Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ILMU TEKNOLOGI DAN

PRODUKSI TERNAK UNGGAS

PENYAKIT KOKSIDIOSIS DAN VAKSINASI PADA AYAM PETELUR

Disusun oleh :

Afdal Yusra (1710612072)

Dosen pengampu :
Dr. Ir. Zulkarnain. MS

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
Koksidiosis dan Vaksinasi pada Ayam Petelur. Penulis juga mengucapkan banyak
terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Zulkarnain. MS yang telah memberikan tugas untuk
untuk penulis.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Koksidiosis dan Vaksinasi pada Ayam
Petelur yang sangat dibutuhkan dalam ilmu peternakan. Penulis juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran serta adanya usulan
demi perbaikan makalah-makalah yang akan penulis buat di masa yang akan datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Padang, 02 Mei 2019


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

3.1 Ayam Petelur

3.2 Koksidiosis

3.3 Pencegahan Penyakit Koksidiosis

3.4 Vaksinasi

3.5 Cara Melakukan Vaksinasi pada Ayam Petelur

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ayam petelur merupakan ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk
diambil telurnya. Asal mula ayam petelur adalah dari ayam hutan yang ditangkap dan
dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Ayam yang terseleksi untuk tujuan
produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal
dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga
kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat. Persilangan dan
seleksi itu dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang ada
sekarang ini. Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik
dipertahankan (“terus dimurnikan”). Inilah yang kemudian dikenal dengan ayam
petelur unggul.
Penyakit yang menyerang pada ayam petelur yang menyebabkan keadaan
abnormal pada ayam sendiri. Penyakit yang menyerang ini dapat menurunkan
produktifitas dari ayam petelur, karena terjadinya keadaan yang abnormal pada
system tubuh yang ada pada ayam petelur. Salah satu penyakit yang menyerang pada
ayam terkhusus nya ayam petelur adalah Koksidiosis.
Koksidiosis merupakan penyakit berak darah yang disebabkan oleh parasite yang
menyerang system pencernaan pada unggas akibat infeksi protozoa genus Eimeria
dari family Eimeriidae. Penyakit ini sering ditemukan di seluruh dunia, yang salah
satu akibat nya kurang nya kebersihan dari lingkungan ternak dan juga tidak ada nya
penanganan atau pemberian Vaksin pada ayam. Sehingga tidak terjadinya
pencegahan penyakit dan penyebaran virus atau parasite pada ayam petelur
terkhususnya.
Pemberian vaksin sangat diperlukan ketika ingin memelihara dan membudidaya
ternak ayam petelur, agar ternak terhindar dari berbagai macam penyakit yang
disebabkan oleh virus dan parasite yang berbahaya bagi ternak, sehingga
menyebabkan menurunnya produktifitas dari ternak sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu Ayam Petelur ?
1.2.2 Apa itu Koksidiosis ?
1.2.3 Bagaimana Cara Pencegahan Penyakit Koksidiosis ?
1.2.4 Apa itu Vaksinasi ?
1.2.5 Bagaimana Cara Melakukan Vaksinasi pada Ayam Petelur ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui Pengertian Ayam Broiler
1.3.2 Mengetahui Pengertian Koksidiosis
1.3.3 Mengetahui Cara Pencegahan Penyakit Koksidiosis
1.3.4 Mengetahui Pengertian Vaksinasi
1.3.5 Mengetahui Cara Melakukan Vaksinasi pada Ayam Petelur
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ayam Petelur


Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara secara khusus untuk diambil hasil
telur nya, hal ini dikuatkan oleh pernyataan Setyono (2013) yang menyatakan bahwa
Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan
telur. Ayam petelur ini memiliki produktivitas telur yang sangat tinggi, sesuai dengan
pernyataan Suci dan Hermana (2012), yang menyatakan ayam ras petelur merupakan
ayam penghasil telur dengan produktivitas tinggi.
Ayam petelur merupakan ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara secara
khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam petelur adalah dari ayam hutan yang
telah didomestikasi dan diseleksi sehingga bertelur cukup banyak. Arah seleksi ayam
hutan ditujukan pada produksi yang banyak. Ayam hutan mulai dapat diambil telur
dan dagingnya maka arah seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk
tujuan produksi daging dikenal dengan broiler, sedangkan ayam yang terseleksi untuk
tujuan produksi telir dikenal dengan petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan kepada
warna kulit telur hingga kemudian dikenal dengan ayam petelur putih dan ayam
petelur cokelat (Zulfikar, 2013)
Secara umum ayam mengalami tiga tahapan pertumbuhan yaitu periode awal
(starter) dari DOC sampai umur 6 minggu, periode tumbuh (grower) mulai umur 6
minggu sampai 18 minggu dan periode produksi (layer) mulai dari umur 18 minggu
sampai diafkir. Faktor yang menentukan saat bertelur antara lain adalah kedewasaan
kelamin ayam yang dipelihara (Rasyaf, 2004). Rahmadi (2009) menyatakan bahwa
ayam petelur fase layer merupakan ayam yang berumur antara 20 sampai dengan 80
minggu (afkir). Ayam pada akhir masa produksi tergolong dalam fase layer, yakni
pada umur 50 minggu ke atas. Ayam pada akhir masa produksi biasa disebut ayam
tua.
Jenis ayam petelur dibagi menjadi tipe ayam petelur ringan dan medium. Tipe
ayam petelur ringan mempunyai badan yang ramping dan kecil, bulu berwarna putih
bersih, dan berjengger merah, berasal dari galur murni white leghorn, dan mampu
bertelur lebih dari 260 telur per tahun produksi hen house. Ayam petelur ringan
sensitif terhadap cuaca panas dan keributan, responnya yaitu produksi akan menurun.
tipe ayam petelur medium memiliki bobot tubuh yang cukup berat, tidak terlalu
gemuk, kerabang telur berwarna coklat dan bersifat dwiguna (Bappenas, 2010).

2.2 Koksidiosis
Penyakit terkenal pada unggas yang disebabkan oleh protozoa adalah
koksidiosis atau berak darah. Koksidiosis disebabkan oleh protozoa dari famili
Eimeriidae.Pada ayam dikenal sembilanspesies Eimeria yang berparasit pada
berbagai bagian usus, yaitu Eimeris acervulina, Eimeria brunetti, Eimeria
maxima, Eimeria mitis, Eimeria mivati, Eimeria necatrix, Eimeria praecox,
Eimeria tenella, dan Eimeria hagani (Barta,2006).
Koksidiosis adalah suatu penyakit asal protozoa pada unggas yang tersifat oleh
diare berdarah dan enteritis.Ayam dapat terinfeksi koksidiosis karena
memakanoosistayang ada di lingkungan sekitarnya. Ayam terinfeksioosistaselama
beberapa hari atau bahkan beberapa minggu. Protozoa memperbanyak diri
dalamsaluran pencernaan dan menyebabkan kerusakan pada jaringan dan
selanjutnya dapat mengakibatkan gangguan pada proses digesti dan absorbsi nutrisi,
dehidrasi, kehilangan darah dan meningkatnya kepekaan terhadap penyakit lain
(Barta,2006).Gejala klinis koksidiosis berjalan secara akut dan ditandai dengan
depresi, bulu suram tidak beraturandan diare berdarah, napsu makan hilang,
muntah darah, paralisa dan diikuti kematian akibat kolaps. Unggas yang terinfeksi
E. tenella memperlihatkan gejala kepucatan pada jengger dan pial disertai sekum
yang bercampur darah. Padapenyakit yang tidak menunjukkan gejala klinis,
maka ditandai oleh penurunan berat badan (Fanatico ,2006).
Koksidiosis pada ayam merupakan salah satu penyakit terpenting yang
menyerang industri perunggasan. Penyakit ini merupakan penyakit pada intestinal
yang disebabkan oleh parasit protozoa dari genus Eimeria (Michels, et al, 2011).
Penyakit asal parasit kerapkali berbeda dengan penyakit viral atau bakteri dalam
beberapa aspek, yaitu siklus hidup yang kompleks, metode penyebaran, sangat
minim/tidak ada uji serologik yang dapat dipakai sebagai metode diagnosis, dan
kadang-kadang dapat ditanggulangi dengan cara sanitasi/desinfeksi dan isolasi yang
ketat (Tabbu, 2002).
Koksidiosis atau sering disebut berak darah adalah penyakit parasiter yang
menimbulkan gangguan terutama pada saluran pencernaan bagian aboral, angka
kesakitan dan kematian dapat mencapai 80-90% (Retno, et al, 1998). Gejala klinis
kosidiosis bervariasi menurut spesies Eimeria yang menginfeksi ayam. Spesies
Eimeria yang kurang patogenik biasanya menyebabkan gejala klinis yang ringan atau
tanpa gejala. Spesies eimeria yang lebih patogenik dapat menyebabkan diare yang
bersifat mukoid atau hemoragik. Gejala diare biasanya akan diikuti oleh dehidrasi,
bulu berdiri, anemia, lesu, lemah, menekuk kepala dan leher serta mengantuk (Tabbu,
2002). Kerugian akibat koksidiosisi adalah berat badan menurun, masa bertelur
terlambat, penurunan produksi telur, konversi ransum menjadi jelek (Retno, et al,
1998).
Eimeria penyebab koksidiosis pada ayam termasuk dalam filum Apicomplexa,
kelas Sporozoa, sub kelas Coccidia, ordo Eucoccidiae, sub ordo Eimeriina, Familia
Eimeridae, dan genus Eimeria (Soulsby, 1982). Menurut Retno, et al 1998 terdapat 12
macam spesies Eimeria yang menyerang ternak ayam, yaitu : E. t e n e lla, E. n e c a t
ri x, E. b r u n e t ti, E. acervulina, E. maxima, E. mitis, E. mivati, E. paecox, E.
hagani, E. tyrsani, E. myonella, E . gallinae . Jenis Eimeria yang ditemukan pada
ayam tidak dapat menginfeksi jenis unggas atau hewan lain dan sebaliknya (Tabbu,
2002).

2.3 Pencegahan Penyakit Koksidiosis


Antimikrobial terbaru digunakan sebagai koksidiostat yang dicampurkan dalam
pakan sebagai pencegah koksidiosis. Akan tetapi kenyataan di lapangan kasus
resistensi obat tinggi, yang menyebabkan antimikrobial tersebut tidak efisien, baik
secara ekonomi maupun dari sisi lingkungan, sehingga meningkatkan kesadaran
konsumen dalam hal mengonsumsi bahan makanan yang bebas dari residu obat
(Harper and Makatouni, 2002 dalam Michels., et al 2011). Infeksi Eimeria ini dapat
dicegah dengan pemberian obat-obatan golongan sulfa. Sulfadimethoxine adalah
salah satu golongan sulfa yang rendah toksisitasnya dan efektif dalam mengobati
koksidiosis (Saad e t al. , 2006). Beberapa antikoksidia yang sering digunakan antara
lain adalah sulfaquinoksalin, sulfadimetoksin, kombinasi sulfadimetoksin dan
ormetroprim, klopidol, dekokuinat, amprolium, kombinasi amprolium dan etopabat,
nikarbazin, lasalosid (polieter ionofor), salinomisin, monensin, maduramisin,
diklazuril, dan toltazuril (Tabbu, 2002). Penambahan koksidiostat dan antibiotik
dalam pakan telah menimbulkan resistensi pada protozoa ini. Resistensi dapat terjadi
karena ketika protozoa tersebut mengalami stres oleh koksidiostat atau antibiotik,
maka protozoa tersebut akan bermutasi dan beradaptasi terhadap obat-obat tersebut
(Saad et al ., 2006). Banyaknya kasus resistensi obat dari strain koksidia
menyebabkan obat-obat antikoksidia yang tersedia saat ini menjadi tidak efektif dan
mengancam perekonomian industri perunggasan, khususnya di negara berkembang
dimana masalah tersebut menjadi masalah utama bagi petanipeternak yang miskin
(El-Sadawy, et al. 2009)
Daun mengkudu diketahui mengandung vitamin C, terpenoid, alkaloid,
anthraquinone, asam amino, flavone glycoside, linoleic acid, rutin dan iridoid
glycoside yang diketahui memiliki aktivitas antioksidan (Chinta e t a l ., 2010).
Antioksidan asal tanaman saat ini banyak dikaji sebagai senyawa antikoksidia yang
diharapkan menjadi alternatif antikoksidia (Coombs dan Müller, 2002). Kandungan
saponin asal tanaman juga diketahui memiliki aktivitas antiprotozoa dengan cara
mengikat molekul sterol yang ada pada permukaan membran sel protozoa.

2.4 Vaksinasi
Vaksinasi dilakukan terhadap hewan yang sehat, terutama yang berada di sekitar
peternakan ayam yang terkena wabah ini dilakukan untuk memberikan kekebalan
pada ayam supaya tidak mudah tertular. Vaksin yang digunakan harus memenuhi
standar mutu yang ditetapkan menurut peraturan perundangan yang berlauku
(Yudhastuti dan Sudarmaji, 2006). Keberhasilan vaksinasi sangat ditentukan oleh
kondisi ayam pada saat divaksinasi. Vaksinasi dilakukan pada ayam sehat yaitu bebas
bakteri, parasite, dan bebas virus (Ardana, 2009).
Vaksinasi merupakan proses memasukkan mikroorganisme penyebab penyakit
yang telah dilemahkan ke dalam tubuh hewan. Di dalam tubuh hewan,
mikroorganisme yang dimasukkan tidak menimbulkan bahaya penyakit, melainkan
dapat merangsang pembentukan zat-zat kekebalan (antibodi) terhadap agen penyakit
tersebut (Tizard, 1988).

2.5 Cara Melakukan Vaksinasi pada Ayam Petelur


Melaksanakan vaksin dengan cara meneteskan vaksin ke mata ayam. Cara
pelaksanaannya yaitu menuangkan pelarut kedalam botol vaksin hingga terisi dua
pertiga bagian botol, menutup botol dan kocok secara perlahan hingga tercampur
merata, mengganti tutup botol dengan penutup botol untuk vaksin tetes mata,
kemudian meneteskan vaksin yang sudahdipersiapkan (Fadillah, 2013)
Vaksinasi dilakukan dengan cara menyuntikkan vaksin dibawah kulit, biasanya
sekitar leher. Vaksinasi dilakukan melalui air minum dimana air yang digunakan
untuk melarutkan vaksin harus bersih dan bebas klorin, peralatan yang digunakan
harus bebas dari desinfektan. Vaksin bisa diperpanjang umurnya dengan cara
menambahkan (-/ gram skim per liter air,tergantung kondisi air. Vaksinasi
dilaksanakan dengan cara menusukkan jarum di sekitar selaput sayap ayam dari arah
bagian dalam sayap. Cara mencampurkan vaksin sama dengan cara mencampurkan
vaksin melaluitetes mata. Pelarut yang digunakan biasanya pelarut khusus untuk
vaksinasimelalui tusuk sayap. Alat yang dipakai berupa jarum bercabang dua
(Fadillah, 2013)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah ayam petelur
merupakan ayam yang dikhususkan untuk diambil produksi telurnya dan banyak
menghasilkan telur. Ayam petelur juga rentan terhadapat penyakit, salah satu
penyakit yang sering menyerang pada ayam adalah Koksidiosis.
Koksidiosis merupakan penyakit berak darah yang disebabkan oleh protozoa atau
parasite yang menyerang saluran pencernaan ayam, sehingga ayam mengeluarkan
feses yang berdarah. Penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian pakan herbal yang
membantu membersihkan dan mencegah saluran pencernaan terkena penyakit.
Pencegahan lain dapat dilakukan vaksinasi pada ayam untuk mencegah tumbuhnya
virus dan parasite pada saluran pencernaan ayam petelur
DAFTAR PUSTAKA

Fadilah, R., dan Agustin, P. 2004. Aneka Penyakit Pada Ayam dan Cara
Mengatasinya. Jakarta: Agromedia Pustaka. 55-56.

Rahayu, I., Titik, S., dan Hari, S. 2011. Panduan Lengkap Ayam. Jakarta: Penebar
Swadaya. 49-57.

Risnajati, D. 2011. Pengaruh jenis alat pemanas kandang indukan terhadap performan
layer periode starter. Sains Peternakan, 9 (1): 20-24.

Sari, N. 2016. Kiat Sukses Beternak Ayam Petelur. Jakarta: Lumentha Publishing.
25-27, 31-32, 39.

Setyono, D.J., Maria, U., dan Sri, S. 2013. Sukses Beternak Ayam Petelur. Jakarta:
Penebar Swadaya. 43-45, 59-63.

Anda mungkin juga menyukai