lingkungan sekolah.
berdasarkan penalaran yang kritis kususnya Pada akhirnya kesetaraan gender
pengetahuan agama yang menjelaskan peran dalam proses pembelajaran memerlukan
dan kedudukan perempuan. keterlibatan seluruh pihak, Depag,
Perlu ditekankan pula penyadaran Depdiknas sebagai pengambil kebijakan di
tentang nilai-nilai pendidikan yang bidang pendidikan, sekolah secara
berperspektif gender kepada semua pihak kelembagaan dan terutama guru. Dalam hal
khususnya para pengarang dan editor buku ini diperlukan standardisasi buku ajar yang
tentang kenyataan bahwa materi buku ajar salah satu kriterianya adalah berwawasan
yang ada tidak netral gender artinya disusun gender. Selain itu, guru akan menjadi agen

70
marwah, Vol. XIV No. 1 Juni Th. 2015

perubahan yang sangat menentukan bagi yang peka gender.


terciptanya kesetaraan gender dalam
pendidikan melalui proses pembelajaran

12 Moser, C.O.N., Gender planing and development;


Endnotes: theory, practice and training, (London:
Routledge, 1993), Hal. 28
1 Ahmad Tafsir, Flsafat Pendidikan Islam (Bandung: 13 Arief Budiman, Pembagian Kerja Secara seksual,
PT Remaja Rosda Karya, 2006), hal. 33.
Sebuah Pembahasan Sosiologis tentang Peran
Wanita di dalam Masyarakat, ( Jakarta: PT
2 Rr. Suhartini, “Dimensi Gender dalam
Gramedia, 1985), Hal. 34
Pemberdayaan Masyarakat di Daerah Rawan
Longsor”, dalam Model-model. 14 Perbedaan gender selanjutnya melahirkan
3 Louise Ricklander, “ Women and Politics”, dalam peran gender yang sesungguhnya tidaklah
Women at work Psychological and Organizaational menimbulkan masalah, sehingga tidak perlu
Perspective, ed. Michael A. West (Philadelphia : digugat, jadi kalau secara biologis (kodrat)
Open University Press, 1993), Hal 183 kaum perempuan dengan organ
reproduksinya bisa hamil, melahirkan dan
4 Siti Kusujiarti, “Antara Ideologi dan menyusui dan kemudian mempunyai peran
Transkrip Tersembunyi: Dinamika gender sebagai perawat, penagsuh dan
Hubungan Gneder dalam Masyarakat pendidik anak, sesungguhnya tidak masalah
Indonesia” dalam Irwan Abdullah, Sangkan dan tidak perlu digugat, akan tetapi, yang
Paran Gender (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, menjadi masalah dan perlu digugat oleh
1997), Hal. 82 mereka yang menggunakan analisa gender
adalah struktur ketidakadilan tersebut. dari
5 Asriati Djamil dan Lubis, A., Seks dan gender. studi yang dilakukan dengan menggunakan
Dalam Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: PSW analisis gender ternyata banyak ditemukan
UIN Syarif Hidayatullah kerja sama dengan berbagai manifestasi ketidakadilan. Mansour
McGill Project/IISEP, 2003), Hal. 53 Fakih, loc. cit.

6 Echols, J.M. dan Hassan Sadily, Kamus Inggris


15 Noryamin Aini, Jender dalam Diskursus
Indonesia . ( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Keislaman; Relasi Jender dalam Pandangan Fiqih,
Utama, 1997), Hal. 517 dalam Refleksi , (Jakarta; Jurnal kajian Agama
dan Filsafat, 2001), Vol. III. No.2, Hal. 4
7 Asriati, loc. cit.
16 Masdar.F. Mas‟udi, Perempuan dalam Wacana
8 Hornby, AS. (1987). Oxford advanced dictionary of Keislaman, dalam Smita Notosutanto dan E. Kristi
current English, (London: Oxford University Poerwandari ( peny, Perempuan dan
Press, 1987), Hal. 357 Pemberdayaan : Kumpulan Karangan untuk
Menghormati Ulang tahun ke –70 Ibu
9 Mosse, J.C., Half the worl, half a chance an Saparinah Saalli, cet. I, ( Jakarta: Yayasan Obor
introduction to gender and development, Indonesia, 1997), Hal. 55-56
Terjemahan Hartian Silawati, Gender dan 17 Subordinasi Artinya suatu penilaian atau
Pembangunan, ( Oxford: Oxfam, 1985), Hal. 2
anggapan bahwa suatu peran yang dilakukan
10 Mansour Fakih, Analisis gender dan transformasi oleh satu jenis kelamin lebih rendah dari yang
social, ( Yoyakarta: Pustaka Pelajar 2005), Hal. 8 lain. Dalam rumah tangga, masyarakat
maupun Negara,banyak kebijakan dibuat
11 Nasaruddin Umar, Argumen kesetaraan gender: tanpa “meganggap penting” kaum perempuan.
perspektif Alqur'an, ( Jakarta: Paramadina, 2002), Ibid. lihat juga
Hal. 4 https://sofyaneffendi.wordpress.com/2011/0
Syafrida, Evaluasi Materi Pendidikan Islam Perspektif Gender...

7/26/macam-macam-ketidakadilan-gender/ tenaga dosen lebih dominan laki-laki, dari 100


diakses, 24 Maret 2015 dosen hanya 29 orang adalah perempuan. 28
Kepemimpinan dalam pendidikan juga lebih
18 Marginalisasi artinya suatu proses didominasi laki-laki dibandingkan perempuan.
peminggiran akibat perbedaan jenis kelamin Musdah Mulia, Menggagas Kurikulum Yang
yang mengakibatkan kemiskinan. Misalnya, berperspektif Gender, ( Jakarta : Jurnal Inovasi,
guru taman kanak-kanak atau pekerjaan Vol VI/ No .01/ 2003), Hal 22
sekretaris dinilai lebih rendah dibanding
pekerjaan laki-laki, dan seringkali 29 Tim KKG PAI, Integrasi Budi Pekerti dalam
berpengaruh terhadap perbedaan gaji antara Pendidikan Agama Islam untuk SD kelas 4,
kedua jenis pekerjaan tersebut. Ibid.
( Jakarta ; Ghalia Indonesia, 2002), Hal125
19 Ibid., Hal. 56-57 30 Drs. Achmadi Wahid, M. Ag dan Drs. H.
Masrun, Pendidikan Agama Islam untuk SMP
20 Pelabelan negatif secara umum selalu
kelas 3, ( Jakarta: Ganeca Exact, 2005)
melahirkan ketidakadilan. Salah satu
stereotipe yang berkembang berdasarkan 31 New Teaching Resources, Pendidikan Agama
pengertian gender, yakni terjadi terhadap
Islam SD untuk kelas I-VI, ( Jakarta : Esis
salah satu jenis kelamin, (perempuan),Hal ini
Erlangga, 2004.
mengakibatkan terjadinya diskriminasi dan
berbagai ketidakadilan yang merugikan kaum 32 Penulis pernah mencoba membahas seberapa
perempuan. Misalnya pandangan terhadap
jauh tingkat kesadaran akan pemahaman
perempuan yang tugas dan fungsinya hanya
gender pada siswa dan Siswi kelas 7 dalam
melaksanakan pekerjaan yang berkaitan
bentuk diskusi . Pada umumnya kelompok
dengan pekerjaan domistik atau
siswa mendefinisikan keunggulan nya dari sisi
kerumahtanggaan. Ibid. Hal. 9
fisik dibandingkan siswi hingga sampai pada
“keunggulan laki-laki” karna Nabi dan Rasul
21 Arief Budiman, op. cit.,h. 34
juga dari laki-laki yang membuat kelompok
siswi terpojokkan dalam diskusi tersebut.
22 Muhadjir Darwin, & Tukiran, Menggugat Budaya
Patriarkhi, (Yogyakarta: Pusat Penelitian 33 Tim Penyusun buku Agama Islam kelas 3,
Kependudukan UGM, 2001), Hal. 24
( Jakarta : Erlangga, 2003), Hal. 11
23 Asriati Djamil,op. cit., h. 60 34 Ibid. Hal. 31
35 Penulis telah meneliti ilustrasi gambar dalam
24 Muhadjir Darwin dan Tukiran, op. cit., Hal. 24
buku ajar Agama Islam khususnya pada
tingkat SD dari 4 penerbitan yang berbeda,
25 Nasaruddin Umar, op. cit., Hal. 15
mayoritas ilustrasi gambar yang digunakan
dalam berwudhu, tayammum serta cara
26 Salih Ibrahim Suad, Kedudukan Perempuan
pelaksanaan 13 rukun salat tidak satupun
Dalam Islam. Dalam Atho Mudzhar (Ed)
penulis lihat yang mengikutsertakan gambar
Wanita dalam Masyarakat Indonesia;
perempuan. Dalam Salat Berjama‟ah juga
Akses,Pemberdayaan dan Kesempatan,
mayoritas gambar yang dibuat lebih banyak
( Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press, 2001), Hal.
kelompok laki-laki hanya sedikit yang
37
mengikut sertakan gambar perempuan dalam
tema salat berjama‟ah.
27 Bibel Edisi Indonesia
[20] Lihat juga buku Tim Abdi Guru, Ayo
Belajar Agama Islam untuk SMP kelas VII,
28 Sebagai bukti bahwa pemegang kebijakan
( Jakarta: Erlangga, 2004), Hal.151-155
dalam bidang pendidikan lebih di dominasi
laki-laki dibandingkan perempuan dapat 36 Cholil Umam, dkk., Pendidikan Agama Islam
dilihat pada perbandingan dari setiap 100
untuk SD Kelas 3, ( Sidoarjo: Duta Aksara,
guru SD, 54 orang adalah perempuan dan dari
2003), Hal. 42
100 guru sekolah menengah, 38 orang
diantaranya adalah perempuan. Sementara itu
72
marwah, Vol. XIV No. 1 Juni Th. 2015

37 Ahmad Syafi‟i Mufid, Integrasi Budi Pekerti


dalam Pendidikan Agama Islam untuk kelas 1 Echols, J.M. dan Hassan Sadily, Kamus
SLTP, ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), h. 66
Inggris Indonesia . (Jakarta: PT.
38 Ahmad Syafi‟i Mufid, Ibid, h. 111 Gramedia Pustaka Utama, 1997).

39 Tim Abdi Guru: M. Nasikhin dan Hanif Hornby, AS. (1987). Oxford advanced
Nurcholish, Pedoman Belajar Agama Islam dictionary of current English, (London:
untuk SLTP KELAS 2, ( Jakarta : Gelora Aksara
Pratama, 2003), h. 112-113
Oxford University Press, 1987).

40 Huzaemah Tahido Yanggo, „Pandangan Islam Louise Ricklander, “ Women and Politics”,
tentang Gender, „ dalam Mansour Faqih, dalam Women at work Psychological
Membincang Feminisme: Diskursus Gender and Organizaational Perspective, ed.
Persfektif Islam, cet. I, ( Surabaya: Risalah
Michael A. West (Philadelphia :
Gusti, 1996), h. 155
Open University Press, 1993).
DAFTAR PUSTAKA
Mansour Fakih, Analisis gender dan
Ahmad Tafsir, Flsafat Pendidikan Islam transformasi social, (Yoyakarta:
(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Pustaka Pelajar 2005).
2006).
Moser, C.O.N., Gender planing and
Achmadi Wahid, M. Ag dan Drs. H. development; theory, practice and
Masrun, Pendidikan Agama Islam training, (London: Routledge, 1993).
untuk SMP kelas 3, (Jakarta: Ganeca
Exact, 2005) Mosse, J.C., Half the worl, half a chance an
introduction to gender and development,
Ahmad Syafi‟i Mufid, Integrasi Budi Terjemahan Hartian Silawati,
Pekerti dalam Pendidikan Agama Gender dan Pembangunan, (Oxford:
Islam untuk kelas 1 SLTP, (Jakarta: Oxfam, 1985).
Ghalia Indonesia, 2002).
Muhadjir Darwin, & Tukiran, Menggugat
Arief Budiman, Pembagian Kerja Secara Budaya Patriarkhi, (Yogyakarta:
seksual, Sebuah Pembahasan Sosiologis Pusat Penelitian Kependudukan
tentang Peran Wanita di dalam UGM, 2001).
Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia,
1985). Musdah Mulia, Menggagas Kurikulum
Yang berperspektif Gender,
Asriati Djamil dan Lubis, A., Seks dan ( Jakarta : Jurnal Inovasi, Vol VI/
gender. Dalam Pengantar Kajian No .01/ 2003).
Gender, (Jakarta: PSW UIN Syarif
Hidayatullah kerja sama dengan Nasaruddin Umar, Argumen kesetaraan
McGill Project/IISEP, 2003). gender: perspektif Alqur'an, (Jakarta:
Paramadina, 2002).
Cholil Umam, dkk., Pendidikan Agama
Islam untuk SD Kelas 3, (Sidoarjo:
Duta Aksara, 2003).
Syafrida, Evaluasi Materi Pendidikan Islam Perspektif Gender...

New Teaching Resources, Pendidikan


Agama Islam SD untuk kelas I-VI,
( Jakarta : Esis Erlangga, 2004.

Noryamin Aini, Jender dalam Diskursus


Keislaman; Relasi Jender dalam
Pandangan Fiqih, dalam Refleksi ,
(Jakarta; Jurnal kajian Agama dan
Filsafat, 2001), Vol. III. No.2.

Rr. Suhartini, “Dimensi Gender dalam


Pemberdayaan Masyarakat di
Daerah Rawan Longsor”, dalam
Model-model.

Salih Ibrahim Suad, Kedudukan


Perempuan Dalam Islam. Dalam
Atho Mudzhar (Ed) Wanita dalam
Masyarakat Indonesia;
Akses,Pemberdayaan dan Kesempatan,
( Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press,
2001)

Siti Kusujiarti, “Antara Ideologi dan


Transkrip Tersembunyi: Dinamika
Hubungan Gneder dalam
Masyarakat Indonesia” dalam
Irwan Abdullah, Sangkan Paran
Gender (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1997).

Tim Abdi Guru: M. Nasikhin dan Hanif


Nurcholish, Pedoman Belajar
Agama Islam untuk SLTP KELAS 2,
(Jakarta: Gelora Aksara Pratama,
2003)

Tim KKG PAI, Integrasi Budi Pekerti


dalam Pendidikan Agama Islam
untuk SD kelas 4, ( Jakarta ; Ghalia
Indonesia, 2002).

Tim Penyusun buku Agama Islam kelas 3,


( Jakarta : Erlangga, 2003)

74

Anda mungkin juga menyukai