Pedoman Komunikasi Efektif
Pedoman Komunikasi Efektif
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatnya
Pedoman Tentang Komunikasi Efektif dapat diselesaikan dengan tepat waktu sesuai dengan
kubutuhan RSIA Defina.
Pedoman Tentang Komunikasi Efektif ini yang mulai dipergunakan pada tahun 2018
meliputi tata cara pemberian informasi dan edukasi melalui komunikasi yang jelas dan efektif
kepada masyarakat, pasien dan kelurga serta antar staf klinis. Kami menangucapkan terima kasih
kepada Tim Penyusun yang telah berjuang untuk menyelesaikan pedoman ini dengan
baik.Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada para kontributor yang telah memberikan
masukan sangat berharga.
Semoga dengan dipergunakan Pedoman Tentang Komunikasi Efektif bisa memberikan
pehaman kepada pasien dan keluarga melalui edukasi dan informasi yang disampaikan.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
V. Logistik .................................................................................................................................. 15
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah suatu organisasi kompleks yang menggunakan perpaduan peralatan ilmiah
yang rumit dan khusus, yang difungsikan oleh kelompok tenaga terlatih dan terdidik dalam
menghadapi hal yang berkaitan dengan pengetahuan medik modern untuk tujuan pemulihan dan
pemeliharaan kesehatan yang baik. Rumah sakit bertugas untuk melaksanakan upaya kesehatan
dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara terpadu.
RSIA DEFINA dibangun atas dasar pertimbangan bahwa sebagian masyarakat di Parigi
Moutong sangat menginginkan adanya rumah sakit swasta, karena terkadang harus merujuk ke
Palu hanya karena keinginan masyarakat dilayani di rumah sakit swasta.
Seiring dengan hal tersebut diatas, karena perkembangan penyelenggaraan
kesehatan semakin kompleks baik dari segi jumlah maupun bentuk pelayanan, maka
kami menyadari pentingnya mendirikan RSIA DEFINA, agar masyarakat lebih mudah
mengakses pelayanan kesehatan yang bermutu. Dalam rangka peningkatan derajat
kesehatan masyarakat khususnya masyarakat Parigi Moutong dan sekitarnya, hal inilah
yang mendasari berdirinya RSIA DEFINA
Dengan adanya perkembangan teknologi, maka rumah sakit pun dituntut untuk dapat
memberikan pelayanan yang bermutu dan berkualitas. Hal ini tentunya ditunjang dengan adanya
sistem informasi manajemen yang mempunyai kualitas yang bersaing terutama dalam hal
pengolahan data pasien, rekanan, obat dan alat kesehatan, hasil pemeriksaan, pemesanan obat dan
sebagainya.
Dalam pelayanan terhadap pasien di Rumah Sakit, jika berhadapan dengan pasien maka
yang perlu kita tanyakan apakah yang dimaksud pasien sama dengan yang kita pikirkan. Karena
persepsi yang salah dapat mengakibatkan kejadian yang tidak diharapkan. Karena itulah
dibutuhkan Komunikasi Efektif.
Komunikasi Efektif terjadi apabila pesan yang disampaikan komunikator dapat diterima
dengan baik oleh komunikan sehingga tidak terjadi salah persepsi.
Komunikasi Efektif di RSIA DEFINA meliputi :
a. Komunikasi dengan masyarakat
b. Komunikasi dengan pasien dan keluarga
c. Komunikasi antar pemberi pelayanan di dalam dan ke luar Rumah Sakit
B. TUJUAN PEDOMAN
I. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penyusunan pedoman komunikasi efektif ini adalah :
1. Memberikan pengetahuan dan pedoman bagi petugas, perawat dan dokter mengenai
cara berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya.
2. Agar petugas, perawat dan dokter dapat melakukan komunikasi yang efektif dengan
pasien dan keluarganya.
3. Menghindarkan kesalahpahaman yang bisa menimbulkan dugaan malpraktik.
II. Tujuan Khusus
Komunikasi Efektif ini adalah digunakan untuk :
1. Memudahkan orang lain dalam memahami pesan yang disampaikan dan informasi yang
disampaikan dapat menimbulkan feedback dari komunikan.
2. Meminimalisir kejadian yang tidak diharapkan di Rumah Sakit.
3. Sebagai acuan dalam melaksanakan proses kerja bagi sumber daya manusia yang ada di
dalam RSIA DEFINA
BAB II
KOMUNIKASI EFEKTIF
Komunikasi berasal dari bahas latin “communts” yang artinya bersama. Secara terminologis
komunikasi di artikan sebagai suatu proses penyampaian pikiran atau informasi (pesan) dari satu
pihak ke pihak lain dengan menggunakan suatu media. Menurut ahli kamus bahasa, komunikasi
adalah upaya yang bertujuan berbagai untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang
berkomunikasi maka pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah
tujan yang di inginkan oleh keduanya. Webster’s New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977
antar lain menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antara
individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda, atau tungkah laku.
A. KLASIFIKASI KOMUNIKASI
B. JENIS KOMUNIKASI
Komunikai dapat dibedakan dalam lima jenis, yaitu komunikasi tertulis, komunikasi
verbal, komunikasi non verbal, komunikasi 1 arah, dan komunikasi dua arah.
1. Komunikasi Tertulis
Merupakan komunikasi yang penyampaian pesan secara tertulis baik manual maupun
melalui media seperti email, surat, media cetak. Lainnya.
Prinsip-prinsip komunikasi tertulis, yaitu :
Lengkap
Ringkas
Pertimbangan
Konkrit
Jelas
Sopan
Benar
Dalam rumah sakit, komunikasi tertulis dapat berupa catatan perkembangan pasien,
catatan medis, laporan perawat, dan catatan lainya yang memiliki fungsi sebagai berikut :
Sebagai tand bukti tertulis otentik, misalnya persetujuan operasi.
Alat pengingat/berfikir bila mana diperlukan, misalnya surat yang telah
diarsipkan.
Dokumentasi historis, misalnya surat keterangan jalan
Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah, surat
pengangkatan, SPO.
A Alfa N November
B Bravo O Oscar
C Charlie P Papa
D Delta Q Quebec
E Echo R Romeo
F Foxtrot S Sierra
G Golf T Tango
H Hotel U Uniform
I India V Viktor
J Juliet W Whiskey
K Kilo X Xray
L Lima Y Yankee
M Mike Z Zulu
Sumber : Wikipedia
C. MODEL KOMUNIKASI
Model komunikasi adalah ilustrasi alur komunikasi yang menunjukkan unsur-unsur
penting didalamnya. Menurut beberapa pakar komunikasi model adalah penyederhanaan
adalah penyederhanaan teori yang disajikan dalam bentuk gambar.
Model Komunikasi SMCR/BERLO
Merupakan salah satu model komunikas. Model ini mensyaratkan adanya empat unsur
komunikasi (sumber informasi, pean, saluran dan penerima pesan) untuk dapat terjadinya
komunikasi.
Unsur Komunikasi
1. Sumber informasi (Source)
Sumber (pengirim pesan) adalah orang yang menyampaikan pemikiran atau
informasi yang dimilikinya kepada orang lain (penerima pesan). Pengirim pesan
bertanggng jawab dalam menerjemahkan pemikiran atau informasinya menjadi suatu
yang berarti, dapat berupa pesan verbal, non verbal dan tulisan atau kombinasi dari
ketiganya.
Pengirim pesan (komunikator) yang baik adalah komunikator yang menguasai
materi pengetahuannya luas tentang informasi yang disampaikan, cara berbicaranya jelas
dan menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh si penerima pesan (komunikan).
2. Pesan atau informasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pesan komunikasi adalah :
Tingkat kepentingan informasi
Sifat pesan
Kemungkinan pelaksanaannya
Tingkat kepastian dan kebenaran pesan
Kondisi pada saat pesan diterima
Penerima pesan
Cara penyampaian pesan
3. Saluran (channel)
Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi
berlangsung melalui hanya satu saluran, biasanya menggunakan dua, tiga atau empat
saluran berbeda secara simultan.
Contoh :
Dalam interaksi tatap muka, kita berbicara dan mendangarkan (saluran suara),
tetapi kita juga membirikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara visual (saluran
visual). Kita memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori) dan seringkali
kita saling mnyentuh (saluran taktil).
Media fisik yang sering digunakan di rumah sakit adalah telepon, brosur, surat
edaran, memo, internet, royal news, dll
4. Penerima pesan
Penerima pesan adalah orang yang menerima pesan dari sumber informasi
(komunikator). Penerima pesan akan menerjemahkan pesan (decoding) berdasarkan pada
batasan pengertian yang dimilikinya. Dengan demikian dapat saja terjadi kesengajaan
antara yang dimaksud oleh pengirim pesan dengan yang dimengerti oleh penerima pesan
yang disebabkan oleh adanya kemungkinan hadirnya gangguan/hambatan. Hambatan ini
bisa karena perbedaan sudut pandang, pengetahuan atau pengalaman, perbedaan budaya,
masalah bahasa dan lainya.
Pada saat menyampaikan pesan, pengirim pesan (komunikator) harus memastikan
apakah pesan telah diterima dengan baik atau tidak. Sementara penerima pesan perlu
berkosentrasi agar pesan di terima dengan baik dan memberikan umpan balik (feedback)
kepada pengirim pesan.
5. Umpan balik
Umpan balik merupakan tanggapan komunikasi terhadap pesan yang diberikan
oleh komunikator. Umpan balik dapat berupa tanggapan verbal atau non verbal dan
sangat penting sekali sebagai proses klarifikasiuntuk memastikan tidak terjadi kesalahan
dalam menginterpretasikan pesan.
Pada saat menerima pesan melakukan proses umpan balik, pengirim pesan
(komunikator) yang baik harus memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Cara berbicara
Komunikator harus menguasai cara berbicara termasuk cara bertanya (mengerti
waktu penggunaan pertanyaan tertutup dan terbuka), menjelaskan, klarifikasi,
paraphrase, intonasi.
b. Mendengar
Komunikator harus mendengarkan dengan baik umpan balik dari penerima pesan
tanpa memotong pembicaraannya.
c. Cara mengamati
Komunikator harus bisa mengamati cara berbicara komunikan misalnya bahasa non
verbal yang digunakan di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerakan tubuhnya.
d. Menjaga sikap
Komunikator harus menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan
(bahasa tubuh) agar tidak menggangu komunikasi dan untuk menghindari
kesalahpahaman dalam mengartikan gerak tubuh yang dilakukan komunikator.
6. Gangguan
Gangguan adalah segala sesuatu yang menghambat atau mengurangi kemampuan
kita untuk mengirim dan menerima pesan.
a. Pengacu indra, misalnya suara terlalu keras atau lemah. Bau mengenyat, udara
panas, dan lain-lain.
b. Faktor-faktor pribadi, antara lain prasangka, lamunan, dan lain-lain.
BAB III
KEBIJAKAN
2. Registrasi pasien
a. Semua pasien yang datang ke Rumah Sakit harus mendaftar baik rawat jalan maupun rawat inap sesuai
prosedur yang berlaku dan dicatat dalam rekam medis.
b. Apabila bagi pasien tidak tersedia tempat tidur pada unit yang dituju didalam Rumah Sakit Cahya
Kawaluyan maupun di seluruh rumah sakit, maka penanganan pasien mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan.
c. Rumah Sakit Cahya Kawaluyan melakukan sosialisasi dan edukasi kepada seluruh petugas sehingga
semua petugas memahami ketentuan dan prosedur registrasi pasien rawat jalan dan rawat inap.
Sosialisasi dan edukasi disampaikan pada saat briefing pagi di bagian.
4. Skrining dilakukan untuk menentukan kebutuhan pelayanan pasien waktu proses admisi rawat inap.
a. Pemeriksaan skrining dilakukan untuk membantu staf rumah sakit mengetahui kebutuhan pasien.
Asesmen tersebut antara lain : evaluasi visual, pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik dan
diagnostik imajing .
b. Pemilihan jenis pelayanan atau unit pelayanan sesuai kebutuhan pasien berdasarkan hasil skrining.
c. Apabila pasien dipertimbangkan diterima sebagai pasien rawat inap, asesmen membantu staf untuk
memutuskan apakah pasien membutuhkan pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan rehabilitatif. Staf
memilih pelayanan yang paling tepat untuk pasien sesuai dengan prioritas dan urgensinya.
d. Asesmen lanjutan dilakukan sesuai dengan Pedoman Praktik Klinik Rumah Sakit Cahya Kawaluyan.
2. Kerjasama Rumah Sakit Cahya Kawaluyan dengan pihak pelayanan kesehatan dalam hal Rujukan
a. Rencana pemulangan pasien dilakukan dengan mempertimbangkan pelayanan penunjang dan
kelanjutan pelayanan medis yang dibutuhkan oleh pasien
b. Rumah sakit Cahya Kawaluyan mempunyai data alamat fasilitas kesehatan seperti klinik, tempat
praktek dokter dan rumah sakit terdekat dengan tempat tinggal, data tersebut dapat diinformasikan
kepada pasien dan keluarga.
c. Apabila memungkinkan Rumah Sakit Cahya Kawaluyan merujuk pasien ke individu yang kompeten
atau sarana pelayanan kesehatan sesuai dengan area terdekat tempat tinggal pasien atau asal pasien.
d. Proses merujuk dapat juga dilakukan untuk pelayanan penunjang bila memungkinkan yang dibutuhkan
pasien.
4. Resume menggambarkan tindakan yang dilakukan selama pasien tinggal di rumah sakit. Resume pasien
pulang tersebut berisikan :
a. Alasan pasien dirawat, diagnosis dan penyakit penyertanya
b. Temuan kelainan fisik dan hal lain yang penting
c. Prosedur diagnostik dan terapetik yang dilakukan
d. Medikamentosa termasuk obat waktu pulang
e. Keadaan / status pasien pada saat pulang
f. Instruksi untuk tindaklanjut atau kontrol
5. Resume pada pelayanan rawat jalan
a. Rekam medis pasien rawat jalan yang mendapat pelayanan lanjutan berisi semua diagnosis yang
penting, alergi obat, medikamentosa yang sedang diberikan termasuk prosedur pembedahan dan
perawatan di rumah sakit
b. Dalam resume yang pertama ada identifikasi pelayanan lanjutan mana yang dilaksanakan.
c. Resume pelayanan di rumah sakit dijaga kelangsungannya oleh bagian Rekam Medis yang dibantu
oleh Seksi Sistem Informasi rumah sakit ( SISFO)
d. Resume dari keadaan pasien terkini yang lengkap mencakup :
1) Diagnosis yang penting
2) Alergi terhadap obat
3) Medikamentosa yang sekarang
4) Riwayat operasi yang lalu
5) Riwayat perawatan yang lalu
e. Bagian Rekam Medis Rumah Sakit Cahya Kawaluyan mengecek apakah rekam medis berisi daftar
resume secara lengkap sesuai dengan standar prosedur opersional yang ditetapkan.
2. Kerjasama Rumah Sakit Cahya Kawaluyan dengan pihak pelayanan Kesehatan dalam Rujukan.
a. Rumah Sakit Cahya Kawaluyan menentukan bahwa rumah sakit rujukan dapat menyediakan
kebutuhan pasien yang di rujuk.
b. Pasien dirujuk secara tepat kerumah sakit penerima rujukan sesuai prosedur rujukan pasien.
Rumah sakit rujukan yang dituju adalah rumah sakit tipe A dan B, rumah sakit rujukan tersebut antara
lain :Rumah Sakit Borromeus, Rumah Sakit Hasan Sadikin, Rumah Sakit Santosa. Rumah Sakit
Melinda II, Rumah Sakit Cibabat. Selain itu kasus anak dapat dirujuk ke Rumah Sakit Hermina yang
memiliki NICU/PICU. Perjanjian kerjasama resmi atau tidak resmi di buat oleh Rumah Sakit Cahya
Kawaluyan
c. Informasi kondisi klinis pasien atau resume klinis tercatat dalam Surat Rujukan yang diberikan ke
rumah sakit rujukan saat mengirim pasien.
d. Resume klinis mencakup status pasien, prosedur, tindakan yang telah dilakukan dan kebutuhan pasien
akan pelayanan lebih lanjut ( alasan pasien di rujuk)
e. Selama proses rujukan pada pasien sadar atau merujuk pasien koma (penurunan kesadaran) perlu
dilakukan pengawasan / monitoring secara terus menerus mengenai kondisi pasien oleh tenaga
kesehatan yang kompeten dan terdokumentasi dalam rekam medis pasien.
f. Kompetensi staf yang mendampingi selama merujuk ditentukan pada saat kondisi pasien di rujuk
sesuai dengan Pedoman merujuk pasien.
g. Proses rujukan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien mencakup:
1) Nama rumah sakit tujuan
2) Nama staf yang menyetujui penerima pasien
3) Tanda tangan perawat / dokter yang menerima
4) Nama staf yang memonitor pasien selama rujukan
5) Alasan rujukan
6) Kondisi spesifik berkenaan dengan transfer pasien
7) Perubahan kondisi pasien selama rujukan.
1. Rumah Sakit Cahya Kawaluyan menyediakan pendidikan yang menunjang partisipasi pasien dan keluarga
dalam pengambilan keputusan dan proses pelayanan :
a. Unit kerja yang mengelola informasi dan edukasi adalah Seksi Promosi Kesehatan Rumah Sakit/PKRS yang
menciptakan pelayanan pendidikan pada pasien dan keluarga, mengatur seluruh staf yang memberikan
pendidikan pada pasien dan keluarga secara terkoordinir.
b. Seksi Promosi Kesehatan Rumah Sakit/PKRS mengelola edukasi berkoordinasi dengan Tim Penggerak
edukasi yang tersebar baik di rawat inap maupun dirawat jalan.
c. Pemberian edukasi pada pasien rawat jalan dan rawat inap diberikan oleh seluruh tenaga profesional
(perawat, tenaga medis, apotheker staf Farmasi, petugas Gizi, petugas rehabilitasi Medis, petugas
Laboratorium dan radiologi). Jika memerlukan tindak lanjut, berkoordinasi dengan Seksi Promosi Kesehatan
Rumah Sakit/PKRS.
d. Implementasi strategi informasi dan edukasi pasien dan keluarga dikelola oleh Seksi Promosi Kesehatan
Rumah Sakit/PKRS, untuk populasi pasien yang menjadi perhatian sesuai dengan renstra, pedoman
pelayanan dan Program kerja PKRS.
e. Rumah Sakit Cahya Kawaluyan menyediakan dan mengembangkan pendidikan dalam proses pelayanan yang
sesuai dengan misi,jenis pelayanan dan populasi pasien.
f. Pendidikan pada pasien dan keluarga direncanakan untuk menjamin bahwa setiap pasien diberikan
pendidikan sesuai kebutuhannya.
g. Pendidikan pada pasien dan keluarga bertujuan untuk mendorong partisipasi aktif pasien dan keluarga dalam
proses penyembuhan pasien.
3. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan pada pasien dan keluarga membantu pemenuhan kesehatan
berkelanjutan.
a. Rumah Sakit Cahya Kawaluyan menyediakan proses pendidikan pada pasien dan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan berkelanjutan atau untuk mencapai sasaran kesehatan mereka sesuai dengan alur yang
ada dalam Pedoman Pemberian Informasi dan Edukasi.
b. Informasi kesehatan umum diberikan oleh rumah sakit atau oleh sumber di komunitas yang dituangkan dalam
kegiatan harian setelah pasien pulang termasuk praktek pencegahan yang relevan dengan kondisi pasien atau
sasaran kesehatannya serta mengatasi penyakit atau kecacatan.
c. Rumah Sakit Cahya Kawaluyan menyediakan resume kegiatan harian setelah pasien pulang.
d. Rumah Sakit Cahya Kawaluyan mengidentifikasi sumber-sumber pendidikan dan pelatihan yang tersedia di
komunitas, khususnya organisasi di komunitas yang mendukung promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit.
e. Rumah Sakit Cahya Kawaluyan menjalin kerjasama dengan komunitas diluar lingkungan rumah sakit untuk
mendukung Promosi kesehatan yang berkelanjutan guna pencegahan penyakit.
Plan:
a. Merancang prosedur (SPO) agar proses komunikasi antar tenaga kesehatan dapat berjalan efektif
b. Merancang alat bantu (Form) agar proses komunikasi antar tenaga kesehatan terdokumentasi dengan baik
DO:
a) Sosialisasi prosedur dan alat bantu komunikasi agar proses-proses komunikasi antar tenaga kesehatan dapat
dijalankan seluruh tenaga kesehatan sesuai prosedur/terstandar.
b) Melakukan pelatihan kepada seluruh staff medis agar proses-proses komunikasi antar tenaga kesehatan
semakin baik dan efektif
c) Pelaksanaan proses komunikasi antar tenaga kesehatan dilakukan setiap hari menggunakan prosedur dan alat
bantu yang ditetapkan.
d) Melakukan evaluasi berkala atas proses-proses komunikasi antar tenaga kesehatan
Check/Study:
a) Monitoring kegiatan komunikasi antar tenaga kesehatan dengan merekap dan menganalisa dokumentasi
proses-proses tersebut.
b) Hasil analisa didiskusikan untuk dapat menyusun rencana tindak lanjut agar prosedur dapat menjadi lebih baik.
Act:
a) Melakukan perbaikan prosedur maupun alat bantu sesuai hasil evaluasi proses-proses komunikasi tersebut
diatas.
6. Komunikasi antar pemberi pelayanan di dalam rumah sakit secara non verbal
Dalam tatanan Rumah Sakit Cahya Kawaluyan yang menjadi sumber komunikator adalah
semua petugas pemberi pelayanan kesehatan kepada pasien :
Dokter
Perawat
Bidan
Petugas Rekam Medis
Petugas Penunjang Medis
Petugas Farmasi
Apoteker
Petugas Front Office (FO)
Petugas Kasir
Staf Administrasi
Staf Customer Service
Petugas Cleaning Service
Petugas Security
b. Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi, pengetahuannya luas
dan dalam tentang informasi yang disampaikan, cara berbicaranya jelas dan menjadi
pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh si penerima pesan (komunikan).
c. Isi Pesan adalah ide atau informasi yang disampaikan kepada komunikan. Panjang
pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan komunikasi , media
penyampaian, penerimanya.
d. Media/Saluran Pesan (Elektronik, Lisan, Tulisan) adalah sarana komunikasi dari komunikator
kepada komunikan. Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan
yang disampaikan pengirim atau umpan balik yang disampaikan penerima.
Media komunikasi di RS Cahya Kawaluyan yang digunakan adalah :
Telepon
Media Sosial (Whatsapp, Blackberry messenger)
Website
Leaflet
Surat menyurat
Brosur
Spanduk
Baliho
Alat peraga
Email
e. Penerima Pesan/Komunikan adalah pihak/orang yang menerima pesan.
Penerima pesan berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran pengirim dan
penerima berita bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung jawab penerima adalah
berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan memberikan umpan balik kepada
pengirim. Umpan balik sangat penting sehingga proses komunikasi berlangsung dua arah
(konsil kedokteran Indonesia, hal 8).
f. Umpan balik adalah respon/tindakan dari komunikan terhadap respon pesan yang
diterimanya.
Akurat
Lengkap
Jelas
Perkenalkan diri
Menawarkan bantuan
Contoh : Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam, Saya (nama) dari (Bagian), saya siap membantu
Bapak/Ibu
Menerima Panggilan
“Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam, Saya (nama) dari (Bagian),ada yang bisa saya bantu?”
Melakukan Panggilan
“Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam, Saya (nama) dari (Bagian),bisa bicara dengan
…………………”
Selesai percakapan, ditutup dengan mengucapkan terima kasih, letakkan telepon dengan
lembut (jangan dibanting).
Catatan :
Tunggu hingga si penelepon menutup gagang telepon, baru kita tutup.
SITUATION
Bersikap tenang, mendengarkan dengan baik, konsentrasi, respek, mencatat bila diperlukan,
bertanya bila ada kata-kata yang kurang dimengerti, interupsi dengan cara yang sopan, membuat
komentar yang positif, bahasa tubuh dan gesture tubuh yang positif.
PROBLEM
Menanggapi dengan menanyakan permasalahan pasien dan ketidakpuasannya.
IMPLICATION
Melibatkan Customer dengan berfokus pada alternatif penyelesaian masalah.
1. Umum
Menyebutkan nama
Menyebutkan dari bagian tempat bertugas/dinas
Contoh : “ Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam, nama saya (nama ) dari bagian (nama bagian)
3. Untuk mendapatkan feedback, tanyakan dengan kalimat : “Ibu/Bapak (sebut namanya) apakah
informasi yang diterima sudah jelas? Ada lagi yang ingin ditanyakan?
Akhiri percakapan dengan kalimat : Baik kalau sudah tidak adal lagi pertanyaan, terima kasih
Bapak/Ibu (sebut namanya).
Komunikasi efektif terutama dilakukan pada saat proses serah terima antar petugas pemberi pelayanan
pada situasi:
1. Serah terima antar shift perawat atau dokter
2. Proses transfer baik internal maupun eksternal (rujukan)
3. Pertukaran informasi antar pemberi pelayanan kesehatan (dokter dengan perawat /bidan, perawat
dengan petugas kesehatan lainnya )
4. Penyampaian informasi hasil pemeriksaan penunjang medis
5. Pemberian informasi dari petugas pemberi pelayanan kesehatan dengan pasien dan /keluarga
Metode ISBAR
INTRODUCTION
• Ucapkan salam
• Sebutkan nama perawat yang menghubungi dan nama unit/instalasi/bagian
SITUATION
• Sebutkan identitas pasien dan nomor kamar pasien
• Sebutkan masalah pasien tersebut (misalnya sesak nafas, nyeri dada, mual dll)
BACKGROUND
Sebutkan diagnosis dan data klinis pasien sesuai kebutuhan:
• Status cardiovaskuler (nyeri dada, tekanan darah, EKG dsb)
• Status respirasi (frekuensi pernafasan, SPO2, Analisis gas darah, dll)
• Status Gastrointestinal (nyeri perut, muntah, perdarahan dsb)
• Status neurologis (GCS, pupil kesadaran dsb)
• Hasil laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya
ASSESSMENT
Sebutkan masalah yang terjadi pada pasien:
• Masalah kardiologi (syol lardiogenik, aritmia maligna dsb)
• Masalah gastrointestinal ( perdarahan masif atau syok)
RECOMMENDATION
Rekomendasi (pilih sesuai kebutuhan):
• Saya meminta dokter untuk :
Memindahkan pasien ke ICU?
Segera datang melihat pasien?
Mewakilkan dokter lain untuk datang?
Konsultasi ke dokter lain?
• Pemeriksaan atau terapi apa yang diperlukan?
Foto rontgen?
Pemeriksaan analisa gas darah?
Pemeriksaan EKG?
PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF DILAKUKAN DENGAN CARA :
a. Komunikasi efektif saat hand over dengan menggunakan teknik Tulis, Baca ulang dan Konfirmasi
(TbaK) sedangkan pelaporan melalui telepon dengan menggunakan metoda ISBAR.
b. Penerima perintah menulis lengkap perintahnya, membaca ulang dan melakukan konfirmasi.
c. Tulisan disebut lengkap bila terdiri dari jam / tanggal, isi perintah, nama penerima perintah dan tanda
tangan, nama pemberi perintah dan tanda tangan (pada kesempatan berikutnya).
d. Baca ulang dengan jelas, bila perintah mengandung nama obat LASA, maka nama obat LASA harus
dieja satu persatu hurufnya dengan menggunakan Phonetic Alphabet.
e. Di unit pelayanan harus tersedia daftar obat look alike dan sound alike.
f. Konfirmasi lisan dan tertulis, konfirmasi lisan sesaat setelah pemberi perintah mendengar pembacaan
dan memberikan pernyataan kebenaran pembacaan secara lisan misal”ya sudah benar”. Konfirmasi
tertulis dengan tanda tangan pemberi perintah yang harus diminta pada kesempatan kunjungan
berikutnya.
Komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien & keluarganya berkaitan dengan kondisi
kesehatannya.
Proses komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya terdiri dari:
a. Tahap asesmen pasien: Sebelum melakukan edukasi, petugas mengkaji dulu kebutuhan
edukasi pasien & keluarga berdasarkan: (data ini didapatkan dari RM):
1. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
2. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan.
3. Hambatan emosional dan motivasi. (emosional: Depresi, senang dan marah)
4. Keterbatasan fisik dan kognitif.
5. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.
b. Tahap penyampaian informasi dan edukasi yang efektif. Setelah melalui tahap asesmen
pasien, di temukan :
1. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses komunikasinya mudah
disampaikan.
2. Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna wicara), maka
komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada pasien dan keluarga sekandung (istri,anak,
ayah, ibu, atau saudara sekandung) dan menjelaskannya kepada mereka.
3. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien marah atau depresi),
maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi edukasi dan menyarankan pasien membaca
leaflet. Apabila pasien tidak mengerti materi edukasi, pasien bisa menghubungi medical information.
Metode penyampaian edukasi dapat berupa ceramah Tanya jawab, simulasi atau praktek.
c. Tahap verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami edukasi yang
diberikan:
1. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi pasien baik dan senang,
maka verifikasi yang dilakukan adalah: menanyakan kembali edukasi yang telah diberikan.
Pertanyaannya adalah: " Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu bisa
pelajari ?".
2. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya mengalami hambatan
fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya dengan pertanyaan yang sama: "Dari materi
edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?".
'3. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada hambatan emosional (marah
atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti
tentang materi edukasi yang diberikan dan pahami. Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau datang
langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.
Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang disampaikan dapat
dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan pasien mengikuti semua arahan dari rumah sakit,
diharapkan mempercepat proses penyembuhan pasien.
Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk mengisi formulir edukasi
dan informsi, dan ditandatangani kedua belah pihak antara dokter dan pasien atau keluarga pasien. Hal ini
dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan keluarga pasien sudah diberikan edukasi dan informasi yang
benar.
Proses komunikasi ini harus didokumentasikan dengan jelas dan tepat di dalam rekam medis pasien,
yaitu:
1. Catatan isi pesan dari dokter ke perawat melalui telepon terdiri dari isi perintah, nama pemberi
perintah, nama penerima perintah, tanggal dan pukul berapa perintah diberikan di rekam medis pasien
2. Verifikasi isi pesan dilakukan pada hari berikutnya pada saat kunjungan dokter dengan meminta
dokter membubuhkan tanda tangan pada rekam medis
3. Proses pre dan post conference, serah terima antar shift, serah terima antar bagian, rujukan, harus
dicatat di rekam medis
4. Proses pemberian informasi dari petugas pemberi pelayanan kesehatan kepada pasien dan keluarga
beserta responya harus dicatat di rekam medis
5. Instruksi/program pengobatan dokter dicatat di dalam rekam medis
6. Hasil informasi yang diterima ataupun diberikan antara petugas pemberi pelayanan kesehatan yang
berhubungan dengan pelayanan/pengobatan pasien harus dicatat dalam rekam medis.
3.3. APLIKASI KOMUNIKASI EFEKTIF DAN STANDAR PELAYANAN DI TIGA TITIK
SENTUH
b. Layanan Pendaftaran
Memperkenalkan diri dengan ramah sesuai standar komunikasi.
Layanan diberikan dengan cepat, tepat dan tidak bertele-tele.
Memberikan informasi dan bantuan sesuai dengan apa yang dibutuhkan pasien/keluarga.
c. Layanan Dokter
d. Layanan Perawat
f. Layanan Farmasi
Petugas bersikap ramah dan profesional
Memperkenalkan diri dengan ramah sesuai standar komunikasi.
Tidak ada kesalahan dalam pemberian obat (Benar Obat, Benar Pasien, Benar Dosis, Benar Rute,
Benar Waktu)
Memberikan kepastian waktu tunggu obat kepada pasien/keluarganya.
Memberikan informasi yang lengkap dan jelas tentang penggunaan obat termasuk hal-hal yang
diperhatikan pasien/keluarga.
Peka terhadap kebutuhan informasi pasien/keluarga.
Petugas memberikan nomor telepon Farmasi yang bisa dihubungi jika ada masalah dalam
penggunaan obat.
g. Layanan Laboratorium
Petugas bersikap ramah dan profesional
Memperkenalkan diri dengan ramah sesuai standar komunikasi.
Petugas menjelaskan tujuan pengambilan sampel pemeriksaan
Petugas melakukan teknik pengambilan sampel dengan baik dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Petugas memberi informasi waktu tunggu hasil pemeriksaan.
b. Layanan Dokter
c. Layanan Perawat
e. Layanan Farmasi
Petugas bersikap ramah dan profesional
Memperkenalkan diri dengan ramah sesuai standar komunikasi.
Tidak ada kesalahan dalam pemberian obat (Benar Obat, Benar Pasien, Benar Dosis, Benar Rute,
Benar Waktu)
Memberikan kepastian waktu tunggu obat kepada pasien/keluarganya.
Memberikan informasi yang lengkap dan jelas tentang penggunaan obat termasuk hal-hal yang
diperhatikan pasien/keluarga.
Peka terhadap kebutuhan informasi pasien/keluarga.
Petugas memberikan nomor telepon Farmasi yang bisa dihubungi jika ada masalah dalam
penggunaan obat.
b. Layanan Dokter
c. Layanan Perawat
f. Layanan Umum
Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang disampaikan dapat
dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan pasien mengikuti semua arahan dari rumah sakit,
diharapkan mempercepat proses penyembuhan pasien.
Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk mengisi formulir edukasi
dan informasi, dan ditandatangani kedua belah pihak antara dokter dan pasien atau keluarga pasien. Hal
ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan keluarga pasien sudah diberikan edukasi dan informasi yang
benar.
Proses komunikasi ini harus didokumentasikan dengan jelas dan tepat di dalam rekam medis pasien,
yaitu:
1. Catatan isi pesan dari dokter ke perawat melalui telepon terdiri dari isi perintah, nama pemberi
perintah, nama penerima perintah, tanggal dan pukul berapa perintah diberikan di rekam medis pasien
2. Verifikasi isi pesan dilakukan pada hari berikutnya pada saat kunjungan dokter dengan meminta
dokter membubuhkan tanda tangan pada rekam medis
3. Proses pre dan post conference, serah terima antar shift, serah terima antar bagian, rujukan, harus
dicatat di rekam medis
4. Proses pemberian informasi dari petugas pemberi pelayanan kesehatan kepada pasien dan keluarga
beserta responya harus dicatat di rekam medis
5. Instruksi/program pengobatan dokter dicatat di dalam rekam medis
6. Hasil informasi yang diterima ataupun diberikan antara petugas pemberi pelayanan kesehatan yang
berhubungan dengan pelayanan/pengobatan pasien harus dicatat dalam rekam medis.